Anda di halaman 1dari 23

Pengertian kepribadian secara umum dan menurut para ahli – Dalam kehidupan ini sering kita

mendengar tentang kepribadian, tapi apakah itu? untuk itu pada kesempatan kali ini kita akan belajar
bersama-sama mengenai pengertian kepribadian. Silahkan di baca baik-baik bagian bawah ini.

A. Penjelasan tentang kepribadian

Kepribadian adalah keseluruhan sikap, ekspresi, perasaan, temparmen, ciri khas dan juga prilaku
seseorang. Sikap perasaan ekspresi & tempramen tersebut akan terwujud dalam tindakan seseorang
kalau di hadapkan kepada situasi tertentu. Setiap orang memiliki kecenderungan prilaku yang
baku/berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang sedang di hadapi,
sehingga jadi ciri khas pribadinya.

PENDAHULUAN

A. SIFAT-SIFAT KHAS KEPRIBADIAN MANUSIA

Berpangkal pada kenyataan bahwa kepribadian manusia itu sangat bermacam-macam sekali, mungkin
sama banyaknya dengan banyaknya orang, segolongan ahli berusaha menggolong-golongkan manusia
ke dalam tipe-tipe tertentu, karena mereka berpendapat bahwa cara itulah paling efektif untuk
mengenal sesama manusia dengan baik. Pada sisi lain, sekelompok ahli berpendapat, bahwa cara
bekerja seperti dikemukakan di atas itu tidak memenuhi tujuan psikologi kepribadian, yaitu mengenal
sesama manusia menurut apa adanya, menurut sifat-sifatnya yang khas, karena dengan penggolongan
ke dalam tipe-tipe itu orang justru menyembunyikan kekhususan sifat-sifat seseorang.

B. TEORI TIPOLOGI

1. Teori Hippocrates – Gelenus

Terpengaruh oleh Kosmologi Empedokles, yang menganggap bahwa alam semesta beserta isinya ini
tersusun atas empat unsur pokok, yaitu tanah, air, udara, dan api, yang masing-masing mendukung sifat
tertentu, yaitu tanah mendukung sifat kering, air mendukung sifat basah, udara mendukung sifat dingin
dan api mendukung sifat panas, maka Hippocrates (460 – 370) berpendapat, bahwa juga di dalam tubuh
manusia terdapat sifat-sifat tersebut yang didukung oleh cairan-cairan yang ada di dalam tubuh, yaitu :

– Sifat kering didukung oleh Cholc,


– Sifat basah didukung oleh Melannchole,

– Sifat dingin didukung oleh Phlegma, dan

– Sifat panas didukung oleh Sanguis.

Hippocrates Galenus berpendapat, bahwa di dalam tubuh manusia terdapat empat macam cairan
pokok, yaitu chole, melanchole, phlegma, dan sanguis. Sifat kejiwaan tertentu yang khas ini, yang
adanya tergantung kepada dominasi cairan dalam tubuh itu oleh Gelenus disebut temperamental.

2. Tipologi Mazhab dan Mazhab Perancis

a. Tipologi Mazhab Itali

Berdasarkan atas data-data yang di peroleh oleh DeGiovani, serta hukum deformasi yang dirumuskan
oleh DeGiovani,Viola dalam penyelidikan-penyelidikannya menemukan, bahwa ada tiga macam tipe
manusia berdasarkan atas keadaan tubuhnya, yaitu :

(1) Microsplanchnis : ukuran-ukuran menegak relatif dominant, sehingga orangnya kelihatan tinggi
jangkung.

(2) Macrosplanchnis : ukuran-ukuran mendatarnya relatif dominant, sehingga orangnya kelihatan


pendek gemuk.

(3) Normosplanchnis : ukuran-ukuran menegak dan mendatar seimbang, sehingga orang kelihatan
seimbang. Bermacam-macam bentuk tubuh yang demikian itu beralas pada keturunan.

b. Tipologi Mazhab Perancis

Mazhab Perancis yang dipimpin oleh Sigaud berpendapat, bahwa keadaan serta bentuk tubuh manusia
serta kelainan-kelainannya itu pada pokoknya ditentukan oleh sekitar atau lingkungan. Yaitu :

(1) Ada lingkungan yang berwujud udara yang menjadi sumber reaksi respiratoris.

(2) Ada sekitar yang berwujud makan-makanan yang menjadi sumber reaksi-reaksi digestif.

(3) Ada lingkungan yang berwujud keadaan-keadaan alam yang menjadi sumber reaksi-reaksi muskuler.

(4) Ada lingkungan yang berwujud keadaan sosisl yang menimbulkan reaksi-reaksi cerebral.

3. Tipologi Kretschmer

a. Tipe-tipe manusia menurut keadaan jasmaninya


Kretschmer menggolong-golongkan atas dasar bentuk tubuhnya menjadi empat :

1. Tipe piknis:

Sifat-sifat khas tipe ini ialah :

– Badan agak pendek,

– Dada membulat, perut besar, bahu tidak lebar

– Leher pendek dan kuat

– Lengan dan kaki lemah

– Kepala agak “merosot” ke muka diantara keuda bahu, sehingga bagian atas dari tulang punggung
kelihatan sedikit melengkung

– Banyak lemak, sehingga urat-urat dan tulang-tulang tak kelihatan nyata

Tipe ini memperoleh bentuknya yang nyata setelah orang berumur 40 tahun

2. Tipe Leptosom

Orang yang bertipe leptosom ukuran-ukuran menegaknya lebih dari keadaan biasa, sehingga orangnya
kelihatan tinggi jangkung, sifat-sifat khas tipe ini ialah:

– badan langsing/kurus, jangkung

– perut kecil, bahu sempit

– lengan dan kaki lurus

– tengkorak agak kecil, tulang-tulang di bagian muka kelihatan jelas

– buka bulat telur

– berat relatif kurang

3. Tipe Atletis

Pada orang yang bertipe atletis ukuran-ukuran tubuh yang menegak dan mendatar dalam perbandingan
yang seimbang, sehingga tubuh kelihatan selaras; tipe mini dapat dipandang sebagai sintesis dari tipe
piknis dan tipe leptoson. Sifat-sifat khas tipe ini ialah:

– tulang-tulang serta otot dan kulit kuat

– badan kokoh dan tegap


– tinggi cukupan

– bahu lebar dan kuat

– perut kuat

– panggul dan kaki kuat, dalam perbandingan dengan bahu dan kelihatan agak kecil

– tengkorak cukup besar dan kuat, kepala dan leher tegak

– muka bulat telur, lebih pendek dari tipe lepsotom

4. Tipe Displatis

Tipe ini merupakan penyimpangan dari ketiga tipe yang telah dikemukakan itu, tidak dapat dimasukan
ke dalam salah satu diantara ketiga tipe itu, karena tidak memiliki ciri-ciri yang khas menurut tipe-tipe
tersebut. Bermacam-macam bagian yang seolah-olah bertentangan satu sama lain ada bersama-sama.
Kretschmer sendiri menganggap tipe displastis ini menyimpang dari kosntitusi normal.

b. Tipe-Tipe Manusia Menurut Temperamennya

1. Tipe schizothym

Orang yang bertemperament schizothym, sifat-sifat jiwanya bersesuaian dengan para penderita
schizoprenia, hanya sangat tidak jelas, ada kecenderungan ke arah autisme: menutup diri sendiri, hidup
dengan dirinya sendiri

2. Tipe cyklothym

Orang yang bertemperament cyklothym, sifat-sifat jiwanya bersesuain dengan para penderita
manisdefresif, hanya sangat tidak jelas. Golongan ini juga mudah untuk ikut merasakan suka dan duka
orang lain

c. Hubungan Antara Keadaan Jasmani Dan Temperament

1. orang yang konstitusi piknis kebanyakan bertemperament cyklothym, atau orang-orang yang
bertemperament cyklothym kebanyakan berkonstiusi piknis

2. orang-orang yang berkonstitusi leptosom, atletis, dan displastis kebanyakan bertemperament


schizothyum, atau orang-orang yang bertemperament schizothym kebanyakan berkonstitusi leptosom,
atau atletis atau displastis.
C. TEORI SHELDON

Sheldon menggambarkan kepribadian manusia itu sebagai terdiri dari komponen-komponen.

a. Komponen Kejasmanian

(1) Komponeen-komponeen kejasmanian primer, yang terdiri dari

a. Endomorphy

Orang yang komponen endomorphynya tinggi sedang kedua komponen lainnya rendah ditandai oleh:
lembut, gemuk, berat badan relatif kurang

b. Mesomorphy

Orang yang bertipe mesomorphy komponen mesomorphnya tinggi sedang komponene yang lain lagi
rendah; otot-otot dominant, pembuluh-pembuluh darah kuat, jantung juga dominan, orang bertipe ini
tampak: kokoh, keras, otot kelihatan bersegi-segi, tahan sakit.

c. Ectomorphy

Orang-orang yang termasuk pada golongan tipe ini organ-organ mereka berasal dari ectoderm yang
terutama berkembang yaitu; kulit, sistem syaraf, dengan ciri-cir: jangkung, dada pipih, lemah, otot-otot
hampir tidak nampak berkembang.

(2) Komponen kejasmanian sekunder, yang terdiri dari

a. Dysplasia

Dengan meminjam istilah dari Kretchmer istilah itu dipakai oleh Sheldon untuk menunjukan setiap
ketidak tepatan dan ketidak-lengkapan campuran ketiga komponen primer itu pada berbagai daerah
dari pada tubuh.

b. Gynandromorphy

Gynandromorphy itu menunjukan sejauhmana jasmani memiliki sifat-sifat yang biasanya terdapat pada
jenis kelamin lawannya. Komponen ini oleh Sheldon dinyatakan dengan huruf “g” jadi orang laki-laki
yang memiliki komponen “g” tinggi akan memiliki tubuh yang lembut, panggul besar, dan sifat-sifat
wanita yang lain. Seseorang yang memiliki komponen “g” ini maksimal adalah banci.

c. Texture

Ialah komponen yang menunjukan bagaimana orang itu nampaknya keluar


(3) Komponen-Komponen Temperament

Komponen-komponen temperament ini terdiri pula atas tiga komponen yaitu:

a. Tipe viscerotonis

Sifat-sifat orang yang bertipe viscerotonis itu ialah:

1. Sikap tidak tegang (relaxed)

2. suka akan hiburan

3. gemar makan-makan

4. besar kebutuhan akan resonansi orang lain

5. tidurnya nyenyak

6. bila mengadapi kesukaran membutuhkan orang lain

b. Tipe somatotonis

Sifat-sifat temperament somatotonis ini ialah:

1. sikapnya gagah

2. perkasa (energetic)

3. kebutuhan bergerak besar

4. suka terus terang

5. suara lantang

6. nampaknya lebih dewasa dari yang sebenarnya

7. bila menghadapi kesukaran-kesukaran butuh melakukan gerakan-gerakan

c. Tipe celebrotonis

Sifat-sifat orang yang bertipe cerebrotonis itu adalah:

1. sikapnya kurang gagah, ragu-ragu

2. reaksinya cepat

3. kurang berani bergaul dengan orang banyak (ada sociopobia)

4. kurang berani berbicara di depan orang banyak


5. kebiasaan-kebiasaannya tetap, hidup teratur

6. suara kurang bebas

7. tidur kurang nyenyak (sukar)

8. nampaknya lebih muda dari yang sebenarnya

9. kalau menghadapi kesukaran butuh mengasingkan diri

(4) Komponen-komponen psikiatris, yang terdiri atas:

a. Affective

Yang bentuknya ekstrim terdapat pada para penderita psikosis jenis manis defresif

b. Paranoid

Yaitu banyak angan-angan, fikiran, gambaran-gambaran yang sangat jauh dari kenyataan.

c. Heboid

Yaitu bentuk ekstrimnya terdapat pada pra penderita hebehrenia, yaitu suatu bentuk dari pada
schzoprenia (a sosial, anti sosial)

D. BEBERAPA TIPOLOGI YANG BERDASARKAN KEADAAN KEJIWAAN SEMATA-MATA

a. Tipologi Plato

Plato membedakan adanya tiga bagian jiwa, yaitu:

1. fikiran (logos) yang berkedudukan di kepala

2. kemauan (thumos) yang berkedudukan di dada

3. hasrat (epithumid) yang berkedudukan di perut

b. Tipologi Queyrat

Queyrat menyusun tipologi atas dasar dominasi daya-daya jiwa, daya-daya kognitif, afektif, dan konatif.

1. Salah satu daya yang dominant

a) Tipe mediatif, atau intelektual, dimana daya kognitif dominan


b) Tipe emosional, di mana daya efektif dominant

c) Tipe aktif, daya konatif dominant

2. Dua daya dominant

a) Tipe mediatif emosional atau daya kognitif atau afektif dominant

b) Tipe aktif emosional atau garang: daya konatif dan afektif dominant

c) Tipe aktif-mediatif: daya konatif dan kognitif dominant

3. Ketiga daya itu ada dalam proporsi yang seimbang:

a) Tipe seimbang

b) Tipe amproph

c) Tipe aphatis

4. Ketiga daya itu ada atau berfungsi secara tak menentu:

a) Tipe tak stabil

b) Tipe tak teguh hati

c) Tipe kontraktroris

5. Ada tiga macam tipe yang tidak sehat, yaitu:

a) Tipe hypochonolis

b) Tipe melancholis

c) Tipe hysteris

c. Tipologi Malapert

1. Tipe intelektual, yang terdiri atas:

a) Golongan analitis

b) Golongan reflektif

2. Tipe afektif, yang terdidi atas:

a) Golongan emosional
b) Golongan bernafsu

3. Tipe voulenter, yang terdiri atas:

a) Golongan tanpa kemauan

b) Golongan besar kemauan

4. Tipe aktif, yang terdiri atas:

a) Golongan tak aktif

b) Golongan aktif

d. Tipologi Heymans

1. Emosionalitas (emosionaliteit), yaitu mudah tidaknya perasaan orang terpengaruh oleh sesuatu
kesan.

2. Proses pengiring, yaitu banyak sedikitnya pengaruh kesan-kesan terhadap kesadaran.

3. Aktivitas (activiet), yaitu sedikitnya orang menyatakan diri, menjelmakan perasaannya dan fikiran-
fikirannya dalam tindakan yang spontan.

4. Golongan yang aktif, yaitu golongan yang karena alasan yang lemah saja telah berbuat.

5. Golongan yang tidak aktif yaitu golongan yang walaupun ada alasan-alasan yang kuat belum juga mau
bertindak.

e. Tipologi Spranger

1. Dua macam rohk (Geist)

Pertama-tama spranger membedakan adanya dua macam rokh (Geist), yaitu:

a) Rokh subjektif atau rokh individual, yaitu rokh yang terdapat pada manusia masing-masing (individu)

b) Rokh objektif atau rokh supra individual, yaitu rokh seluruh umat manusia, yang dalam keadaan
konkritnya merupakan kebudayaan yang telah terjelma selama berabad-abad.

2. Hubungan antara rokh subjektif dan rokh abjektif

Rokh subjektif dan objektif itu berhubungan secara timbal balik. Rokh subjektif atau roh individual, yang
mengandung nilai-nilai yang terdapat pada masing-masing individu, dibentuk dan dipupuk dengan rokh
objektif, artinya rokh subjektif tersebut berbentuk dan berkembang dengan memakai rokh objektif
sebagai norma.

3. Lapangan-lapangan hidup

Kebudayaan oleh Spranger dipandang sebagai sistem nilai-nilai, karena kebudayaan itu tidak lain adalah
kumpulan nilai-nilai kebudayaan yang tersusun menurut sistem atau struktur tertentu.

a) Lapangan pengetahuan (ilmu, teori)

b) Lapangan ekonomi

c) Lapangan kesenian

d) Lapangan keagamaan

e) Lapangan kemasyarakatan

f) Lapanagan politik

BAB II

BEBERAPA TEORI KEPRIBADIAN YANG MEMAKAI

CARA PENDEKATAN LAIN

1. PSIKOANALISIS TEORI SIGMUND FREUD

a. Struktur Kepribadian

Menurut Freud kepribadian itu sendiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu:

1. Das Es (the id), yaitu aspek biologis

Das Es atau aspek biologis daripada kepribadian ini adalah aspek orisinal. Untuk menghilangkan ketidak-
enakan itu das es mempunyai dua macam cara, yaitu:

a) refleks dan reaksi –rekasi otomastis, seperti misalnya bersin, berkedip, dan sebagainya

b) proses primer, seperti misalnya kalau orang lapar lalau membayangkan makan

2. Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis

Das Ich atau aspek psikologis daripada kepribadian timbul dari ke butuhan organisme untuk dapat
berhubungan dengan dunia luar secara realistis.

3. Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis


Das ueber Ich atau aspek sosiologis pribadi ini merupakan wakil nilai-nilai tradisional serta cita-cita
masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya, yang diajarkan (dimasukan)
dengan berbagai perintah larangan .

b. Dinamika kepribadian

Menurut Freud di dalam diri kita ini ada dua macam (lebih tepatnya dua kelompok) instink-instink, yaitu:

1. Instink-instink hidup

Fungsi instink hidup adalah melayani maksud individu untuk tetap hidup dan memeperpanjang ras.

2. instink-instink mati

instink mati ini, yang disebut juga instink merusak (destruktif) berfungsinya kurang jelas jika
dibandingkan dengan instink-instink hidup, karena itu juga dikenal. Namun adalah suatu kenyataan yang
tak dapat diingkari, bahwa manusia itu pada akhir-akhirnya mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud
merumuskan, bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”. Suatu penjelmaan dari pada instink mati ini
ialah dorongan agresif.

c. Perkembangan Kepribadian

Adapun sumber tegangan pokok ialah

1. proses pertumbuhan fisologis

2. frustasi

3. konflik

4. ancaman

Beberapa bentuk mekanisme pertahanan itu, yang popular antara lain:

a) Proyeksi

Proyeksi adalah secara begitu saja (tidak sadar, mekanisme) menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada
objek di luar diri, sehingga sifat-sifat batin sendiri itu diamati atau dihayati sebagai sifat-sifat orang lain
atau sifat-sifat benda di luar dirinya.

b) Fiksasi

Fiksasi adalah berhenti pada suatu fase perkembangan tertentu yang seharusnya sudah ditinggalkan,
karena melangkah ke fase yang lebih lanjut itu menimbulkan ketakutan atau rasa tidak enak.
c) Regresi

Isolasi adalah kembali lagi ke fase yang telah pernah ditinggalkannya, karena menghadapi situasi yang
baginya mengandung bahaya.

d) Isolasi

Isolasi adalah menyisihkan (mengisolir) sesuatu dan menganggapnya sebagai hal yang tidak penting.

e) Rasionalisai

Rasionalisasi adalah memberikan alasan rasional kepada sesuatu kejadian, sehingga kejadian yang jika
sekiranya tanpa alasan yang demikian itu baginya akan menimbulkan ketidak-enakan.

f) Transkulpasi

Transkulpasi adalah mengkambinghitamkan pihak lain, walaupun diri sendiri sebenarnya membuat
kesalahan.

2. Psikologi Analitis, Teori carl Gustawjung

Menurut Jung kepribadian itu terdiri dari dua alam yaitu:

(a) Alam sadar (kesadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia luar, dan

(b) Alam tak sadar (ketidak sadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia dalam
yaitu dunia batin sendiri.

a. Struktur kesadaran

1. Fungsi jiwa

Dominasi fungsi jiwa itu menurut Jung ada empat macam tipe manusia, yaitu:

(a) Tipe pemikir

(b) Tipe perasa

(c) Tipe pendria

(d) Tipe intuitif

2. Sikap jiwa

Yang dimaksud dengan sikap jiwa ialah arah daripada energi psikis umum atau libido, yang menjelma
dalam orientasi manusia terhadap dunianya.
3. Persona

Persona oleh Jung ialah cara seseorang dengan sadar menampakan diri ke luar.

b. Struktur ketidaksadaran

1. Ketidaksadaran pribadi

Yaitu bagian daripada alam ketidaksadaran yang diperoleh individu selama sejarah hidupnya,
pengalamannya pribadi.

2. Ketidaksadaran kolektif

Adalah bagian dari pada ketidaksadaran itu diperoleh oleh individu dari warisan nenek moyangnya, yaitu
hal-hal yang diperoleh manusia (sebagai jensi) di dalam perkembangannya.

3. Individual Psychologic Teori Alfred Adler

a. Individualitas sebagai pokok persoalan

Adler memberi tekanan kepada pentingnya sifat khas (unik) daripada kepribadian, yaitu individualitas,
kebulatan serta sifat-sifat khas pribadi manusia.

b. Pandangan teleogis

Adler sangat terpengaruh oleh “filsaat seakan-akan” yang dirumuskan oleh Hans Vaihinger dalam
bukunya yang berjudul Die Philosophie des Als-Ob. Vaihinger mengemukakan, bahwa manusia hidup
dengan berbagai macam cita-cita atau pikiran yang semata-mata bersifat semu, tidak ada kenyataannya
atau pasangannya di dalam dunia realitas.

c. Dua dorongan pokok

1. Dorongan kemasyarakatan, yaitu dorongan yang mendorong manusia untuk bertindak yang mengabdi
kepada masyarakat

2. dorongan keakuan, yang mendorong manusia untuk bertindak yang mengabdi kepada aku sendiri

d. Rasa rendah diri dan kompensasi

4. Arti Individual Psychologie

Individual psychologie mempunyai arti penting sebagai cara untuk memahami sesama manusia.

1) Aliran ini menghendaki ditentukannya tujuan-tujuan yang susila, seperti


a. Keharusan memikul tanggung jawab

b. Keharusan menghadapi kesukaran-kesukaran hidup

c. Mengikis dorongan keakuan dan mengembangkan dorongan kemasyarakatan

d. Menyelami diri sendiri dan membuka kecenderungan egoistis yang tersembunyi untuk kemudian
memberantasnya

2) Optimisme dalam bidang pendidikan

Mengenai pengaruh pendidikan aliran ini berpandangan optimistis.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk itu penulis dapat menyimpulkan makalah ini sebgaai berikut:

1. Psikologi kepribadian betujuan untuk mengenal sesama manusia baik sifatnya maupun tipe
kepribadian masing-masing.

2. Saling berhubungan antara konstitusi dan temperament baik jasmani maupun spkiatris

3. Mengikis dorongan keakuran dan mengembangkan dorongan kecenderungan egoistis yang


tersembunyi untuk kemudian memberantasnya.

B. Daftar Pustaka

Allport, G.W. Personality: a Psychologycal Interpretation. New York. Henry Holt, 1937.

Adler, A. Understanding Human Nature (Terj. Beram Walfe) New. York: Permabook-Greenberg, 1949.

Brand, H. The Study of Personality. New York: John Wiley & Sons, 1954.

Hall, C.S. & Lindzey, G Theories of Personality New York: John Wiley & Sons, 1957

Jacobi, J. De Psychologie Van C.G. Jung (terj. : M. Drukker) Amsterdam-Antwerpen: Contact, 1951.

Janse de Jonge, A.L. Karakterkunde, Baarn: Bosch & Keuning, 1949.

Roback, A.A. The Psychology Of Character. London: Routledge & kegan Paul, 1952
Rumke, H.C. Inleading tot de Karakterkunde Haarlem: de Erven F. Bohn, 1951.

Sheldon, W.H. The Varieties Of Human Physique: an introcdution to constitutional psychology, New
york: Harper, 1942.

Sheldon, W.H. The Varieties Of Temperament: a Psychology of Constutional Difference. New York :
Harper, 1942.

Spranger, E. Lebensformen. Leipzig: 1925.

A.    Latar Belakang Masalah


Kepribadian seseorang, selain bermodal kapasitas fitrah sejak lahir dari warisan genetika
orang tuanya, ia juga terbentuk melalui proses panjang riwayat hidupnya. Proses internalisasi
nilai pengetahuan dan pengalaman dalam dirinya. Pernyataan penulis ini didukung dengan
adanya Teori Tabula Rasa dalam bukunya yang berjudul “An Essay Concerning Human
Understanding” (John Locke, 1690:398).
Makalah ini di susun seiring era globalisasi yang banyak menimbulkan dampak – dampak
negatif bagi pemikiran dan tingkah laku mahasiswa. Makalah ini di susun dengan tujuan untuk
menambah wawasan akan pentingnya pengembangan kepribadian untuk mahasiswa. Metode
yang penulis ambil dalam penyusunan makalah ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang
memberikan gambaran atau uraian suatu keadaan sejelas mungkin. Jenis penelitian deskriptif
yang digunakan, yaitu studi pustaka. Studi pustaka merupakan penelaahan secara intensif melalui
sumber data berupa buku maupun artikel yang dikutip dari media elektronik. Hasil yang ingin
dicapai oleh penulis dalam pembuatan makalah ini adalah mahasiswa mampu memahami,
menerapkan, dan menjaga status kepribadian yang baik dengan membentengi diri dari era
globalisasi yang semakin menghimpit.
B.     Perumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pengembangan kepribadian?
2.      Apa saja faktor – faktor penghambat kepribadian terhadap mahasiswa?
3.      Apa saja sikap positif dan negatif dalam kepribadian terhadap mahasiswa?
4.      Bagaimana cara menanggulangi dampak negatif dari kepribadian yang salah?

C.     Tujuan Penulisan


1.      Untuk mengetahui pengertian pengembangan kepribadian.
2.      Untuk mengetahui faktor – faktor penghambat kepribadian terhadap mahasiswa.
3.      Untuk mengetahui sikap positif dan negatif dalam kepribadian terhadap mahasiswa.
4.      Untuk menanggulangi dampak negatif dari kepribadian yang salah terhadap mahasiswa.
D.    Metode Penulisan
Karya tulis ini menggunakan metode deskriptif, yaitu metode yang memberikan
gambaran atau uraian suatu keadaan sejelas mungkin. Jenis penelitian deskriptif yang digunakan,
yaitu studi pustaka. Studi pustaka merupakan penelaahan secara intensif melalui sumber data
berupa buku maupun artikel yang dikutip dari media elektronik.
E.     Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari makalah ini ditulis secara sistematis dengan penjabaran awal,
yaitu bab pendahuluan diiringi dengan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Setelah itu bab isi, dimana terdapat
pengertian pengembangan kepribadian, tahap – tahap pengembangan kepribadian, faktor – faktor
penghambat kepribadian, sikap positif dan negatif dalam kepribadian, serta cara menanggulangi
dampak negatif dari kepribadian yang salah. Makalah ini diakhiri dengan bab penutup yang
terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
A.    Pengertian Pengembangan Kepribadian
“Pengembangan kepribadian berarti kemauan diri sendiri untuk menata aspek internal
diri atau sikap batin, dan aspek perilaku eksternal diri, yaitu cara seseorang menampilkan diri
atau tampak sisi luar diri di persepsi orang lain.” (Djajendra, 2011:312)
B.     Tahap – Tahap Pengembangan Kepribadian
1.      Masa bayi (Infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh
dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya
mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya.
Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya.
Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing,
tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi
tersebut seringkali bayi menangis.
2.      Masa kanak-kanak awal (Early Childhood) ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame,
doubt. Pada masa ini sampai batas – batas tertentu anak sudah  bisa berdiri sendiri, dalam arti
duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya,
tetapi di pihak lain  dia juga telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat,
sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
3.      Masa prasekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa
ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia
terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas
adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki
perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.1[1]
4.      Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry – inferiority. Sebagai
kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari
apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap
lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan
dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan.
Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
5.      Masa Remaja (Adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – identity confusion.
Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan–
kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri,
ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas  diri ini,
pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang
oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri
yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap
kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan
seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
6.      Masa Dewasa Awal (Young Adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation.
Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya,
namun pada masa ini  ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia

1
membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada
tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu,
dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.2[2]
7.      Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity – stagnation. Sesuai
dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari
perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup
banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan
individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan
kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau
mencapai hal – hal tertentu ia mengalami hambatan.
8.      Masa Hari Tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa
ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan
didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan
oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan
yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat
dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih
ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut,
sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.

3
[1]Akhamd Sudrajat, M.Pd, “Tahapan Pengembangan Kepribadian”,diakses dari
http://belajarpsikolog.com/tahapan-perkembangan-kepribadian/, (25 November 2014), pukul
18.00 WIB.

BAB III
FAKTOR – FAKTOR PENGHAMBAT KEPRIBADIAN
A.    Faktor Input
1.      Tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas. Tujuan hidup sering disebut juga rencana ataupun
target. Mahasiswa yang tidak mempunyai tujuan hidup, mereka tidak memiliki keyakinan, moral,
atau standar yang akan mengendalikan hidup untuk mencapai puncak kesuksesan.

2[2]Ibid.

3
2.      Kurangnya motivasi dalam hidup. Hal ini membuat mahasiswa seringkali loyo, tak bergairah,
tidak ada dinamika, dan tidak akan menghasilkan perubahan seperti yang diinginkan.
3.      Mempunyai problema. Problem atau masalah yang dihadapi mahasiswa berpengaruh besar pada
tingkat keberhasilannya dalam menyelesaikan suatu tugas.
4.      Tidak percaya diri. Rasa tidak percaya diri yang dimiliki mahasiswa seringkali membuat
kegagalan yang berujung dengan penyesalan.
5.      Kurang kreatif. Kurangnya kekreatifitasan membuat mahasiswa tidak memiliki nilai lebih atau
keistimewaan dari mahasiswa lainnya, mahasiswa seperti ini sulit untuk berkembang dan
menciptakan inovasi baru.
6.      Sudah merasa puas. Perasaan cepat puas yang dimiliki mahasiswa mengakibatkan mahasiswa
tidak bisa mengukur kemampuannya tentang suatu hal dan sangat membatasi bagi perkembangan
pola pikir dan sikapnya.
7.      Mudah menyerah. Sikap mudah menyerah menjadikan mahasiswa memiliki kemampuan yang
terbatas.4[3]

B.     Faktor Output


1.      Faktor tradisi budaya
Setiap mahasiswa memiliki perbedaan tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas. Tradisi
atau kebudayaan setiap mahasiswa memberikan pengaruh terhadap kepribadian setiap
anggotanya, baik menyangkut cara berpikir, bersikap atau cara berperilaku. Faktor ini
mengakibatkan kesenjangan antar sesama mahasiswa.
2.      Pengaruh perkembangan zaman
Perkembangan zaman atau sering disebut dengan istilah globalisasi merupakan sebuah
fakta yang tidak dapat dihindari.Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga mampu mengubah dunia secara mendasar bagi
mahasiswa.Ada beberapa media yang berdampak buruk atau sebagai penghambat kepribadian
pada mahasiswa, yaitu televisi dan media cetak.Kedua media ini di satu sisi memberikan
pembelajaran yang menambah wawasan dan memiliki manfaat seperti menambah informasi dan
pengetahuan dalam interaksi mahasiswa terhadap lingkungan sekitarnya. Namun disisi lain

4
media-media tersebut memberikan asupan negatif bagi mahasiswa, seperti hal-hal porno yang
dikemas halus dalam media televisi dan cetak.5[4]

6
[3]S. Sulaksono, “Cara untuk Menumbuhkan Rasa Percaya Diri”, diakses dari
http://artikel-luar-biasa.blogspot.com/2012/02/cara-untuk-menumbuhkan-rasa-percaya.html/, (25
November 2014), pukul 18.10 WIB.
7
[4]Mohammad Taufan Pramono, “Pengaruh Globalisasi”, diakses dari
http://ketikabersuara.blogspot.com/2012/03/pengaruh-globalisasi-terhadap-akhlak.html/, (25
November 2014), pukul 18.35 WIB.

BAB IV
SIKAP POSITIF DAN NEGATIF DALAM KEPRIBADIAN
A.    Sikap Positif
Merupakan wujud nyata mahasiswa dari intensitas perasaan yang memperhatikan hal –
hal positif untuk menyatakan sifat yang positif, mahasiswa tidak hanya mengekspresikannya
melalui wajah, tetapi juga dengan cara berbicaranya, dan cara menghadapi masalah.
B.     Sikap Negatif
Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan mahasiswa pada kesulitan diri
dan kegagalan, sikap ini bisa tercermin pada muka muram, sedih, suara parau, penampilan diri
yang tidak bersahabat, ketidakmenyenangkan, dan tidak percaya diri.

BAB V
MENANGGULANGI DAMPAK NEGATIF
DARI KEPRIBADIAN YANG SALAH
A.    Memelihara dan Memupuk Rasa Percaya Diri
Percaya diri memberikan kita kebebasan untuk melakukan kesalahan dan mengatasi
dengan kegagalan tanpa membuat diri kita tidak berharga.Dengan kepercayaan diri, secara tidak
langsung dapat meningkatkan kepercayaan diri kepada orang lain juga. Namun seperti kata

7
pepatah, “Practice makes a man perfect.” Jadi yang harus dilakukan mahasiswa adalah mencoba
dan mengimplentasikan hal-hal berikut dalam kehidupan sehari-hari :
1.      Kenali rasa ketidaknyamanan. Kenali apa yang tidak anda sukai, yang membuat anda kurang
nyaman dan cari solusinya.
2.      Kenali kesuksesan. Mengenali kesuksesan dan apa kelebihan anda. Kembangkan dengan ikhtiar
dan percaya diri.
3.      Bersyukurlah atas apa yang sudah dimiliki. Rasa syukur menjadikan kita percaya diri atas apa
yang sudah dimiliki.
4.      Selalu berpikiran positif. Pemikiran positif berpengaruh pada keputusan yang akan diambil.
5.      Berpakaian dengan rapi. Selalu berpakaian rapi dan tampil beda memberikan ciri khas khusus
adanya kepercayaan diri.
6.      Berjalan dengan cepat. Cara berjalan yang cepat memberi kepercayaan bahwa seseorang itu
memiliki sikap cepat, tanggap, dan luwes.
7.      Berikan pujian kepada orang lain
Dengan memberi pujian, kita meyakini bahwa seseorang tersebut menyukainya.8[5]

8.      Duduk di bangku paling depan


Hal ini memberi keyakinan terhadap ilmu yang pasti mudah diserap.
9.      Berbicaralah dan tersenyumlah
Sikap ini memberikan keyakinan bahwa kita baik-baik saja.
10.  Berolahraga
Dengan berolahraga jasmani akan terasa lebih sehat dan kepercayaan diri akan bertambah.
B.     Mempertahankan Rasa Percaya Diri
8[5] Widjono Hs, Bahasa Indonesia, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm.5.

[
6
]
I
b
i
d
.
Mempertahankan percaya diri penting, karena tidak selamanya mahasiswa akan terus
percaya diri. Apalagi ketika mahasiswa menghadapi hal yang baru dalam kehidupannya. Jadi
yang harus dilakukan mahasiswa, antara lain
1.      Perluas ilmu pengetahuan
Apapun yang ingin dilakukan, kalau mahasiswa mempunyai pengetahuan yang baik, maka
mahasiswa tersebut pasti tampil percaya diri.
2.      Rayakan kesuksesan masa lalu
Rayakanlah kesuksesan di masa lalu dengan bersyukur.
3.      Perkuat keyakinan
Perkuat keyakinan melalui sugesti dengan cara affirmasi dan visualisasi.
4.      Carilah orang-orang ahli yang bisa membantu
Orang-orang ahli tersebut bisa ditemukan di video, artikel, seminar, atau via telepon. Seorang
ahli akan membantu memfokuskan pada tujuan dan mengendalikan untuk selalu semangat dan
percaya diri.9[6]

BAB VI
PENUTUP
A.    Simpulan
Kepribadian bukanlah hal yang sulit untuk dipelajari, dijalani, dan dikembangkan.
Kepribadian merupakan hal yang bisa tumbuh, dibangun, dan diupayakan, sehingga ada tahap-
tahap pengembangan kepribadian, faktor – faktor penghambat kepribadian, sikap positif dan
negatif dalam kepribadian, dan cara menanggulangi dampak negatif dari kepribadian yang salah.
B.     Saran
Harapan penulis kepada para pembaca supaya dapat memberi sebuah kritikan atau saran
terhadap karya tulis ini, karena karya tulis ini mempunyai suatu kelebihan dan kekurangan yang
sifatnya mendidik atau membimbing.

DAFTAR PUSTAKA
9
Hs, Widjono. Bahasa Indonesia, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo, 2007.
Sudrajat, Akhmad, M.Pd. “Tahapan Pengembangan Kepribadian.”
http://belajarpsikolog.com/tahapan-perkembangan-kepribadian/
(23 Okt.2010).
Sulaksono S. “Cara untuk Menumbuhkan Rasa Percaya Diri.”
http://artikel-luar-biasa.blogspot.com/2012/02/cara-untuk-menumbuhkan-rasa-percaya.html (27
Feb. 2012).
Taufan Pramono, Mohammad. “Pengaruh Globalisasi.”
http://ketikabersuara.blogspot.com/2012/03/pengaruh-globalisasi-terhadap-akhlak.html (16 Mar.
2012).

Anda mungkin juga menyukai