Anda di halaman 1dari 2

WAITING TIME FOR LOVE

Pelajaran terakhir masih berlangsung,pak Rendra,guru matematikaku sedang menjelaskan rumus-rumus rumit yang
membuat otak mengepul.Papan tulis penuh angka itu membuat kedua bola mataku malas melihatnya.Aku sendiri sebenarnya
bisa membuat rumus yang lebih mudah dan simpel daripada rumus yang dijelaskan oleh Pak Rerndra.Hanya saja,aku malas
menjelaskannya,apalagi ke Pak Rendra yang pasti akan memberikan rentenan pertanyaan kepadaku perihal rumus itu.

20 menit berlangsung lambat,pelajaran belum juga selesai.Akusudah bosan mendengar penjelasan Pak Rendra yang
tak kunjung berhenti.Teman sekelasku juga banyak yang tidak mendengarkan.Ada yang melamun,mengobrol,bahkan ada
yang tertidur demgan lelap saking bosannya.Jika kulihat,hanya ada beberapa anak saja yang mendengarkan penjelasanPak
Rendra dengan sungguh-sungguh.Sesekali mereka mecatat apa yang mereka rasa pentin.Berbeda denganku yang lumayan
pemalas ini,dimana hanya belajar sesuatu jika hal itu diperlukan.Anak-anak yang serius mendengarkan mungkin adalah tipe
anak yang ingin lulus dengan nilai terbaik.Berbeda denganku yang sampai saat ini masih santai-santai saja,toh,Ayah dan Ibu
tidak memaksaku untuk mendapatkan peringkat atas.

Lima menit berlalu,bel pulang baru berbunyi.Suaranya memenuhi seisi kelas.Raut wajah teman-temanku langsung
berubah saat itu juga.yang tadinya memasang wajah bosan dan kesal,sekarang malah tersenyum dan bersorak senang.Dan
akhirnya,hal yang dinanti-nantikan terjadi,pak Rendra sudah berhenti berkata penjelasan yang tidak aku sukai.Teman-teman
tambah berosak kencang.Mereka bagai seekor burung yang baru saja dibebaskan dari sangkarnya setelah beberapa hari
terjebak di dalam sana.Mereka sangat bahagia.

“Baiklah,pelajaran kita akhiri disini,jangan lupa belajar di rumah.Kalian sudah kela tiga, mau lulus.” Ucap Pak Rendra
seraya memperbaiki letak kacamatanya.Lalu keluar dari kelas dengan senym khas milik beliau yang tidak pernah kulupakan.

Suasana kelas bertambah ramai saat Pak Rendra pergi.Kami semua memberaskan peralatan masing-masing.satu dua
anak keluar dari kelas,lalu disusul oleh yang lainnya.Ada juga yang masih sibuk dengan buku-buku miliknya.Dan
pastinya,masih banyak yang mengobrol di kelas dengan topik pembicaraan random.

Aku masih membereskan buku-bukuku yang bisa dibilang banyak,sambil berpikir,kegiatan apa yang harus kulakukan
setibanya di rumah.Aktivitas membereskan buku berjalan lancar sampai aku melihat sebuah buku asing yang entah
bagaimana caranya bisa ada didalam tasku.karna rasa penasaran muncul di hatiku,buku itu kuambil lalu kucek selama
beberapa saat.aku baru ingat,ini adalah novel pemberian adek kelas-yang aku lupa namanya.dia memberikan ku buku ini
karna katanya buku ini sangat menarik dan cocok denganku.

Judul dari novel itu adalah ‘Mystery Of Dream.’ Dengan cover pintu tua berwarna coklat yang sudah rusak dan
sedikit terbuka.Disekelilingnya ada dinding bata berlumut yang retak dan gelap.Dari yang kudengar,di novel ini diceritakan
bahwa ada seseorang penjelajah mimpi yang tanpa sengaja masuk kedalam mimpi aneh milik seseorang yang misterius.mimpi
itu sangatlah aneh dan diluar pemikiran manusia biasa.Dia diharuskan untuk menyelesaikan semua keanehan yang ada di
mimpi itu agar bisa kembali ke dunianya.

“Sepertinya menarik,baiklah,akan kubaca nanti.” Gumamku pelan sambil memasukkan buku itu kedalam tas hitam
milikku.

Semua masih berjalan normal sampai muncul seseorang yang selalu menggangguku setiap hari.Dia seorang
pengganggu sekaligus sahabatku,Iora.Tangan kanannya menampar mejaku dengan keras,membuat suara yang keras dan
membuatku sedikit terkejut.Aku sontak saja mendongakkan kepala.Iora tersenyum tanpa ada rasa salah,dan itu membuatku
sebuah rasa jengkel di dalam hatiku.

Aku menghela nafas panjang,mencoba untuk meredam emosi yang sempat naik.Tapi,Iora malah tertawa saat
melihatku diam tidak melawan.Dia duduk di kursi depan bangkuku dengan posisi menghadap kebelakang.Punggungnya
membopong sebuah tas ransel berwarna abu-abu berukuran sedang.Dia terus tertawa dengan suara yang lumayan keras,dan
pastinya tawa itu ditujukan untukku.

Iora mulai berhenti tertawa,nafasnya masih tersengal-sengal.”Hah,iya-iya maafin aku.Jangan pasang muka begitu
dong.” Dan dia kembali tertawa saat melihatku.
WAITING TIME FOR LOVE
Aku masih diam,malas membalas perkataan Iora.Kupakai tas ranselku,dan bersiap untuk beranjak pergi dari
kelas.Iora sedah berhenti tertawa,sekarang dia menatapku dengan raut wajah yang datar.Aku berdiri,bersiap melangkahkan
kakiku ke luar dari kelas.Tapi,Iora malah mengikuti gerakanku,dia ikut berdiri.Aku terhenti sebentar.

“Ngapain?” Tanyaku pada Iora dengan heran.

“Ikut aku yuk.”

“Ke mana?”

“Em,bentar.” Iora mengambil handphonenya.Menyalakannya dan mengetik sesuatu di layar hitam yang sudah
menyala itu.

“Nih.” Iora menyodorkan handphonenya,menunjukkan sesuatu padaku.”Kamu tahu ngak?”

Aku menatap sesuatu yang ada di layar handphone Iora dengan seksama,lantas menggeleng pelan.”Nggak tahu.”

Belum sempat aku bertanya ataupun berkata sesuatu,Iora malah memotong dengan cepat.”Lumiere maid cafe.”

Aku diam,sedang mencerna perkataan Iora.Sedangkan,Iora sendiri yang sejak tadi melihatku itu memasang raut
wajah bertanya,lantas memanggil namaku dengan pelan dan lembut.”Ezama.” Aku menggerakkan bola mataku untuk
menatap Iora.”Jangan bilang kalau kamu nggak tahu apa itu maid cafe.”ucapnya dengan pandangan mengejek.

` “Ya tahu lah,cuman aku lagi mikir aja.”

“Mikirin apa?” Iora berkata dengan suara data,tapi aku tahu kalau dia itu penasaran dengan perubahan sikapku tadi.

Anda mungkin juga menyukai