Anda di halaman 1dari 23

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Psikologi Agama Nurzena, M. Ag

Peranan Agama Islam dalam Terapi Neurosis

Disusun oleh:

Dinda Fadilah Umi (11910120214)

KELAS 4H (Al-Qur’an Hadits)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM

RIAU
KATA PENGANTAR

Segala puji sukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan
rahmat dan karunia - Nya yang selalu tercurahkan kepada kita.

Sholawat serta salam kita tujukan kepada junjungan nabi


Muhammad SAW, yang selalu kita nantikan syafa'atnya di yaaumul akhir.

Makalah ini saya susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Agama, juga dimaksudkan untuk memberikan wawasan kepada
pembaca untuk lebih memenuhi tentang segala sesuatu mengenai Peranan
Agama Islam dalam Terapi Neurosis.

Saya sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini


benyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu, saya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kebaikan dan
kesempurnaan yang selanjutnya.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2

C. Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Manusia dan Agama ....................................................................... 4


1) Konsep dan Pengertian Manusia dan Agama .......................... 4
2) Fitrah Manusia ........................................................................ 7
3) Tujuan Penciptaan Manusia .................................................... 9
4) Hubungan Manusia dan Agama .............................................. 10

B. Macam-macam Terapi ..................................................................... 10

C. Psikoterapi ...................................................................................... 14

1) Psikoterapi dalam Islam .......................................................... 14


2) Objek Psikoterapi Islam .......................................................... 15
3) Fungsi dan Tujuan Psikoterapi ................................................ 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 18

B.Saran ................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia, Agama dan Islam merupakan masalah yang sangat


penting, karena ketiganya mempunyai pengaruh besar dalam pembinaan
generasi yang akan datang, yang tetap beriman kepada Allah dan tetap
berpegang pada nila-nilai spiritual yang sesuai dengan agama- agama
samawi (agama yang datang dari langit atau agama wahyu). Agama
merupakan sarana yang menjamin kelapangan dada dalam individu dan
menumbuhkan ketenangan hati pemeluknya. Agama akan memelihara
manusia dari penyimpangan, kesalahan dan menjauhkannya dari tingkah
laku yang negatif. Bahkan agama akan membuat hati manusia menjadi
jernih, halus dan suci. Disamping itu, agama juga merupakan benteng
pertahanan bagi generasi muda muslim dalam menghadapi berbagai aliran
sesat. Agama juga mempunyai peranan penting dalam pembinaan akidah
dan akhlak dan juga merupakan jalan untuk membina pribadi dan
masyarakat yang individu-individunya terikat oleh rasa persaudaraan, cinta
kasih dan tolong menolong. Islam dengan berbagai ketentuannya dapat
menjamin bagi orang yang melaksanakan hukum-hukumnya akan mencapai
tujuan yang tinggi.

Kesehatan mental yang terganggu berpengaruh buruk terhadap


kesejahteraan dan kebahagiaan. Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh
gangguan atau penyakit mental tersebut antara lain dapat dilihat dari
perasaan, pikiran, tingkah laku dan kesehatan badan. Dan dari segi perasaan,
gejalanya antara lain menunjukkan rasa gelisah, iri, dengki, sedih, kecewa,
putus asa, bimbang dan rasa marah. Dari segi pikiran dan kecerdasan,
gejalanya antara lain lupa dan tidak mampu mengkonsentrasikan pikiran
dan suatu pekerjaan karena kemampuan berfikir menurun. Dari segi tingkah
laku sering menunjukkan tingkah laku yang tidak terpuji, seperti suka

1
menganggu lingkungan, mengambil milik orang lain, menyakiti dan
memfitnah. Apalagi keadaan buruk ini berlarut-larut dan tidak mendapatkan
penyembuhan, besar kemungkinan penderita akan mengalami psikosomatik
atau penyakit jasmani yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan, seperti
hipertensi (darah tinggi), lumpuh, gangguan pencemaan dan lemah syaraf.6
Dalam psikoterapi ternyata yang menjadi kendala utama dalam sikap dan
tindakan adalah perasaan, jika perasaan terganggu, maka terganggu pula
jiwanya. Sebagai alternatif pencegahannya adalah melaksanakan ajaran
agama (beriman), karena salah satu fungsi iman adalah terciptanya perasaan
yang tentram.

Makalah ini membahas segala sesuatu terkait dengan manusia dan


agama, macam-macam terapi dan psikoterapi agar apapun yang
berhubungan dengan itu dapat dipahami lebih jelas.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Apakah yang dimaksud dengan Manusia dan Agama?
2) Apa saja Fitrah Manusia?
3) Apakah Tujuan Penciptaan Manusia?
4) Bagaimana hubungan Manusia dan Agama?
5) Apa saja Macam-macam Terapi?
6) Apakah yang dimaksud dengan Psikoterapi?
7) Apa saja objek Psikoterapi?
8) Apa Fungsi dan Tujuan Psikoterapi?

C. TUJUAN MASALAH
1) Untuk mengetahui segala aspek tentang Manusia dan Agama
2) Untuk mengetahui fitrah manusia
3) Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia
4) Untuk mengetahui hubungan

2
5) Untuk mengetahui macam-macam Terapi
6) Untuk mengetahui segala sesuatu terkait Psikoterapi
7) Untuk mengetahui objek Psikoterapi
8) Untuk mengetahui fungsi dan tujuan psikoterapi

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERANAN AGAMA ISLAM DALAM TERAPI NEUROSIS


1. Manusia dan Agama
a. Konsep dan Pengertian Manusia dalam Al-Qur’an
Manusia merupakan mahluk hidup yang paling sulit dimengerti
meskipun oleh dirinya sendiri. Manusia adalah mahluk yang tidak bisa
ditebak, namun rasional. Manusia juga memiliki fisik yang baik seperti
halnya mahluk hidup lainnya. Manusia juga memiliki akal sehingga dia
dapat menciptakan hal-hal yang luar biasa meskipun secara fisik dia tidak
mampu melakukannya. Manusia melakukan hal-hal hebat dengan bantuan
mesin-mesin yang dibuatnya. Dengan begitu, manusia bukanlah hewan, tapi
mirip dengan hewan karena punya akal dan perasaan. Sehingga manusia
tidak memiliki konsep definisi yang jelas akan dirinya. Dalam Al Qur’an,
ada beberapa konsep berkenaan dengan manusia. 1 Dari ayat-ayat yang
berkenaan dengan manusia, Al-Qur’an menyebut manusia dalam beberapa
nama, berikut adalah penjelasannya :
1) Konsep al-Basyr
Penelitian terhadap kata manusia yang disebut al-Qur’an dengan
menggunakan kata basyar menyebutkan, bahwa yang dimaksud
manusia basyar adalah anak turunan Adam, makhluk fisik yang suka
makan dan berjalan ke pasar. Aspek fisik itulah yang membuat
pengertian basyar mencakup anak turun Adam secara keseluruhan.Kata
basyar disebutkan sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan hanya
sekali dalam bentuk mutsanna.
2) Konsep Al-Insan
Kata insan bila dilihat asal kata al-nas, berarti melihat, mengetahui,
dan minta izin. Atas dasar ini, kata tersebut mengandung petunjuk

1 Nurmadiah, Manusia dan Agama, Jurnal Pendais Vol.1 No.1, 2019 hal.30

4
adanya kaitan substansial antara manusia dengan kemampuan
penalarannya. Manusia dapat mengambil pelajaran dari hal-hal yang
dilihatnya, dapat mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, serta
dapat meminta izin ketika akan menggunakan sesuatu yang bukan
miliknya.
Berdasarkan pengertian ini, tampak bahwa manusia mampunyai
potensi untuk dididik. Potensi manusia menurut konsep al-Insan
diarahkan pada upaya mendorong manusia untuk berkreasi dan
berinovasi. Jelas sekali bahwa dari kreativitasnya, manusia dapat
menghasilkan sejumlah kegiatan berupa pemikiran (ilmu pengetahuan),
kesenian, ataupun benda-benda ciptaan. Kemudian melalui kemampuan
berinovasi, manusia mampu merekayasa temuan-temuan baru dalam
berbagai bidang. Dengan demikian manusia dapat menjadikan dirinya
makhluk yang berbudaya dan berperadaban.
3) Konsep Al-Naas
Dalam konsep an-naas pada umumnya dihubungkan dengan fungsi
manusia sebagai makhluk sosial.Tentunya sebagai makhluk sosial
manusia harus mengutamakan keharmonisan bermasyarakat. Manusia
harus hidup sosial artinya tidak boleh sendiri-sendiri.Karena manusia
tidak bisa hidup sendiri. Jika kita kembali ke asal mula terjadinya
manusia yang bermula dari pasangan laki-laki dan wanita (Adam dan
Hawa), dan berkembang menjadi masyarakat dengan kata lain adanya
pengakuan terhadap spesis di dunia ini, menunjukkan bahwa manusia
harus hidup bersaudara dan tidak boleh saling menjatuhkan. Secara
sederhana, inilah sebenarnya fungsi manusia dalam konsep an-naas.
4) Konsep Bani Adam
Adapun kata bani adam dan zurriyat Adam, yang berarti anak Adam
atau keturunan Adam, digunakan untuk menyatakan manusia bila dilihat
dari asal keturunannya. Dalam Al-Qur’an istilah bani adam disebutkan
sebanyak 7 kali dalam 7 ayat. Penggunaan kata bani Adam menunjuk
pada arti manusia secara umum. Dalam hal ini setidaknya ada tiga aspek

5
yang dikaji, yaitu: Pertama, anjuran untuk berbudaya sesuai dengan
ketentuan Allah, di antaranya adalah dengan berpakaian guna manutup
auratnya. Kedua, mengingatkan pada keturunan Adam agar jangan
terjerumus pada bujuk rayu setan yang mengajak kepada
keingkaran.Ketiga, memanfaatkan semua yang ada di alam semesta
dalam rangka ibadah dan mentauhidkanNya. Kesemuanya itu adalah
merupakan anjuran sekaligus peringatan Allah dalam rangka
memuliakan keturunan Adam dibanding makhluk-Nya yang lain. Lebih
lanjut Jalaluddin mengatakan konsep Bani Adam dalam bentuk
menyeluruh adalah mengacu kepada penghormatan kepada nilai-nilai
kemanusian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia
dalam konsep Bani Adam, adalah sebuah usaha pemersatu (persatuan
dan kesatuan) tidak ada perbedaan sesamanya, yang juga mengacu pada
nilai penghormatan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian serta
mengedepankan HAM. Karena yang membedakan hanyalah
ketaqwaannya kepada Pencipta.
5) Konsep Al-Ins
Kata al-Ins dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 18 kali,
masingmasing dalam 17 ayat dan 9 surat. Muhammad Al-Baqi dalam
Jalaluddin memaparkan al-Isn adalah homonim dari al-Jins dan al-
Nufur. Lebih lanjut Quraish Shihab mengatakan bahwa dalam kaitannya
dengan jin, maka manusia adalah makhluk yang kasab mata. Sedangkan
jin adalah makhluk halus yang tidak tampak. Sisi kemanusiaan pada
manusia yang disebut dalam al-Qur’an dengan kata al-Ins dalam arti
“tidak liar” atau “tidak biadab”, merupakan kesimpulan yang jelas
bahwa manusia yang insia itu merupakan kebalikan dari jin yang
menurut dalil aslinya bersifat metafisik yang identik dengan liar atau
bebas.
6) Konsep Abdu Allah (Hamba Allah)
M. Quraish Shihab dalam Jalaluddin, seluruh makhluk yang
memiliki potensi berperasaan dan berkehendak adalah Abd Allah dalam

6
arti dimiliki Allah.Selain itu kata Abd juga bermakna ibadah, sebagai
pernyataan kerendahan diri. Menurut M. Quraish memandang ibadah
sebagai pengabdian kepada Allah baru dapat terwujud bila seseorang
dapat memenuhi tiga hal, yaitu:
1. Menyadari bahwa yang dimiliki termasuk dirinya adalah milik Allah
dan berada di bawah kekuasaan Allah.
2. Menjadikan segala bentuk sikap dan aktivitas selalu mengarah pada
usaha untuk memenuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
3. Dalam mngambil keputusan selalu mengaitkan dengan restu dan izin
Allah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam konsep Abd Allah,
manusia merupakan hamba yang seyogyanya merendahkan diri kepada
Allah.Yaitu dengan menta’ati segala aturan-aturan Allah. Sehingga
dalam berbagai konsep tersebut manusia merupakan mahluk hidup yang
perlu diberikan suatu tempat sendiri karena dia merupakan mahluk
hidup yang istimewa karena selain memiliki fisik, manusia memiliki
akal, bersosialisasi, dan teratur. Manusia merupakan mahluk ciptaan
Allah yang paling sempurna karena selain memiliki unsur fisik manusia
memiliki akal yang membedakan dengan mahluk hidup lain.
b. Fitrah Manusia
Dalam setiap diri manusia selalu ada pertanyaan yang selalu muncul
dalam dirinya yaitu “dari mana saya datang?”, “apa yang terjadi ketika saya
sudah mati?”. Pertanyaan-pertanyaan ini yang mengakibatkan manusia
selalu mencari jawabannya. Mencari jawaban dan selalu ingin tahu
merupakan fitrah manusia yaitu hal yang sudah ada dan berdasar di dalam
hidup manusia. Para ahli teologi Islam mengatakan bahwa fitrah adalah satu
hal yang dibekalkan Allah kepada setiap manusia. Karenanya, ciri-ciri
sesuatu yang bersifat fitri adalah tidak dipelajari, ada pada semua manusia,
tidak terkurung oleh batas-batas teritorial dan masa, dan tidak akan pernah

7
hilang.2 Hal-hal dasar yang mengakibatkan manusia sering mencari
disebabkan karena menurut Al-Qur’an manusia terdiri atas:
1) Ruh dan Jiwa (Al-Ruh dan Al-Nafs)
Banyak ulama yang menyamakan pengertian antara ruh dan jasad.
Ruh berasal dari alam arwah dan memerintah dan menggunakan jasad
sebagai alatnya. Sedangkan jasad berasal dari alam ciptaan, yang
dijadikan dari unsur materi. Tetapi para ahli sufi membedakan ruh dan
jiwa. Ruh berasal dari tabiat Ilahi dan cenderung kembali ke asal semula.
Ia selalu dinisbahkan kepada Allah dan tetap berada dalam keadaan suci.
Karena ruh bersifat kerohanian dan selalu suci, maka setelah ditiup
Allah dan berada dalam jasad, ia tetap suci. Ruh di dalam diri manusia
berfungsi sebagai sumber moral yang baik dan mulia. Jika ruh
merupakan sumber akhlak yang mulia dan terpuji, maka lain halnya
dengan jiwa. Jiwa adalah sumber akhlak tercela, al-Farabi, Ibn Sina dan
al-Ghazali membagi jiwa pada: jiwa nabati (tumbuh-tumbuhan), jiwa
hewani (binatang) dan jiwa insani.
2) Akal
Akal yang dalam bahasa Yunani disebut nous atau logos atau intelek
(intellect) dalam bahasa Inggris adalah daya berpikir yang terdapat
dalam otak, sedangkan "hati" adalah daya jiwa (nafs nathiqah). Daya
jiwa berpikir yang ada pada otak di kepala disebut akal. Sedangkan yang
ada pada hati (jantung) didada disebut rasa (dzauq). Karena itu ada dua
sumber pengetahuan, yaitu pengetahuan akal (ma'rifat aqliyah) dan
pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Kalau para filsuf mengunggulkan
pengetahuan akal, para sufi lebih mengunggulkan pengetahuan hati
(rasa).
3) Hati (Al-Qalb)
Hati atau sukma terjemahan dari kata bahasa Arab qalb. Sebenarnya
terjemahan yang tepat dari qalb adalah jantung, bukan hati atau sukma.

2 Ibid, hal. 34

8
Tetapi, dalam pembahasan ini kita memakai kata hati sebagaimana yang
sudah biasa. Hati adalah segumpal daging yang berbentuk bulat panjang
dan terletak didada sebelah kiri. Hati dalam pengertian ini bukanlah
objek kajian kita di sini, karena hal itu termasuk bidang kedokteran yang
cakupannya bisa lebih luas, misalnya hati binatang, bahkan bangkainya.
Adapun yang dimaksud hati di sini adalah hati dalam arti yang halus,
hati-nurani daya pikir jiwa (daya nafs nathiqah) yang ada pada hati, di
rongga dada. Dan daya berfikir itulah yang disebut dengan rasa (dzauq),
yang memperoleh sumber pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah).
c. Tujuan Penciptaan Manusia
Ajaran Islam memperkenalkan manusia dengan menjelaskan
fungsinya di dunia ini. Manusia diciptakan di dunia ini adalah:
1. Untuk menyembah kepada-Nya berdasarkan Firman Allah Q.S. Adz
Dzaariyaat: 56:

Terjemahnya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan


supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Menyembah Allah SWT. Berarti memusatkan penyembahan kepada
sematamata, tidak ada yang disembah dan mengabdikan diri kecuali
kepada-Nya saja.
2. Khalifah Allah di bumi. Manusia adalah makhluk yang bertugas mengurus
bumi dengan seluruh isinya dan berkewajiban memakmurkannya sebagai
amanah dari Allah SWT. Berdasarkan firman Allah SWT pada Q.S. Al
an’am 165:

Terjemahnya:“dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di


bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain)
beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan
Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

9
d. Hubungan Manusia dan Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia
dan manusia serta lingkungannya.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti
"tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang
berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang
berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang
mengikat dirinya kepada Tuhan.
Menurut agama Islam, manusia diciptakan di bumi untuk beribadah
kepada Allah. Selain itu, manusia diciptakan di bumi sebagai khalifah atau
pemimpin di bumi. Dengan perannya tersebut, manusia diharapkan untuk:
1. Sadar sebagai mahluk individu yaitu mahluk hidup yang berfungsi
sebagai mahluk yang paling utama di antara mahluk-mahluk lain. Sebagai
mahluk utama di muka bumi, manusia diingatkan perannya sebagai
khalifah dibumi dan mahluk yang diberi derajat lebih daripada mahluk
lain yang ada di bumi.
2. Sadar bahwa manusia adalah mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial,
manusia harus mengadakan interelasi dan interaksi dengan sesamanya.
Itulah sebabnya Islam mengajarkan persamaan.
3. Sadar manusia adalah hamba Allah SWT. Manusia sebagai mahluk yang
berketuhanan, memiliki sikap dan watak religius yang perlu
dikembangkan. Manusia harus selalu beribadah keapada Allah karena
merupakan tugasnya untuk beribadah kepada Allah.

2. Macam-macam Terapi
Muhammad Mahmud, seorang psikolog muslim ternama, membagi
psikoterapi Islam dalam dua kategori, pertama, bersifat duniawi, berupa
pendekatan dan teknik-teknik pengobatan setelah memahami psikopatologi

10
dalam kehidupan nyata. Kedua, bersifat ukhrawi, berupa bimbingan
mengenai nilai-nilai moral, spiritual, dan agama.3
a. Bersifat Duniawi
1) Terapi Psikoanalitik, perkembangan kepribadian yang normal
berlandaskan resolusi dan integrasi fase-fase perkembangan
psikoseksual yang berhasil.
2) Terapi Eksistensial-Humanistik, pada dasarnya adalah suatu
pendekatan terhadap konseling dan terapi alih-alih suatu model
teoretis tetap. Terapi eksistensial humanistik menekankan kondisi
kondisi inti manusia.
3) Terapi Client-Centered, klien memiliki kemampuan untuk menjadi
sadar atas masalah-masalahnya serta cara-cara mengatasinya.
Kepercayaan diletakkan pada kesanggupan klien untuk mengarahkan
dirinya sendiri.
4) Terapi Gestalt, berfokus pada apa dan bagaimana mengalami disini
dan sekarang untuk membantu klien agar menerima polaritas-
polaritas dirinya. Konsep-konsep utama mencakup tanggung jawab
pribadi, urusan yang tak selesai, penghindaran, mengalami dan
menyadari saat sekarang.
5) Analisis Transaksional, berfokus pada permainan-permainan untuk
menghindari keakraban dalam transaksi-transaksi. Kepribadian terdiri
dari ego orang tua, ego orang dewasa dan ego anak. Klien diajari
untuk menyadari ego yang mana yang berperan dalam
transaksitransaksi yang dijalankan. Permainan, penipuan, putusan-
putusan dini, skenario kehidupan dan internalisasi perintah-perintah
adalah konsep-konsep utama.
6) Terapi Tingkah Laku, berfokus pada tingkah laku yang tampak,
ketepatan dalam menyusun tujuan-tujuan treatment, pengembangan

3 Abdul Mujib, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada:2002

11
rencana-rencana treatment yang spesifik dan evaluasi objektif atas
hasil-hasil terapi.
7) Terapi Rasional-Emotif, neurosis adalah pemikiran dan tingkah laku
irasional. Gangguan-gangguan emosional berakar pada masa kanak-
kanak, tetapi dikekalkan melalui reindoktrinasi sekarang. Sistem
keyakinan adalah penyebab masalah-masalah emosional. Oleh
karenanya, klien ditantang untuk menguji kesalihan keyakinan-
keyakinan tertentu. Metode ilmiah diterapkan pada kehidupan sehari-
hari.
8) Terapi Realitas, pendekatan ini menolak model medis dan konsep
tentang penyakit mental. Berfokus pada sesuatu yang bisa dilakukan
sekarang dan menolak masa lampau sebagai variabel utama.
Pertimbangan nilai dan tanggung jawab moral ditekankan. Kesehatan
mental sama dengan penerimaan atas tanggung jawab.4
b. Bersifat Ukhrawi
1) Membaca Al-Qur’an
Al-Quran dianggap sebagai terapi yang pertama dan utama,
sebab di dalamnya memuat resep mujarab yang dapat menyembuhkan
penyakit jiwa manusia. Tingkat kemujarabannya sangat tergantung
seberapa jauh tingkat sugesti keimanan seseorang.
2) Shalat
Dalam kajian Islam disebutkan shalat memiliki banyak
hikmah, antara lain memiliki kepribadian sebagaimana kepribadian
orang-orang salih yang selalu dekat (taqqarub) kepada Allah Swt,
terhapus dosanya dan terhindar dari perbuatan munkar, jiwanya selalu
hidup sehingga mudah mendapatkan ilmu dan ketenteraman, bahkan
Allah Swt menjanjikan kenikmatan surga baginya; doanya diterima,
sebagai ungkapan rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan oleh
Allah Swt sebagai rasa syukur.

4
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: Rafika Aditama,
2009)

12
3) Puasa
Puasa ada dua, yaitu puasa pisik, yaitu menahan lapar, haus,
dan berhubungan seks dan puasa psikis, yaitu menahan hawa nafsu
dari segala perbuatan maksiat. Puasa juga mampu menumbuhkan efek
emosional yang positif, seperti menyadari akan Kemahakuasaan
Allah Swt, menumbuhkan solidaritas dan kepedulian terhadap orang
lain, serta menghidupkan nilai-nilai positif dalam dirinya untuk
aktualisasi diri sebaik mungkin.
4) Zikir
Zikir dalam arti sempit memiliki makna menyebut asma-
asma Allah dalam berbagai kesempatan. Sedangkan dalam arti luas
mengingat segala keagungan dan kasih sayang Allah Swt yang telah
diberikan,serta dengan menaati perintahnya dan menjauhi
larangannya. Zikir dapat mengembalikan kesadaran seseorang yang
hilang, sebab aktivitas zikir mendorong seseorang untuk mengingat,
menyebut kembali hal-hal yang tersembunyi dalam hatinya. Zikir juga
mampu mengingatkan seseorang bahwa yang membuat dan
menyembuhkan penyakit hanyalah Allah semata, sehingga zikir
mampu memberi sugesti penyembuhannya. Melakukan zikir sama
nilainya dengan terapi rileksasi, yaitu satu bentuk terapi dengan
menekankan upaya mengantarkan pasien bagaimana ia harus
beristirahat dan bersantai melalui pengurangan ketegangan atau
tekanan psikologis. Kunci utama keadaan jiwa mereka itu adalah
karena melakukan zikir.
5) Doa dan Munajat
Doa dan munajah banyak didapat dalam setiap ibadah, baik
dalam shalat, puasa, haji, maupun dalam aktivitas sehari-hari. Agar
doa dapat diterima maka diperlukan syarat-syarat khusus, di antaranya
dengan membaca istigfar terlebih dahulu. Istigfar tidak hanya berarti
memohon ampunan kepada Allah, tetapi lebih esensial lagi yaitu
memiliki makna taubat. Do'a ternyata tidak terikat oleh dimensi ruang.

13
Dossey adalah profil dokter lain yang banyak mengungkapkan
penelitian tentang pengaruh do'a. Dari berbagai penelitian yang
dikumpulkannya disimpulkan bahwa do'a secara positif berpengaruh
terhadap berbagai macam penyakit. 5

3. Psikoterapi
a. Psikoterapi dalam Islam
Psikoterapi adalah pengobatan dengan secara psikologis untuk
masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku.
Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang
artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya
penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, Mujib
mengungkapkan bahwa psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi
kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran.
Secara harfiah psikoterapi adalah penyembuhan atau pengobatan
menurut metode ilmu jiwa, maksudnya adalah cara penyembuhan yang di
gunakan adalah berdasarkan metode psikologis. Hamdani Bakran Adz-
dzaky mengemukakan bahwa pengertian psikoterapi Islam adalah proses
pengobatan dan penyembuhan dengan melalui bimbingan Al-Qur’an dan
As-Sunnah Nabi Muhammad SAW. atau secara empirik adalah melalui
bimbingan dan pengajaran Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Rasul-Nya
atau ahli waris para nabinya. Anshori juga mengemukakan psikoterapi
Islam adalah upaya penyembuhan jiwa (nafs) manusia secara rohaniyyah
yang didasarkan pada tuntutan Al-Qur’an dan al-Hadis, dengan metode
analisi esensial empiris serta ma’rifat terhadap segala yang tampak pada
manusia.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
Artinya: “Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu

5 Ros Mayasari, Islam dan Psikoterapi, Jurnal Vol. 6 No. 2, 2013 hal. 250-252

14
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”.
(QS. Al-Isra: 82).
Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan, ada dua
pendapat dalam memahami istilah syifâ` dalam ayat tersebut. Pertama,
terapi bagi jiwa yang dapat menghilangkan kebodohan dan keraguan,
membuka jiwa yang tertutup, dan menyembuhkan jiwa yang sakit. Kedua,
terapi yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, baik dalam bentuk
azimat maupun penangkal. 6
b. Objek Psikoterapi Islam
Amin menyatakan bahwa objek yang menjadi fokus penyembuhan,
perawatan dan penyembuhan dari psikoterapi Islam adalah manusia
secara utuh, yakni yang berkaitan atau menyangkut beberapa ganggguan
pada:
1) Mental, yaitu yang berhubungan dengan pikiran, akal, ingatan atau
proses yang berasosiasi dengan pikiran, akal dan ingatan. Seperti
mudah lupa, malas berfikir, tidak mampu berkonsentrasi, picik, tidak
dapat mengambil suatu keputusan dengan baik dan benar, bahkan
tidak dapat membedakan antara halal dan haram, yang bermanfaat dan
yang mudharat serta yang hak dan yang bathil.
2) Spiritual, yaitu yang berhubungan dengan masalah ruh, semangat atau
jiwa, religius, yang berhubungan dengan agama, keimanan, kesalehan
dan menyangkut nilai-nilai transesndental: seperti syirik
(menyekutukan Allah), nifaq, fasik, dan kufur; lemah keyakinan dan
tertutup atau terhijabnya alam ruh, alam malakut, dan alam gaib;
semua itu akibat dari kedurhakaan dan pengingkaran kepada Allah.
3) Akhlak yaitu suatu keadaan yang melekat pada manusia, yang dari
padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui
proses pemikiran, perimbangan atau pemikiran atau sikap mental atau

6 Amiruddin Ms, Jurnal Psikoterapi dalam Perspektif Islam, hal. 62

15
watak yang terjabarkan dalam bentuk berfikir, berbicara, bertingkah
laku, dan sebagainya sebagai ekspresi jiwa.

4) Fisik, tidak semua gangguan fisik dapat disembuhkan dengan


psikoterapi islam. Kecuali memang kalau ada izin dari Allah. Akan
tetapi ada kalanya sering dilakukan secara kombinasi dengan terapi
medis seperti lumpuh, penyakit jantung, liver, buta, dan sebagainya.

c. Fungsi dan Tujuan Psikoterapi

Samsu Munir Amin mengungkapkan sebagai suatu ilmu, psikoterapi


Islam mempunyai fungsi dan tujuan yang nyata dan mulia. Fungsi
psikoterapi Islam antara lain:

1. Fungsi Pemahaman (Understanding)

Fungsi ini memberikan pemahaman dan pengertian tentang manusia dan


problematikanya dalam hidup dan kehidupan serat bagaimana mencari
solusi dari problematika itu secara baik, benar dan mulia. Hal lain yang
disampaikan adalah bahwa psikoterapi islam memberikan penjelasan
bahwa ajaran Islam (Al-Qur’an dan Hadits) merupakan sumber yang
paling lengkap, benar dan suci untuk menyelesaikan masalah hidup.

2. Fungsi Pengendalian (Control)

Fungsi ini memberikan potensi yang dapat mengarahkan aktivitas setiap


hamba Allah agar tetap terjaga dalam pengendalian dan pengawasan
Allah.

3. Fungsi Peramalan (Prediction)

Fungsi ini memiliki potensi untuk dapat melakukan analisis ke depan


tentang segala peristiwa, kejadian dan perkembangan.

4. Fungsi Pengembangan (Development)

16
Fungsi ini memiliki potensi untuk mengembngakan ilmu keislaman,
khususnya masalah manusia dengan segala seluk beluknya, baik
berhubngna dengan problematika ketuhanan maupun problematika
kehidupan.

5. Fungsi Pendidikan (Education)

Fungsi ini memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas sumber daya


manusia, misalnaya dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, baik buruk
maupun baik, atau dari yang sudah baik menjadi lebih baik.

Adapun tujuan psikoterapi Islam ialah sebagai berikut:

1. Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmanniah


dan rohaniah, spiritual dan moral
2. Menggali dan mengembangkan potensi essensial sumber daya
3. Mengantarkan individu kepada perubahan konstruksi dalam
kepribadian dan etos kerja
4. Meningkatkan kualitas keimanan, keislaman, keihsanan dan ketauhidan
dalam kehidupan sehari-hari dan nyata
5. Mengantarkan individu mengenal, mencintai, dan berjumpa dengan
essensi, atau jati diri dan citra diri serta sang Khaliq. 7

7 Ibid, hal 67

17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam Al-Qur’an, ada beberapa konsep berkenaan dengan
manusia. Yaitu Konsep Al-Basyr, Konsep Al-Insan, Konsep Al-Naas,
Konsep Bani Adam, Konsep Al-Ins, Konsep Abdu Allah (Hamba
Allah). Manusia merupakan mahluk Tuhan yang paling sempurna
karena manusia memiliki segala unsur dari mahluk hidup lainnya
ditambah dengan akal pikiran. Manusia membutuhkan agama karena
hal tersebut merupakan fitrah manusia. Fitrah tersebutlah yang
menyebabkan manusia berhubungan dengan agama untuk mencari jati
dirinya. Tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada
Allah dan menjadi khalifah fil ardi. Agama memiliki tujuan untuk
menjadikan manusia melakasankan segala peran yang diperintahkan
Allah. Sehingga agama mengatur segala sendi kehidupan manusia dan
dapat dikatakan agama merupakan pengatur manusia untuk
menjalankan perannya di muka bumi.
Psikoterapi memiliki peran strategis dalam membina
kesehatan mental. Karena pada intinya psikoterapi adalah pengobatan
secara psikologis untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan
pikiran, perasaan dan perilaku. Dalam konteks ini, psikoterapi
berorientasi pada penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Selain
itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi
mental, atau terapi pikiran. Tegasnya psikoterapi adalah
penyembuhan atau pengobatan menurut metode ilmu jiwa,
maksudnya adalah cara penyembuhan yang di gunakan berdasarkan
metode psikologis (psychological methods).
Psikoterapi dalam Islam memberikan ketenangan jiwa
melalui terapi religius yang berbasis kepada alqur’an dan sunnah.
Karena itu, fungsi terapi Islam adalah dalam rangka pengembangan
pemahaman, pengendalian, peramalan, pengembangan dan

18
pendidikan pribadi untuk mencapai kesehatan mental seseorang
sehingga iman atau tauhidnya menjadi kuat, akhlaknya mulia, dan
pribadi ihsan yang nampak dalam pergaulan hidup keseharian.

B. SARAN
Penulis sadar akan adanya kekurangan dalam penyampaian
materi, oleh karena itu penulis menghimbau kepada para khalayak:
1)Untuk mengkaji lebih dalam lagi materi yang telah disampaikan
2)Dapat menambah pengetahuan dan wawasan terutama mengenai
Peranan Agama Islam dalam terapi Neurosis

19
DAFTAR PUSTAKA

Nurmadiah, Manusia dan Agama, Jurnal Pendais Vol.1 No.1, 2019

Abdul Mujib, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: RajaGrafindo


Persada:2002

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung:


Rafika Aditama, 2009)

Ros Mayasari, Islam dan Psikoterapi, Jurnal Vol. 6 No. 2, 2013

Amiruddin Ms, Jurnal Psikoterapi dalam Perspektif Islam

20

Anda mungkin juga menyukai