Anda di halaman 1dari 4

Nama : Lika Amelia Syaputri

Nim : 20170102327

1. Organisasi nirlaba atau biasa disebut dengan organisasi non profit  merupakan
organisasi yang sasarannya untuk mendukung suatu kebijakan atau memecahkan
masalah penting yang terjadi di suatu Negara. Dengan tujuannya yang tidak komersial
atau tidak menarik perhatian terhadap sesuatu yang bersifat mencari keuntungan.
organisasi nirlaba bisa terbentuk dari organisasi keagamaan, organisasi politik, rumah
sakit, sekolah negeri, dan organisasi lainnya.
Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan
oleh penyumbang agar sumber daya tersebut dipertahankan secara permanen, tetapi
organisasi diizinkan untuk menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau
manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut. ƒ Pembatasan
temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh penyumbang yang
menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai dengan periode tertentu
atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu. ƒ Sumbangan terikat adalah
sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang.
Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen atau temporer. ƒ Sumbangan tidak
terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu
oleh penyumbang.

2. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. 45


 Mengatur pelaporan organisasi nir laba
 Pengaturan untuk pengakuan, penyajian dan pengungkapan mengikuti standar yang
lain.
 Internasional Æ IPSAS / International Public Sector Accounting Standards

3. Konflik yang muncul dalam organisasi nirlaba tergantung tiga faktor utama : ukuran,
bentuk dan sumberdaya organisasi.
Semakin besar unit manajemen dalam organisasi semakin besar peluang terjadinya
konflik internal. Organisasi dengan bentuk formal yang ketat dalam birokrasi seperti
Yayasan akan lebih memiliki peluang terjadinya konflik lebih besar dibanding
organisasi yang lebih longgar dalam struktur organisasi seperti Perkumpulan.
Organisasi yang memiliki kemampuan sumberdaya besar akan lebih memiliki potensi
terjadinya konflik lebih besar dibanding dengan organisasi yang lemah dalam
sumberdaya terutama sumberdaya finansial. Organisasi dengan ukuran lebih kecil
memungkinkan komunikasi antar staf yang lebih intensif dan substansial, dibanding
organisasi dengan ukuran besar. Organisasi dengan ukuran kecil biasanya didirikan
oleh orang yang saling kenal dekat dan relatif memiliki kesamaan pandangan dalam
melihat visi, misi dan tujuan organisasi. Kohesifitas organisasi lebih kuat, karena
aktivis dalam organisasi kecil umumnya memiliki “ideologi” yang sama dan proses
historis yang mengikat diantara aktivis di dalamnya. Organisasi dengan ukuran besar
dan sistem manajemen yang lebih kompleks pada umumnya mengadopsi prinsip
pengelolaan manajemen modern. Ada divisi kerja yang ketat, sistem renumerasi serta
aturan main yang tidak jauh beda dengan organisasi bisnis. Organisasi besar juga
memiliki struktur organisasi dimana terjadi pembagian dan hirarki kekuasaan yang
ketat di mana memiliki potensi terjadinya perbedaan pendapat dan ketegangan antara
lapisan kekuasaan dalam organisasi.
Pada banyak kasus, sering terjadi konflik antara pembina dan pelaksana, antara senior
dan junior, dan dalam konteks Yayasan, antara yang merasa memiliki sekaligus
pemberi mandat dengan yang melaksanakan mandat. Walaupun tidak berlaku umum,
bentuk Perkumpulan lebih rendah resikonya dibanding dengan Yayasan. Bentuk
organisasi perkumpulan lebih longgar dalam konteks struktur dan hirarki dalam
organisasi. Hal ini mereduksi potensi konflik, karena status kepemilikan organisasi
adalah dimiliki bersama. Konflik yang tejadi pada Perkumpulan pada umumnya
adalah bukan konflik struktural atau tata kelola namun lebih pada konflik personal
atau ideologis. Ada yang berseloroh dan sering menjadi bahasan dikalangan aktivis
organisasi nirlaba adalah “dulu ketika miskin bisa rukun, kini sudah kaya malah
berantem”. Hal ini menyangkut keberadaan sumberdaya terutama sumberdaya
finansial. Sumberdaya tidak hanya finansial, tapi termasuk manusia, pengetahuan dan
jejaring. Namun dari semua faktor itu soal finansial yang lebih sering menjadi sumber
konflik. Ketika proyek dan dana dari donor mengalir deras dalam sebuah organisasi
maka terjadilah masalah baru mengenai siapa dapat apa dan berapa. Ini adalah soal
perebutan akses dalam pengelolaan dana, atau yang lebih pragmatis dari itu adalah
soal pembagian benefit dari dana yang dikelola. Dalam banyak kasus, organisasi yang
mengklaim sebagai NGO yang profesional justru sering mengalami konflik internal
terkait masalah finansial ini.

4. Persamaan dasar akuntansi organisasi nirlaba berbeda dengan persamaan dasar


akuntansi pada perusahaan lain. Hal ini karena organisasi nirlaba tidak mengenal
modal pemilik. Sumber harta organisasi nirlaba berasal dari sumbangan dan hasil
pengembangannya. Persamaan Akuntansi Persamaan dasar akuntansi organisasi
nirlaba berbeda dengan persamaan dasar akuntansi pada perusahaan lain. Hal ini
karena organisasi nirlaba tidak mengenal modal pemilik. Sumber harta organisasi
nirlaba berasal dari sumbangan dan hasil pengembangannya. Persamaan akuntansi
untuk organisasi nirlaba dapat digambarkan sebagai berikut:
AKTIVA = KEWAJIBAN + AKTIVA BERSIH
Setiap transaksi yang terjadi dalam organisasi nirlaba akan selalu mempengaruhi sisi
kiri dan sisi kanan dengan jumlah yang sama sehingga persamaan tersebut akan terus
berlaku.
Seperti halnya transaksi pada sebuah perusahaan, pada organisasi nirlaba juga terdapat
transaksi yang berhubungan dengan pendapatan dan beban organisasi. Selisih
pendapatan dan beban ini merupakan surplus atau defisitdari aktivitas organisasi
nirlaba untuk periode tertentu. Surplus akan menambah Aktiva Bersih
sedangkan defisit akan mengurangi Aktiva Bersih. Berdasarkan hal tersebut maka
transaksi pendapatan dan beban akan berpengaruh terhadap aktiva bersih. Oleh karena
itu persamaan dasar akuntansi dikembangkan menjadi:
AKTIVA = KEWAJIBAN + AKTIVA BERSIH + PENDAPATAN – BEBAN
Pencatatan transaksi dilakukan berdasarkan data dari dokumen sumber yang sah,
dalam buku yang disebut dengan jurnal. Data yang telah dicatat pada jurnal kemudian
dipisahkan berdasarkan masing-masing kelompoknya dan dicatat dalam buku besar.
Data yang ada pada buku besar direkapitulasi sehingga saldonya dapat ditampilkan
dalam laporan sederhana berupa neraca saldo.
Bukti Transaksi Secara sederhana, bukti transaksi adalah dokumen yang sah secara
hukum yang dapat dipergunakan sebagai dasar atas terjadinya suatu transaksi.
Dokumen ini bisa berupa dokumen tunggal, bisa juga merupakan satu kumpulan atas
beberapa dokumen yang menjadi kesatuan.
BAGAN AKUN (Chart of Accounts)
Pada akuntansi yang sangat sederhana, persamaan ini bisa saja hanya terdiri atas
AKTIVA, KEWAJIBAN, dan EKUITAS. Akan tetapi penggolongan yang seperti ini
menjadi tidak informatif, apalagi jika perusahaan telah menjadi besar, sehingga
transaksi yang terjadi pun semakin kompleks. Oleh karena itu, perlu penggolongan
yang lebih terinci lagi yang disebut sebagai daftar akun.
Jumlah dan nama akun untuk masing-masing organisasi nirlaba sangat beraneka
ragam, tergantung pada kepentingan manajemen sejauh mana tingkat informasi yang
diharapkan dari pengelompokan ini. Tetapi, masing-masing organisasi nirlaba harus
menyusun daftar akun yang menampung seluruh kode dan nama akun yang sah yang
dipakai oleh organisasi nirlaba yang bersangkutan. Daftar akun ini sebaiknya juga
menyajikan keterangan/deskripsi untuk masing-masing akun, sehingga mempermudah
operator akuntansi. Kode dan nama akun dalam daftar akun harus disusun dengan
teliti dan rapi. Kesalahan dalam penyusunan kode ini bisa menyulitkan di kemudian
hari, apabila akun sudah berkembang sedemikian besar. Kode akun juga harus
konsisten, karena kode ini dipergunakan terus untuk beberapa periode akuntansi yang
tidak terbatas (prinsip going concern).

5. rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang


pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya,
rumah sakit juga disebut perusahaan karena mereka menyediakan jasa dengan tujuan
memperoleh laba.
Soal B Teori

1.  pemerintah merupakan pelaksana anggaran negara, dan secara otomatis akan


menetukan arah dan kebijakan keuangan negara dengan kontrol dari DPR juga.
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah nantinya akan digunakan oleh pelaksana
itu sendiri, yaitu departemen departemen serta lembaga negara. oleh karena itu untuk
mengawasi jalanya pemakaian keuangan negara dibutuhkanlah yang namanya
pengawasan keuangan negara.
Pengawasan keuangan negara adalah ” Segala kegiatan kegiatan untuk menjamin agar
pengumpulan penerimaan-penerimaan negara, dan penyaluran pengeluaran-pengeluaran
negara tidak menyimpang dari rencana yang telah digariskan di dalam Anggaran “.

B.  Tujuan Pengawasan Keuangan Negara


1. Untuk menjaga agar anggaran yang disusun benar-benar dapat dijalankan.
2. Untuk menjaga agar kegiatan pengumpulan penerimaan dan pembelanjaan
pengeluaran negara sesuai dengan anggaran yang telah digariskan.
3. Untuk menjaga agar pelaksanaan APBN benar-benar dapat dipertanggung-jawabkan.

2. Penyusunan anggaran dilakukan berlandaskan asas efisiensi, tepat guna, tepat waktu
pelaksanaan, dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan. Dana yang tersedia harus
dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan dan
kesejahteraan maksimal untuk kepentingan masyarakat.
1. Penetapan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional yang menghasilkan konsep
kebijakan RAPBN;
2. Penyusunan kapasitas fiskal (resource envelope) sebagai bahan penyusunan pagu indikatif
dan konsep kebijakan fiskal;
3. Penyusunan pagu indikatif yang kemudian diterbitkan surat edaran bersama Menteri
Keuangan dengan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas; dan
4. Perumusan pokok-pokok kebijakan fiskal, kebijakan ekonomi makro dan rencana kerja
pemerintah.
5. Penyusunan pagu anggaran yang digunakan sebagai bahan penyusunan Nota Keuangan
dan RUU RAPBN
6. Penyampaian RAPBN oleh Pemerintah ke DPR, pembahasan Rancangan APBN dan
Rancangan Undang-undang APBN
7. Persetujuan DPR setelah Pembahasan RAPBN dan RUU APBN ditetapkan menjadi
Undang-undang APBN.
8. Setelah UU APBN disahkan oleh DPR, Pemerintah menerbitkan Keppres tentang Rincian
Alokasi Anggaran Belanja Pemerintah Pusat.
9. Pemerintah menerbitkan DIPA untuk diserahkan ke masing-masing Satker.

Anda mungkin juga menyukai