mendengar tentang kepribadian, tapi apakah itu? untuk itu pada kesempatan kali ini kita akan belajar
bersama-sama mengenai pengertian kepribadian. Silahkan di baca baik-baik bagian bawah ini.
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, ekspresi, perasaan, temparmen, ciri khas dan juga prilaku
seseorang. Sikap perasaan ekspresi & tempramen tersebut akan terwujud dalam tindakan seseorang
kalau di hadapkan kepada situasi tertentu. Setiap orang memiliki kecenderungan prilaku yang
baku/berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang sedang di hadapi,
sehingga jadi ciri khas pribadinya.
PENDAHULUAN
Berpangkal pada kenyataan bahwa kepribadian manusia itu sangat bermacam-macam sekali, mungkin
sama banyaknya dengan banyaknya orang, segolongan ahli berusaha menggolong-golongkan manusia
ke dalam tipe-tipe tertentu, karena mereka berpendapat bahwa cara itulah paling efektif untuk
mengenal sesama manusia dengan baik. Pada sisi lain, sekelompok ahli berpendapat, bahwa cara
bekerja seperti dikemukakan di atas itu tidak memenuhi tujuan psikologi kepribadian, yaitu mengenal
sesama manusia menurut apa adanya, menurut sifat-sifatnya yang khas, karena dengan penggolongan
ke dalam tipe-tipe itu orang justru menyembunyikan kekhususan sifat-sifat seseorang.
B. TEORI TIPOLOGI
Terpengaruh oleh Kosmologi Empedokles, yang menganggap bahwa alam semesta beserta isinya ini
tersusun atas empat unsur pokok, yaitu tanah, air, udara, dan api, yang masing-masing mendukung sifat
tertentu, yaitu tanah mendukung sifat kering, air mendukung sifat basah, udara mendukung sifat dingin
dan api mendukung sifat panas, maka Hippocrates (460 – 370) berpendapat, bahwa juga di dalam tubuh
manusia terdapat sifat-sifat tersebut yang didukung oleh cairan-cairan yang ada di dalam tubuh, yaitu :
Hippocrates Galenus berpendapat, bahwa di dalam tubuh manusia terdapat empat macam cairan
pokok, yaitu chole, melanchole, phlegma, dan sanguis. Sifat kejiwaan tertentu yang khas ini, yang
adanya tergantung kepada dominasi cairan dalam tubuh itu oleh Gelenus disebut temperamental.
Berdasarkan atas data-data yang di peroleh oleh DeGiovani, serta hukum deformasi yang dirumuskan
oleh DeGiovani,Viola dalam penyelidikan-penyelidikannya menemukan, bahwa ada tiga macam tipe
manusia berdasarkan atas keadaan tubuhnya, yaitu :
(1) Microsplanchnis : ukuran-ukuran menegak relatif dominant, sehingga orangnya kelihatan tinggi
jangkung.
(3) Normosplanchnis : ukuran-ukuran menegak dan mendatar seimbang, sehingga orang kelihatan
seimbang. Bermacam-macam bentuk tubuh yang demikian itu beralas pada keturunan.
Mazhab Perancis yang dipimpin oleh Sigaud berpendapat, bahwa keadaan serta bentuk tubuh manusia
serta kelainan-kelainannya itu pada pokoknya ditentukan oleh sekitar atau lingkungan. Yaitu :
(1) Ada lingkungan yang berwujud udara yang menjadi sumber reaksi respiratoris.
(2) Ada sekitar yang berwujud makan-makanan yang menjadi sumber reaksi-reaksi digestif.
(3) Ada lingkungan yang berwujud keadaan-keadaan alam yang menjadi sumber reaksi-reaksi muskuler.
(4) Ada lingkungan yang berwujud keadaan sosisl yang menimbulkan reaksi-reaksi cerebral.
3. Tipologi Kretschmer
1. Tipe piknis:
– Kepala agak “merosot” ke muka diantara keuda bahu, sehingga bagian atas dari tulang punggung
kelihatan sedikit melengkung
Tipe ini memperoleh bentuknya yang nyata setelah orang berumur 40 tahun
2. Tipe Leptosom
Orang yang bertipe leptosom ukuran-ukuran menegaknya lebih dari keadaan biasa, sehingga orangnya
kelihatan tinggi jangkung, sifat-sifat khas tipe ini ialah:
3. Tipe Atletis
Pada orang yang bertipe atletis ukuran-ukuran tubuh yang menegak dan mendatar dalam perbandingan
yang seimbang, sehingga tubuh kelihatan selaras; tipe mini dapat dipandang sebagai sintesis dari tipe
piknis dan tipe leptoson. Sifat-sifat khas tipe ini ialah:
– perut kuat
– panggul dan kaki kuat, dalam perbandingan dengan bahu dan kelihatan agak kecil
4. Tipe Displatis
Tipe ini merupakan penyimpangan dari ketiga tipe yang telah dikemukakan itu, tidak dapat dimasukan
ke dalam salah satu diantara ketiga tipe itu, karena tidak memiliki ciri-ciri yang khas menurut tipe-tipe
tersebut. Bermacam-macam bagian yang seolah-olah bertentangan satu sama lain ada bersama-sama.
Kretschmer sendiri menganggap tipe displastis ini menyimpang dari kosntitusi normal.
1. Tipe schizothym
Orang yang bertemperament schizothym, sifat-sifat jiwanya bersesuaian dengan para penderita
schizoprenia, hanya sangat tidak jelas, ada kecenderungan ke arah autisme: menutup diri sendiri, hidup
dengan dirinya sendiri
2. Tipe cyklothym
Orang yang bertemperament cyklothym, sifat-sifat jiwanya bersesuain dengan para penderita
manisdefresif, hanya sangat tidak jelas. Golongan ini juga mudah untuk ikut merasakan suka dan duka
orang lain
1. orang yang konstitusi piknis kebanyakan bertemperament cyklothym, atau orang-orang yang
bertemperament cyklothym kebanyakan berkonstiusi piknis
a. Komponen Kejasmanian
a. Endomorphy
Orang yang komponen endomorphynya tinggi sedang kedua komponen lainnya rendah ditandai oleh:
lembut, gemuk, berat badan relatif kurang
b. Mesomorphy
Orang yang bertipe mesomorphy komponen mesomorphnya tinggi sedang komponene yang lain lagi
rendah; otot-otot dominant, pembuluh-pembuluh darah kuat, jantung juga dominan, orang bertipe ini
tampak: kokoh, keras, otot kelihatan bersegi-segi, tahan sakit.
c. Ectomorphy
Orang-orang yang termasuk pada golongan tipe ini organ-organ mereka berasal dari ectoderm yang
terutama berkembang yaitu; kulit, sistem syaraf, dengan ciri-cir: jangkung, dada pipih, lemah, otot-otot
hampir tidak nampak berkembang.
a. Dysplasia
Dengan meminjam istilah dari Kretchmer istilah itu dipakai oleh Sheldon untuk menunjukan setiap
ketidak tepatan dan ketidak-lengkapan campuran ketiga komponen primer itu pada berbagai daerah
dari pada tubuh.
b. Gynandromorphy
Gynandromorphy itu menunjukan sejauhmana jasmani memiliki sifat-sifat yang biasanya terdapat pada
jenis kelamin lawannya. Komponen ini oleh Sheldon dinyatakan dengan huruf “g” jadi orang laki-laki
yang memiliki komponen “g” tinggi akan memiliki tubuh yang lembut, panggul besar, dan sifat-sifat
wanita yang lain. Seseorang yang memiliki komponen “g” ini maksimal adalah banci.
c. Texture
a. Tipe viscerotonis
3. gemar makan-makan
5. tidurnya nyenyak
b. Tipe somatotonis
1. sikapnya gagah
2. perkasa (energetic)
5. suara lantang
c. Tipe celebrotonis
2. reaksinya cepat
a. Affective
Yang bentuknya ekstrim terdapat pada para penderita psikosis jenis manis defresif
b. Paranoid
Yaitu banyak angan-angan, fikiran, gambaran-gambaran yang sangat jauh dari kenyataan.
c. Heboid
Yaitu bentuk ekstrimnya terdapat pada pra penderita hebehrenia, yaitu suatu bentuk dari pada
schzoprenia (a sosial, anti sosial)
a. Tipologi Plato
b. Tipologi Queyrat
Queyrat menyusun tipologi atas dasar dominasi daya-daya jiwa, daya-daya kognitif, afektif, dan konatif.
b) Tipe aktif emosional atau garang: daya konatif dan afektif dominant
a) Tipe seimbang
b) Tipe amproph
c) Tipe aphatis
c) Tipe kontraktroris
a) Tipe hypochonolis
b) Tipe melancholis
c) Tipe hysteris
c. Tipologi Malapert
a) Golongan analitis
b) Golongan reflektif
a) Golongan emosional
b) Golongan bernafsu
b) Golongan aktif
d. Tipologi Heymans
1. Emosionalitas (emosionaliteit), yaitu mudah tidaknya perasaan orang terpengaruh oleh sesuatu
kesan.
3. Aktivitas (activiet), yaitu sedikitnya orang menyatakan diri, menjelmakan perasaannya dan fikiran-
fikirannya dalam tindakan yang spontan.
4. Golongan yang aktif, yaitu golongan yang karena alasan yang lemah saja telah berbuat.
5. Golongan yang tidak aktif yaitu golongan yang walaupun ada alasan-alasan yang kuat belum juga mau
bertindak.
e. Tipologi Spranger
a) Rokh subjektif atau rokh individual, yaitu rokh yang terdapat pada manusia masing-masing (individu)
b) Rokh objektif atau rokh supra individual, yaitu rokh seluruh umat manusia, yang dalam keadaan
konkritnya merupakan kebudayaan yang telah terjelma selama berabad-abad.
Rokh subjektif dan objektif itu berhubungan secara timbal balik. Rokh subjektif atau roh individual, yang
mengandung nilai-nilai yang terdapat pada masing-masing individu, dibentuk dan dipupuk dengan rokh
objektif, artinya rokh subjektif tersebut berbentuk dan berkembang dengan memakai rokh objektif
sebagai norma.
3. Lapangan-lapangan hidup
Kebudayaan oleh Spranger dipandang sebagai sistem nilai-nilai, karena kebudayaan itu tidak lain adalah
kumpulan nilai-nilai kebudayaan yang tersusun menurut sistem atau struktur tertentu.
b) Lapangan ekonomi
c) Lapangan kesenian
d) Lapangan keagamaan
e) Lapangan kemasyarakatan
f) Lapanagan politik
BAB II
a. Struktur Kepribadian
Menurut Freud kepribadian itu sendiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu:
Das Es atau aspek biologis daripada kepribadian ini adalah aspek orisinal. Untuk menghilangkan ketidak-
enakan itu das es mempunyai dua macam cara, yaitu:
a) refleks dan reaksi –rekasi otomastis, seperti misalnya bersin, berkedip, dan sebagainya
b) proses primer, seperti misalnya kalau orang lapar lalau membayangkan makan
Das Ich atau aspek psikologis daripada kepribadian timbul dari ke butuhan organisme untuk dapat
berhubungan dengan dunia luar secara realistis.
b. Dinamika kepribadian
Menurut Freud di dalam diri kita ini ada dua macam (lebih tepatnya dua kelompok) instink-instink, yaitu:
1. Instink-instink hidup
Fungsi instink hidup adalah melayani maksud individu untuk tetap hidup dan memeperpanjang ras.
2. instink-instink mati
instink mati ini, yang disebut juga instink merusak (destruktif) berfungsinya kurang jelas jika
dibandingkan dengan instink-instink hidup, karena itu juga dikenal. Namun adalah suatu kenyataan yang
tak dapat diingkari, bahwa manusia itu pada akhir-akhirnya mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud
merumuskan, bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”. Suatu penjelmaan dari pada instink mati ini
ialah dorongan agresif.
c. Perkembangan Kepribadian
2. frustasi
3. konflik
4. ancaman
a) Proyeksi
Proyeksi adalah secara begitu saja (tidak sadar, mekanisme) menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada
objek di luar diri, sehingga sifat-sifat batin sendiri itu diamati atau dihayati sebagai sifat-sifat orang lain
atau sifat-sifat benda di luar dirinya.
b) Fiksasi
Fiksasi adalah berhenti pada suatu fase perkembangan tertentu yang seharusnya sudah ditinggalkan,
karena melangkah ke fase yang lebih lanjut itu menimbulkan ketakutan atau rasa tidak enak.
c) Regresi
Isolasi adalah kembali lagi ke fase yang telah pernah ditinggalkannya, karena menghadapi situasi yang
baginya mengandung bahaya.
d) Isolasi
Isolasi adalah menyisihkan (mengisolir) sesuatu dan menganggapnya sebagai hal yang tidak penting.
e) Rasionalisai
Rasionalisasi adalah memberikan alasan rasional kepada sesuatu kejadian, sehingga kejadian yang jika
sekiranya tanpa alasan yang demikian itu baginya akan menimbulkan ketidak-enakan.
f) Transkulpasi
Transkulpasi adalah mengkambinghitamkan pihak lain, walaupun diri sendiri sebenarnya membuat
kesalahan.
(a) Alam sadar (kesadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia luar, dan
(b) Alam tak sadar (ketidak sadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia dalam
yaitu dunia batin sendiri.
a. Struktur kesadaran
1. Fungsi jiwa
Dominasi fungsi jiwa itu menurut Jung ada empat macam tipe manusia, yaitu:
2. Sikap jiwa
Yang dimaksud dengan sikap jiwa ialah arah daripada energi psikis umum atau libido, yang menjelma
dalam orientasi manusia terhadap dunianya.
3. Persona
Persona oleh Jung ialah cara seseorang dengan sadar menampakan diri ke luar.
b. Struktur ketidaksadaran
1. Ketidaksadaran pribadi
Yaitu bagian daripada alam ketidaksadaran yang diperoleh individu selama sejarah hidupnya,
pengalamannya pribadi.
2. Ketidaksadaran kolektif
Adalah bagian dari pada ketidaksadaran itu diperoleh oleh individu dari warisan nenek moyangnya, yaitu
hal-hal yang diperoleh manusia (sebagai jensi) di dalam perkembangannya.
Adler memberi tekanan kepada pentingnya sifat khas (unik) daripada kepribadian, yaitu individualitas,
kebulatan serta sifat-sifat khas pribadi manusia.
b. Pandangan teleogis
Adler sangat terpengaruh oleh “filsaat seakan-akan” yang dirumuskan oleh Hans Vaihinger dalam
bukunya yang berjudul Die Philosophie des Als-Ob. Vaihinger mengemukakan, bahwa manusia hidup
dengan berbagai macam cita-cita atau pikiran yang semata-mata bersifat semu, tidak ada kenyataannya
atau pasangannya di dalam dunia realitas.
1. Dorongan kemasyarakatan, yaitu dorongan yang mendorong manusia untuk bertindak yang mengabdi
kepada masyarakat
2. dorongan keakuan, yang mendorong manusia untuk bertindak yang mengabdi kepada aku sendiri
Individual psychologie mempunyai arti penting sebagai cara untuk memahami sesama manusia.
d. Menyelami diri sendiri dan membuka kecenderungan egoistis yang tersembunyi untuk kemudian
memberantasnya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Psikologi kepribadian betujuan untuk mengenal sesama manusia baik sifatnya maupun tipe
kepribadian masing-masing.
2. Saling berhubungan antara konstitusi dan temperament baik jasmani maupun spkiatris
B. Daftar Pustaka
Allport, G.W. Personality: a Psychologycal Interpretation. New York. Henry Holt, 1937.
Adler, A. Understanding Human Nature (Terj. Beram Walfe) New. York: Permabook-Greenberg, 1949.
Brand, H. The Study of Personality. New York: John Wiley & Sons, 1954.
Hall, C.S. & Lindzey, G Theories of Personality New York: John Wiley & Sons, 1957
Jacobi, J. De Psychologie Van C.G. Jung (terj. : M. Drukker) Amsterdam-Antwerpen: Contact, 1951.
Roback, A.A. The Psychology Of Character. London: Routledge & kegan Paul, 1952
Rumke, H.C. Inleading tot de Karakterkunde Haarlem: de Erven F. Bohn, 1951.
Sheldon, W.H. The Varieties Of Human Physique: an introcdution to constitutional psychology, New
york: Harper, 1942.
Sheldon, W.H. The Varieties Of Temperament: a Psychology of Constutional Difference. New York :
Harper, 1942.
BAB II
PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
A. Pengertian Pengembangan Kepribadian
“Pengembangan kepribadian berarti kemauan diri sendiri untuk menata aspek internal
diri atau sikap batin, dan aspek perilaku eksternal diri, yaitu cara seseorang menampilkan diri
atau tampak sisi luar diri di persepsi orang lain.” (Djajendra, 2011:312)
B. Tahap – Tahap Pengembangan Kepribadian
1. Masa bayi (Infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh
dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya
mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya.
Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya.
Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing,
tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi
tersebut seringkali bayi menangis.
2. Masa kanak-kanak awal (Early Childhood) ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame,
doubt. Pada masa ini sampai batas – batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti
duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya,
tetapi di pihak lain dia juga telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat,
sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
3. Masa prasekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa
ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia
terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas
adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki
perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.1[1]
4. Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry – inferiority. Sebagai
kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari
apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap
lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan
dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan.
Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
5. Masa Remaja (Adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – identity confusion.
Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan–
kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri,
ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini,
pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang
oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri
yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap
kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan
seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
6. Masa Dewasa Awal (Young Adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation.
Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya,
namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia
1
membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada
tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu,
dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.2[2]
7. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity – stagnation. Sesuai
dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari
perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup
banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan
individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan
kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau
mencapai hal – hal tertentu ia mengalami hambatan.
8. Masa Hari Tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa
ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan
didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan
oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan
yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat
dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih
ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut,
sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.
3
[1]Akhamd Sudrajat, M.Pd, “Tahapan Pengembangan Kepribadian”,diakses dari
http://belajarpsikolog.com/tahapan-perkembangan-kepribadian/, (25 November 2014), pukul
18.00 WIB.
BAB III
FAKTOR – FAKTOR PENGHAMBAT KEPRIBADIAN
A. Faktor Input
1. Tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas. Tujuan hidup sering disebut juga rencana ataupun
target. Mahasiswa yang tidak mempunyai tujuan hidup, mereka tidak memiliki keyakinan, moral,
atau standar yang akan mengendalikan hidup untuk mencapai puncak kesuksesan.
2[2]Ibid.
3
2. Kurangnya motivasi dalam hidup. Hal ini membuat mahasiswa seringkali loyo, tak bergairah,
tidak ada dinamika, dan tidak akan menghasilkan perubahan seperti yang diinginkan.
3. Mempunyai problema. Problem atau masalah yang dihadapi mahasiswa berpengaruh besar pada
tingkat keberhasilannya dalam menyelesaikan suatu tugas.
4. Tidak percaya diri. Rasa tidak percaya diri yang dimiliki mahasiswa seringkali membuat
kegagalan yang berujung dengan penyesalan.
5. Kurang kreatif. Kurangnya kekreatifitasan membuat mahasiswa tidak memiliki nilai lebih atau
keistimewaan dari mahasiswa lainnya, mahasiswa seperti ini sulit untuk berkembang dan
menciptakan inovasi baru.
6. Sudah merasa puas. Perasaan cepat puas yang dimiliki mahasiswa mengakibatkan mahasiswa
tidak bisa mengukur kemampuannya tentang suatu hal dan sangat membatasi bagi perkembangan
pola pikir dan sikapnya.
7. Mudah menyerah. Sikap mudah menyerah menjadikan mahasiswa memiliki kemampuan yang
terbatas.4[3]
4
media-media tersebut memberikan asupan negatif bagi mahasiswa, seperti hal-hal porno yang
dikemas halus dalam media televisi dan cetak.5[4]
6
[3]S. Sulaksono, “Cara untuk Menumbuhkan Rasa Percaya Diri”, diakses dari
http://artikel-luar-biasa.blogspot.com/2012/02/cara-untuk-menumbuhkan-rasa-percaya.html/, (25
November 2014), pukul 18.10 WIB.
7
[4]Mohammad Taufan Pramono, “Pengaruh Globalisasi”, diakses dari
http://ketikabersuara.blogspot.com/2012/03/pengaruh-globalisasi-terhadap-akhlak.html/, (25
November 2014), pukul 18.35 WIB.
BAB IV
SIKAP POSITIF DAN NEGATIF DALAM KEPRIBADIAN
A. Sikap Positif
Merupakan wujud nyata mahasiswa dari intensitas perasaan yang memperhatikan hal –
hal positif untuk menyatakan sifat yang positif, mahasiswa tidak hanya mengekspresikannya
melalui wajah, tetapi juga dengan cara berbicaranya, dan cara menghadapi masalah.
B. Sikap Negatif
Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan mahasiswa pada kesulitan diri
dan kegagalan, sikap ini bisa tercermin pada muka muram, sedih, suara parau, penampilan diri
yang tidak bersahabat, ketidakmenyenangkan, dan tidak percaya diri.
BAB V
MENANGGULANGI DAMPAK NEGATIF
DARI KEPRIBADIAN YANG SALAH
A. Memelihara dan Memupuk Rasa Percaya Diri
Percaya diri memberikan kita kebebasan untuk melakukan kesalahan dan mengatasi
dengan kegagalan tanpa membuat diri kita tidak berharga.Dengan kepercayaan diri, secara tidak
langsung dapat meningkatkan kepercayaan diri kepada orang lain juga. Namun seperti kata
7
pepatah, “Practice makes a man perfect.” Jadi yang harus dilakukan mahasiswa adalah mencoba
dan mengimplentasikan hal-hal berikut dalam kehidupan sehari-hari :
1. Kenali rasa ketidaknyamanan. Kenali apa yang tidak anda sukai, yang membuat anda kurang
nyaman dan cari solusinya.
2. Kenali kesuksesan. Mengenali kesuksesan dan apa kelebihan anda. Kembangkan dengan ikhtiar
dan percaya diri.
3. Bersyukurlah atas apa yang sudah dimiliki. Rasa syukur menjadikan kita percaya diri atas apa
yang sudah dimiliki.
4. Selalu berpikiran positif. Pemikiran positif berpengaruh pada keputusan yang akan diambil.
5. Berpakaian dengan rapi. Selalu berpakaian rapi dan tampil beda memberikan ciri khas khusus
adanya kepercayaan diri.
6. Berjalan dengan cepat. Cara berjalan yang cepat memberi kepercayaan bahwa seseorang itu
memiliki sikap cepat, tanggap, dan luwes.
7. Berikan pujian kepada orang lain
Dengan memberi pujian, kita meyakini bahwa seseorang tersebut menyukainya.8[5]
[
6
]
I
b
i
d
.
Mempertahankan percaya diri penting, karena tidak selamanya mahasiswa akan terus
percaya diri. Apalagi ketika mahasiswa menghadapi hal yang baru dalam kehidupannya. Jadi
yang harus dilakukan mahasiswa, antara lain
1. Perluas ilmu pengetahuan
Apapun yang ingin dilakukan, kalau mahasiswa mempunyai pengetahuan yang baik, maka
mahasiswa tersebut pasti tampil percaya diri.
2. Rayakan kesuksesan masa lalu
Rayakanlah kesuksesan di masa lalu dengan bersyukur.
3. Perkuat keyakinan
Perkuat keyakinan melalui sugesti dengan cara affirmasi dan visualisasi.
4. Carilah orang-orang ahli yang bisa membantu
Orang-orang ahli tersebut bisa ditemukan di video, artikel, seminar, atau via telepon. Seorang
ahli akan membantu memfokuskan pada tujuan dan mengendalikan untuk selalu semangat dan
percaya diri.9[6]
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Kepribadian bukanlah hal yang sulit untuk dipelajari, dijalani, dan dikembangkan.
Kepribadian merupakan hal yang bisa tumbuh, dibangun, dan diupayakan, sehingga ada tahap-
tahap pengembangan kepribadian, faktor – faktor penghambat kepribadian, sikap positif dan
negatif dalam kepribadian, dan cara menanggulangi dampak negatif dari kepribadian yang salah.
B. Saran
Harapan penulis kepada para pembaca supaya dapat memberi sebuah kritikan atau saran
terhadap karya tulis ini, karena karya tulis ini mempunyai suatu kelebihan dan kekurangan yang
sifatnya mendidik atau membimbing.
DAFTAR PUSTAKA
9
Hs, Widjono. Bahasa Indonesia, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo, 2007.
Sudrajat, Akhmad, M.Pd. “Tahapan Pengembangan Kepribadian.”
http://belajarpsikolog.com/tahapan-perkembangan-kepribadian/
(23 Okt.2010).
Sulaksono S. “Cara untuk Menumbuhkan Rasa Percaya Diri.”
http://artikel-luar-biasa.blogspot.com/2012/02/cara-untuk-menumbuhkan-rasa-percaya.html (27
Feb. 2012).
Taufan Pramono, Mohammad. “Pengaruh Globalisasi.”
http://ketikabersuara.blogspot.com/2012/03/pengaruh-globalisasi-terhadap-akhlak.html (16 Mar.
2012).