BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini memaparkan tentang: (1) Konsepsi belajar dan pembelajaran menurut
strategi pembelajaran langsung, (4) alat praktik fisika berbasis lingkungan, (5) alat
penelitian yang relevan, (8) kerangka berpikir, dan (9) hipotesis penelitian.
perspektif ini belajar dapat dipahami sebagai proses terbentuknya konflik kognitif
yang bergulir dengan sendirinya dalam diri seseorang ketika yang bersangkutan
21
2
menghadapkan peserta didik kepada problem yang saling berkaitan; (2) membuat
struktur pembelajaran lewat konsep pokok dan di sekitar pikiran dasarnya; (3)
mendorong dan menghargai munculnya pandangan dari dalam diri peserta didik;
(4) kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan dan kemauan peserta didik, dan (5)
sendiri.
sebagai berikut.
10) Menyediakan kesempatan yang cukup kepada siswa dalam memikirkan dan
mengerjakan tugas-tugas.
tiga fokus belajar, yaitu: (1) proses, (2) tranfer belajar, dan (3) bagaimana belajar
belajar dan berkembang secara alamiah. Oleh sebab itu pembelajaran seharusnya
kognitif. Pembelajaran tidak hanya memandang siswa dapat belajar dari apa yang
pengetahuan itu.
hanya dapat mengingat apa yang telah dipelajari. Dapat dikatakan pemahaman
Siswa yang hanya dapat mengingat dan menghafal sebagai suatu memori lebih
terakhir adalah bagaimana belajar. Dalam mencapai hasil belajar yang baik, siswa
mempelajari suatu konsep agar lebih mudah dipahami. Hal ini memerlukan
akhirnya adalah agar hasil-hasil belajar dapat menjamin siswa untuk memperoleh
dan pemahaman yang mendalam. Tetapi guru tidak diharuskan memiliki semua
samping penguasaan materi, guru juga dituntut memiliki keragaman model atau
strategi pembelajaran, karena tidak ada satu model pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan belajar dari topik-topik yang beragam. Konsep
guru tidak lebih dari sebagai fasilitator, suatu posisi yang sesuai dengan
fasilitator.
siswa, menyediakan masalah dan alternatif solusi, memonitor proses belajar dan
mencapai tujuan kognitif, metakognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Selain itu,
guru berkewajiban memonitor hasil belajar para siswa dan masalah-masalah yang
daripada itu, guru mampu memberi keputusan mengenai isi, menseleksi proses-
sikap positif terhadap belajar, pemusatan perhatian dan mengaitkan informasi baru
dengan pengetahuan awal. Hal yang lebih penting lagi, guru harus mampu
pemodelan proses berpikir dengan menunjukkan kepada siswa ikut berpikir kritis.
konstruktivistik acap kali mengalami adaptasi sesuai dengan kebutuhan. Hal ini
6
dinamis.
membawa dunia siswa ke dunia guru dan menghantarkan dunia guru ke dunia
keluarga, masyarakat, dan media masa. Sedangkan sumber belajar adalah guru,
orang tua, teman dewasa, teman sebaya, bahan, alat, dan lingkungan itu sendiri.
Sumber belajar ada yang dirancang khusus untuk pembelajaran (by design) dan
ada pula yang bukan dirancang khusus untuk pembelajaran, tetapi dapat
penggubahan lingkungan dan sumber belajar di sini adalah terkait dengan upaya
belajar tersebut.
Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi
dan mencerminkan pemahan yang mendalam tentang sesuatu persoalan. Hal ini
situasi baru (Sadiman et al., 2005). Untuk itu siswa perlu dibiasakan memecahkan
masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-
ide. Keadaan ini muncul karena proses belajar dapat mengubah struktur otak.
7
Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi
meunjukkan bahwa pra konsepsi dan miskonsepsi dapat menuntun siswa dalam
membangun pengetahuan mereka dari buku teks dan di dalam kelas. Miskonsepsi
miskonsepsi yang dialami oleh siswa sangat besar. Banyak miskonsepsi sangat
riskan untuk diubah begitu saja (Suparno, 2005). Hal ini disebabkan oleh karena
(Border dalam Sadia et al., 2004). Bila siswa tersebut ingin merefleksi diri untuk
tertentu. Siswa kan merasa jenuh jika hanya disuguhi cara pembelajaran yang
8
monoton dan situasi ketika belajar hanya sebatas teori saja (Suparno, 2005).
Kebosanan siswa dalam belajar, terutama fisika yang merupakan ilmu yang
pada hasil belajar siswa tersebut. Pembelajaran IPA yang merupakan domain pada
pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan secara visual ini akan memberikan
konflik kognitif yang mampu mengarahkan siswa pada rasa ingin tahu yang besar.
baik (Sadia et al., 2004). Tetapi jika pertanyaan yang timbul dalam benak siswa
tidak segera mendapat jawabannya maka dapat dipastikan akan ada kesenjangan
konsep yang akan dialami oleh siswa tersebut (Kim et al., 2005). Sebagai guru
yang dapat memfasilitasi dan memberikan ruang gerak yang cukup bagi siswa
untuk belajar maka guru tersebut harus mampu memberikan berbagai pilihan jalan
Para siswa mengawali belajar formal tentang sains dengan ide-ide yang
sudah ada tentang alam (Koes, 2003). Beberapa ide tersebut sejalan dengan
konsep ilmiah, tetapi beberapa ide berbeda. Agar ide yang tidak sejalan dengan
mereka miliki saat itu. Dengan demikian siswa akan merasa kecewa karena
9
Suparno, 2005). Dalam Suastra (2002) juga menyatakan strategi konflik kognitif
siswa, mereka menuntut penjelasan atas jawaban siswa yang dikemukakan dan
merupakan teks yang mengandung materi pelajaran. Teks ini dapat memberikan
gambaran yang jelas tentang miskonsepsi yang dialami siswa dan penjelasan yang
pembelajaran ada dua proses yang disebut asimilasi dan akomodasi. Dalam
gejala baru dengan dengan suatu perubahan kecil yang berupa penyesuaian.
konsep-konsep pokok mereka yang lama karena tidak cocok lagi dengan
persoalan baru. Proses asimilasi dan akomodasi merupakan konsep awal dari
dan akomodasi. Proses ini diisebut sebagai equilibrium. Bila terjadi ketidak
luar dengan struktur pengetahuan siswa. Untuk itu diperlukan suatu strategi yang
menjembatabi proses equilibrium ini (Yamin, 2005). Strategi inilah yang dikenal
berupa sesuatu yang berlawanan atau berbeda kepada peserta didik agar terjadi
sebagai berikut.
Dari pengetahuan awal siswa, guru dapat membantu siswa untuk menyadari
Gagasan awal siswa dapat ditujukan dalam bentuk tulisan, gambaran, model
atau cerita.
Langkah ini bertujuan agar siswa mengklarifikasi dan merevisi konsep awal
gagasannya dan dikritik oleh siswa lain dan terjadilah kesenjangan antara ide
dan teori yang ada sehingga siswa merasa tidak puas. Konflik kognitif pun
lanjut dari refutational text yang diberikan sebelumnya. Ketika alat yang
Gru membantu siswa agar merefleksikan diri dan melihat perbedaan konsep
awal siswa dan konsep baru yang tercipta lewat strategi konflik kognitif tadi.
awalnya.
Berikut ini akan dipaparkan lebih lanjut mengenai empat variabel strategi
konflik kognitif.
1) Demonstrasi
orang lain atau kelompok orang. Demonstrasi dapat dilakukan ketika guru
menghadapi kelas besar dan ketersediaan alat percoban yang sangat minim.
Tujuan dari kegiatan ini tidak hanya untuk memperlihatkan kejadian tetapi
ditujukan agar siswa mampu berpikir dalam menemukan masalah dan solusinya
berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya. Ketika apa yang diperoleh dari
timbul konflik kognitif. Pada saat ini merupakan saat yang tepat untuk mengatasi
miskonsepsi. Dengan adanya konflik kognitif, siswa akan dituntut untuk berpikir
Elektroskop tersebut terbuat dari bola lampu bekas, pelat logam, isolasi dan kertas
aluminium dari bekas bungkus rokok. Siswa akan diberikan pertanyaan jika
negatif, maka daun elektroskop akan bermuatan negatif atau positif? Siswa yang
positifnya berkumpul pada daun elektroskop. Hal ini identik dengan konsep benda
netral dimana benda dikatakan netral apabila jumlah muatan positif dan
negatifnya sama.
mendekatkan penggaris yang telah digosok dengan kain wol sehingga daun
maka daunnya akan bermuatan negatif pula. Demikian pula bila yang
14
Dengan penjelasan dan bukti nyata yang telah diperlihatkan oleh guru, konflik
ilmiah.
2) Analogi
mengarahkan pemahaman siswa dari konsep yang abstrak atau tidak masuk akal
menjadi lebih mudah diterima karena seolah-olah bersifat nyata (Santyasa, 2005a;
Suparno, 2005).
Sebagai contoh, konsep tekanan zat cair. Siswa diberikan masalah, kearah
manakah tekanan zat cair yang paling besar? Siswa yang mengalami miskonsepsi
akan menjawab tekanan zat cair yang paling besar arahnya selalu ke bawah. Tentu
saja jawaban siswa ini bertentangan dengan hukum Pascal dimana zat cair akan
memberikan tekanan ke segala arah dengan sama besar. Jawaban siswa yang
seperti itu masuk akal karena pengalaman yang mereka rasakan ketika berenang di
tempat yang lebih dalam dada mereka lebih sesak daripada tempat yang dangkal.
udara manakah yang memiliki tekanan lebih besar, udara bergerak dengan
15
kecepatan tertentu atau udara yang relatif diam? Siswa yang mengalami
tertentu. Tentu saja hal ini bertentangan dengan konsep efek Venturi. Bila laju
fluida bertambah maka tekanannya berkurang. Jawaban siswa masuk akal karena
udara yang bergerak dapat memutar baling-baling. Sedangkan udara yang relatif
diam tidak.
memberikan analogi dari tekanan fluida dinamis. Siswa pertama kali dihadapkan
pada konsep bahwa fluida mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih
rendah. Selanjutnya siswa diminta untuk melakukan percobaan kecil dengan alat
yang disebut penyemprot sederhana. Alat ini mirip dengan penyemprot nyamuk
yang terbuat dari botol bekas air mineral dan pipetnya. Bahan-bahan tersebut
menggunakan pompa. Jadi aliran udara dihasilkan dari tiupan siswa. Siswa
selanjutnya diminta untuk meniup pipa sehingga air di dalam botol mineral
dimana air yang berada ditempat yang lebih rendah dapat naik hanya dengan
mengalirkan udara pada tempat yang tinggi tersebut. Akhirnya siswa akan
menyadari antara gagasan awalnya dengan kenyataan tidak sesuai, guru kemudian
3) Konfrontatif
gagasan-gagasan siswa. Ketika gagasan yang keliru tersebut goyah oleh karena
akomodasi. Pada akhirnya akan terbentuk konsep ilmiah yang benar dan
pembelokan. Jawaban siswa ini masuk akal karena mereka melihat benda melalui
kaca jendela sama dengan melihat benda tanpa melalui kaca tersebut. Namun hal
tersebut justru keliru karena tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Meskipun benda
akan dibelokkan.
kaca yang tebal tanpa pengeluaran biaya yang besar dapat dilakukan dengan cara
membuat kotak dari kaca tipis dimana di dalamnya diisi air. Kotak ini akan identik
diletakkan di atas kertas tebal. Pada bagian bawah kotak dilukis garis sesuai
Kemudian siswa melihat jarum tersebut dari sisi lain dan menandai tempat benda
yang dilihatnya. Selanjutnya kaca diangkat dan siswa dihadapkan pada kenyataan
17
bahwatanda benda yang dilihatnya bergeser dari tempat sebenarnya. Pada saat ini
siswa akan mengalami konflik kognitif karena antara gagasan dirinya dengan teori
dan kenyataan yang ada tidak sesuai. Kemudian guru mendorong siswa untuk
4) Contoh Tandiangan
dilakukan ketika pengetahuan siswa mengenai beberapa kejadian atau objek yang
sama namun dianggap berbeda. Metode contoh tandingan ini dapat dikatakan
sebagai suatu metode yang dapat mengatasi miskonsepsi siswa ketik siswa
tersebut mengamati suatu gejala dari satu sisi saja. Dengan demikian contoh
tandingan ini diberikan dengan memperlihatkan sisi lain dari gejala tersebut.
Suparno, 2005).
potensial merupakan energi yang dimiliki oleh benda karena kedudukannya yang
dipengaruhi oleh percepatan gravitasi dan massa benda. Energi potensial gravitasi
jatuh ke bumi. Tetapi pada konsep kelistrikan juga dikenal dengan energi potensial
1
listrik, maka akan memiliki energi potensial listrik sebesar Ep= 2 CV 2 yang
dibuktikan dengan adanya percikan api ketika kaki-kaki kapasitor dishort. Pada
pegas juga memiliki energi potensial dalam keadaan terenggang yang besarnya
1
Ep= 2 kx 2 dimana pegas akan kembali pada keadaan semula ketika
dibebaskan. Ketiga contoh tersebut akan memberikan realita yang berbeda denga
gagasan awal siswa sehingga menimbulkan konflik dalam pikiran siswa. Pada saat
informasi konsep dan prinsisp, latihan soal-soal, dan tes (Koes, 2003; Santyasa,
sehingga prinsip umum dimengerti. Kadang pula terjadi penggunaan prinsip untuk
makna atau pemahaman, maka siswa diberi waktu yang memadai untuk
melakukan proses itu (Fajar, 2004: 10). Artinya memberikan waktu yang cukup
19
hanya dari satu sudut pandang saja. Hal ini dimaksudkan bahwa siswa diberikan
tes yang hanya berkaitan dengan informasi yang sebelumnya disampaikan oleh
guru.
khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan
(Santyasa, 2005a).
langsung dari guru kepada siswa. Dalam pembelajaran langsung aktivitas siswa
pembelajaran akan tampak berpusat pada guru. Siswa hanya sebagai objek untuk
pengetahuan itu sendiri. Siswa hanya dapat menerima penjelasan guru dan
dan teks ajar konvensional yang tidak mampu memperlihatkan kesenjangan yang
terjadi antara teori dan gagasan siswa. Tujuan pembelajaran disampaikan oleh
sebagian besar yang dipelajari berasal dari meniru orang lain. Selanjutnya
diadakan latihan soal yang dibimbing oleh guru. Latihan soal ini dapat berupa
tugas singkat, atau pelatihan pada siswa sampai benar-benar menguasai konsep
yang dipelajari. Tahap selanjutnya adalah memberikan umpan balik kepada siswa
sebagai tindak lanjut dari evaluasi pemahaman siswa. Tahap terakhir adalah
prosedur pembelajaran.
untuk latihan yang benar, guru mengacu pada buku yang ada.
memantau latihan siswa, guru memberi umpan balik melalui pujian, petunjuk, dan
pengabaian, guru mengarahkan siswa untuk mengacu pada buku sebagai rujukan.
Tahap 5: Latihan Bebas. Siswa berlatih secara mandiri di rumah atau di kelas.
baiknya rumusan kurikulum atau silabus, tetapi juga perlu didukung oleh
laboratorium IPA yang lengkap dan mencukupi kebutuhan. Namun, saat ini untuk
meningkatnya siswa yang masuk dan bertambahnya sekolah serta letak geografis
berbeda, sehingga mengalami kesulitan dalam hal pengadaan atau melengkapi alat
praktik IPA (Indrawati, 2007). Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan guru yang
inovatif dan kreatif dalam mencari berbagai alternatif dalam rangka melengkapi
Seorang guru IPA diharapkan tidak hanya dapat mengajarkan materi IPA
dengan baik, tetapi juga memiliki pengetahuan dan dapat mengembangkan alat
lingkungan sekolah, rumah guru atau siswa. Senada dengan hal tersebut,
Jika benda atau alat tersebut digunakan dalam pembelajaran fisika maka benda
atau alat tersebut disebut sebagai alat praktik fisika. Regional Education Centre
1) Alat peraga adalah suatu alat atau set alat yang digunakan langsung untuk
2) Alat model adalah alat yang digunakan untuk membantu memudahkan dalam
memahami suatu konsep secara tidak langsung. Dalam kelompok ini yang
Jadi, alat praktik fisika berbasis lingkungan adalah suatu benda atau set alat yang
konsep fisika dimana bahan dan peralatannya bersumber dari lingkungan sekitar
siswa.
selalu mengacu pada keberadaan alat-alat laboratorium yang telah ada sehingga
tidak akan mengalami kesulitan dalam pembuatannya. Alat yang akan dibuat dan
dikembangkan adalah: a) padanan alat, yaitu alat yang dibuat dengan mengacu
pada contoh alat yang sudah ada di laboratorium fisika, b) prototipe, yaitu alat
yang sebelumnya tidak ada, atau dapat juga merupakan pengembangan dari alat
yang sudah ada (Depdiknas, 2004: 8). Dalam pembelajaran pun, alat praktik fisika
berbasis lingkungan ini dapat membantu proses belajar mengajar di kelas maupun
di luar kelas. Pada akhirnya, kreatifitas siswa yang merupakan suatu aktivitas
bermakna,
4) alat bantu standar/pabrikasi yang ada rusak atau tidak dapat digunakan,
sekolah dan siswa mampu menciptakan suasan belajar yang interaktif. Guru
dengan alat praktik fisika hasil buatannya akan selalu mendapat perhatian lebih
dari siswa. Apalagi jika alat tersebut baru dan tidak pernah mereka jumpai di
laboratorium akan dapat memancing rasa ingin tahu siswa untuk mengetahui
kegunaan alat tersebut. Materi fisika yang sangat dekat dengan kehidupan
manusia akan menggugah siswa untuk selalu bertanya menganai apa dan mengapa
alat praktik itu dibuat. Sedikit tidaknya akan memancing rasa penasaran siswa
Sebagai seorang fasilitator dan mediator guru hendaknya selalu berusaha agar
alam. Rasa ingin tahu siswa tentang alat yang dibuat guru dari bahan yang berasal
dari lingkungan ini akan menjadi jembatan penghubung bagi siswa dan guru
kesalahan yang timbul akibat metode ceramah dari guru atau membaca dari buku.
dapat dikembangkan pada lingkungan sosial. Metode lain yang dianjurkan adalah
metode studi mandiri. Metode ini dimaksudkan agar siswa melakukan tugas
penelitian atau praktik sendiri tanpa bimbingan atau pengajaran khusus. Tentunya
dalam metode ini siswa diberikan intruksi terlebih dahulu agar siswa lebih terarah.
Manfaatnya adalah siswa dapat menyalurkan minatnya tanpa campur tangan orang
lain. Metode yang lain adalag metode proyek dan produk dimana siswa diminta
masing siswa. Semua metode tersebut dapat dituangkan dalam pembelajaran yang
Melihat realita sikap masyarakat sehari-hari dan kaitan erat antara mata
pelajaran fisika pada khususnya dengan sikap positif terhadap lingkungan hidup,
adalah agar siswa berdaya dalam menanamkan sikap positif dalam dirinya
lingkungan dapat menumbuh kembangkan kreatifitas siswa itu sendiri. Untuk itu,
alat praktik fisika berbasis lingkungan ini harus memenuhi syarat, yaitu
secara keseluruhan dibuat oleh siswa, mampu secara keseluruhan dipakai oleh
siswa, relatif akrab dengan keseharian siswa itu sendiri (Wijayanti, 2006). Dengan
siswa memiliki kecakapan hidup (life skill), mampu hidup mandiri berdikari,
26
2005).
tinggi, siswa tesebut akan dapat mengembangkan ide-ide mereka dalam rangka
siswa lebih banyak belajar di luar sekolah sehingga memungkinkan siswa untuk
mereka (Holubova, 2005; Popov, 2006). Eksperimen itu tentu tidak akan berjalan
mulus tanpa ada panduan yang baik untuk perubahan konsep siswa. Melakukan
bagi siswa untuk selalu mencari tahu fenomena tertentu dalam rangka penguasaan
materi pelajaran. Bahkan siswa yang mau dan mampu membuat alat percobaan
bergantung pada keinginan siswa yang tinggi dan sarana yang memadai. Peranan
orang tua dalam keikut sertaannya menyediakan sarana dan prasarana yang
sederhana (Kuswandi et al., 2002: 35) dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika
elektroda alat karena batang karbon bersifat inert dan tidak mempengaruhi larutan
langsung guru akan memancing siswa untuk membuat alat yang serupa di rumah
27
disiapkan oleh guru diberikan kepada siswa. Secara otomatis akan mengumpulkan
bahan dan perlengkapan yang diperlukan. Ketika siswa melakukan hal ini, dengan
barang yang tidak berguna menjadi barang yang mampu membantunya dalam
memahami konsep fisika. Misalnya ketika siswa membuka baterai untuk mencari
batang karbonnya maka siswa akan mengetahui pula komponen penyusun baterai
maka siswa akan mengenal konsep rangkaian listrik. Pada saat percobaan alat
yang telah dibuat dengan menguji beberapa cairan maka siswa akan mengetahui
bahwa hanya larutan yang mengandung ionsaja yang mampu mengalirkan arus
bensin maka siswa akan mengetahui bahwa air yang tidak murni dapat
mengalirkan arus listrik. Sedangkan bensin murni tidak sama sekali karena bukan
merupakan larutan elektrolit.pada saat ini secara tidak langsung siswa akan belajar
dan tertutup, konduktansi, arus listrik sumber arus listrik. Dengan demikian
tersebut dari pengalaman langsung yang mereka alami (Koes, 2003; Santyasa,
semua itu karena mudah dibuat dan tidak terlalu beresiko. Memanipulasi alat
praktik fisika sederhana tidak akan menimbulkan resiko yang besar. Kemungkinan
kerusakan alat tidak akan mengeluarkan biaya yang tinggi dalam perbaikannya.
Hal ini disebabkan karena alat-alat tersebut terbuat dari bahan-bahan yang ada di
alam atau kejadian tertentu dapat dipakai sebagai media penbelajaran. Popov
fisika berbasis lingkungan juga dapat meberikan motivasi bagi guru. Seorang
pengajar khususnya guru fisika juga dituntut berkreasi membuat sarana prasarana
dan media pengajaran. Selain mudah dicari, bahan yang dipergunakan sebagai alat
yang murah meriah. Guru yang kreatif dan mau memanfaatkan lingkungannya
sebagai bahan ajar di kelas, sedikit tidaknya akan ditiru oleh siswa dan bahkan
Dengan alat praktik fisika berbasis lingkungan tentunya guru dapat menunjukkan
seorang siswa bertanya mengenai alat yang dibuat oleh guru dan siswa tersebut
ingin membuatnya, maka fasilitator guru tersebut akan memberikan langkah kerja
pembuatan alat tersebut. Sebagai contoh, alat yang akan menjelaskan konsep suhu
benda dipengaruhi oleh warna permukaan benda tersebut. Bahan yang diperlukan
adalah empat buah kaleng, empat warna (putih, hitam, merah, dan hijau) cat, air
tersebut dengan warna yang berbeda. Selanjutnya kaleng putih dan hitam
diletakkan di bawah terik matahari dan diukur suhunya setelah beberapa saat.
Kemudian pada tempat teduh, keempat kaleng diisi air dan diukur suhunya. Dari
kedua kegiatan tersebut maka siswa akan memperoleh data kaleng mana yang
Proyek siswa harus dimulai dengan rasa ingin tahu dan keinginan
mempelajari suatu yang baru. Kemudian dilanjutkan dengan suatu tujuan dan
sebuah kebulatan tekad untuk memecahkan masalah yang telah dipilih. Bahkan
seandainya proyek siswa tidak berjalan tepat seperti yang diinginkan, tampaknya
menarik. Hal tersebut dengan jelas mendukung pengembangan alat praktik fisika
berbasis lingkungan ini karena selain dapat menggugah sikap ilmiah siswa. Selain
itu pengembangan alat ini juga dapat membangun pengetahuan siswa itu sendiri
(Trianto, 2007). Jika siswa tersebut gagal dengan percobaannya sendiri, bukan
berarti tidak ada pengetahuan baru yang diperoleh oleh siswa tersebut. Bahkan
dengan kreatifitas dan rasa ingin tahu yang besar siswa tersebut akan mencari
30
jawabannya kemana-mana (Slameto, 2003). Interaksi antara guru dan siswa yang
telah tercipta layaknya orang tua dengan anaknya akan sangat membantu siswa
untuk memecahkan masalah mereka sendiri. Guru tersebut juga harus selalu
terbuka bagi siswanya untuk membantu anak didiknya dalam pengembangan diri
mereka.
berdasarkan sumber daya yang ada di sekitar sekolah sebagai sumber belajar
perlu untuk dikembangkan lebih jauh karena memiliki fungsi dan peranan yang
penting bagi sekolah dan siswa khususnya. Fungsi dan peranan itu adalah sebagai
berikut.
c) memberi motivasi kepada siswa untuk lebih giat belajar dan kreatif.
31
a) siswa lebih mudah memahami konsep yang dipelajari dengan bantuan alat
praktik,
sains-teknologi,
f) biaya pengadaan alat relatif murah dan waktu pengadaan dapat diatur
teladan yang dapat ditiru oleh siswanya. Tentunya hal-hal yang bermanfaat yang
merupakan salah satu langkah awal menjadi guru teladan. Kaitannya dalam
mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang. Dalam hal ini peta konsep merupakan indikator yang
dapat mengukur kemampuan siswa dalam menerima dan memahami dan konsep
yang dapat dibangun oleh seseorang sesuai dengan kemampuan orang tersebut
dalam mengaitkan konsep yang satu dengan yang lainnya. Peta konsep tidak
hanya dapat dijabarkan dalam suatu bentuk tulisan saja. Kemampuan siswa dalam
32
mengaitkan konsep fisika dengan apliksinya merupakan contoh nyata yang dapat
dengan alat praktik yang terbuat dari magnet bekas loudspeker, kawat kecil,
baterai, dan penjepit pakaian. Pada saat melakukan percobaan, pemahaman siswa
magnet bila dipotong-potong akan tetap memiliki kutub utara dan selatan karena
menghindari terjadinya arus pendek yang merugikan sumber arus listrik. Penjepit
rambut yang terbuat dari plastik merupakan bahan isolator yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Interaksi antara arus listrik dan medan magnet dapat
menimbulkan gaya lorentz. Dengan melakukan percobaan lebih lanjut, siswa akan
memperoleh informasi langsung bahwa gaya lorentz timbul ketika arah medan
magnet, dan arus listrik saling tegak lurus. Dengan demikian siswa telah mampu
praktek di laboratorium harus ditunjang juga dengan alat praktek yang memadai.
33
membangun pola pikir pada saat siswa belajar di sekolah. Pola pikir itu bukan
hanya mereka dapatkan saat belajar di sekolah saja, tapi juga di masyarakat.
Contohnya, seperti praktikum. Saat melakukan tugas praktek, siswa harus sesuai
Keberadaan alat praktik IPA tersimpan rapi di dalam almari dan jarang
bahwa sejumlah SMA yang sangat besar dan tersebar mulai dari Nanggroe Aceh
juga masih kurang. Walaupun sekolah dalam kondisi yang minimal, dalam artian
mulus.
Alat pabrikasi yang berada dalam laboratorium IPA pada umumnya masih
banyak yang belum bisa dioperasikan sepenuhnya oleh para guru. Hal ini
34
dengan hal ini karena walaupun dengan penguasaan materi yang baik tetapi bila
alat laboratorium tersebt tidak dapat dioperasikan hanya karena masalah bahasa
harga yang tinggi sangat sulit untuk memotivasi siswa dalam mengembangkan
kreatifitasnya. Ketakutan siswa dan juga peraturan laboratorium yang ketat akan
menyebabkan siswa tersebut semakin tertekan dalam belajar. Keadaan ini tentu
dan Brooks (dalam Pannen, et al., 2001: 27) menyatakan bahwa seorang guru
fokus pada ide-ide yang menyeluruh, b) memberi wewenang kepada siswa untuk
merupakan interpretasi orang per orang, dan d) mengakui bahwa belajar dan
proses penilaian terhadap belajar merupakan hal yang tidak mudah untuk dikelola
karena banyak hal yang tidak kasat mata, tetapi lebih kepada rasionalitas individu.
pengajaran fisika. Harus kita sadari bahwa memang umunya sarana laboratorium
paling dak memadai. Ini artinya sebagian besar sekolah di kota-kota dan bahkan
hampir seluruh sekolah daerah yang jauh dari kota besar akan kesulitan
35
fisika tidak beranjak dari hal yang sifatnya hanya dapat dibayangkan saja (Basar,
hasil pembelajaran itu sendiri. Lazarowictz dan Tamir (dalam Sihole &
siswa untuk menemukan sendiri suatu fakta yang diperlukan atau ingin diketahui.
Metode ini menekankan pada kegiatan yang harus dialami sendiri, dicari dan
ditemukan sendiri data dan pemecahannya. Ditambah lagi tidak hanya percaya
punggung pembelajaran IPA. Hal senada juga diungkapkan oleh Van de Berg
36
cukup banyak, tetapi kegiatan laboratorium dapat melibatkan setiap siswa dalam
Sesuai dengan hakekat sains yang memiliki dimensi produk dan proses
2002: 9). Semua ini tentunya memerlukan sarana prasarana yang memadai dalam
hal ini adalah laboratorium. Lawson (dalam Retug dan Subagia, 2003)
kurang mencukupi. Keadaan ini jelas membawa dampak yang tidak baik dalam
metode mengajar guru yang monoton. Cukup banyak guru fisika yang mengajar
hanya dengan berbicara dan menulis di papan tulis. Mereka sangat jarang
analogi yang tidak tepat, demonstrasi yang sempit, praktikum dengan alat yang
untuk belajar fisika semakin menurun (Sujtiono, 2005; Suparno, 2005). Dalam hal
ini siswa akan merasa bosan dengan adanya alat yang tidak kontekstual. Peralatan
yang mereka gunakan dalam praktikum hanya bisa dijumpai di laboratorium saja.
(Indrawati, 2007). Hal ini semakin mempersempit ruang gerak siswa dalam
belajar. Peralatan yang kontekstual adalah alat peraga yang bisa digunakan oleh
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian siswa merasa apa yang
2005). Sebab rasa ingin tahu siswa merupakan modal awal bagi seseorang untuk
merupakan peralatan yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga tidak dapat
diketahui secara mendetail oleh penggunanya. Dalam artian alat tersebut hanya
diketahui secara pasti oleh ahli atau teknisi saja. Tentunya kejadian seperti itu
tidak akan merangsang siswa untuk mengetahui lebih banyak tentang rahasia
siswa. Siswa hanya tahu akan mengunakannya dan hanya terbatas disekolah saja.
yang dipakai pegangan bagi guru dalam pembelajaran selanjutnya. Konsepsi awal
ini dibedakan menjadi pra konsepsi dan miskonsepsi. Jika dilihat dari sumber
siswa yang menganggap semua benda seperti manusia dimana konsep ilmiah
miskonsepsi yang juga dibarengi dengan adanya intuisi yang salah dan juga
Miskonsepsi siswa juga bisa disebabkan oleg guru itu sendiri. Guru yang
siswa itu sendiri. Demikian pula dengan sumber belajar yang menggunakan buku
teks. Hal ini disebabkan karena bahasa dalam buku tersebut sulit dipahami dan
bahkan banyak buku teks itu sendiri yang salah dalam mengungkapkan suatu
konsep. Beberapa alat praktik fisika seperti media kartun juga dapat menyebabkan
(Suparno, 2005).
konsepsi ilmiah (Sadia et al., 2004: 13). Senada dengan hal tersebut Suparno
akan konsep, penggunaan konsep yang salah, kekacauan konsep yang berbeda,
ketika siswa hanya menggunakan pola pikir intuitif tanpa berpikir ilmiah. Ketika
intelektual kepada siswa yang memiliki gagasan tersebut dan kadang kala konsep
istilah miskonsepsi. Hal ini disebabkan oleh alasan bahwa istilah tersebut
mempunyai makna bagi orang awam dan istilah tersebut mudah dimengerti oleh
guru dan orang awam. Dalam dunia pendidikan, istilah miskonsepsi sidah menjadi
istilah yang mempunyai arti khusus dan dikenal secara modial (Suparno, 2005).
1) Semangkuk air yang dipanaskan suhunya tidak tetap ketika mendidih. Siswa
terus naik karena dipanasi terus menerus. Hal ini masuk akal karena siswa
40
mendidih suhunya akan naik terus ketika air tersebut dipanaskan terus-
pada saat mendidih tetap. Beberapa dari mereka kemudian mengubah letak api
dan tungkunya dengan harapan suhu air akan meningkat. Padahal menurut
teori, suhu air pada saat mendidih suhunya akan tetap 1000C pada tekanan 1
atmosfer sampai semua air menguap, baru kemudian akan naik lagi suhunya.
2) Bila sebuah magnet batang dipotong-potong maka satu bagian akan menjadi
kutub utara dan satunya lagi menjadi kutub selatan. Hal ini masuk akal karena
siswa memandang magnet batang tersebut terbagi menjadi dua, yaitu kutub
utara dan kutub selatan. Jadi, ketika magnet tersebut dipotong-potong maka
sebagian menjadi kutub utara saja dan yang satunya menjadi kutub selatan
saja. Namun menurut teori ilmiah bahwa potongan tersebut akan menjadi
sesuai dengan konsepsi ilmiah namun logis (Suparno, 2005). Logis disini diartikn
sebagai pemikiran siswa yang mengertikan konsep hanya dari satu sudut pandang.
hirarkis konsep-konsep dengan benar. Pada contoh kedua di atas tampak bahwa
pemikiran siswa pada suatu konsep benar adanya jika dipandang dari satu sisi.
Namun ketika pemikiran seperi itu kurang tepat. Siswa yang mengalami
pemikirn siswa tersebut benar dan logis. Namun ketika pandangan tersebut
41
dimasukkan ke dalam kajian teoritik maka konsepsi siswa yang seperti itu salah.
atau yang memang benar-benar salah konsep. Salah konsep artinya pemikiran
yang benar-benar tidak tahu atau tidak mengerti akan suatu konsep. Sebab
jawaban siswa yang mengalami salah konsep tidak akan memiliki alasan yang
prinsip, atau teori ilmiah, dan kemudian memberi contoh penyelesaian soal
dari siswa, guru, buku, konteks dan metode pembelajaran. Dalam filsafat
gagasan-gagasan yang lain. Tahap perkembangan kognitif siswa mulai dari tahap
sensorimotor sampai tahap abstrak akan sangat memerlukan waktu dalam proses
salah diperoleh baik dari orang tua, teman, ataupun jenjang pendidikan
mengasosiasikan istilah sehari-hari dengan istilah ilmiah. Selain itu siswa yang
lengkap, dan intuisi yang salah. Kemampuan dan minat belajar siswa yang rendah
memiliki minat belajar yang tinggi pula. Siswa seperti ini lebih sedikit mengalami
miskonsepsi. Namun bila siswa tersebut memiliki minat belajar yang rendah
tentunya dapat menimbulkan miskonsepsi pula. Minat yang rendah tentunya akan
mereka akan malas untuk memperbaiki atau mencari konsep yang benar untuk
pengunaan kata-kata, diagram, atau grafik pada buku sulit dipahami oleh siswa.
yang paling riskan adalah metode pembelajaran yang masih mengunakan metode
mengajar dan bahan ajar. Dari dalam siswa sendiri miskonsepsi timbul karena
minat siswa untuk belajar sangat kurang. Minat yang kurang ini disebabkan oleh
karena kemampuan siswa dan dari guru itu sendiri. Guru mengajar dengan cara
yang monoton dan cenderung tidak melakukan komunikasi dengan siswa dapat
membuat siswa cepat bosan. Kebosanan siswa akan belajar bisa memberikan
semakin bertambah. Bahan ajar dan metode yang tidak variatif tentunya dapat
dalam pelajaran fisika selalu dengan metode ceramah dan melakukan eksperimen
saja sehingga siswa akan semakin bosan dengan cara dan bahan ajar yang
monoton.
fungsi laboratorium yang menurun karena kurang lengkap dan tidak mampu
menggugah rasa ingin tahu siswa dapat digantikan dengan penggunaan alat
praktik fisika berbasis lingkungan sebagai alat praktikum alternatif. Selain untuk
memacu siswa dalam hal fisika, media berbasis lingkungan juga dapat
yang terjadi dalam pembelajaran fisika masih banyak terjadi. Konflik kognitif
yang terjadi pada siswa merupakan saat yang tepat untuk melakukan remidiasi
miskonsepsi pada siswa. (Indrawati, 2007; Kim et al., 2005; Kuswandi et al.,
2002; Muller et al., 2007; Pujani, 2002; Retug dan Subagia, 2003; Sadia et al.,
juga rendah.
yang dapat mempengaruhi konflik teori siswa dan perubahan konseptual. Hasilnya
adalah konflik kognitif siswa terjadi ketika diberikan simulasi tetapi miskonsepsi
44
siswa tidak tertanggulangi secara penuh karena siswa masih ragu dengan simulasi
tersebut. Keraguan siswa ini timbul karena banyaknya variabel yang dimanipulasi.
konduktansi sederhana sebagai alat indikator dalam titrasi asam basa dan juga
dipakai untuk mengenali larutan elektrolit. Hasilnya sangat efektif dan alat
siswa untuk berdialog dua arah dan juga adanya konsepsi alternatif sebagai
media pembelajaran dimana siswa diberikan tes terlebih dahulu dan kemudian
diberikan tayangan video sains dan selanjutnya diberikan yang sama pula.
kualitas hasil belajar siswa. Selain itu perangkat tersebut dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa dan juga meningkatkan respon siswa dalam menggunakan
komparatif dalam pencapaian hasil belajar. Sadia et al. juga menyarankan agar pra
malakukan pembelajaran.
kreatifitas siswa semakin meningkat, sikap produktif dan keberanian anak tampil
di muka umum semakin meningkat serta ketertarikan orang tua untuk terlibat
langsung oleh guru sebagai sumber pengetahuan bagi siswa. Strategi ini
dibangun oleh siswa itu sendiri dalam rangka memperbaiki dan/atau menambah
pengetahuan siswa dalam struktur kognitif siswa itu sendiri. Pengetahuan yang
diperoleh oleh siswa dengan caranya sendiri dan dikontruksikan sendiri dalam
konsepsi ilmiah. Pengetahuan siswa tersusun atas dasar proses asimilasi dan
dan akomodasi berjalan seimbang atau equilibrium. Untuk mencapai proses ini
tandingan. Apabila alat praktik yang ada mencukupi seluruh kelas maka strategi
pengetahuan akan berjalan dengan baik. Proses belajar akan berhasil apabila
pebelajar mengalami secara langsung proses sains itu sendiri. Strategi konflik
dan contoh tandingan dan bahkan eksperimen dengan sarana yang memadai. Saat
konsep siswa semakin kokoh seiring dengan frekuensi pengalaman langsung yang
suatu produsen. Alat praktik ini hanya dapat diperoleh dan dipakai di sekolah oleh
laboratorium harus hati-hati karena harus memenuhi suatu aturan tertentu. Aturan
ini akan mempersempit derajat kebebasan belajar siswa. Di samping itu, alat
praktik yang ada di laboratorium memiliki resiko yang cukup besar. Ketika alat
tersebut rusak diperlukan biaya lebih untuk memperbaikinya. Kadang pula banyak
inovatif yang pembuatannya dapat dilakukan oleh guru dan siswa dimana
bahannya dapt diambil dari lingkungan. Alat praktik fisika ini tidak hanya dapat
dipakai di sekolah saja tetapi juga dapat dipakai di rumah oleh siswa. Hal ini
disebabkan karena alat praktik ini dirancang agar dapat dibuat oleh siswa dengan
bahan dan peralatan yang mudah diperoleh. Bahan dan peralatan yang digunakan
relatif murah karena sebagian besar menggunakan bahan dari barang bekas.
Awalnya guru memberikan contoh alat yang nantinya dipakai sebagai alat
membuat alat serupa di rumah. Tujuannya adalah agar siswa dapat belajar lebih
diharapkan mampu menggugah rasa ingin tahu siswa sehingga minat siswa untuk
49
belajar menjadi meningkat. Dari segi resiko kerusakan alat juga sangat kecil
karena alat tersebut merupakan alat yang berasal dari lingkungan sehingga tidak
memerlukan biaya yang besar untuk memperbaikinya. Media ini dirancang agar
sesuai dengan konsep kontrukstivisme. Banyak hal yang dapat dipelajari oleh
Pembelajaran akan memberikan hasil yang lebih baik jika siswa diberikan sarana
dan prasarana berupa alat praktik dalam proses sainsnya. Namun jika alat praktik
fisika yang dipakai hanya bersifat sementara dalam hal waktu pemakaian dan juga
kebebasan penggunaan maka hasil yang diberikan tidak akan maksimal. Ketika
siswa dapat belajar lebih banyak tentunya penyerapan pengetahuan itu sendiri
akan berlangsung lebih baik. Waktu belajar di sekolah lebih sedikit dibandingkan
dengan waktu belajar di rumah. Belajar di rumah dengan fasilitas yang memadai
dalam hal alat praktik fisika itu sendiri maka pengkontruksian pengetahuan akan
setiap konsep yang ada dapat diterapkan langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Alat praktik fisika berbasis lingkungan dapat dipakai di sekolah dan di rumah. Hal
ini disebabkan karena media ini dapat pula dibuat oleh siswa. Di samping itu ,
biaya produksi media berbasis lingkungan relatif murah karena bahan dan
peralatannya bersumber dari lingkungan siswa. Kreatifitas dan minat siswa belajar
juga akan meningkat. Alat praktik fisika berbasis lingkungan akan memberikan
50
kesan bahwa pembelajaran tidak terkesan monoton. Semakin sering siswa belajar
dapat dikatakan bahwa alat praktik fisika berbasis lingkungan lebih baik daripada
siswa tidak dapat berkembang. Hal ini disebabkan karena guru berperan sebagai
apa yang dikatakan oleh guru. Pembelajaran seperti ini cenderung bersifat teacher
siswa dapat melihat suatu fenomena yang beerkaitan dengan materi. Latihan
terbimbing yang diberikan dengan tujuan agar siswa mampu melakukan latihan
mandiri tidak akan memberikan hasil yang baik dalam meremidiasi miskonsepsi
siswa. Guru akan mengetahui miskonsepsi yang dialami oleh siswa ketika
alat praktik fisika akan memberikan hasil yang lebih baik. Namun bila
mengalami miskonsepsi dan hanya mampu meniru apa yang dilakukan oleh guru
ternyata cukup efektif dalam meremidiasi miskonsepsi siswa. Strategi ini bila
sehingga eksperimen terkesan menyeramkan. Namun bila dikaji lebih lanjut dari
mehal, sukar dan menakutkan. Tentunya alat praktik yang akan digunakan dalam
melakukan eksperimen haruslah alat praktik yang mudah dibuat dan murah biaya
siswa.
yang tersimpan dalam laboratorium. Alat praktik ini merupakan produk suatu
laboratorium IPA yang lengkap. Ditambah lagi keadaan SDM kita yang rendah.
Hal ini dapat kita lihat ketika ada alat laboratorium rusak karena tidak pernah
Memandang hal tersebut dapat dipastikan penbelajaran tidak akan berjalan dengan
Alat praktik fisika berbasis lingkungan merupakan segala alat praktik yang
dapat dibuat oleh guru dan siswa dimana bahan dan peralatannya bersumber dari
lingkungan sekitar guru dan siswa. Alat praktik ini tergolong alat praktik yang
murah meriah karena dirancang agar dapat dibuat oleh siswa sendiri tanpa
fungsi yang maksimal dalam proses sains ketika pembelajaran dengan konsep
dalam belajar juga terjamin. Karena alat praktik ini murah dan mudah dibuat maka
resiko kerusakan juga kecil. Siswa akan lebih berani dalam memanipulasi alat
sehinga proses sains dan ide-ide mereka akan lebih berkembang. Adanya alat
praktik fisika berbasis lingkungan tidak akan memberikan kesan mahal dan sukar
antara strategi dan alat praktik fisika dalam remidiasi miskonsepsi siswa. Strategi
tandingan memerlukan suatu alat praktik fisika. Jika dilihat dari kondisi
labolatorium IPA sekolah saat ini, strategi konflik kognitif agak sulit untuk
berbasis laboratorium sudah sering dijumpai oleh siswa dan hanya dapat
berbasis lingkungan dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar. Ketika minat
siswa semakin besar untuk belajar maka semakin besar pula kreatifitasnya. Hal ini
langsung dapat pula difasilitasi dengan alat praktik fisika berbasis lingkungan
berpusat pada guru tanpa memperhatikan proses sains itu sendiri. Dengan
54
demikian dapat dikatakan bahwa terdapat interaksi antara strategi dan alat praktik
2.9 HIPOTESIS
sebagai berikut.
perubahan konseptual.