Anda di halaman 1dari 18

TUGAS INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DHF/DBD

DI RUANG IGD RSAU dr.M.Salamun

NAMA : SUGIANTI

KELOMPOK : II

RUANG : FIRDAUS

CI LAHAN

( )

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DHF ( Dengue Haemorhagic Fever )

A. Definisi
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus
dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty.
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat
menyebar secara efidemik.

B. Etiologi
Virus dengue serotype 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vector
nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vector yang kurang berperan. Infeksi dengan
salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain.

C. Klasifikasi
Klasifikasi DHF berdasarkan kriteria menurut WHO yaitu :
1. Derajat I ( ringan )
Demam mendadak dan sampai 7 hari di sertai dengan adanya gejala
yang tidak khas dan uji turniquet (+).
2. Derajat II ( sedang )
Lebih berat dari derajat I oleh karena di temukan pendarahan spontan
pada kulit misal di temukan adanya petekie, ekimosis, pendarahan,
3. Derajat III ( berat )
Adanya gagal sirkulasi di tandai dengan laju cepat lembut kulit dngin
gelisah tensi menurun manifestasi pendarahan lebih berat( epistaksis, melena)
4. Derajat IV ( DIC )
Gagal sirkulasi yang berat pasien mengalami syok berat tensi nadi tak
teraba.

D. Manifestasi klinis
Diagnose penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan criteria diagnosa klinis
dan laboratories. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD dengan diagnose
klinis dan laboratories:
1. Diagnose klinis
a. Demam tinggi 2 sampai 7 hari (38-40̊ C)
b.  Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif, petekie
(bintik merah pada kulit), purpura (perdarahan kecil di dalam kulit),
ekimosis, perdarahan konjungtiva (perdarahan pada mata), epitaksis
(perdarahan hidung), perdarahan gusi, hematemesis (muntah darah),
melena (BAB darah) dan hematusi (adanya darah dalam urin).
c. Perdarahan pada hidung
d. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit
akibat pecahnya pembuluh darah
e. Pembesaran hati (hepatomegali)
f. Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang,
tekanan sistolik sampai 80mmHg atau lebih rendah
g. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya
nafsu makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
2. Diagnose laboratories
a. Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan
trombosit hingga 100.000/mmHg
b. Hemokonsentrasi, meningkatnya hemotokrit sebanyak 20% atau lebih

E.  Patofisiologi
Virus dengue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali member gejala DF. Pasien
akan mengalami gejala viremia, sakit kepala, mual, nyei otot, pegal seluruh
badan, hyperemia ditenggorokkan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin
terjadi pasa RES seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limfa. Reaksi
yang berbeda Nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe
virus yang berlainan. Berdasarkan hal itu timbullah the secondary heterologous
infection atau sequential infection of hypothesis. Re- infeksi akan menyebabkan
suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks
antigen antibody (kompleks virus antibody) yang tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah
mengakibatkan hal sebagai berikut:
2. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang
berakibat dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya
plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang sangat berperan
terjadinya renjatan.
3. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami
metamorphosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan
dimusnahkan oleh system retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia
hebat dan perdarahan. Pada keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan
vasokoaktif (histamine dan serotonin) yang bersifat meningkatkan
permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit factor III yang merangsang
koagulasi intravascular.
4. Terjadinya aktivasi factor hegamen (factor XII) dengan akibat kahir terjadinya
pembentukan plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan
penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation product. Disamping itu
aktivasi akan merangsang system kinin yang berperan dalam proses
meningginya permeabilitas dindin pembuluh darah.

F. Patofisiologi

5.
Arbovirus (melalui Beredar dalam aliran Inveksi virus dengue
nyamuk aedes aegypti) darah (viremia)

PGE2 Hipothalamus Membentuk & Mengaktifkan sistem


melepaskan zat C3a, C5a komplemen

Peningkatan reabsorbsi Permeabilitas


Hipertermi
Na+ dan H2o membrane meningkat

Agregasi trombosit Kerusakan endotel Resiko syok


pembuluh darah hipovolemik

Trombositopeni
Merangsang & mengaktivasi Renjatan
faktor pembekuan hipovolemik dan
hipotensi

DIC
Kebocoran plasma

Resiko pendarahan Perdarahan

Resiko perfusi jaringan


tidak efektif

Asidosis metabolik Hipoksia jaringan

Resiko syok
(hipovolemik) Kekurangan volume Ke extravaskuler
cairan

Paru-paru Hepar Abdomen

Efusi pleura hepatomegali Ascites

Ketidakefektifan pola Mual,muntah


nafas
Penekanan intraabdomen
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Nyeri kebutuhan tubuh
G. Manifestasi klinis
Diagnose penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan criteria diagnosa klinis
dan laboratories. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD dengan diagnose
klinis dan laboratories:
1. Diagnose klinis
h. Demam tinggi 2 sampai 7 hari (38-40̊ C)
i.  Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif, petekie
(bintik merah pada kulit), purpura (perdarahan kecil di dalam kulit),
ekimosis, perdarahan konjungtiva (perdarahan pada mata), epitaksis
(perdarahan hidung), perdarahan gusi, hematemesis (muntah darah),
melena (BAB darah) dan hematusi (adanya darah dalam urin).
j. Perdarahan pada hidung
k. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit
akibat pecahnya pembuluh darah
l. Pembesaran hati (hepatomegali)
m. Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang,
tekanan sistolik sampai 80mmHg atau lebih rendah
n. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya
nafsu makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
2. Diagnose laboratories
c. Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan
trombosit hingga 100.000/mmHg
d. Hemokonsentrasi, meningkatnya hemotokrit sebanyak 20% atau lebih

H.  Pemeriksaan diagnostic
1. Darah lengakap
a. Leukpenia pada hari ke 2-3
b. Trombositopenia dan hemokonsentrasi
c. Masa pembekuan normal
d. Masa pedarahan memanjang
e. Penurunan factor II, V, VII, IX, dan XII
2. Kimia darah
a. Hipoproteinemia, hiponatriam, hipodorumia
b. SGOT/SGPT meningkat
c. Umum meningkat
d. pH darah meningkat
3. Urinari
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
4.  Uji sum-sum tulang
Pada awal sakit biasanya hipaseluler kemudian menjadi hiperseluler

I. Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak .
3. Pemberian cairan melalui infus. Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer
lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra vena yang paling sering
digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa
28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
4. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,
5. Anti konvulsi jika terjadi kejang
6. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
7. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
9. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari

J.   Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
1. Perdarahan luas.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya
terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah terjadi
perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. Perdarahan ringan
hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesis. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului
dengan nyeri perut yang hebat.
2. Shock atau renjatan.
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit
lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis
disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukan prognosis yang buruk.
3. Effuse pleura
4. Penurunan kesadaran.

K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Umur, jenis kelamin, tempat tinggal bisa menjadi indicator terjadinya
DHF
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Panas
2) Riwayat kesehatan sekarang
Panas tinggi, nyeri otot, dan pegal, ruam, malaise, muntah, mual, sakit
kepala, sakit pada saat menelan, lemah, nyeri pada efigastrik,
penurunan nafsu makan,perdarahan spontan.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pernah menderita yang sama atau tidak
4)  Riwayat kesehatan keluarga
Adanya anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama
dan adanya penyakit herediter (keturunan).
c.  Aktivitas
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, malaise Gangguan pola tidur
2) Sirkulasi
3) Tanda : perasaan dingin meskipun pada ruangan hangat Tekanan darah
normal/sedikit di bawah jangkauan normal. Denyut perifer kuat, cepat
(perifer hiperdinamik); lemah/lembut/mudah hilang, takikardia
ekstrem (syok), nadi lemah Suara jantung : disritmia dan
perkembangan S3 mengakibatkan disfungsi miokard, efek dari
asidosis/ketidak seimbangan elektrolit. Kulit teraba dingin dan lembab
terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
4) Integritas ego
Tanda : gelisah
5) Eliminasi
Gejala : diare
6)  Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, haus, sakit saat menelan Mual,muntah Perubahan
berat badan akhir-akhir (meningkat/turun)
Tanda : penurunan berat badan, penurunan massa otot (malnutrisi)
Kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk Membran mukosa pucat,
luka, inflamasi rongga mulut
7)  Hygiene
Tanda : ketidakmapuan mempertahankan perawatan diri Bau badan
Lidah kotor
8) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala Nyeri tekan epigastrik Nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi
9)  Perdarahan
Tanda : perdarahan di bawah kulit (petekie), perdarahan gusi,
epistaksis sampai perdarahan yang hebat berpa muntah darah akibat
perdarahan lambung, melena, hematuria

d. Pemeriksaan fisik
1)  System pernapasan
Sesak, epistaksia, napas dangkal, pergerakan dinding dada, perkusi,
auskultasi
2)  System cardivaskular
a. Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni.
b. Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat
(tachycardia), penurunan tekanan darah (hipotensi), cyanosis
sekitar mulut, hidung dan jari-jari.
c. Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat
diukur.
3)   System neurologi
Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III
pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV
dapat terjadi DSS
4) System perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah
5)  System pencernaan
Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan,
nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati
(hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa diserta dengan
ikterus, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah,
nyeri saat menelan, dapat muntah darah (hematemesis), berak darah
(melena).
6)  System integument
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam
makulopapular, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet,
terjadi bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan dibawah kulit (petikie),
pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
2.  Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif.
c.  Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia , mual dan muntah.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
f. Resiko syok berhubungan dengan hipovilemik
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
h. Defisiensi pengetahuan berhubungan degan kurang familier dengan
sumber informasi.
3.  Intervensi keperawatan

No Diagnose Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


keperawatan Hasil { NIC }
{ NOC }
1.  1 Hipertermi Setelah dilakukan
FeVer Treatment : 1. Tanda-tanda
berhubungan  1.  Observasi tanda-tanda
tindakan keperawatan vital
dengan proses selama ... x 24 jam, vital tiap 3  jam. merupakan
infeksi virus. pasien akan :   2. Beri kompres hangat acuan untuk
 1.  Menunjukkan suhu pada bagian lipatan tubuh mengetahui
tubuh dalam rentang ( Paha dan aksila ). keadaan
normal.   2. Monitor intake dan umum pasien.
 2. TTV normal. output 2.  Kompres
  3. Berikan obat anti hangat dapat
piretik. mengembalika
n suhu normal
memperlancar
sirkulasi.
3. Untuk
mengetahui
adanya
ketidakseimba
ngan cairan
tubuh.
4. Dapat
menurunkan
demam

Temperature 1. Peningkatan
Regulation suhu tubuh
  1. Beri banyak minum ( ± akan
1-1,5 liter/hari) sedikit menyebabkan
tapi sering penguapan
  2. Ganti pakaian klien tubuh
dengan bahan tipis meningkat
menyerap keringat. sehingga perlu
diimbangi
dengan asupan
cairan yang
banyak.
2. Pakaian yang
tipis menyerap
keringat dan
membantu
mengurangi
penguapan
tubuh akibat
dari
peningkatan
suhu dan
dapat terjadi
konduksi.
2  2 kurangan volume Setelah dilakukan Fluid Managemen 1. Mengetahui
cairan tindakan keperawatan 1.  Kaji keadaan umum dengan cepat
berhubungan selama ... x 24 jam, klien dan tanda-tanda penyimpangan
dengan kehilangan pasien akan : vital. dari keadaan
volume cairan 1.  Menunjukkan 2. Kaji input dan output normalnya.
aktif. keseimbangan cairan. 2.  Mengetahui
elektrolit dan asam 3. Observasi adanya balance cairan
basa tanda-tanda syok dan elektrolit
2.  Menunjukkan 4. Anjurkan klien untuk dalam
keseimbangan banyak minum. tubuh/homeos
cairan 5. Kolaborasi dengan tatis.
3.  Turgor kulit baik dokter dalam 3.  Agar dapat
4.  Tanda-tanda vital pemberian cairan I.V. segera
dalam batas normal dilakukan
tindakan jika
terjadi syok.
4. Asupan cairan
sangat
diperlukan
untuk
menambah
volume cairan
tubuh
5.  Pemberian
cairan I.V
sangat penting
bagi klien
yang
mengalami
deficit volume
cairan untuk
memenuhi
kebutuhan
cairan klien.
3.  3 Nyeri akut Setelah dilakukan Pain management 2. Mengetahui
berhubungan tindakan keperawatan 1.  Lakukan pengkajian nyeri yang
dengan proses selama ... x 24 jam, nyeri secara dialami pasien
patologis penyakit. pasien akan : kompherensif. sehingga
1. Dapat mengontrol 2.  Kaji faktor-faktor perawat dapat
nyeri yang mempengaruhi menentukan
2.  Mengetahui tingkat reaksi pasien terhadap cara
nyeri nyeri. mengatasiny
3. Ekspresi wajah 3. Berikan posisi yang 3. Dengan
rileks. nyaman dan ciptakan mengetahui
suasana ruangan yang faktor-faktor
tenang. tersebut maka
4. Berikan suasana  perawat dapat
gembira bagi pasien melakukan
intervensi
yang sesuai
dengan
masalah klien.
4. Posisi yang
nyaman dan
situasi yang
tenang dapat
membuat
perasaan yang
nyaman pada
pasien.
5. Dengan
suasana
gembira
pasien dapat
sedikit mengal
ihkan
perhatiannya
terhadap
nyeri.

Analgetic 1.  Obat
administration analgesik
1.  Berikan analgesik dapat
sesuai tipe dan menekankan
beratnya nyeri . rasa nyeri.
4.  4 Ketidakseimbanga Setelah dilakukan Nutrition managemen 1. Memudahkan
n nutrisi kurang tindakan keperawatan 1.  Kaji keadaan umum untuk
dari kebutuhan selama ... x 24 jam, klien intervensi
tubuh pasien akan : 2.  Beri makanan sesuai selanjutny
berhubungan 1.  Menunjukkan kebutuhan tubuh 2.  Merangsang
dengan anoreksia , kebutuhan nutrisi klien. nafsu makan
mual dan muntah. terpenuhi. 3. Anjurkan orang tua klien
2. Memperlihatkan klien untuk memberi sehingga
adanya selera makanan sedikit tapi klien mau
makan sering. makan.
4. Anjurkan orang tua 3. Makanan
klien memberi dalam porsi
makanan TKTP kecil tapi
dalam bentuk lunak sering
memudahkan
organ
pencernaan
dalam
metabolism.
4. Makanan
dengan
komposisi
TKTP
berfungsi
membantu
mempercepat
proses
penyembuha
n.
Nutrition Monitoring 1.  Berat badan
1. Timbang berat badan merupakan
klien tiap hari. salah satu
2.  Monitor mual dan indicator
muntah pasien pemenuhan
nutrisi
berhasil.
2.  Untuk
mengetahui
status nutrisi
pasien.
5.  5 intoleransi Setelah dilakukan Activity Therapy 1. Mengetahui
aktivitas tindakan keperawatan 1.  Kaji hal-hal yang tingkat
berhubungan selama ... x 24 jam, mampu dilakukan ketergantunga
dengan pasien akan : klien. n klien dalam
ketidakseimbangan 1.  Dapat 2. Bantu klien memenuhi
antara suplai dan berpartisipasi memenuhi kebutuhan kebutuhanny
kebutuhan dalam aktivitas aktivitasnya sesuai 2. Bantuan
oksigen. fisik dengan tingkat sangat
2.  Dapat melakukan keterbatasan klien diperlukan
aktivitas sehari- 3.  Beri penjelasan klien pada
hari tentang hal-hal yang saat
3.  TTV normal dapat membantu dan kondisinya
meningkatkan lemah dalam
kekuatan fisik klien. pemenuhan
4. Libatkan keluarga kebutuhan
dalam pemenuhan sehari-hari
ADL klien tanpa
5. Jelaskan pada mengalami
keluarga dan klien ketergantunga
tentang pentingnya n pada orang
bedrest ditempat lain.
tidur. 3. Dengan
penjelasan,
pasien
termotivasi
untuk
kooperatif
selama
perawatan
terutama
terhadap
tindakan yang
dapat
meningkatkan
kekuatan
fisiknya.
4. Keluarga
merupakan
orang terdekat
dengan klien
5. Untuk
mencegah
terjadinya
keadaan yang
lebih parah
6.  6 Resiko syok Setelah dilakukan Syok prevention 1.  Memantau
berhubungan tindakan keperawatan 1. Monitor keadaan kondisi klien
dengan selama ... x 24 jam, umum klien. selama masa
hipovilemik pasien akan : 2. Observasi tanda-tanda perawatan
1.  TTV dalam batas vital terutama saat
normal 3. Monitor input dan terjadi
2.   Natrium serum, output pasien perdarahan
kalium serum, 4. Anjurkan pada sehingga
kalsium serum, pasien/ keluarga tanda pra
magnesium serum untuk segera melapor syok, syok
dalam batas jika ada tanda-tanda dapat
normal. perdarahan. ditangani.
3. Hematokrit dalam 2.   Tanda vital
batas normal  dalam batas
normal
menandakan
keadaan
umum klien
baik
3. Mengetahui
balance
cairan dan
elektrolit
dalam
4. Keterlibatan
keluarga
untuk segera
melaporkan
jika terjadi
perdarahan
terhadap
pasien sangat
membantu
tim
perawatan
untuk segera
melakukan
tindakan
yang tepat
Syok managemen
1. Cek hemoglobin, 1. untuk acuan
hematokrit, trombosit melakukan
2.  Monitor gas darah tindak lanjut
dan oksigenasi terhadap
perdarahan.
2.  Untuk
mengetahui
adanya
asodosis
metabolik.
7.  7 Ansietas Setelah dilakukan Anxiety Reduction 1.  Mengetahui
berhubungan tindakan keperawatan 1. Kaji tingkat kecemasan
dengan perubahan selama ... x 24 jam, kecemasan orang tua
status kesehatan pasien akan : 2.  Jelaskan prosedur klien dan
1.  Mampu pengobatan memudahkan
mengidentifikasi perawatan. menentukan
dan 3. Beri kesempatan pada intervensi
mengungkapkan orang tua untuk selanjutnya.
gejala cemas bertanya tentang 2.  Untuk
2.  TTV normal kondisi pasien. menambah
3. Menunjukkan 4.  Beri penjelasan tiap pengetahuan
teknik untuk prosedur/ tindakan dan informasi
mengontrol cemas yang akan dilakukan kepada klien
terhadap pasien dan yang dapat
manfaatnya bagi mengurangi
pasien kecemasan
5. Beri dorongan orang tua.
spiritual. 3. Untuk
memperoleh
informasi
yang lebih
banyak dan
meningkatka
n
pengetahuan
dan
mengurangi
stress.
4.  Memberikan
penjelasan
tentang
proses
penyakit,
menjelaskan
tentang
kemungkinan
pemberian
perawatan
intensif jika
memang
diperlukan
oleh pasien
untuk
mendapatkan
perawatan
yang lebih
optimal
5. Memberi
ketenangan
kepada klien
dengan
berserah diri
kepada
Tuhan Yang
Maha Esa.
8.  8 Defisiensi pengeta Setelah dilakukan Teaching: Disease 1. Sebagai data
huan berhubungan tindakan keperawatan Proses fdasar
degan kurang selama ... x 24 jam, 1. Kaji tingkat pemberian
familier dengan pasien akan : pengetahuan informasi
sumber informasi. 1.  Pasien dan klien/keluarga tentang selanjutnya.
keluarga penyakit DHF 2. Untuk
menyatakan 2. Kaji latar belakang memberikan
pemahaman pendidikan klien/ penjelasan
tentang penyakit , keluarga. sesuai
kondisi , 3. Jelaskan tentang dengan
prognosisdan proses penyakit, diet, tingkat
program perawatan dan obat- pendidikan
pengobatan obatan pada klien klien/
2.  Mampu dengan bahasa dan keluarga
melaksanakan kata-kata yang mudah sehingga
yang dijelaskan dimengerti. dapat
secara benar 4. Jelaskan semua dipahami.
prosedur yang akan 3. agar
dilakukan dan informasi
manfaatnya pada dapat
klien. diterima
5.  Berikan kesempatan dengan
pada klien/ keluarga mudah dan
untuk menanyakan tepat
hal-hal yang ingin sehingga
diketahui sehubungan tidak terjadi
dengan penyakit yang kesalahpaha
diderita klien. man.
4. Dengan
mengetahui
prosedur /
tindakan
yang akan
dilakukan
dan
manfaatnya,
klien akan
kooperatif
dan
kecemasanny
a menurun.
5.  Mengurangi
kecemasan
dan
memotivasi
klien untuk
kooperatif.
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, A. P. (2016). Demam Berdarah Dengue (DBD). Yogyakarta: Nuha


Medika
Herdman, H. T. (2015). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Perpustakaan Nasional
RI.Data Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Hidayat, A. A. (2009). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
World Health Organization. (2012). Demam Berdarah Dengue (2 ed.). (Y. Asih,
Penyunt., & M. S. Ester, Penerj.) Jakarta: BUKU KEDOKTERAN

Anda mungkin juga menyukai