Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna
kami dapat menyusun makalah ini. Dalam penyusunan tugas ini kami sebagai penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih terdapat kekurangan,
untuk itu kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar penyusun tugas yang berikutnya bisa lebih baik lagi.

1
BAB I
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LEUKEMIA

A. Defenisi
 Leukemia adalah poliferasi tak teratur atau akumulasi sel-sel darah putih dan
sumsum tulang, menggantikan elemen-elemen sum-sum normal (Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth edisi 2 hal 336)
 Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh poliferasi abnormal
dari sel-sel nematopoietik (Patofisiologi edisi 4 Sylvia A . Price hal 248)
 Leukemia adalah nama kelompok penyakit yang di karakteristikkan oleh
perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam leukosit sirkulasi (Patofisiologi
untuk keperawatan dr. Jan Tamboyan hal 80)
 Leukemia adalah keganasan yang berasal dari sel-sel induk system
hematopoietik yang mengakibatkan poliferasi sel-sel darah putih tidak
terkontrol dan pada sel-sel darah merah namun sangat jarang (Rencana
Asuhan Keperawatan Onkologi Danielle Gale, Rn, MS hal 183)
Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa leukemia adalah suatu
poliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada
alat pembentuk darah.

B. Insidens
ALL (Acute Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada anak-
anak yang berusia antara 3 dan 5 tahun. Anak perempuan menunjukkan prognosis
yang lebih baik daripada anak laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi
yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata yang juga
lebih rendah. ANLL (Acute Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25%
kasus leukemia pada anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang
mempunyai kelainan kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari ALL
dalam hal menginduksi remisi (angka remisi 70%). Remisinya lebih singkat pada
anak-anak dengan ALL. Lima puluh persen anak yang mengalami pencangkokan
sumsum tulang memiliki remisi berkepanjangan. (Betz, Cecily L. 2002. hal : 300)

2
C. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu:
a. Faktor genetik
Terlihat pada kembar identik yang akan beresiko tinggi bila kembaran yang
lain mengalami leukemia saudara sekandung dari individu yang leukemia dan
individu dengan sindrom down juga beresiko terhadap terjadinya leukemia.
b. Penyakit yang didapat
Dengan resiko terkena leukemia mencakup mielofibrosis, polisetemia vera,
dan anemia refraktori sideroblastik. Mieloma multipel dan penyakit Hodgkin juga
menunjukan peningkatan resiko terhadap terjadinya penyakit ini. Resiko ini dapat
di hubungkan dengan penyakit dasar atau pengobatan dengan adens
kemoterapi/radiasi.
c. Agens kimia dan fisik
Merupakan resiko signifikan terhadap leukimia mencakup radiasi dan
pemajanan jangka lama terhadap benzen. Agens kemoterapi kloramfenikol dan
agens pengkelat (alkylating) juga beresiko.

D. Gambaran Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah
sebagai berikut:
a. Pilek tidak sembuh-sembuh
b. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c. Demam dan anorexia
d. Berat badan menurun
e. Ptechiae, memar tanpa sebab
f. Nyeri pada tulang dan persendian
g. Nyeri abdomen
h. Lumphedenopathy
i. Hepatosplenomegaly
j. Abnormal WBC
(Suriadi & Rita Yuliani, 2001: hal. 177)

3
E. Patogenesis
Kemoterapi pada leukemia akut jelas meningkatkan “survival rate”. Leukemia
limfoblastik akut yang tidak di obati umumnya fatal dalam 3 bulan. Studi
menunjukkan lebih dari 50% anak yang di beri kemoterapi masih hidup setelah 5
tahun. Leukemia meoblastik akut lebih buruk prognosisnya, dengan pengobatan
sekalipun “survival rate” rata hanya 1-2 tahun. Leukemia menahun pada umumnya
lebih mudah dikendalikan dengan radias atau agens pengkelat.

F. Klasifikasi Leukemia
Klasifikasi leukimia biasanya di dasarkan pada:
a. Perjalanan dan lamanya penyakit
o Leukemia akut
Di hubungkan dengan awitan (omset) cepat, jumlah leukosit tidak matang
berlebihan, dengan cepat menjadi anemia, trombositupenia berat, demm
tinggi, lesi infektif pada mulut dan tenggorok, perdarahan dalam area vital,
akumulasi leukosit dalam organ vital, dan infeksi berat. Pemeriksaan
laboritorium menunjukkan beberapa derajat anemia dan trombositopenia,
leukemia akut ini sesuai dengan jenis sel yang terlibatdan kematangan sel
tersebut.
o Leukemia menahun
Merupakan 35% sampai 50% dari semua kasus leukemia. Awitan dari
penyakit ini di karakteristikkan oleh awitan bertahab dan leukosit yang lebih
matang, penyakit ini paling banyak mengenai orang dewasa dan lansi.
Perjalanan penyakit berlangsung lebih lambat dari pada leukemia akut.
Analisis laboratorium biasanya menunjukkan sel leukemik yang terdiferensiasi
baik yang dapat di klasifikasikansebagai imfositik atau granulositik.
o Leukemia kronik
Didasarkan nya pada di temukan nya sel darah putih matang yang menyolok –
granulosit (leukemia granulositik/mielositik) atau limfosit (leukemia
limfositik)
b. Jenis sel dan jaringan abnormal yang terkait kategori besar berdasarkan sal
jaringan adalah :
o Mieloid yang mencakup granulosit (neutrofil, eusinofil dan basofil)

4
o Monosit
o Limfositik

1. Leukemia Akut
 Klasifikasi leukemia akut
A. Leukemia Granulositik atau Mielositik Akut (LAG)
Leukemia mielositik atau granulositik akut (LGA) bertanggung jawab atas
80%leukemia akut pada orang dewasa. Permulaan nya mungkin mendadak
atau progresif dalam masa 1 sampai 6 bulan. Jika tidak di obati, kematian
terjadi kira-kira dalam 3 sampai 6 bulan. Pengobatan dengan kemoterapi
kombinasi mampu membuat sekitar 65% anak-anak dan 85% penderita
mencapai remisi sempurna, kira-kira 20% penderita dapat mencapai masa
bebas penyakit selama 5 tahun. Pada saat ini 50% anak-anak dan kira-kira
35% orang dewasa muda di sembuhkan dengan kemoterapi intensif.
 Manifestasi Klinis
 Skeletal
1. Poliferasi limfosit imatur dalam sumsum tulang dan jaringan perifer
serta perkembangan sel-sel normal yang banyak
2. Hematopoiesis normal terhambat dan leukopenia, anemia dan terjadi
trombositopenia.
 Sistem sirkulasi
1. Jumlah eritrosit dan trombosit rendah
2. Jumlah leukosit rendah atau tinggi tetapi selalu termasuk sel-sel imatur
 Malignansi
Manifestasi infiltrasi sel leukemia ke dalam organ lain lebih sering
dengan LLA ketimbang leukemia bentuk lain
 Tanda dan Gejala Leukemia Akut
Berkaitan dengan netropenia dan trobositopenia. Ini adalah infeksi berat
yang rekuren yaitu timbulnya :
- Tukak pada membran mukosa

- abses perirektal

- pneumenia

5
- septikemia di sertai menggil

- demam

- takikardi

- takipnea
Komplikasi ini bertanggung jawab atas tinggi nya angka kemtian yang
berhubungan dengan leukemia akut.
Trombositopenia mengakibatkan perdarahan yang disebakan oleh petekie dan
ekimosis (perdarahan dalam kulit), epitaksis (perdarahan hidung), hemetoma pada
membran mukosa, serta perdarahan saluran cerna, sistem saluran kemih. Tulang
mungkin sakit yang disebabkan oleh infark tulang atau infiltrat periostial (di
bawah periosteum)
Anemia bukan merupakan manifestasi awal di sebabkan karena umur eritrosit
yang panjang (120 hari) jika terdapat anemia, akan ditemukan pusing dan gejala
kelelahan dan dipsnea waktu kerja fisik disertai pucat yang nyata.
 Diagnosis LGA
Ditegakkan melalui hitung darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang serta
pemeriksaan kromosom.
Hitung sel darah putih dapat meninggi, normal atau menurun disertai
mieloblas dalam sirkulasi. Sumsum tulang yang hiperseluler, disertai adanya
kelebihan (50%) yang mengandung badan auer. Perubahan metabolik juga terlihat
disertai peningkata asam urat yang disebabkan oleh tingginya pergantian sel darah
putih.
 Penatalaksanan LGA
Bentuk pengobatan utama adalah kemoterapi
1. Kombinasi vinkristin, prednison, daunorubisin, dan asparaginase
digunakan untuk terapi awal
2. kombinasi merkaptopurin, metoktreksat, vinkristin dan prednosinuntuk
numatan
3. iradiasi region serebrospinal dan suntikan intratekal dengan obat-obat
kemoterapiotik membantu mencegah kekambuhan sistem saraf pusat.

6
B. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
Walaupun leukemia limfositik akut (LLA) terdapat pada 20% orang
dewasa yang menderita leukemia. Paling sering menyerang anak-anak di
bawah umur 15 tahun, dengan puncak insidens antara umur 3 dan 4 tahun
 Manifestasi Klinis
Berupa poliferasi limfoblas abnormal dalam sum-sum tulang dan tempat-
tempat ekstramedular (di luar sumsum tulang, yaitu kelenjer lmfe dan limfa)
 Tanda dan Gejala
Dikaitkan dengan penekanan unsur-unsur sumsum tulang normal. Karena
itu, infeksi, perdarahan dan anemia merupakan manifestasi utama.
Penderita penyakit ini memiliki kelenjer limfe yang membesar (limfadenopati)
dan hepatos pleno megali; nyeri tulang sering terjadi –sistem saraf pusat
(misalnya, sakit kepala, muntah, kejang, gangguan penglihatan) juga dapat
terlibat.
 Diagnosis LLA
Di tegakkan melalui hitung sek darah lengkap, diferensiasi, hitung
trombosit dan pemeriksaan sumsum tulang. Hitung sel darah putih umumnya
meningkat dengan nyata disertai adanya limfositosis; hitung trombosit dan sel
darah merah rendah. Harus dilengkapi dengan pemeriksaan analisa cairan
spinal.
LLA di masukkan dalam subklasifikasi dengan kriteria imunologis (sel T,
sel B, cALLat, atau sel null) dan dengan analisis sitogenetik. Keterangan ini
memberikan informasi respon terhadap terapi dan prognosis. Awitan LLA
biasanya mendadak disertai perkembangan dan kematian cepat jika tidak di
obati.
Untuk pengobatan, tidak saja 90%-95% dapat mencapai resmi penuh,
tetapi 60% menjadi sembuh. Hal ini di capai melalui pengobatan kemoterapi.
Umumnya kemoterapi merupakankombinasi dari vinkristin, prednison dan L-
asparaginase.
Hasil pengobatan secara intensif pada orang ewa penderita LLA adalah
kira-kira 35% penderita dapat hidup tanpa penyakit selama5 tahun (gale,
1989)

7
2. Leukemia Kronik
A. Leukemia Granulositik Kronik.
Leukemia granulositik kronik (LGK) atau leukemia mielositik kronik
(LMK) sering terjadi pada orang dewasa usia pertengahan tetapi dapat juga
timbul pada setiap kelompok umur lainnya.
LGK awitannya lambat. Jumlah granulosit umumnya lebih dari 30000/mm 3.
pada 85% kasus, terdapat kelainan kromosom yang di sebut kromosom
philadelphia. Kromosom philadelpia ini merupakan suatu translokasi dari
bagian kromosom 22 yang panjang ke kromosom 9.

 Manifestasi Klinis LMK/LGK


1. Awitan berbahaya tersembunyi
2. Selalu terdapat leukosit, kadang dalam kadar di luar batas spenome
 Penatalaksanaan
1. Terapi, pilihannya adalah busulfan (myleran) dan hidroksiurea,
klorambusil (leukeran) saja atau dengan steroid
2. Transplantasi sum-sum tulang meningkatkan angka bertahan hidup
secara signifikan
3. Obat pilihan lain : alfa-interferon dan fludarabine (fudara)
 Tanda dan Gejala
Berkaitan dengan keadaan hipermetabolik- kelelahan, kekurangan
berat badan, diaforesis meningkat dan tidak tahan panas. Limpa
membesar pada 90% kasus yang mengakibatkan perasaan penuh pada
abdomen dan mudah merasa kenyang.
 Pengobatan
Pengobatan dengan kemoterapi intermiten di tujukan pada penekanan
hematopoiesis yang berlebihan dan mengurangi ukuran limpa.
Berbagai penderita berkembang progressif, fase resisten disertai
pembentukan mieloblas yang berlebihan (transformasi blas).
Transplantasi sumsum tulang dari individu alin (allogenik) yang di
lakukan pada fase kronik LGK memberikan suatu harapan
kesembuhan.

8
B. Leukemia Limfositik Kronik
Merupakan suatu gangguan limfoproliferatif yang di temukan pada
kelompok umur tua(60th). Perbandingan (2:1) untuk pria.

 Tanda dan Gejala


Pembesaran organ secara masif menyebabkan tekanan mekanik pada
lambung sehingga menimbulkan gejala cepat kenyang, rasa tidak enak
pada abnomen dan buang air besar tidak teratur. Mungkin terjadi infeksi
kulit dan pneumonia; keadaan ini terjadi sekunder akibat adanya
perubahan imunologik da netropenia.
 Pengobatan
Ditujukan untuk mengurangi massa limfositik, sehingga memperbaiki
pansitopenia dan melegakan rasa tidak enak yang di sebabkan oleh
pembesaran organ. Di gunakan kemoterapi dengan agen-agen alkil dan
kortikosteroid.
 Manifestasi Klinis LLK
1. Banyak di antaranya asam ptomotik
2. Manifestasi yang mungkin adalah anemia, infeksi atau
pembesaran nodus limfe dan organ abdomen
3. jumlah eritosit atau trombosit mungkin normal atau
menurun
4. limfositosis selalu terdapat
 Penatalaksanaan dan Prognosis
1. Jika ringan, LLK dapat tidak membutuhkan pengobatan.
Jika gejalanya menghebat, kemoterapi dengan steroid
dan klorambusil (leukeran) sering di gunakan.
2. Pasien yang tidak memberikan respons terhadap terapi
yang lazim mungkin mencapai remisi dengan, mis.,
fludarabin monofosfat atau pentostanin
3. Imunoglobulin intravena (IGIV) merupakan pengobatan
profilatik yang efektif untuk pasien tertentu
4. Rata-rata angka dapat bertahan hidup adalah 7 tahun.

9
 Komplikasi
1. perdarahan dan infeksi merupakan penyebab utama
kematian
2. pembentukan batu ginjal, anemia dan masalah
gastrointestinal
3. perdarahan berhubungan dengan tingkat trombostopenia:
terjadi dengan petekie, ekimosis dan hemoragi mayor jika
jumlah trombosit di bawah 20000mm3.demam atau infeksi
meningkatnya perdarahan.

10
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data
yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan
pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta
merumuskan diagnosa keperawatan. (Budi Anna Keliat, 1994)
Pengkajian pada leukemia meliputi:
a.Riwayat penyakit
b.Kaji adanya tanda-tanda anemia:
1).Pucat
2).Kelemahan
3).Sesak
4).Nafas cepat
c.Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:
1).Demam
2).Infeksi
d.Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia:
1).Ptechiae
2).Purpura
3).Perdarahan membran mukosa
e.Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola:
1).Limfadenopati
2).Hepatomegali
3).Splenomegali
f.Kaji adanya pembesaran testis
g.Kaji adanya:
1).Hematuria
2).Hipertensi
3).Gagal ginjal
4).Inflamasi disekitar rektal

11
5).Nyeri (Suriadi,R dan Rita Yuliani, 2001: 178)
2. Patofisiologi dan Penyimpangan KDM Proliferasi sel kanker
Sel kanker bersaing dengan sel normal, untuk mendapatkan nutrisi, Infiltrasi
sel normal digantikan dengan Sel kanker.

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang
aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat
bertanggung gugat “ (Wong,D.L, 2004: 331).
Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia
adalah:
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan
jumlah trombosit
4.Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
5.Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan
efek samping agen kemoterapi
6.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis
7.Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens
kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
9.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat
pada penampilan.
10.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang
menderita leukemia.
11.Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan
anak.

12
4. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi
untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi
keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Berdasarkan
diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut
(Wong,D.L: 2004)

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh


1) Tujuan: Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
2) Intervensi:
- Pantau suhu dengan teliti
Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
- Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional: untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
- Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan
teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
- Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional: untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
- Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti
tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional: untuk intervensi dini penanganan infeksi

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia


1) Tujuan: terjadi peningkatan toleransi aktifitas
2) Intervensi:
- Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyambunganjaringan
- Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau
dibutuhkan

13
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan
intervensi
- Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

c. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan


jumlah trombosit
1) Tujuan: klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
2) Intervensi:
- Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut
nadi cepat, dan pucat)
Rasional: untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
- Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional: karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
- Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan
hidung
Rasional: untuk mencegah perdarahan

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan


muntah
1) Tujuan:
- Tidak terjadi kekurangan volume cairan
- Pasien tidak mengalami mual dan muntah
2) Intervensi:
- Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional: bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
- Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik

e. Perubahan membran mukosa mulut: stomatitis yang berhubungan dengan


efek samping agen kemoterapi
1) Tujuan: pasien tidak mengalami mukositis oral
2) Intervensi:

14
-Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional: karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks
muntah yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan
kejang
- Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional: untuk mencegah atau mengatasi mukositis

f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan


dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi
dan atau stomatitis
1) Tujuan: pasien mendapat nutrisi yang adekuat
2) Intervensi:
- Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional: jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung
dari mual dan muntah serta kemoterapi
- Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi,
rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak
meningkat
Rasional: untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
- Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk
atau suplemen yang dijual bebas
Rasional: untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi

g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia


1) Tujuan: pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat
yang dapat diterima anak
2) Intervensi:
- Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional: informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan
atau keefektifan intervensi
- Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional: untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian
atau obat
- Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat

15
Rasional: sebagai analgetik tambahan
- Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional: untuk mencegah kambuhnya nyeri

h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens


kemoterapi, radioterapi, imobilitas
1) Tujuan: pasien mempertahankan integritas kulit
2) Intervensi:
- Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah
perianal
Rasional: karena area ini cenderung mengalami ulserasi
- Ubah posisi dengan sering
Rasional: untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
- Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional: mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
- Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional: efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi
dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi

i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat


pada penampilan
1) Tujuan: pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
2) Intervensi:
- Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin ,
misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional: untuk meningkatkan penampilan

j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang


menderita leukemia
1) Tujuan: pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur
diagnostik atau terapi
2)Intervensi:
- Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak
Rasional: untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu

16
- Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional: untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
- Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak
menjalani kehidupan yang normal
Rasional: untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal
- Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan anak
sebelum diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup
Rasional: memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut
secara realistis
- Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang
hasil tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi
tambahan
Rasional: untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
- Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
Rasional: untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga

k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak


1) Tujuan: pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian
anak
2) Intervensi:
- Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga
Rasional: pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan
atau reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien dan keluarga
lebih efektif menghadapi kondisinya
- Berikan kontak yang konsisten pada keluarga
Rasional: untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong
komunikasi
- Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada tahap terminal
Rasional: untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan
- Fasilitasi anak untuk mengespresikan perasaannya melalui bermain
Rasional: memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami

17
5.Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan
yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus
dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik
mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat
tercapai (Wong.D.L. 2004: hal. 331).

6.Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal
596-610) hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah:
a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat
kemampuan, adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas.
c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual
muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa
tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat
g. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau
menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan
perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan
rambut, anak membantu menentukan metode untuk mengurangi efek
kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan anak tampak
bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur,
keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan
tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta
kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama anak.

18
k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan,
keluarga dan anak mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan
dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan keluarga
mendapat dukungan yang adekuat.

19
LAPORAN PENDAHULUAN dan ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN LEUKEMIA

Disusun oleh :

1. ELYANA DHEA KURNIASARI (1603026)


2. YOGA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG 2017

20

Anda mungkin juga menyukai