Uts Kriminologi Haziyati Wilhelmina 1193060037 Hpi Iv A

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

Nama: Haziyati Wilhelmina

NIM: 1193060037
Kelas: Hukum Pidana Islam IV/A
Dosen: Ende Hasbi Nassaruddin, S.H., M.H.
UTS: Kriminologi

1. Kriminologi berasal dari bahasa latin, yaitu crimen dan logos. Crimen berarti kejahatan,
sementara logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara harfiah, Kriminologi adalah ilmu
pengetahuan tentang kejahatan, atau lebih tepatnya Kriminologi mempelajari segala aspek
tentang kejahatan.

Dilansir dari buku Kamus Sosiologi (2018) karya Agung Tri Haryanto dan Eko Sujatmiko,
kejahatan adalah suatu bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok
terhadap nilai dan norma atau peraturan perundang-undangan yang berlaku di masyarakat.

2. Kriminologi memberikan pemahaman yang holistik mengenai kejahatan. Dengan mendasari


pada metode ilmiah, pengetahuan tentang kejahatan tidak didasari pada akal sehat belaka
(common sense). Sehingga, mempelajari Kriminologi berarti melihat fenomena kejahatan
dengan pemahaman yang sebenar-benarnya.

3. Kejahatan menurut pandangan para pakar Kriminologi secara umum berarti adalah perilaku
manusia yang melanggar norma (hukum pidana/kejahatan/krimininal) yang merugikan,
menakutkan, dan bahkan menimbulkan korban, sehingga tidak dapat dibiarkan.

4. Beragam kondisi sosial sebagai penyebab kriminalitas yang merugikan kehidupan manusia
lainnya bisa disebabkan oleh beberapa faktor besar, di antaranya ialah:

1. Kondisi Sosial & Kebutuhan Yang Mendesak

Terdapat beragam kondisi sosial penyebab kriminalitas yang merugikan kehidupan manusia.
Maraknya pengangguran, kemiskinan yang semakin menjamur, kondisi lingkungan yang
mendukung individu melakukan kejahatan, ketimpangan sosial, tekanan mental, serta kemarahan
yang mendalam. Hidup di lingkungan sosial yang miskin dan banyak terjadi pelanggaran hukum,
tidak memiliki pendidikan yang layak, memiliki gangguan fisik & mental, dan berbagai kesulitan
psikososial lainnya.

Dalam perspektif Psikoanalisa Sigmund Freud memiliki pandangan sendiri tentang apa yang
menjadikan seorang bertindak kriminal. Ketidakseimbangan hubungan antara Id, Ego dan
Superego membuat manusia lemah dan akibatnya lebih mungkin melakukan perilaku
menyimpang atau kejahatan. Selain itu, Freud juga menjelaskan bahwa kejahatan pun bisa terjadi
dari prinsip “kesenangan”. Manusia memiliki dasar biologis yang sifatnya mendesak dan bekerja
untuk meraih kepuasan yang dikelola oleh Id. Freud percaya bahwa jika ini tidak bisa diperoleh
secara legal atau sesuai dengan aturan sosial, maka orang secara naluriah akan mencoba untuk
melakukannya secara ilegal.

2. Alasan Pribadi

Hal ini disebabkan oleh sifat alami dari sebuah tindakan yang tidak menyenangkan, yakni,
keegoisan yang didorong oleh perasaan negatif seperti ketakutan, kecemburuan, dan kemarahan.
Degradasi mental juga dapat muncul karena beberapa orang yang mengalami tingkat emosi yang
tinggi, stress, dan depresi yang tidak dapat dilampiaskan dengan baik. Hal ini membuat mereka
berbuat jahat kepada orang lain untuk dapat meredam emosinya tersebut. Karena itu, gejala
degradasi mental harus dicegah dan diatasi sebelum menjadi lebih parah.

4. Pengaruh Lingkungan

Pengaruh dari lingkungan menjadi salah satu penyebab orang melakukan kejahatan. Anak-anak
yang diabaikan & ditinggalkan, atau bahkan dianiaya, dan tumbuh dengan trauma dalam
keluarga disfungsional akan berkemungkinan yang lebih tinggi untuk melakukan aksi kejahatan
yang serupa di kehidupannya nanti dibandingkan mereka yang tumbuh dalam keluarga baik-baik.

5. Kurangnya Pendidikan & Ketaqwaan

Pendidikan yang kurang khususnya pendidikan agama & etika merupakan salah satu faktor
pendorong seseorang untuk melakukan suatu kejahatan. Hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan
mereka yang minim akan hal-hal terkait ajaran & peraturan dalam tata hidup beragama &
bermasyarakat.

6. Pengaruh Alkohol & Narkoba

Sudah jelas sekali bahwa alkohol & narkoba adalah salah satu penyebab paling umum mengapa
seseorang melakukan tindak kriminal. Ini dikarenakan mengonsumsi alkohol & narkoba dapat
mengaburkan kesadaran & akal sehat seseorang, bahkan hingga menyebabkan ketergantungan
terhadap 2 barang haram tersebut.

5. a. Teori Asosiasi Diferensial (Differential Association)

Teori Asosiasi Diferensial dikemukakan pertama kali oleh Edwin H Suterland pada tahun 1934
dalam bukunya Principle of Criminology. Sutherland dalam teori ini berpendapat bahwa perilaku
kriminal merupakan perilaku yang dipelajari dalam lingkungan sosial.

b. Teori Lombroso

Teori Lombroso tentang “Born Criminal” (penjahat yang dilahirkan) menyatakan bahwa para
penjahat ialah suatu bentuk yang lebih rendah dalam kehidupan, lebih mendekati nenek moyang
mereka yang mirip kera dalam hal sifat bawaan dan watak dibandingkan dengan mereka yang
bukan penjahat.
c. Teori Beccaria

Beccaria mengemukakan bahwa dalam mengadili setiap kejahatan hakim harus menarik
kesimpulan dari dua pertimbangan. Yang pertama, dibentuk oleh undang-undang dengan batas
berlakunya dan yang kedua, perbuatan konkrit yang akan diadili itu tidak bertentangan dengan
undang-undang. Ketika hakim tidak leluasa untuk menuangkan pandangan dalam putusannya
dan tidak dapat menafsirkan hukum, hakim hanya bisa mematuhi dan menerapkan kitab undang-
undang secara eksplisit.

Referensi:

• Departemen Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial & Politik Universitas Indonesia


• Kejahatan dalam Perspektif Sosiologi
• Kompas.com
• Teori-teori Kriminologi tentang Penyebab Kejahatan dan Upaya Penanggulangannya
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Repository
• https://inimulti.com/6-alasan-seseorang-melakukan-tindakan-kriminalitas/
• Kompasiana.com Teori Asosiasi Diferensial (Differential Association Theory) Dalam
Kriminologi
• Kriminogi Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai