1. Latar belakang
I. Penuaan
a. Pengertian menua
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
(Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk, 2008). Sedangkan menurut Pasal 1
ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008:
32). Seiring meningkatnya populasi lansia akan menyebabkan konsekuensi berupa besarnya
biaya kesehatan karena sifat penyakitnya adalah penyakit degeneratif, kronis dengan
multiple patologi sehingga memerlukan biaya penanganan yang mahal. Adat budaya bangsa
Indonesia dalam kehidupan lansia adalah merupakan figure yang dihormati dan merupakan
sumber daya yang bernilai tentang pengetahuan dan pengalaman hidup serta kearifan yang
dimiliki masih dapat dimanfaatkan.
Saat ini di seluruh dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan
diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju seperti Amerika
Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih kurang seribu orang perhari. Pada tahun 1985
dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun sehingga istilah “baby bom”
pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia.
Menurut Boedhi Darmojo, disebutkan bahwa orang lanjut usia (lebih 55 tahun), di Indonesia
tahun 2000 sebanyak 22,22 juta atau sebanyak 10% dari total penduduk dan diperkirakan
jumlah tersebut meningkat pada tahun 2020 menjadi 29,12 juta atau 11,0%. Peningkatan
tersebut berkaitan dengan meningkatnya umur harapan hidup dari 65-70 tahun pada 2000
menjadi 70-75 pada tahun 2020.
Meningkatnya umur harapan hidup tersebut akan terwujud bila:
1. Pelayanan kesehatan efektif.
2. Adanya perbaikan gizi dan sanitasi, serta
3. Meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi.
Berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan meningkatnya umur harapan hidup akan
memberikan dampak meningkatnya masalah kesehatan terutama yang berkaitan dengan
proses degeneratif. Keadaan ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sehari-hari
secara mandiri.
Peran perawat dalam meminimalkan atau mengantisipasi masalah kesehatan pada lansia
adalah dengan memberikan asuhan keperawatan pada lansia baik dalam keadaan sehat
maupun sakit pada tingkat individu maupun kelompok. Focus asuhan keperawatan lansia
adalah melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan mengoptimalkan fungsi
fisik dan mental.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen (ketergantungan),
tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan
dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan
untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan
menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung
keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan
sosial, lansia di panti werda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan
mental.
4. Proses Penuaan
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah
itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh.
Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah
yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai
masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan
R. Siti Maryam, dkk, 2008 menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi penuaan adalah
sebagai berikut:
1. Hereditas (Keturunan/Genetik)
2. Nutrisi (Asupan Makanan)
3. Status Kesehatan
4. Pengalaman Hidup
5. Lingkungan
6. Stress
Teori-Teori Penuaan
a. Perubahan fisik.
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Hereditas.
e. Lingkungan.
f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.
g. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
h. Kenangan lama tidak berubah.
i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya
penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan dari faktor waktu.
3. Perubahan Psikososial
a. Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak aman,
takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panik dan depresif.
b. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.
c. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman atau
relasi.
d. Sadar akan datangnya kematian.
e. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
f. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
g. Penyakit kronis.
h. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.
i. Gangguan syaraf panca indra.
j. Gizi
k. Kehilangan teman dan keluarga.
l. Berkurangnya kekuatan fisik
4. Perubahan kultural
a. Kolektifitas Etnis
Adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan identitas dan memiliki standart perilaku
yang sama. Individu yang bedasarkan dalam kelompok seperti itu mengikuti budaya oleh norma-
norma yang menentukan jalan ikiran dan perilaku mereka. (Harwood, 1981)
b. Shok Budaya
Adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang latar belakang kulturnya berbeda.
Shock budaya sebagai perasaan yang tidak ada yang menolong ketidaknyamanan dan kondisi
disoirentasi yang dialami oleh orang luar yang berusaha beradaptasi secara komprehensif atau
secara efektif dengan kelompok yang berbeda akibat akibat paraktek nilai-nilai dan kepercayaan.
( Leininger, 1976)
Perawat dapat mengurangi shock budaya dengan mempelajari tentang perpedaan kelompok
budaya dimana ia terlibat. Pemting untuk perawat mengembangkan hormat kepada orang lain
yang berbeda budaya sambil menghargai perasaan dirinya. Praktik perawatan kesehatan
memerlukan toleransi kepercayaan yang bertentangan dengan perawat.
c. Pola Komunikasi
Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang berbicara dengan bahasa ang berbeda.
Kebiasaan berbahasa dari klien adalah salah satu cara untuk melihat isi dari budaya. Menurut
Kluckhohn 1972, bahwa tiap bahasa adalah merupakan jalan khusus untuk meneropong dan
interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat tatanan seluruhnya dari asumsi yang tidak
disadari tetang dunia dan penghidupan. Kendala untuk komunkasi bisa saja terjadi walaupun
individu berbicara dengan bahasa yang sama.
Perawat kadang kesulitan untuk menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang sederhana, bebas dari
bahasa yang jlimet yang klien bisa menagkap. Sangat penting untuk menentukan ahwa pesan kita
bisa diterima dan dimengerti maksudnya .
Pengertian Hipertensi
Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi
Ciri perseorangan Cirri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-
laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari
kulit putih )
Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ),
kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok,
minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
III. PATOFISIOLOGI
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 )
Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
V. KLASIFIKASI HIPERTENSI
VI. KOMPLIKASI
Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, dan transient
ischemic attack
Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut
(IMA).
Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.
a. Olah raga lebih banyak dihubungkan bersama pengobatan hipertensi, sebab olah
raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yg rutin bisa memperlancar peredaran
darah maka bisa menurunkan tekanan darah. Olah raga dapat juga digunakan buat
mengurangi/ mencegah obesitas & mengurangi asupan garam ke dalam badan (badan
yg berkeringat akan mengeluarkan garam melalui kulit). Pengobatan hipertensi
dengan cara garis besar dibagi jadi 2 type adalah :
Ciptakan kondisi rileks Bermacam Macam trick relaksasi seperti meditasi, yoga
atau hipnosis sanggup mengontrol system saraf yg hasilnya mampu
menurunkan tekanan darah.
Melaksanakan olah raga seperti senam aerobik atau jalan serentak selama 30-45
menit jumlahnya 3-4 kali seminggu.
Berhenti merokok & mengurangi mengonsumsi alkohol.
Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis) Obat-obatan antihipertensi.
Terdapat tidak sedikit tipe obat antihipertensi yg beredar sekarang ini. Buat pemilihan
obat yg pas diharapkan menghubungi dokter.
Diuretik
Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dgn menghambat gerakan saraf simpatis (saraf yg bekerja
pada disaat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin &
Reserpin.
obat ini ialah lewat penurunan daya pompa jantung. Type betabloker tak dianjurkan
kepada penderita yg sudah didapati mengidap kesukaran pernapasan seperti asma
bronkial. Contoh obatnya yakni : Metoprolol, Propranolol & Atenolol. Terhadap
penderita diabetes melitus mesti hati-hati, dikarenakan akan menutupi gejala
hipoglikemia (keadaan di mana kadar gula dalam darah turun jadi teramat rendah yg
dapat berakibat bahaya bagi penderitanya). Kepada ortu terdapat gejala bronkospasme
(penyempitan saluran pernapasan) maka pemberian obat mesti hati-hati.
Vasodilator
Obat golongan ini bekerja cepat terhadap pembuluh darah dgn relaksasi otot polos
(otot pembuluh darah). Yg termasuk juga dalam golongan ini yakni : Prasosin,
Hidralasin. Efek samping yg mungkin saja bakal terjadi dari pemberian obat ini
merupakan : sakit kepala & pusing.
Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung secara menghambat kontraksi
jantung (kontraktilitas). Yg termasuk juga golongan obat ini yakni : Nifedipin,
Diltiasem & Verapamil. Efek samping yg bisa jadi timbul merupakan : sembelit,
pusing, sakit kepala & muntah.
Kiat kerja obat ini yaitu dgn menghalangi penempelan zat Angiotensin II kepada
reseptornya yg mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yg
termasuk juga dalam golongan ini yaitu Valsartan (Diovan). Efek samping yg bisa
saja timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas & mual. Dgn pengobatan & kontrol yg
rutin, pula menghindari perihal dampak terjadinya hipertensi, sehingga angka
kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit
serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu
dingin
3. Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress
multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak
dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut,
gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri
abdomen
8. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan, sianosis
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural
PENATALAKSANAAN
1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
b. Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
1. Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain
2. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87
% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal
dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur
3. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
4. Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND
TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita
dan penyakit lain yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi :
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia
miokard
Intervensi keperawatan :
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
e. Catat edema umum
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Intervensi keperawatan :
a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
c. Batasi aktivitas
d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
e. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan
f. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi
nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
b. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau
tekanan arteri jika tersedia
c. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
d. Amati adanya hipotensi mendadak
e. Ukur masukan dan pengeluaran
f. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
g. Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan
Intervensi
a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek
samping atau efek toksik
d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit
kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
g. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
h. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan
i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang
diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol
j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
7. Rencana keperawatan
a. Diagnosa keperawatan keluarga (apabila belum ada masalah saja)
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi sendi / artritis)
b. Tujuan umum : agar nyeri pada sendi klien dapat teratasi
c. Tujuan khusus :
Keluhan nyeri pada area sendi klien berkurang
Klien tidak tampak meringis
Kesulitan tidur berkurang
8. Pelaksanaan
- Media : Tensimeter, Stetoskop dan Minyak untuk masase
- Waktu dan tempat : 19.30 WIB, Kamis, 29 April 2021
- Metode : Pemeriksaan dan Tanya Jawab
- Strategi pelaksanaan/langkah-langkah:
Fase orientasi :
a. Salam
b. Perkenalan
c. Kontrak waktu dan tempat
d. Menjelaskan tindakan & tujuan
Kerja :
a. Melakukan pengkajian baik data demografi dan riwayat kesehatan
b. Melakukan pemeriksaan status kesehatan seperti : keluhan / masalah
kesehatan saat ini
c. Melakukan pengkajian kebiasaan sehari-hari
d. Melakukan pengkajian activity daily living
e. Melakukan pemeriksaan fisik
f. Melakukan acupressure di bagian tengkuk kepala
Terminasi
a. Jelaskan tindakan sudah selesai
b. Tanyakan kembali bagaimana rasanya setelah dilakukan tindakan
c. Mengingatkan klien untuk melakukan pemeriksaan dan minum obat dengan
rutin
d. Berpamitan dan salam
9. Kriteria evaluasi
a. Evaluasi struktur : lingkungan disekitar kurang kondusif sehingga kurang
konsentrasi dalam melakukan tindakan. Alat yang digunakan sesuai untuk
mengukur tekanan darah dan untuk melakukan masase.
c. Evaluasi hasil : klien mengatakan merasa lebih baik dan nyerinya berkurang
setelah dilakukan masase dan klien juga tampak tidak meringis.
DAFTAR PUSTAKA