A. Kajian Teori
1. Mortar
material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat,
kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu. Fungsi mortar
adalah sebagai matrik pengikat bagian penyusun suatu konstruksi baik yang
a. Mortar Lumpur, dibuat dari campuran air, tanah liat/lumpur, dan agregat
(setelah keras) yang baik pula. Terlalu sedikit agregat halus (berarti
6
7
kurang plastis. Mortar lumpur ini dipakai untuk bahan dinding tembok
atau bahan tungku api di pedesaan. Mortar Kapur, dibuat dari campuran
air, kapur, dan agregat halus (dulu ditambahkan serbuk bata merah,
umunya dipakai 2 atau 3 kali volume kapur. Mortar ini biasa dipakai
untuk perekat bata merah pada dinding tembok bata, atau perekat antar
b. Mortar Semen, dibuat dari campuran air, semen portland, dan agregat
volume semen dan volume agregat halus berkisar antar 1:2 dan 1:8.
Mortar ini kekuatannya lebih besar daripada mortar lumpur atau mortar
kapur, oleh karena itu biasa dipakai untuk tembok, pilar, kolom, atau
bagian bangunan yang lain yang menahan beban. Karena mortar semen
ini lebih rapat air (dibandingkan dengan 2 mortar lain sebelumnya) maka
juga dipakai untuk bagian luar bangunan dan atau bagian bangunan yang
sebagainya. Mortar ini baik untuk bahan isolasi panas atau peredam
suara.
aluminous cement dan dua bubuk bata-api. Mortar ini biasa dipakai
menjadi 5, yaitu:
a. Mortar tipe M yaitu mortar dengan kuat tekan yang tinggi, dipakai untuk
penahan, dan untuk jalan. Kuat tekan minimumnya adalah 17,2 MPa.
b. Mortar tipe N yaitu mortar dengan kuat tekan sedang, dipakai apabila
17,2 MPa.
c. Mortar tipe S yaitu mortar dengan kuat tekan sedang, kuat tekannya
d. Mortar tipe O yaitu mortar dengan kuat tekan rendah, dipakai untuk
e. Mortar tipe K yaitu mortar dengan kuat tekan rendah, dipakai untuk
2. Geopolimer
a. Pengertian Geopolimer
b. Sejarah Geopolimer
Davidovits pada tahun 1978. Objek yang pertama kali diteliti adalah
aglomerasi batuan atau dengan kata lain piramid dibangun seperti dengan
anorganik dan terdiri atas sebagian besar unsur silika (Si) dan alumina
3. Mortar Geopolimer
dihasilkan dari reaksi material yang mengandung sejumlah besar Silika (Si)
5 cm dalam penelitian ini terdiri dari air, pasir, kapur tohor, silica fume, dan
alkali aktivator.
a. Agregat Halus
dengan besar butiran maksimum 4,76 mm berasal dari alam atau hasil
atau pasta.
2) Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat diuji dengan larutan
butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena
butiran yang kecil mengisi pori diantara butiran yang besar, sehingga
berikut:
a) Peralatan.
(1) 1 set ayakan 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,6 mm; 0,3 mm;
(5) Cawan.
b) Bahan.
c) Prosedur pengujian.
(2) Setelah itu benda uji pasir dimasukkan ke dalam ayakan yang
telah diurutkan.
ayakan.
Keterangan:
Tabel 1
Gradasi Agregat Halus Lewat Ayakan (%)
a) Peralatan
(2) Cawan.
(4) Sendok.
b) Bahan.
(2) Air.
c) Prosedur Pengujian.
gelas ukur.
(2) Lalu ditambahkan air sampai benda uji pasir terendam air.
mengendap.
(4) Tinggi pasir dan tinggi lumpur pada gelas ukur dicatat.
𝐴−𝐵
Kandungan lumpur (%) = x 100% = .................................. (2)
𝐴
15
Keterangan :
a) Peralatan
(3) Cawan.
(4) Oven.
(5) Sendok.
b) Bahan
c) Prosedur Pengujian
(7) Pasir dikeluarkan dari tabung ukur dan dioven selama 36 jam.
16
𝐷
Berat jenis pasir kering tungku = (gr/cm³)....................(3)
(𝐶+𝐵)− 𝐴
𝐵
Berat jenis pasir SSD = (gr/cm³)...................................(4)
(𝐶+𝐵)− 𝐴
Keterangan :
b. Air
mortar.
merusak beton. Dalam penelitian ini air yang digunakan adalah air
1) Air yang digunakan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak
yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik atau bahan-
2) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton
3) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton,
b) Hasil pengujian pada umur 7, 14, dan 28 hari pada kubus uji mortar
yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum
dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat
diminum.
c. Silica Fume
yang sangat halus dengan ukuran partikel rata-rata 100 nm, ukuran
18
tersebut 100 kali lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran partikel
dari semen. Kandungan utama sebagian silica fume adalah SiO2 dan
sebagaian unsur lain dalam jumlah kecil seperti Fe2O3, A1, CaO, MgO,
K, SO3.
jenis bentuk produk yaitu undensified silica fume (as produced), slurrry,
dan densified silica fume. Namun yang paling banyak digunakan adalah
undensified silica fume dan densified silica fume, kedua jenis ini yang
(Priatmojo, 2015).
Tabel 2.
Komposisi Kimia Silica Fume
d. Kapur
bahan ini akan mengeras dalam air akibat hidrasi kimia antara kalsium
membentuk kapur mati atau kapur padam. Jenis-jenis kapur antara lain:
pelepasan gas CO₂ hingga tersisa padatan CaO atau bisa juga disebut
quick lime.
2) Kapur padam adalah hasil pemadaman kapur tohor dengan air dan
membentuk hidrat.
3) Kapur udara adalah kapur padam yang diaduk dengan air setelah
4) Kapur hidrolis adalah kapur padam yang diaduk dengan air setelah
a) plastis,
pengikat,
sebagai plesteran.
1) Pengertian
soda api atau caustic soda adalah senyawa bersifat basa anorganik.
udara
2) Proses Polimerisasi
oleh polikondensasi.
table sesuai dengan SNI 03-6825-2002, yaitu cara menentukan jumlah air
Nilai kelecakan mortar tergantung dari kadar air yang terkandung dalam
mortar. Pemberian air pada mortar yang terdiri dari bahan dan jumlah air
mana mortar harus memenuhi derajat kecairan (flow) tertentu. Alat yang
digunakan berupa plat datar yang dapat diangkat dan dijatuhkan bebas
setinggi 0,5 inch (12,7 mm) sebanyak 25 kali dalam waktu 15 detik.
Mortar dengan sifat kelecakan yang baik, memiliki derajat kecairan (flow)
antara 100 % - 115 %. Dalam prakteknya, nilai flow dari mortar yang dipakai
2) Gelas ukur.
3) Stopwatch.
4) Cawan.
7) Flow table.
24
1) Silica Fume.
2) Kapur Tohor.
3) Pasir.
4) Air.
2) Silica fume, kapur tohor, dan pasir diaduk sampai benar-benar merata.
homogen.
sorong.
lapis. Tiap lapis ditumbuk 20 kali dan ratakan mortar sama dengan
permukaan cetakan.
berbeda.
25
Perhitungan :
D1−D0
Nilai flow = 𝑥 100%..............................................................(5)
D0
Keterangan:
Da + Db + Dc+Dd
D1 = (mm)
4
Catatan :
beban atau gaya yang dikenakan per satuan luas. Nilai kuat tekan mortar
P maks
Kuat Tekan (𝞼m ) = (6)
A
d
b
Gambar 3. Uji Kuat Tekan
26
Keterangan:
B. Tinjauan Pustaka
activator dan fly ash untuk beton geopolimer mutu tinggi 8 M 1:2,5,
karakteristik beton geopolimer dan fly ash tipe C dan F 8M 1:2. Komposisi
activator dan fly ash untuk beton geopolimer mutu tinggi:0,3 dan
27
karakteristik beton geopolimer dari fly ash tipe C dan F:0,3. Suhu curing
90˚C. Namun, pengaruh faktor jenis prekursor pada penelitian yang ditinjau
pada studi literatur ini menunjukkan bahwa penggunaan fly ash tipe C
lebih tinggi daripada mortar geopolimer yang menggunakan fly ash tipe F
yang ada ini dapat disebabkan oleh pengaruh faktor dominan lain seperti
Geopolimer Berbahan Abu Sekam Padi dan Kapur Padam. Penelitian ini
optimum penggunaan abu sekam padi dan kapur padam untuk mortar
geopolimer, dan menganalisa apakah abu sekam padi dan kapur padam
70%:30% sebanyak 9 benda uji untuk satu variasi. Pengujian kuat tekan
28
pengujian sebanyak 3 benda uji untuk satu variasi. Dari hasil penelitian yang
dilakukan didapat kuat tekan mortar geopolimer umur 28 hari variasi abu
sekam padi:kapur padam 70:30 sebesar 22,31 kg/cm2, variasi abu sekam
padi:kapur padam 90:10 sebesar 15,20 kg/cm2, dan variasi abu sekam
padi:kapur padam 100:0 sebesar 8,30 kg/cm2. Kuat tekan optimum mortar
geopolimer pada variasi abu sekam padi:kapur padam 70:30 pada umur 28
hari yaitu 22,31 kg/cm2. Dari hasil uji kuat tekan menunjukan bahwa
geopolimer berbahan abu sekam padi dan kapur padam termasuk ke dalam
Pada penelitian Setyani (2017) digunakan abu sekam padi dan kapur padam
digunakan silica fume dan kapur tohor sebagai bahan pembuatan mortar
geopolimer.
Geopolimer Dengan Bahan Alternatif Abu Sekam Padi dan Kapur Padam.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa apakah abu sekam padi dan
sekam padi dan kapur padam, dan mengetahui variasi optimum beton
70:30, 80:20, 90:10, 100:0. Faktor air baru didapat 0,85 dari berat binder.
benda uji, pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 7, 14,dan 28 hari. Dari
hasil penelitian yang dilakukan didapat nilai kuat tekan rata-rata beton
geopolimer pada variasi 70:30 (abu sekam padi:kapur padam), pada umur
7,14, dan 28 hari dengan hasil berturut-turut adalah 3,644 MPa, 3,924 MPa,
dan 2,579 MPa, variasi 80:20 (abu sekam padi:kapur padam) adalah 4,205
MPa, 3,924 MPa, dan 3,364 Mpa, variasi 90:10 (abu sekam padi:kapur
padam) adalah 3,644 MPa, 3,644 MPa, dan 3,308 MPa, variasi 100:0 (abu
sekam padi:kapur padam) adalah 3,084 MPa, 3,364 MPa, dan 2,411 MPa.
Kuat tekan optimum yang diperoleh dalam penelitian adalah pada variasi
abu sekam padi:kapur padam (80:20) yaitu sebesar 4,205 MPa. Berdasarkan
jenis beton menurut kuat tekannya, maka beton geopolimer berbahan abu
sekam padi dan kapur padam termasuk ke dalam beton sederhana yaitu
Pada penelitian Utomo (2017) digunakan abu sekam padi dan kapur padam
digunakan silica fume dan kapur tohor sebagai bahan pembuatan mortar
geopolimer.
dan 1,5 disetiap variasinya, pengujian dilakukan pada umur 3, 28, dan 56
hari. Dari hasil analisa data kuat tekan: Kuat tekan rata-rata perbandingan
aktivator 1,5 pada komposisi fly ash (100%), fly ash (50%) + limbah
lebih tinggi dibandingkan dengan aktivator 0,5. Kuat tekan fly ash (100%)
umur 3 hari lebih tinggi dibandingkan dengan fly ash (50%) + limbah
31
umur 28 hari dan 56 hari hasil kuat tekan lebih tinggi fly ash (50%) + limbah
benda uji umur 3 dan 28 hari, terlihat pada perbandingan aktivator 1,5
aktivator 0,5 lebih tinggi dibandingkan dengan 1,5. Hasil pengujian yang
menggunakan fly ash sebagai bahan dasar pengganti semen portland dan
Pada penelitian Triyanti (2017) digunakan limbah sandblasting dan fly ash
Geopolimer Berbahan Abu Sekam Padi dan Limbah Karbit. Penelitian ini
optimum penggunaan abu sekam padi dan limbah karbit untuk mortar
abu sekam padi:limbah karbit 100:0, 90:10, 80:20, dan 70:30 sebanyak 36
umur 7, 14, dan 28 hari. Hasil pengujian abu sekam padi dan limbah karbit
dapat digunakan sebagai bahan alternatif pengganti semen yaitu pada variasi
mortar abu sekam padi:limbah karbit 70:30, 80:20, 90:10 pada umur 7, 14,
dan 28 hari termasuk ke dalam mortar tipe K dengan kuat tekan 0,5 – 2,4
Pada penelitian Maarif (2018) digunakan abu sekam padi dan limbah karbit
digunakan silica fume dan kapur tohor sebagai bahan pembuatan mortar
geopolimer.
zeolit dan kapur tohor untuk mortar geopolimer, dan menguji apakah zeolit
33
dan kapur tohor dapat digunakan untuk mortar geopolimer. Penelitian ini
1:3 dengan penambahan larutan alkali sebesar 26% dari berat prekursor.
suhu ruangan. Pengujian dilakukan pada umur 7, 14, dan 28 hari. Hasil
penelitian didapat kuat tekan mortar geopolimer umur uji 28 hari variasi
zeolit:kapur tohor 100:0 adalah 1,31 MPa, variasi 90:10 adalah 1,15 MPa,
variasi 80:20 adalah 1,03 MPa, dan variasi 70:30 adalah 0,92 MPa. Didapat
kuat tekan optimum mortar geopolimer berbahan zeolit dan kapur tohor
pada variasi 100:0 yaitu 1,31 MPa, dari hasil uji kuat tekan menunjukan
bahwa penambahan zeolit dan pengurangan kapur tohor kuat tekan mortar
Pada penelitian Aryansa (2018) digunakan zeolit dan kapur tohor sebagai
silica fume dan kapur tohor sebagai bahan pembuatan mortar geopolimer.
C. Hipotesis Penelitian
teori, dan tinjauan pustaka, maka hipotesis penelitian ini adalah silica fume dan
geopolimer.
34