Anda di halaman 1dari 7

Akhlak dalam Keluarga, Khoiri, S.Th.I, M.Pd.

Akhlaq Dalam Keluarga


Birrul Walidain
Isilah birrul walidain berasal langsung dari Nabi
Muhammad SAW. Birrul Wlidain terdiri dari kata birru dan al
walidain. Birru atau al birru artinya kebajikan (QS. Al
Baqarah:177). Al Walidain artinya dua orang atau ibu bapak. Jadi
birul walidain (ihsan walidain) artinya berbuat baik kepada ibu
bapak (kedua orang tua). Birrul walidain mempunyai kedudukan
istimewa dalam ajaran Islam, dengan alasan:
a. Selalu ditempatkan langsung sesudah larangan
mempersekutukan Allah SWT.
“Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari Bani
Israil: Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan
berbuat baiklah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak
yatim dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata
yang baik kepada manusia, dirikanlah sholat dan
tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji
itu kecuali sebagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling.”(QS. Al Baqarah:83). (Lihat QS. An Nisa’:36, Al
An’am:151)
b. Allah SWT menempatkannya sebagai wasiat (QS. Al
Ankabut:8, Al Ahqaf:15)
c. Allah SWT menempatkan perintah berterima kasih kepada
orang tua langsung sesudah perintah berterima kasih kepada
Nya. (QS. Luqman:14)
d. Birrul walidain sebagai amalan terbaik nomor dua sesudah
sholat tepat waktu. (Hadist)
e. Rasulullah mengaitkan keridlaan orang tua dengan keridlaan
Allah..

Bentuk-Bentuk Birrul walidain:


1. Mengikuti saran keinginan orang tua dalam berbagai aspek
selama sesuai dengan ajaran Islam. (QS. Luqman:15).

1
Akhlak dalam Keluarga, Khoiri, S.Th.I, M.Pd.I

2. Menghormati dan memuliakan kedua orang tua dengan penih


rasa terima kasih. (QS. Luqman:14, Al Isra’:23)
3. Membantu ibu bapak secara fisik dan materi.
4. Mendo’akan kedua orang tua. (QS. Nuh:28, Al Isra’:24)
5. Setelah orang tua meninggal birrul walidain masih dapat
diteruskan dengan:
a. Menyelenggarakan jenazah dengan sebaik-baiknya.
b. Melunasi hutang-hutangnya.
c. Melaksanakan wasiatnya.
d. Meneruskan silaturrahim yang pernah dibinanya.
e. Memuliakan shabat-sahabatnya.
f. Mendo’akannya.

Hak dan Kewajiban Suami Istri


Dalam Islam salah satu tujuan perkawinan adalah untuk
mencari ketenteraman atau sakinah (QS. Ar Rum:21). Dalam
membentuk sakinah ada dua faktor penting, yaitu faktor mawaddah
(kecenderungan padajasmani) dan faktor rahmah (ruhani). Oleh
karena itu dalam kehidupan berumah tangga dua-duanya tidak
boleh diabaikan. Berkeluarga diawali dengan proses memilih
jodoh, oleh karena itu alangkah baiknya bila manusia mengikuti
ajaran agama dalam menentukan pilihan. Ada empat kriteria
memilih jodoh sebagaimana disabdakan oleh Rosulullah:
“Seorang wanita dinikahi berdasarkan empat pertimbangan:
karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya.
Peganglah yang memiliki agama niscaya kedua tanganmu
tidak akan terlepas” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu
Dawud).
Buya Hamka mengumpamakan kekayaan, keturunan dan
kecantikan dengan angka nol (0), sedangkan agama dengan angka
satu (1). Artinya walaupun berderet angka nol tanpa adanya angka
satu maka tidak ada nilainya. Ada pertanyaan kalau agama
dianggap penting mengapa tidak diletakkan urutan pertama?, untuk
2
Akhlak dalam Keluarga, Khoiri, S.Th.I, M.Pd.I

menjawap petanyaan ini kita simak pendapat Dr. Mula Khatir


(ulama hadist dari Suria), mengatakan; “Apabila yang dinilai
pertama kali oleh seorang laki-laki adalah kualitas agama, maka
bila dia telah menemukan wanita yang shalihah, dia “wajib”
menerimanya. Tidak boleh menolak dengan alasan tidak kaya,
tidak cantik atau tidak keturunan baik-baik, karena dia sudah
melewati tiga kriteria sebelumnya yang menjadi haknya”.

Hak-Hak Bersama Suami Istri:


a. Hak tamattu’ badani.
Salah satu hikmah perkawinan adalah pasangan suami istri
saling menikmati hubungan seksual yang halal, bahkan
berpahala.
b. Hak saling mewarisi
Hubungan saling mewarisi terjadi karena dua sebab: pertama,
karena hubungan darah; kedua, karena hubungan perkawinan.
(QS. An Nisa’:12).
c. Hak nasab anak
Anak yang dihasilkan dari hubungan perkawinan adalah anak
berdua, adapun secara formal Islam mengajarkansupaya anak
dinisbahkan kepada ayahnya.

Kewajiban Suami Kepada Istri


Hak istri atau kewajiban suami kepada istri ada empat:
1. Membayar mahar (QS. An Nisa’:20-21)
2. Memberikan nafkah (QS. Al Baqarah:233, At Thalaq:6,-7)
3. Menggauli istri dengan sebaik-baiknya / ihsan al asyarah (QS.
An Nisa’:29)
4. Mendidik dan membimbing keagamaan istri.

Kewajiban Istri kepada Suami


Kewajiban istri kepada suami hanya dua saja yaitu: patuh
pada suami dan bergaul dengan suami sebaik-baiknya.
1. Patuh pada suami
3
Akhlak dalam Keluarga, Khoiri, S.Th.I, M.Pd.I

Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang


orang yang paling berhak dipatuhi oleh seorang istri. Rasulullah
menjawab: “Suaminya” (HR. Hakim).
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita,
oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka
(laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta`at
kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak
ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-
wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur
mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka
menta`atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi
lagi Maha Besar.”(QS. An Nisa’:34).
2. Bergaul dengan suami dengan sebaik-baiknya.
Hal ini bisa diwujudkan dalam bentuk: menerima
pemberian suami lahir dan batin dengan rasa puas dan terima
kasih, serta tidak menuntut hal-hal yang tidak mungkin.

Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak


Anak adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan
orang tua kepada Allah SWT, anak merupakan investasi jangka
panjang didunia bahkan sampai akhirat. Hubungan orang tua
dengan anak dapat dilihat dari tiga segi:
1. Hubungan tanggung jawab
Anak adalah amanah, dengan bahasa lain orang tua adalah
pemimpin bagi anak-anaknya dan setiap mempertanggung
jawabkan semua yang dipimpinnya.
2. Hubungan kasih sayang
Anak adalah tempat orang tua mencurahkan kasih sayang.
Allah berfirman:

4
Akhlak dalam Keluarga, Khoiri, S.Th.I, M.Pd.I

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia


tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih
baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan.” (QS. Al Kahfi:46)
3. Hubungan masa depan
Anak adalah investasi masa depan diakhirat bagi orang tua.
Karena anak yang sholeh dapat mengalirkan pahala kepada
orang tuanya.

Empat Tipologi Anak


1. Anak sebagai perhiasan hidup di dunia.
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia
tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih
baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan..”(QS. Al Kahfi:46)
2. Anak sebagai ujian, karena dapat melalaikan diri dari beribadah
kepada Allah SWT.
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu
hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-
lah pahala yang besar.”(QS. Anfal:28)
3. Anak sebagai musuh, musuh bisa berarti secara fisik dan bisa
juga dari segi ide, cita-cita dan aktivitas.
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara
isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh
bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan
jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta
mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. At Taghabun:14)
4. Anak sebagi cahaya mata (qurrata a’yyun /sangat
menyenangkan).
“Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan

5
Akhlak dalam Keluarga, Khoiri, S.Th.I, M.Pd.I

jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang


bertakwa.”(QS. Al Furqan:74)
Inilah tipologi anak yang ideal dan inilah yang boleh kita sebut
anak sholeh. Namun yang perlu kita camkan adalah bahwa anak
sholeh tidak dilahirkan, tapi dibina dan dibentuk lewat pendidikan.

Metode Pendidikan Luqmanul Hakim


Luqman menekankan perhaitannya dalam pendidikan
anaknya kepada empat aspek yaitu, Aqidah, Ibadah, akhlaq dan
dakwah.
a. Pendidikan aqidah. (QS. Luqman:13,16)
b. Pendidikan ibadah. (QS. Luqman:17)
c. Pendidikan Da’wah. (QS. Luqman:17)
d. Pendidikan akhlaq (QS. Luqman:17, 18 dan 19)

Silaturrahim Dengan Karib Kerabat


Istilah silaturrahim terdiri dari dua kata: Shillah (hubungan,
sambungan) dan rahim (peranakan). Rahim yang dimaksud disini
adalah qarabah atau nasab yang disatukan oleh rahim ibu.
Silaturrahim dengan pengertian lebih luas, tidak hanya terbatas
pada hubungan kasih sayangantara karib kerabat saja, tetapi juga
mencakup masyarakat yang lebih luas. Keluarga dalam konsep
Islam bukanlah keluarga kecil seperti seperti konsep barat (nuclear
family) yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak, tetapi keluarga
besar; melebar keatas, kebawah dan kesamping. Keluarga besar
itulah yang disebut dzawi al qurba (QS. Al Baqarah:83), ulu al
qurba (QS. An Nisa’:8) atau ulu al arham (QS. Al Anfal:75)

Bentuk-bentuk silaturrahim
1. Berbuat baik terutama dengan memberikan bantuan materiil
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. (QS. An Nisa’:36)
2. Membagi harta waris kepada karib kerabat yang hadir waktu
pembagian, tetapi tidak mendapat bagian karena terhalang oleh
ahli waris yang lebih berhak (mahjub). (QS. An Nisa’:8)
6
Akhlak dalam Keluarga, Khoiri, S.Th.I, M.Pd.I

3. Memelihara dan meningkatkan kasih sayang sesama kerabat


dengan sikap saling kenal mengenal, hormat-menghormati,
bertukar salam, kunjung-mengunjungi, surat-menyurat,
bertukar hadiah, jenguk-menjenguk, bantu-membantu dan
bekerja sama. Rasulullah bersabda:
“Pelajarilah silsilah keluarga yang akan menghubungkan
tali rahimmu, karena sesungguhnya silaturrahim itu
melahirkan kasih sayang pada keluarga, kemudahan
mendapatkan harta dan panjang umur.” (HR. Tirmidzi)

Manfaat Silaturrahim
1. Mendapatkan rahmat, nikmat dan ihsan dari Allah SWT.1
2. Masuk sorga dan jauh dari neraka.
3. Lapang rezeki dan panjang umur
Adapun orang-orang yang memutuskan silaturrahim (qathiah ar
rahim) diancam dengan tegas oleh Allah.
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan
membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan
hubungan kekeluargaan?. Mereka itulah orang-orang yang
dila`nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan
dibutakan-Nya penglihatan mereka.”(QS. Muhammad:22-
23)2

1
Yunahar Ilyas, Kuliah akhlaq, Pustaka Pelajar Ofset, LPPI, Yogyakarta,
2002. Hal-188.
2
Lihat. (QS. ArRa’d:25)
7

Anda mungkin juga menyukai