Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kajian Puisi dalam bidang
Oleh
Disusun Oleh
NIM :1888201015
2020
KATA PENGANTAR
Kata Pengantar
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Focus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan
E. Manfaat
BAB I
PENDAHULUAN
B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan judul yang akan diteliti, maka
dapat ditetapkan fokus penelitian penulis yaitu menganalisis kritis sastra pada
Puisi “Megatruh Solidaritas” karya Wiji Thukul dan implikasinya dalam
pembelajaran sastra di SMA dengan menggunkan pendekatan sosiologi sastra
C. Rumusan Masalah
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai studi sastra Indonesia. Di
samping itu penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan pedoman
mengkaji karya sastra terutama dari segi intertekstualitas karya
sastra.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan
manfaat praktis sebagai berikut.
a. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan jawaban dan masalah yang
dirumuskan. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan
peneliti kritik sastra dalam puisi “Aku Ingin Menjadi Peluru” karya Wiji
Thukul dan implikasinya dalam pembelajaran sastra di SMA dengan
menggunakan pendekatan sosiologi sastra.
LANDASAN TEORI
2. Fungsi Sastra
3. Jenis-jenis Sastra
A. Puisi
Sebagai sebuah genre, puisi berbeda dari novel, drama, atau cerita
pendek. Perbedaannya terletak pada letak komposisi dengan konvensi
yang ketat, sehingga puisi tidak memberi ruang gerak yang longgar
kepada penyair dalam berkreasi. Menurut Kosasih (2008), “Puisi adalah
karya sastra yang disajikan dengan bahasa singkat, padat, dan indah. Puisi
pada umumnya berupa monolog. Dalam puisi hanya ada seorang yang
berperan sebagai juru bicara” (h. 4). Jadi, prinsip dasar puisi yaitu
bentuknya yang pendek dan jumlah katanya sedikit namun bentuk isinya
padat, yang berarti membicarakan banyak hal dengan menggunakan
sedikit kata.
Drama merupakan salah satu genre sastra yang memiliki dua dimensi,
yaitu dimensi sastra dan seni pertunjukan. Menurut Priyatni (2010) “Drama
adalah salah satu bentuk seni yang bercerita melalui percakapan dan action
tokoh-tokohnya. Percakapan atau dialog itu sendiri bisa diartikan sebagai
action” (h.182). Jadi, drama bisa dikatakan sebagai bentuk seni yang dilakukan
menggunakan dialog dan tokoh-tokoh di dalamnya, atau disebut juga seni
pertunjukkan.
Drama mengandung dialog percakapan yang diperankan oleh
aktor yang terdapat di dalam naskah drama. Padi (2013) mengemukakan
bahwa drama adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk
diperankan oleh aktor. Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media,
seperti di atas panggung, film, dan televisi. Jadi, drama merupakan salah
satu bentuk karya sastra yang diperankan oleh aktor. Drama bisa
diwujudkan di berbagai media, seperti di atas panggung, film, dan
televisi. Drama yang dipentaskan disebut dengan teater.
C. Prosa
Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih luas.
Ia dapat mencakup berbagai karya tulis yang ditulis dalam bentuk prosa. Prosa
dalam pengertian ini tidak hanya terbatas pada tulisan yang digolongkan
sebagai karya sastra, melainkan juga berbagai karya nonfiksi termasuk
penulisan berita dalam surat kabar. Namun, dalam kaitannya dengan karya
sastra, istilah dan pengertian prosa dibatasi pada prosa sebagai salah satu genre
sastra.
Menurut Kosasih (2008) “Prosa adalah karya sastra yang
penyampaiannya berupa naratif atau cerita. Prosa disebut juga sebagai
karya cangkokan karena di dalamnya tersaji monolog atau dialog. Dalam
prosa terdapat seorang juru bicara (tukang cerita) yang mewakilkan pula
pembicaraannya kepada pelaku-pelaku dalam cerita yang dibawakannya”
(h. 4). Berdasarkan kutipan tersebut, dapat diketahui bahwa prosa
merupakan cerita yang berbentuk naratif, artinya isi cerita yang terdapat
dalam prosa merupakan hasil dari imajinasi pengarang yang bersifat fiksi.
4. Hakikat Puisi
Sebelum berbicara tentang puisi, akan lebih baik jika terlebih dahulu
meninjau tentang karya sastra, karena puisi termasuk salah satu bagian dari
karya sastra. Dalam hal ini karya sastra disebut sebagai salah satu media
untuk menuangkan ide serta gambaran terhadap hasil perenungan tentang
hidup dan kehidupan pengarang.
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis
yang artinya berarti penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi
ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan –poem. Mengenai kata poet,
Coulter (dalam Henry Guntur Tarigan, 1993: 4) menjelaskan bahwa kata
poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa
Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya,
orang yang hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-
dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang
sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak
kebenaran yang tersembunyi.
Puisi telah dihubungkan dengan apa yang terjadi pada manusia baik
yang bersifat natural maupun yang bersifat supernatural, yang tentu saja
dapat diungkapkan tanpa imajinasi yang hidup, susunan ritmik (irama) dan
bunyi yang menyenangkan, karena manusia selalu mempunyai perasaan
magis dalam kata, yang membawanya malampaui akal, pemahaman yang
logis.
Pada hakikatnya, puisi adalah satu pernyataan perasaan dan pandangan
hidup seorang penyair yang memandang sesuatu peristiwa alam dengan
ketajaman perasaannya. Perasaan yang tajam inilah yang menggetar rasa
hatinya, yang menimbulkan semacam gerak dalam daya rasanya. Lalu
ketajaman tanggapan ini berpadu dengan sikap hidupnya mengalir
melalui bahasa, menjadilah ia sebuah puisi, satu pengucapan seorang
penyair.
Ismalinar (2020) mengatakan bahwa puisi secara umum adalah ungkapan
perasaan atau ide dan pikiran yang disampaikan melalui bahasa yang
indah, padat dan disampaikan secara tidak langsung serta menggunakan
gaya bahasa.
B. Sosial
Abdul Syani (dalam Kuncoro Hadi, 2009:434)
menjelaskan bahwa istilah sosial dapat diartikan sebagai
hubungan manusia di dalam masyarakat, yaitu berbagai masalah
yang sedang dihadapi oleh masyarakat terutama dalam bidang
kesejahteran.
Kritik sosial yang menguak dari lubuk sastra, akan menjadi
ekpresi kehidupan yang sesungguhnya. Hal senada di analisis
Nyoman Kutha Ratna (2004: 64) bahwa kaitan antara system
estetika dan system sosial tampak apabila karya sastra dilihat
melalui dimensi-simensi sosiokulturalnya. Artinya, karya sastra
dianggap melalui manifestasi intense-intensi struktur sosial
tertentu, baik sebagai afirmasi (pengakuan), restorasi
(pengembalian pada semula), dan inovasi (pembaruan), maupun
negasi (pengingkaran).
Kritik sosial adalah sindiran, tanggapan, yang ditujukan
pada suatu hak yang terjadi dalam masyarakat manakala terdapat
sebuah konfrontasi dengan realitas berupa kepincangan atau
kebobrokan. Kritik sosial diangkat ketika kehidupan dinilai tidak
selaras dan tidak harmonis, ketika masalah-masalah sosial tidak
dapat diatasi dan perubahan sosial mengarah kepada dampak-
dampak dalam masyarakat. Kritik sosial disampaikan secara
langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung, kritik
sosial dapat disampaikan melalui media. Media penyampaian
kritik sosial beraneka ragam jenisnya. Karya sastra adalah salah
satu media paling ampuh untuk menyampaikan kritik sosial, salah
satunya adalah puisi. Seni berbahasa ini sangat memungkinkan
bagi penyair untuk membentuk kesadaran hidup dan kesadaran
tentang hak asasi manusia.
Herman J Waluyo (dalam Sudiro Satoto dan Zainudin
Fananie, 2000: 271-284) menyatakan ada tiga penyair protes di
masa Orde Baru yaitu W.S. Rendra, Wiji Thukul dan Sapardi
Djoko Damono. Jika W. S Rendra dan Sapardi Djoko Damono
seorang priyayi dan bangsawan, Wiji Thukul adalah penyair rakyat
jelata baik asal usul orang tuanya maupun kehidupan pribadinya.
Jika Rendra dan Sapardi dengan puisi-puisinya semakin mashur,
maka Wiji Thukul penuh penderitaan dan akhirnya hilang hingga
kini sejak peristiwa 27 juli 1996.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk penelitian ini deskriptif kualitatif dengan metode analisis
isi (content analysis). Penelitian ini mendeskripsikan, menganalisis, dan
menafsirkan data. Metode analisis isi, yaitu dengan menggunakan
pendekatan struktur dan pendekatan sosiologi sosiologi sastra.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini sebagai berikut.
1) Buku kumpulan puisi AIJP karya Wiji Thukul. Penerbit Indonesia Tera
Magelang tahun 2000. Kumpulan puisi AIJP terdiri dari 5 (lima) buku.
Buku I yang berjudul “Lingkungan Kita Si Mulut Besar” terdiri dari 46
puisi; Buku II yang berjudul “Ketika Rakyat Pergi” terdiri dari 17 puisi;
Buku III yang berjudul “Darman dan Lain-Lain terdiri dari 16 puisi; Buku
IV yang berjudul “Puisi Pelo” terdiri dari 29 puisi; dan Buku V yang
berjudul “Baju Loak Sobek Pundaknya” terdiri dari 28 puisi. Jadi, jumlah
seluruh puisi dalam antologi “AIJP” karya Wiji Thukul 136 puisi.
2) Wawancara dengan informan terdekat dari pengarang, yaitu istri penyair
Wiji Thukul. Sebab, si pengarang sampai sekarang belum ditemukan dan
dianggap telah meninggal.
4. Validitas Data
Validitas atau keabsahan data merupakan kebenaran data dari proses
penelitian. Untuk mendapatkan keabsahan data penelitian ini menggunakan
triangulasi teori, yaitu menggunakan lebih dari satu teori dalam membahas
masalah yang dikaji sehingga menghasilkan simpulan yang lebih mantap (HB
Sutopo, 2006: 98 – 99).
Untuk mengukur validitas data penelitian ini digunakan 2 teori atau
pendekatan 1) teori struktur, 2) teori sosial (sosiologi sastra).