B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya
jaringan ikat yang berakibat pada tejadinya hipertensi portal dan penyakit hati
2.1.2 Epidemiologi
penyebab tertinggi kematian ke-14 di dunia, ke-4 di Eropa tengah, dan ke-12 di
orang. SH menyebabkan 1,03 juta kematian setiap tahunnya di dunia dan kurang
lebih sebanyak 170.000 kematian per tahun di Eropa (Peng et al., 2016; Starr, SP.
And Raines, D. 2011).SH merupakan indiokasi utama dari 5500 transpalantasi hati
per tahun oleh karena SH. Prevalensi SH diestimasikan sekitar 0–3% pada
program penapisan di Perancis dan insidensi per tahun adalah sekitar 15,3 sampai
dengan 132,6 per 100.000 orang pada sebuah penelitian di Inggris dan Swedia.
Prevalensi SH kemungkinan bisa lebih besar dari data-data yang tercatat karena
SH pada tahap awal bersifat tak memberikan gejala sehingga tak terdiagnosis
pemeriksaan radiologi, ataupun pada saat otopsi. Pada tahun 2000 di Amerika
Serikat terdapat sekitar 360.000 pasien yang dirawat terkait dengan SH dan
cukup tinggi. Bila melihat data profil kesehatan DIY tahun 2008, SH masih masuk
prevalensi sebesar 1,87% pada urutan ke-9. Pada penelitian di RSUP Dr. Kariadi
Semarang pada tahun 2007 tercatatada 637 pasien SH dengan angka mortalitas
perempuan adalah sekitar 2,1 : 1 dengan usia rata-rata 44 tahun (Patasik et al.,
2015). Data yang diambil pada tahun 2004 di RSUP Samarinda selama 1 tahun
pasien SH adalah sekitar 4,1% dari pasien yang dirawat di bagian penyakit dalam
orang (4%) dari seluruh pasien yang dirawat di bagian penyakit dalam selama
2.1.3 Etiologi
9
penyakit pasien digabung dengan evaluasi serologis dan histologis. Penyakit hati
karena alkohol dan hepatitis C adalah penyebab SH paling sering di dunia barat,
kawasan Asia dan Afrika sub-Sahara. Setelah identifikasi virus hepatitis C pada
obesitas dan diabetes, diagnosis SH tanpa sebab yang jelas (cryptogenic cirrhosis)
Alkohol
Toksin
Methotrexate
itu etiologi SH juga penting diketahui karena dapat dijadikan sebagai dasar diskusi
dengan alcoholic cirrhosis atau hepatitis viral kronik, dan pertimbangan untuk
dilakukannya tes genetik ataupun tindakan pencegahan untuk kerabat dari pasien
2.1.4 Patogenesis
aktivasi dari hepatic stellate cells dengan kejadian fibrogenesis, angiogenesis, dan
formasi dari intrahepatic shunts (karena adanya angiogenesis dan hilangnya sel-
sel parenkimal), dan disfungsi endotelial hati. Disfungsi endotelial ditandai oleh
nitric oxide (NO). Pelepasan dari NO dihambat oleh rendahnya aktivitas dari
stimulasi adrenergik dan thromboxan A2), serta aktivasi dari sistem renin
Peningkatan tahanan hati terhadap aliran darah portal adalah faktor utama
yang meningkatkan tekanan portal pada SH. Hal tersebut dihasilkan dari
portal mungkin dapat dikurangi sebanyak 30% bila abnormalitas fungsional ini
sedang berusaha untuk digambarkan dan merupakan target baru dalam hal terapi.
ini, usaha-usaha untuk mengoreksi hipertensi portal dengan aksi pada tahanan hati
atau aliran masuk darah portal seharusnya didasarkan secara ideal pada strategi-
sama dengan hipertensi portal memiliki peran utama dalam patogenesis dari asites
endotelial dalam sirkulasi paru. Formasi dan peningkatan varises didorong oleh
pass effect dari obat-obatan oral, dan penurunan fungsi sistem retikuloendotelial.
juga penting karena perubahan ini mempengaruhi perfusi efektif hepatosit, dimana
hal tersebut adalah penentu utama dari kegagalan hati (Tsochatzis et al., 2014).
Perdarahan variseal
Portal-hypertensive gastropathy
komplikasinya muncul. Banyak kasus dari SH yang tak bergejala ini tidak pernah
mendapat perhatian klinik dan sering ditemukan saat otopsi. Diagnosis dari SH
yang tak bergejala ini biasanya terjadi secara kebetulan pada tes-tes penapisan
seperti pemeriksaan transaminase hati atau pada hasil temuan radiologis yang
mengarahkan pasien terhadap penyakit hati sehingga pasien dievaluasi lebih lanjut
dapat disebabkan oleh timbulnya kegagalan faal hati dan adanya hipertensi portal
yang umum dan tidak spesifik seperti adanya kelemahan, berat badan yang turun,
perut yang kembung, mual muntah, dan lain-lain. Pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan adanya spider nevi dan eritema palmaris (terjadi karena peningkatan
kurang dan ginekomastia pada pria (terjadi karena meningkatnya konversi dari
testosteron ataupun karena efek toksik langsung dari alkohol); ikterus (terjadi
karena adanya gangguan pada fungsi excretory hepatosit); dan perubahan status
14
serum pasien yang terbalik (Schuppan,D.and Afdhal, NH. 2008; Sherlock et al.,
lebih dari atau sama dengan 10 mmHg adalah merupakan hipertensi portal yang
2012; Banerjee BJK, 2012; Minano et al., 2010). Hipertensi portal ditandai
perdarahan variseal adalah konsekuensi langsung yang paling mudah terjadi pada
mesentrika superior dan vena splenic. Vena mesentrika mengumpulkan darah dari
sirkulasi splanchnic. Maka, aliran masuk vena portal ditentukan oleh keadaan
dapat terjadi pada tahap mana saja dalam sistem vena portal. Maka dari itu
(mencapai 95% dari seluruh penyebab hipertensi portal) (Minano et al., 2010;
arsitektural hati (fibrosis dan nodul-nodul regeneratif), tetapi sekitar sepertiga dari
disebabkan oleh aktivasi sel-sel stelata dengan kontraksi aktif dari myofibroblast
dan sel-sel otot polos vaskular di vena-vena portal, yang pada gilirannya
caveolin-1) yang meningkat selama SH. Kedua, stress oksidatif meningkat selama
SH, dimana sel-sel endotelial sinusoid hati menerima stress oksidatif ini sebagai
respon terhadap berbagai macam zat seperti endotoksin bakteri, virus, obat-
hipertensi portal tetap ada seiiring adanya peningkatan aliran masuk vena portal,
yang disebabkan oleh vasodilatasi splancnic, yang sebagian besar dimediasi oleh
peningkatan nitric oxide. Peningkatan aliran masuk vena portal ini sering terjadi
terutama pada SH tahap lanjut (Minano et al., 2010; Iwakiri Y, 2014; Maruyama,
dari dilatasi saluran-saluran vaskular yang telah ada sebelumnya, namun bukti
terjadi bila tekanan portal melebihi 8 mmHg dan varises dikatakan terjadi bila
tekanan portal lebih dari 12 mmHg. Splenomegali dapat ditemukan pada semua
leukopenia. Penyebab paling umum pasien dengan hipertensi portal untuk dirawat
di rumah sakit adalah adanya perdarahan saluran cerna yang disebabkan sebagian
besar oleh pecahnya varises esofagus. Hipertensi portal terdapat pada 60% kasus
17
Sirosis
↑ Resistensi intrahepatik
Hipertensi Portal
Kolateral-kolateral porto-sistemik
Vasodilatasi arterial
2.1.6 Diagnosis
namun pemeriksaan ini dikatakan jarang dilakukan dan hanya dilakukan pada
pemeriksaan klinik rutin dan laboratorium rutin. Namun pada tahapan yang lebih
lanjut (SH dekompensata), diagnosis kadang tak sulit ditegakkan karena telah
kolateral, eritema palmaris, spider angioma, ikterus, rasio albumin globulin yang
tomography (CT), dan magnetic resonance imaging (MRI) tidak begitu sensitif
ketika penyebab jelas ada dan pada imaging terlihat ada permukaan hati yang
tidak homogen, rarefied hepatic central vein, lobus kaudatus yang membesar,
arsitektur hati, pemeriksaan ini murah dan banyak tersedia. USG dan Doppler
USG dari diameter dan kecepatan vena portal dan sentral sangat berguna untuk tes
penapisan hipertensi portal. Gambaran USG pada SH sangat tergantung pada berat
menentukan tingkat keparahan SH, namun CT helical dan MRI dengan kontras
dan bilirubin serum serta waktu prothrombin atau International Normalized Ratio
(INR). Sesuai kriteria tersebut pasien SH diklasifikasikan menjadi tiga yaitu Child
2003).
Keterangan :
darah. Trombosit atau platelet berasal dari sel-sel sumsum tulang yang disebut
Interleukin 11 (IL-11), interleukin 6 (IL-6), dan stem cell factor (SCF) adalah
megakariosit, namun hanya berfungsi bila ada peran bersama dari thrombopoietin
dari 2 set kromosom). Setelah itu megakariosit akan mengalami tahapan maturasi
mengalami proses fragmentasi yang berakibat pada pelepasan lebih dari 1000
platelet atau trombosit per 1 sel megakariosit (George JN., 2007; Italiano, JE. and
pembuluh darah yang bocor dan untuk merekatkan diri antara satu dengan yang
sebagai entitas tunggal yang tidak berinteraksi dengan trombosit lain atau tipe-tipe
sel lain. Transisi dari keadaan nonadhesive ini ke keadaan adhesive dapat
dicetuskan dengan cepat bila trombosit terpapar dengan stimulus yang tepat.
Adhesi platelet terjadi melalui proses yang terkoordinasi dan terjadi melalui 4
tahapan yaitu thetering, rolling, aktivasi, dan adhesi stabil. Tahap pertama adalah
timbul ketika darah bersirkulasi pada tempat yang mengalami cidera endotel dan
Elemen penting dari kejadian ini adalah adanya ikatan sementara antara GP Ib ke
von Willebrand Factor (VWF). Tahap berikutnya adalah rolling yang terjadi
sebagai akibat dari interaksi afinitas rendah antara kolagen dan GP VI. Tahap ini
diperkuat oleh interaksi antara kolagen dengan reseptor GP Ia/IIa pada platelet.
Proses selanjutnya adalah aktivasi platelet yang terjadi setelah paracrine dan
diphosphate oleh platelet, bersamaan dengan aktivasi trombin oleh tissue factor
dari dinding pembuluh darah. Penguatan adhesi platelet yang stabil dan
IIb/IIIa dengan fibrinogen dan VWF. Trombin merubah fibrinogen ke fibrin yang
bertindak sebagai struktur dasar yang stabil untuk pembentukan trombus yang
pada bone marrow stimulating factors, ataupun supresi sumsum tulang yang
(Qamar et al., 2009). Trombosit juga adalah salah satu parameter hematologi yang
hematologi yang paling umum dan awal terjadi pada kondisi SH (Mukker et al.,
penyakit yang lanjut dan prognosis yang lebih buruk (Mitchell et al., 2015).
thrombopoetin dan produksi platelet yang turun (Hayashi et al., 2014; Tapper et
al., 2013).
volume (MPV). MPV adalah perhitungan ukuran rata-rata platelet yang beredar di
sirkulasi (Mukker et al., 2016; Witters et al., 2008). Nilai normal MPV adalah
antara 7,5 sampai dengan 11,5 fL. MPV mencerminkan senyawa-senyawa aktif
23
dan granula di dalam platelet. Platelet adalah sel-sel yang tidak berinti dan
Semakin besar suatu platelet, maka semakin banyak glikogen, adenin, nukleotida,
dan fosfat normal yang terkandung dan semakin tinggi juga keaktifannya. Dengan
kata lain semakin besar nilai MPV, maka platelet akan lebih banyak mengandung
lebih efektif. Oleh karena alasan ini, maka MPV diusulkan sebagai indikator dari
fungsi dan aktivasi platelet. Nilai MPV dapat diperoleh melalui bacaan dari full
blood count analyzers sebagai bagian dari tes complete blood count atau
partikel-partikel tak berinti berbentuk cakram dengan masa hidup sekitar 8-10
dari platelet. Faktor yang pertama dipikirkan lebih banyak berpengaruh pada
ukuran platelet dan fungsinya. Morfologi platelet cenderung tetap konstan selama
masa hidupnya. Dengan kata lain, regulasi dari fungsi dan penuaan platelet,
terutama dalam menjaga massa platelet (hitung platelet dikalikan dengan MPV)
dan potensi hemostatik yang baik, adalah tergantung dari kemampuan untuk
(IL)-1, tumor necrosis factor (TNF)-alpha, dan IL-6 adalah agen-agen yang
penting. Pada kondisi yang stabil, kadar thrombopoietin dipengaruhi oleh jenis
kelamin (lebih tinggi pada pria) dan hitung platelet (sedikit lebih tinggi pada
orang dengan hitung platelet rendah). Dalam kondisi stress, korelasi positif antara
fungsional, dan hitung platelet yang tinggi lebih jelas terlihat (Gasparyan et al.,
2011).
platelet yang aktif dalam kondisi fisiologis dan patologis, sehingga menghasilkan
Hubungan terbalik yang sering disebut antara hitung platelet dan MPV
terbalik ini biasa terlihat pada berbagai penyakit inflamasi kronik dimana terjadi
biologis aktif. Selama ini telah dikenal ada 3 tipe granula yang ditemukan dalam
platelet yaitu α-granules, dense granules, dan lisosom. α-Granules adalah granula
yang paling banyak ditemukan di platelet (sekitar 50-80 granula per platelet) dan
substansi-substansi lainnya. Dense granules atau granula padat adalah tipe granula
yang juga ada dalam platelet. Jumlah dari dense granules ini per platelet adalah
sekitar 3-8 granula dan juga mengandung banyak jenis substansi biologis yang
serotonin (berperan dalam inflamasi). Jenis granula yang paling sedikit ditemukan
di platelet adalah lisosom (biasanya ditemukan < 3 granula per platelet). Pada
lisosom ini biasanya ditemukan substansi fosfatase asam yang berperan dalam
endosomal digestion. Perubahan cepat (menit atau jam) pada platelet, termasuk
MPV diukur dengan cell counters yang menggunakan impedansi dan efek
pengambilan dan penyimpanan darah yang tidak benar. MPV sangat sensitif
26
penyimpanan sample darah, nilai MPV banyak dipengaruhi oleh beberapa hal.
Kenaikan ataupun penurunan nilai MPV dapat terjadi pada berbagai macam
kondisi. Sebuah penelitian yang dilakukan pada subjek-subjek lanjut usia di Italia
menemukan korelasi yang positif antara nilai MPV dengan nilai gula darah puasa.
normal dan memang memiliki hubungan yang positif dengan gula darah puasa
pada subjek-subjek yang prediabetik dan yang sehat (Shimodaira et al., 2013).
Subjek dengan diabetes mellitus pada beberapa penelitian juga telah diketahui
memiliki nilai MPV yang lebih tinggi (terutama bagi mereka yang memiliki nilai
HBA1C ≥ 6,5%) dari pada subjek yang sehat. Seperti yang sudah disebutkan
Pada kepustakaan disebutkan bahwa kenaikan nilai MPV disebabkan oleh banyak
prediktor dari tingginya nilai MPV dan MPV juga ditemukan lebih tinggi secara
katekolamin, dan adanya kondisi komorbid lain seperti diabetes ataupun merokok.
simpatis. Efek dari peningkatan sistem saraf simpatis ini pada sistem hemostatik
terjadi melalui 2 cara. Cara pertama, aktivasi platelet melalui stimulasi alpha2-
MPV. Cara kedua, platelet teraktivasi yang besar ukurannya dan yang
peningkatan kadar adrenalin (Varol et al., 2010; Surgit et al., 2015). Hubungan
pada kondisi acute coronary syndrome (ACS) secara signifikan (Lippi et al.,
2009). Meningkatnya nilai MPV pada kondisi ACS memungkinkan bahwa MPV
berpotensi dapat dipakai sebagai biomarker prognostik yang berguna pada pasien
memang telah menunjukkan bahwa nilai MPV yang tinggi berhubungan dengan
kondisi PJK (Sansanayudh et al., 2014). Walau mekanisme pasti bahwa kenaikan
yang lebih besar lebih aktif secara metabolik dan enzimatik lebih aktif daripada
platelet yang berukuran kecil. Platelet yang berukuran besar mengandung banyak
materi prothrombotic dan menunjukkan agregabilitas yang lebih besar. Maka dari
itu kemungkinan peningkatan MPV telah ada mendahului terjadinya kondisi acute
myocardiac infarction dan bukan merupakan hasil dari kondisi itu (Chu et al.,
2010). MPV juga ditemukan meningkat pada keadaan CHF. MPV pada keadaan
pengaruh nitric oxide, dan adanya pengaruh dari sitokin-sitokin inflamasi (Budak
et al., 2014; Chung, I. and Lip, GY. 2006). Sebuah penelitian juga menemukan
adanya kenaikan nilai MPV pada keadaan stroke iskemik (Mayda Domac et al.,
2010). Hubungan antara peningkatan nilai MPV dan ischemic stroke adalah ada
study, subjek yang memiliki nilai MPV fL dikatakan lebih beresiko untuk
terjadi VTE. Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa pada kondisi deep vein
thrombosis (DVT) dapat ditemukan nilai MPV yang meningkat. MPV yang
sebelumya peningkatan MPV melambangkan ukuran platelet yang lebih besar dan
platelet yang lebih reaktif, sehingga memiliki thrombotic potential yang lebih
pada pasien-pasien VTE dan kenaikan P-selectin ini juga telah dihubungkan
dengan kenaikan resiko terjadinya VTE yang recurrent. Hal-hal ini mendukung
hipotesis bahwa aktivasi platelet dapat juga berperan dalam patogenesis terjadinya
Sepsis adalah kondisi yang sering dijumpai dan memang pada beberapa
penelitian menyebutkan bahwa subjek dengan kondisi sepsis memiliki nilai MPV
yang lebih tinggi. Sebuah penelitian di Turki menemukan bahwa nilai MPV
kontrol serta lebih meningkat lagi nilainya secara signifikan pada kelompok
pasien sepsis berat dibandingkan dengan kelompok sepsis (Guclu et al., 2013).
Mekanisme dari perubahan fungsi platelet dalam keadaan sepsis masih belum
jelas. Bentuk platelet berubah dari discoid ke spherical dengan pseudopodia saat
meningkatkan nilai MPV. Ada bukti dari sebuah penelitian yang melibatkan 121
subjek yang menghentikan kebiasaan merokoknya bahwa nilai MPV pada 121
dilepaskan ke sirkulasi yang tentu saja bersifat lebih reaktif (Swaminathan et al.,
2015).
marker inflamasi, aktifitas penyakit, dan efikasi dari terapi anti inflamasi pada
bahwa ada penurunan MPV pada subjek SLE dengan presentasi arthritis.
Penelitian lain juga menunjukkan penurunan MPV pada subjek dewasa dengan
SLE yang aktif. MPV juga dapat ditemukan menurun pada RA dan AS.
Penurunan nilai MPV pada SLE, RA, dan AS ini mungkin disebabkan karena
terkait (Gasparyan et al., 2011; Safak et al., 2014; Delgado-Garcia et al., 2016;
juga ditemukan secara signifikan pada kondisi IBD sehingga kegunaannya sangat
2001). Pada proses inflamasi kronik seperti pada kasus IBD, terjadi abnormalitas
dengan itu, platelet-platelet yang lebih besar dan reaktif juga dikonsumsi di
tempat-tempat inflamasi pada IBD. Hal inilah yang menyebabkan turunnya MPV
MPV. Pada sebuah penelitian disebutkan bahwa naiknya nilai MPV berhubungan
dengan durasi rawat inap di rumah sakit dan dengan jumlah transfusi darah yang
diperlukan pada kasus-kasus perdarahan saluran cerna bagian atas. Sementara itu
signifikansi nilai MPV pada kasus-kasus perdarahan lain masih belum banyak
tentu saja akan berpengaruh juga pada nilai MPV-nya. Pada kepustakaan
disebutkan bahwa usia trombosit normal yang beredar di dalam tubuh manusia
adalah rata-rata 10 hari, namun usia trombosit yang didapatkan dari hasil transfusi
adalah lebih pendek yaitu sekitar 4-5 hari (Shaz BH., 2009). Pada penelitian di
Korea, juga didapatkan adanya kenaikan nilai MPV pada pasien-pasien yang
Baru-baru ini, hubungan antara MPV pada beberapa penyakit hati seperti
steatosis hati, SH, dan hepatitis telah diselidiki dan dipelajari. Steatosis hati dan
(HU et al., 2014). Sebuah penelitian juga telah menunjukkan adanya korelasi yang
32
positif antara MPV dengan tingkat fibrosis hati pada pasien dengan penyakit
MPV merupakan parameter laboratorium yang sederhana dan tidak invasif, serta
nilai MPV yang meningkat dapat berperan sebagai prediktor independent untuk
pasien-pasien sirosis dengan hepatitis B kronik (Qi et al., 2014). Selain itu,
C kronik dengan tingkat fibrosis yang lanjut (Purnak et al., 2013). Pada pasien-
pasien dengan primary biliary cirrhosis (PBC), kenaikan nilai MPV juga
dihubungkan dengan derajat severitas histologis hati (Tahtaci et al., 2015). Sebuah
mengkorelasikan skor CTP dengan MPV dimana terdapat korelasi positif yang
MPV cenderung lebih tinggi karena adanya hubungan terbalik antara hitung
platelet dan MPV dalam berbagai kondisi, baik itu kondisi fisiologis maupun
terlihat dalam berbagai penyakit inflamasi kronik dimana pada kondisi ini terjadi
Inflamasi sistemik ini dimediasi melalui aktivasi sel-sel imun innate dan adaptif
tumor necroting factor-α, IL-1, interferon-γ, IL-17, IL-18, ICAM-1, dan VCAM-
1. Pada banyak penelitian sebelumnya menyatakan juga bahwa kadar IL-6 plasma
pada kondisi SH ditemukan meningkat. IL-6 adalah sitokin berspektrum luas yang
dapat berperan pada maturasi megakariosit. Ketika efek dari IL-6 tersebut
muda secara cepat dan progresif. Dengan kata lain, IL-6 menyebabkan banyaknya
platelet muda berukuran besar yang masuk ke sirkulasi. Dikatakan juga bahwa IL-
(Lee et al., 1996; Metwaly et al., 2016; Kurt et al., 2012). Pada sumber lain juga
peningkatan kadar IL-6 dimana IL-6 seperti yang disebut sebelumnya dapat
meningkatkan produksi platelet di sumsum tulang sehingga juga disebut hal inilah