Anda di halaman 1dari 13

BAB VI

TURUNAN/DERIVATIVE

Tujuan Pembelajaran Umum


Mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep dasar turunan dan dapat menentukan
turunan berbagai fungsi serta dapat menerapkannya dalam masalah Bisnis dan Ekonomi

Tujuan Pembelajaran Khusus


Mahasiswa diharapkan dapat
1. menggunakan rumus-rumus turunan fungsi;
2. menggunakan dalil rantai dalam menentukan turunan;
3. menentukan turunan tingkat tinggi;
4. menggunakan turunan untuk menyelesaikan masalah maksimum dan
minimum ;
5. menerapkan turunan dalam permasalahan Bisnis dan Ekonomi

6.1 Pengertian/Definisi.
Definisi 5.1 :
Turunan pertama fungsi y =f(x) terhadap x didefinisikan sebagai :

dy f ( x + x , y ) − f ( x , y )
= lim asal limitnya ada
dx x→0 x
dy df ( x ) df
Notasi turunan pertama dari fungsi f(x) adalah =y’(x)= = = f  (x)= f 
dx dx dx

6.2. Rumus-Rumus
Misal U, V, W adalah fungsi dari x dan a, b, c, serta n adalah konstanta berlaku
dy d ( c )
1. y = c maka = = 0 atau y’=0
dx dx
dy d ( cx )
2. y = cx maka = = c atau y’=c
dx dx
dy d ( c x n )
3. y = c x n maka = = cn xn−1 atau y’= cn xn−1
dx dx
dy d ( U n )
= n U n−1
dU
4. y = U n maka = atau y’=n Un-1U’
dx dx dx
dy d ( UV ) dV dU dy d ( UV )
5. y = UV maka = =U +V atau = =y’= U V  +V U 
dx dx dx dx dx dx

Matematika Terapan 1 77
dy d (UVW ) dW dV dU
6. y = UVW maka = = UV +UW + VW atau
dx dx dx dx dx
dy d (UVW )
= = y’ = UV W  +UW V  +VW U 
dx dx
U 
d   V dU − U dV
7. y=
U
maka
dy
=   = dx
V dx = y’= VU  − UV  , V≠0
V dx dx V2 V2
8 1. f ( x) = e x 1. f ' ( x) = e x
2. f ( x) = a x 2. f ' ( x) = a x ln a
3. f ( x) = ln x , 1
3. f ' ( x) =
4. f ( x) = log x x
1
4. f ' ( x) =
x ln 10

Contoh

Beberapa fungsi dengan turunan pertamanya

1. y = 7 maka y’ =
2. y = -5x maka y’ =
3. y = −8 x −3 maka y’

4. y = (6 - 5x)4 maka y’=

5. y = (x+2)(1-x) maka y’=


x −1
6. y = maka y’=
x+2

6.3 Turunan Tingkat Tinggi


dy
Turunan pertama y terhadap x ditulis = y
dx
d2y
Turunan kedua y terhadap x ditulis = y
dx2
…………………………………………………
dny
Turunan ke-n y terhadap x ditulis = y (n )
dxn
Contoh
d2y 1+ x
Tentukan dari y =
dx2 1− x
Penyelesaian

Matematika Bisnis untuk Tata Niaga


78
dy 1(1 − x) − (1 + x)( −1) 2
= = = 2(1 − x) − 2
dx (1 − x) 2
(1 − x) 2

d2y 4
= −4(1 − x) −3 (−1) =
dx 2
(1 − x) 3

6.4. Arti Geometri Turunan Pertama


Misalkan kurva y = f(x) melalui titik A(x1,y1) dan B(x2,y2) maka kemiringan garis yang
melalui garis AB dinotasikan sebagai
y 2 − y1
mg =
x 2 − x1
apabila diketahui x 2 = x1 + h  f( x 2 ) = f( x1 + h ), dan
f ( x1 + h ) − f ( x1 )
mg =
h
selanjutnya h mendekati 0 maka diperoleh,
f ( x1 + h ) − f ( x1 )
Lim h
h →0
titik B A artinya titik B akan mendekati titik A, garis g berubah arah sehingga
menyinggung kurva y = f(x) di titik A yang tidak lain adalah turunan pertama y = f(x)
di x = x1 yang dinotasikan sebagai berikut,
f ( x1 + h ) − f ( x1 )
f ( x1 ) = Lim
h →0 h
y
y = f(x)

mg

y2 B gs

gn f(x1)

y1 A

x
x1 x2
h

Gambar 5.2 Arti Geometris dari Turunan Pertama

Maka dapat disimpulkan bahwa arti geomeri turunan pertama dari y=f(x) di x= x1 atau
f’(x1) merupakan gradien garis singgung kurva y = f(x) disembarang nilai x1.

Matematika Bisnis untuk Tata Niaga


79
Secara umum persamaan garis singgung (gs) pada kurva y = f(x) di titik (x1,y1)
dirumuskan sebagai berrikut,
y − y1 = m(x − x1)
dy
keterangan m = tg  =
dx x= x1 , y = y1
Sedangkan persamaan garis normal (gn) pada kurva y = f(x) di titik (x1,y1) dirumuskan
sebagai berikut.
1
y − y1 = − (x − x1)
m

Garis normal (gn)adalah garis yang tegak lurus garis singgung (gs) di titik singgungnya
seperti tampak pada gambar 5.2
Contoh.
Cari persamaan garis singgung dan garis normal pada kurva
y = 4x−2 di titik (1,2).
Gambar kurva y = 4x−2 garis singgung dan garis normal!

Penyelesaian.
Persamaan garis singgung dan garis normal pada kurva y = 4x−2 di titik (1,2) adalah
Persamaan garis singgung : Persamaan garis normal :
1
y = 4x−2 y − y1 = − (x − x1)
m
dy 1
m= =4 y − 2 = − (x − 1)
dx x = x , y = y 4
1 1
1 9
y − y1 = m(x − x1) y =− x+
4 4
y − 2 = 4(x − 1)
y = 4x − 2

6.5. Nilai Ekstrim Fungsi


Beberapa fungsi y = f(x) pada umumnya memiliki nilai ekstrim yaitu nilai y
paling besar (maksimum) atau paling kecil (minimum) untuk suatu nilai x tertentu.
Titik-tik yang menjadi titik ekstrim dinamakan titik-titik kritis. Dalam gambar 5.3 titik-
titik kritis tersebut adalah a,b,c,d dan e. Namun tidak setiap titik kritis menjadi
maksimum atau minimum global. Titik-titik a dan b dikatakan titik stasioner karena
memenuhi syarat f’(a) = 0 dan f’(b) = 0. Sedangkan titik c, d dan titik e hanya
merupakan titik-titik kritis. Secara umum titik kritis dibagi 3, yakni titik –titik ujung
(titik-titik batas) seperti titik c dan e pada gambar 5.3, titik stasioner seperti titik a dan b
pada gambar 5.3, dan titik singular e ( f’(x) pada titik tersebut tidak ada) . Pada
penjelasan sebelumnya telah diketahui bahwa arti geometri dari turunan pertama adalah
gradien garis singgung. Untuk fungsi dalam gambar 5.3, arah gradien garis singgung
untuk setiap x  a adalah positif, hal ini berarti f ( x )  0. Sedangkan untuk setiap x

Matematika Bisnis untuk Tata Niaga


80
pada daerah {x a  x  b}, arah gradien garis singgung adalah negatif yang
menunjukkan bahwa f ( x ) 0, kemudian gradien garis singgung kembali kearah
positip untuk setiap x  b, f ( x )  0

c e
b
a
d

Gambar 5.3

hal ini menunjukkan bahwa fungsi y = f(x) dikatakan fungsi naik pada interval tertentu
jika f ( x )  0 pada interval tersebut. Selanjutnya fungsi f(x) dikatakan fungsi turun
pada interval tertentu jika f ( x )  0 pada interval tersebut.

Contoh .
Tentukan interval dimana fungsi f(x) naik dan turun
f(x) = x3-3x2-9x+1

Penyelesaian.
Titik stasioner f’(x)=0 diperoleh,
f(x) = x3-3x2-9x+1 f ( x ) = 3x2-6x-9 =0 : (3) semua suku dibagi 3 dan didapat x2-
2x-3=0 atau dapat ditulis (x-3)(x+1)=0 sehingga titik stasionernya adalah x=3 dan x=-1
Selanjutnya dengan menggunakan uji tanda turunan diperoleh,

+++++++++++−−−−−−−−−−+++++++++++
tanda f ( x )
−1 3
dengan membaca tanda f ( x ) pada garis bilangan di atas dapat disimpulkan bahwa
f(x) naik untuk x  -1 dan x  3 dan f(x) turun untuk -1  x  3

5.6 Nilai Maksimum dan Minimum Fungsi (Nilai Ekstrim) dengan Turunan
Pertama

Apabila bilangan c berada pada daerah interval f(x), maka


• (c, f(c)) dikatakan titik maksimum relatif apabila disekitar c terjadi perubahan
tanda f ( x ) dari positif ke negatif

Matematika Bisnis untuk Tata Niaga


81
• (c, f(c)) dikatakan titik minimum relatif apabila disekitar c terjadi perubahan
tanda f ( x ) dari negatip ke positip
• (c, f(c)) dikatakan bukan titik minimum maupun maksimum apabila disekitar c
tidak terjadi perubahan tanda f ( x ) , melainkan hanya titik kritis
Contoh .
Tentukan nilai Ekstrim fungsi berikut

f(x) = x3-3x2-9x+1

Penyelesaian.

f(x) = x3-3x2-9x+1 f ( x ) = 3x2-6x-9 =0 : (3) didapat x2-2x-3=0


atau dapat ditulis (x-3)(x+1)=0 sehingga titik stasionernya adalah x=3 dan x=-1 atau
titik kritis

+++++++++++−−−−−−−−−+++++++++++
tanda f ( x )
−1 3
Berdasarkan teorema di atas maka diperoleh bahwa pada x=-1 mencapai maksimum
dan x=3 mencapai minimum. Dengan kata lain titik (-1, f(-1)) atau (-1, 6) adalah titik
maksimum dan titik (3, f(3)) atau (3, -26) adalah titik minimum.

6.7 Nilai Ekstrim Dengan Uji Turunan Kedua

Cara lain menentukan nilai ekstrim adalah dengan uji turunan kedua.
Apabila y = f(x) dengan f’(c) = 0 maka berlaku
Jika f ( c )  0 maka (c, f(c)) adalah nilai minimum dari f(x)
Jika f ( c )  0maka (c, f(c)) adalah nilai maksimum f(x)

Contoh .
f(x) = x3-3x2-9x+1 f ( x ) = 3x2-6x-9 =0 : (3) semua suku dibagi dengan 3 didapat
x2-2x-3=0
atau dapat ditulis (x-3)(x+1)=0 sehingga titik kritisnya adalah x=3 dan x=-1.

5.8 Penerapan Turunan Pada Masalah Ekonomi

Tinjaulah sebuah perusahaan pada umumnya, PT ABC untuk memudahkan,


anggap bahwa ABC menghasilkan dan memasarkan sebuah barang; mungkin berupa
televisi, aki kendaraan, atau sabun dalam kemasan. Jika ABC menjual x satuan barang
tahun ini, ABC akan mampu membebankan harga, p(x) untuk tiap satuan. Kita
tunjukkan bahwa p bergantung pada x karena bilamana ABC akan perlu mengurangi
harga tiap satuan agar dapat menjual seluruh hasil keluarannya. Pendapatan total yang
dapat diharapkan ABC diberikan oleh R(x) = x p(x), jumlah satuan kali harga tiap
satuan.

Untuk memproduksi dan memasarkan x satuan, PT ABC akan mempunyai biaya


total, C(x). Ini biasanya berupa jumlah dari biaya tetap (keperluan kantor, pajak

Matematika Bisnis untuk Tata Niaga


82
bangunan dsb) ditambah biaya tidak tetap, yang secara langsung bergantung pada
banyaknya satuan yang diproduksi. Konsep dasar untuk sebuah perusahaan adalah total
laba, p(x). Laba adalah selisih antara pendapatan dan biaya, yakni

P(x) = R(x) – C(x) = xp(x) – C(x)

Umumnya, sebuah perusahaan berusaha memaksimumkan total labanya.

Hal yang harus diperhatikan adalah perlunya membedakan masalah ekonomi


dengan masalah fisika. Pada dasarnya, suatu produk akan berupa satuan-satuan diskrit
(Anda tidak dapat membuat atau menjual 0,23 pesawat televisi atau π aki mobil. Jadi,
fungsi R(x), C(x), dan P(x) pada umumnya didefinisikan hanya untuk x = 0, 1, 2, …… .
Hal ini menggambarkan salah satu aspek dari pemodelan matematika yang hampir
selalu diperlukan, terutama dalam ilmu ekonomi. Untuk membuka model dari suatu
masalah yang nyata dijumpai, kita harus menyederhakan beberapa anggapan. Ini berarti
bahwa jawaban yang kita peroleh hanya menghampiri jawaban yang kita cari salah satu
alasan bahwa ekonomi merupakan ilmu yang sedikit kurang sempurna. Seorang ahli
statistik terkenal mengatakan : “Tidak ada model yang akurat, tapi banyak model yang
bermanfaat.”

Suatu masalah yang berkaitan bagi seorang pakar ekonomi adalah bagaimana
mendapatkan rumus untuk fungsi-fungsi C(x) dan p(x). Dalam hal yang sederhana, C(x)
dapat berbentuk

C(x) = 10.000 + 50x

Jika demikian, Rp10.000,00 merupakan biaya tetap dan Rp.50x merupakan biaya tidak
tetap, berdasarkan pada biaya langsung Rp.50,00 untuk setiap satuan yang diproduksi.
Barangkali contoh yang lebih umum adalah :

C(x)=10.000+45x+100√x

Perhatikanlah bahwa dalam kasus ini rata-rata biaya tidak tetap tiap satuan adalah :

45 x + 100 x 100
= 45 +
x x

Suatu nilai yang berkurang apabila x bertambah (efisiensi dari besarnya produksi).

Pemilihan fungsi-fungsi biaya dan harga yang sesuai merupakan tugas yang tidak jelas .
Kadangkala keduanya dapat ditentukan dari anggapan-anggapan dasar. Dalam kasus
lain, kajian cermat tentang pengalaman perusahan akan menyarankan pilihan-pilihan
yang layak. Kadang-kadang kita harus melakukannya hanya dengan pikiran saja.

Penggunaan kata marjinal. Andaikan ABC mengetahui funsi biayanya C(x) dan untuk
sementara merencankan memproduksi 2000 satuan tahun ini. Direktur utama Toko

Matematika Bisnis untuk Tata Niaga


83
Buku Karisma ingin menetapkan biaya tambahan tiap satuan jika ABC memperbesar
produksinya sedikit. Misalnya, Apakah itu akan kurang dari pendapatan tambahan tiap
satuan? Jika demikian, akan merupakan pertimbangan ekonomi yang baik untuk
memperbesar produksinya.

Direktur Utama Toko Buku Karisma menanyakan nilai delta C/delta x pada saat delta
x=1. Tetapi kita mengharapkan bahwa ini sangat dekat terhadap nilai

C
lim
x
x → 0

Pada saat x = 2000, ini disebut biaya marjinal. Kita para matematikawan mengenalnya
sebagai dC/dx, turunan C terhadap x.

Dengan cara yang serupa, kita definisikan harga marjinal sebagai dp/dx, pendapatan
marjinal sebagai dR/dx, dan laba marjinal sebagai dP/dx.

Contoh:

Andaikan C ( x) = 8300 + 3,25 x + 403 x

Carilah biaya rata-rata tiap satuan dan biaya marjinal, dan kemudian hitunglah kedua
biaya tersebut bilamana x = 1000.

Penyelesaian:

8300 + 3,25x + 403 x 8300 + 3,25(1000) + 403 1000


Biaya rata - rata = =
x x
dC 40 − 2 / 3 40
Biaya Marjinal = = 3,25 + x = 3,25 + (1000 ) − 2 / 3
dx 3 3

Pada x = 1000, ini masing-masing mempunyai nilai-nilai 11,95 dan 3,38. Ini berarti
bahwa rata-rata biaya setiap satuan adalah Rp11,95,00 untuk memproduksi 1000 satuan
yang pertama; untuk memproduksi satu satuan tambahan di atas 1000 hanya
memerlukan biaya Rp3,38,00.

Matematika Bisnis untuk Tata Niaga


84
6.8. Elastisitas Permintaan dan Elastisitas Penawaran

a. Elastisitas Harga
Elastisitas Harga adalah perbandingan antara perubahan relatif dari jumlah
dengan perubahan relatif dari harga. Untuk menentukan elastisitas harga, ada dua
macam cara yang digunakan, yaitu :
1. Elastisitas Titik ( Point Elasticity )
Q
Q Q P
= =
P P Q
P
2. Elastisitas Busur ( Arc Elasticity )
Merupakan elastisitas pada dua titik atau elastisitas pada busur kurva.
Kelemahannya : timbulnya tafsiran ganda.
P Q
= 1.
Q1 P
P2 Q
= .
Q2 P
P1 + P2 Q
= .
Q1 + Q2 P
Elastisitas Titik dan Busur dipakai untuk menghitung :

a. Elastisitas harga Permintaan, ηd < 0 (negatif)


b. Elastisitas harga Penawaran, ηs > 0 (positif)

Dari hasil perhitungan, nilai elastisitas akan menunjukkan :


 > 1 → Elastis
 < 1 atau 0<n<1 → Inelastis (elastis sebagian)
 = 1 → Unitary Elastis (elastis sempurna)
 = 0 → Inelastis Sempurna
 = ∞→ Elastis Tak Hingga

b. Elastisitas Permintaan
Elastisitas Permintaan adalah suatu koefisien yang menjelaskan besarnya jumlah
barang yang diminta akibat adanya perubahan harga. Jika fungsi permintaan dinyatakan
dengan Qd = f
( P ), maka elastisitas permintaannya

P
 d = Qd '.
Qd

Contoh : Fs. permintaan Qd = 100 – 5P2. Tentukan elastisitas pada P = 10


Qd’ = -10P

Matematika Bisnis untuk Tata Niaga


85
P P (−10 P 2 )
Maka ηd = Qd '. = (−10 P). =
Qd 100 − 5P 2 100 − 5P 2

(−10(10) 2 )
P = 10 maka ηd = = 2,5
100 − 5(10) 2

c. Elastisitas Penawaran

Elastisitas Penawaran dalah suatu koefisien yang menjelaskan besarnya


perubahan jumlah barang yang ditawarkan berkenaan adanya perubahan harga. Jika
fungsi penawaran dinyatakan
dengan Qs = f ( P ), maka elastisitas penawarannya :

P
 s = Qs '.
Qs

Contoh : Fs Penawaran Qs = 5P2– 100. Hitunglah elastisitas pada P = 15

P P (10 P 2 )
ηs = Qs'. = (10 P). =
Qs 15 P 2 − 100 5 P 2 − 100

(10(15) 2 )
P = 15 maka ηs = =2,4
5(15) 2 − 100

d. Elastisitas Produksi
Adalah suatu koefisien yang menjelaskan besarnya perubahan jumlah keluaran (output)
yang dihasilkan akibat adanya perubahan jumlah masukan ( input ) yang digunakan.
Jika fungsi produksi dinyatakan dengan P = f ( x ), maka elastisitas
produksinya :

X
P = P '.
P
Contoh : Fs Produksi P = 4x2 – 2x3. Hitunglah elastisitas pada x = 10
P’ = 8x – 6x2

X x
P = P '. = (8x − 6 x 2 ). 2
P 4x − 2x 3
Pada x=10 maka diperoleh
10
P = (8(10) − 6(10) 2 ). = 3,25
4(10) − 2(10) 3
2

Matematika Bisnis untuk Tata Niaga


86
6.9. BIAYA

Biaya Total ( TC )

Biaya total adalah seluruh biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memasarkan
sejumlah barang atau jasa, baik yang merupakan biaya tetap atau biaya variabel.

TC = VC(Q) + FC

Keterangan ;
TC = Total cost
VC = Variabel cost
FC = Fixed cost
Q = Kuantitas

Biaya Rata – rata ( AC )


Adalah biaya per unit yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu barang atau jasa pada
tingkat produksi total.

Biaya Marginal ( MC )
Adalah besarnya pertambahan biaya total yang dibutuhkan akibat pertambahan hasil
produksi satu unit pada suatu tingkat produksi tertentu.

Biaya rata-rata marjinal (AMC)


MC
AMC =
Q

Contoh :
Diketahui TC = 400 + 50Q2 . Tentukan AC dan MC pada Q = 80 ?
AC = TC / Q = (400+50Q2) / Q = (400+50(80)2) / 80 = 4005
MC = TC’ = 100Q = 100(80) = 8000

6.10. PENERIMAAN

Penerimaan Total ( TR )
Adalah total hasil penerimaan penjualan dari produk yang diproduksi.

Penerimaan Rata - rata ( AR )


Adalah hasil dari penerimaan per unit yang diperoleh dari penjualan suatu
barang / jasa pada kuantitas tertentu. Fungsi Average Revenue sama dengan
fungsi permintaan dari harga barang tersebut.
TC = f (Q) atau TC = FC + VC(Q)
AC = TC / Q
MC = TC’ = dTC / dQ
TR = f (Q) = P . Q
AR = TR / Q = (P.Q) / Q = P

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

Matematika Bisnis untuk Tata Niaga


87
AR = Average Revenue (rata-rata penerimaan)

Penerimaan Marginal ( MR )
Penerimaan Marjinal adalah pertambahan hasil penerimaan yang diperoleh akibat
pertambahan penjualan satu unit barang / jasa pada suatu kuantitas tertentu.
Contoh :
Diketahui TR = 6Q2 + 15Q + 1000, tentukan AR dan MR pada Q = 50 !
Jawaban :
AR = TR / Q
= 6Q + 15 + 1000 / Q
= 6(50) + 15 + 1000 / 50
= 335
MR = TR’
= 12Q + 15
= 12(50) + 15
= 615

1. Fungsi Permintaan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan Qd = 20 - 7P2 .


Tentukan elastisitas permintaan pada saat harga Rp 3 / unit. Bagaimana sifat elastis
permintaan tersebut, analisislah !
Dik : Qd = 20 - 7P2 maka Qd’= -14P
P = Rp 3 / unit
Jawab :
P P − 14 P 2
 d = Qd '. = (−14 P). =
Qd 20 − 7 P 2 20 − 7 P 2

− 14 P 2 − 14(3) 2
Pada saat P=3 maka diperoleh = =2,93
20 − 7 P 2 20 − 7(3) 2

Analisis : Jadi Elastisitas Permintaan sebesar 2,93 pada saat harga produk sebesar
Rp 3 dan jika harga tersebut naik sebesar 1 % maka barang yang diminta akan turun
sebanyak 2,93 %

2. Fungsi Penawaran suatu barang ditunjukkan oleh persamaan P2 = 45 + Qs .


Tentukan elastisitas penawaran pada saat harga Rp 5 / unit. Bagaimana sifat
elastisitas penawaran tersebut, analisislah !
Dik :
P2 = 45 + Qs maka Qs = P2 - 45 sehingga Qs’ = 2P
P = Rp 5 / unit
Jawab :

P P 2 p2
 s = Qs '. → s = (2 P). 2 = 2
Qs P − 45 p − 45
2(5) 2
untuk p = 5 maka s = = 2,5
(5) 2 − 45

Matematika Bisnis untuk Tata Niaga


88
Analisis : Jadi Elastisitas Penawaran sebesar 2,5 pada saat harga produk sebesar Rp
5 dan jika harga tersebut naik sebesar 1 % maka barang yang ditawarkan akan
bertambah sebanyak 2,5 %.

Matematika Bisnis untuk Tata Niaga


89

Anda mungkin juga menyukai