Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI

DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perencanaan Bangunan Pelindung Pantai merupakan salah satu bidang ilmu
rekayasa yang dimanfaatkan sebagai tugas rekayasa yang wajib dibuat oleh seluruh
mahasiswa Departemen Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin sebagai salah satu
syarat mendapatkan gelar sarjana teknik. Tugas rekayasa perencanaan Bangunan
Pelindung Pantai memerlukan pengetahuan ilmu teknik pantai. untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang memerlukan pemahaman dari fenomena kelautan dan daerah
pantai.

Pengetahuan teoritis tentang teknik pantai merupakan dasar yang harus dikuasai
di dalam perencanaan bangunan pantai misalnya sifat-sifat gelombang, tekanan dan
gaya-gaya gelombang yang bekerja pada bangunan, Proses perubahan bentuk
gelombang selama penjalaran dari laut dalam ke pantai, interaksi antara gelombang
dan arus di daerah pantai serta transpor sedimen di daerah pantai.
Penanggulangan pantai dapat menimbulkan kerugian atau dapat menimbulkan
efek yang berlawanan apabila desain, pembangunan dan perawatan tidak dilakukan
dengan tepat. Pengetahuan mengenai proses pantai dan fungsi dari perbedaan fungsi
dari bangunan pantai merupakan kunci utama dalam perencanaan bangunan pantai
dan kunci sukses dalam program pengamanan pantai yang berkesinambungan.
Ketika perencanaan bangunan pantai sudah siap untuk diimplementasikan,
penanganan yang dilakukan harus didesain dengan seksama untuk mendapatkan
desain bangunan. Beberapa skema proteksi pantai telah direncanakan dan diterapkan
untuk melindungi kawasan wisata. Penanganan yang dilakukan berupa breakwater,
jetty, groin, revetment, sea wall dan juga isian pasir. Bangunan pengaman pantai ini
telah efektif dan menghentikan erosi pantai di beberapa lokasi.

AULIA ACHMAD/ D32115307


1
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

1.2. Rumusan Permasalahan

Permasalahan yang harus diselesaikan adalah Perancangan Bangunan


Seawall, Breakwater dan Groin, meliputi prarancangan, analisa lingkungan dan
analisa dimensi bangunan. Hal ini sesuai dengan surat penugasan Perencanaan
Bangunan Pelindung Pantai.

1.3. Lingkup Kajian


Tugas Rekayasa Perencanaan Bangunan Pelindung Pantai type seawall
,breakwater, dan groin ini membahas hal-hal sebagai berikut :

1. Pra Rancangan
Prarancangan ini membahas :

a) Latar belakang perencanaan bangunan seawall ,breakwater, dan groin .


b) Landasan teori yang berisikan parameter gelombang dan pemecah
gelombang
c) Penyajian data yang berisikan data-data yang diperlukan dalam
perencanaan seawall ,breakwater, dan groin .
2. Analisa data pendukung
Analisa data pendukung yang membahas :

a) Analisis dan koreksi data angin


b) Peramalan parameter gelombang laut dalam signifikan
c) Analisis kala ulang gelombang laut dalam
d) Analisis deformasi gelombang, meliputi shoaling, refraksi, difraksi (jika
terjadi), gelombang pecah.
3. Analisa dimensi bangunan meliputi :

AULIA ACHMAD/ D32115307


2
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

a) Perhitungan muka air laut rencana (DWL)


b) Pemilihan material lapis lindung
c) Penentuan layout seawall ,breakwater, dan groin
d) Perhitungan gelombang rencana
e) Perhitungan Run-up gelombang
f) Perhitugan elevasi puncak bangunan
g) Perhitungan panjang seawall ,breakwater, dan groin
h) Perhitungan berat butir batu lapis lindung (W)
i) Perhitungan lebar puncak bangunan breakwater dan groin (B)
j) Perhitungan tebal lapis lindung (t W toe)
k) Perhitungan dimensi pelindung kaki
l) Perhitungan jumlah Butir lapis lindung (N)
m) Perhitungan Momen Vertikal (Momen Sendiri)
n) Perhitungan Gaya Gempa dan momen Guling
o) Perhitungan Momen Horizontal
p) Perhitungan Daya Dukung Tanah
q) Perhitungan Beban yang Berkerja
r) Perhitungan Faktor Keamanan

1.4. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dan manfaat perencanaan bangunan seawall ,breakwater, dan groin
s) Memenuhi tugas rekayasa perencanaan bangunan seawall ,breakwater, dan
groin
a) yang merupakan syarat kelulusan untuk mata kuliah Perencanaan Bangunan
Pelindung Pantai di Departemen Teknik Kelautan
t) Melatih untuk merancang sebuah bangunan Pelindung pantai (seawall
,breakwater, dan groin ).

AULIA ACHMAD/ D32115307


3
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB II
TEORI DAN DASAR PERENCANAAN

2.1. Pengertian dan Fungsi Bangunan Pelindung Pantai

Bangunan pelindung pantai adalah salah satu bangunan pantai yang


berfungsi memecah energi gelombang dengan maksud untuk melindungi pantai
atau memperoleh kondisi perairan yang tenang. Dan berfungsi untuk melindungi
daerah perairan dan daratan pelabuhan dari gangguan gelombang.

Dan pada daerah pelabuhan, pemecah gelombang berfungsi sebagai jalan


keluar-masuknya kapal ke pelabuhan tersebut. Dengan adanya pemecah
gelombang ini, daerah perairan pelabuhan menjadi tenang dan kapal bisa
melakukan aktifitasnya dengan mudah.

2.2. Jenis-Jenis Bangunan Pelindung Pantai


Bangunan pelindung pantai dibedakan menjadi 4 macam yaitu Groin,
Breakwater, Jetty, Seawall
1. Groin
Groin merupakan struktur untuk mengamankan  pantai yang dibangun
menjorok relatif tegak lurus terhadap arah pantai. Untuk bahan dasar
konstruksi pada groin umumnya adalah kayu, baja, beton dan batu.
Pemasangan groins menginterupsi aliran arus pantai sehingga pasir
terperangkap pada “upcurrent side,” sedangkan pada “downcurrent side”
terjadi erosi, karena pergerakan arus pantai yang berlanjut .
Dalam pengunaan groin harusnya dibuat dengan seri bangunan yang
terdiri dari beberapa groin dengan jarak yang sudah ditentukan agar garis
pantai terlihat memiliki bentuk yang begitu signifikan karena apabila

AULIA ACHMAD/ D32115307


4
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

penggunaan groin cuma ada satu maka groin tersebut tidak efektif. Tipe groin
berbentuk huruf L, I, dan T ini dibangun sesuai kebutuhan pada pantai yang
akan dipasangkan groin.

Gambar 2.1. Groin

2. Jetty
Tipe Jetty merupakan bangunan yang tegak lurus dengan pantai yang
ditempatkan pada kedua sisi muara sungai yang mempunyai berfungsi
mengurangi pendangkalan alur oleh sedimen pantai dan melindungi alur
pelayaran. Selain melindungi alur pelayaran, dapat juga digunakan untuk
mencegah pendangkalan dimuara dalam kaitannya dengan pengendalian banjir.

Tipe jetty antara lain :


 Jetty Panjang
Dikatakan jetty panjang jika panjang ujungnya berada diluar gelombang
pecah. Tipe ini bertujuan untuk menghalangi masuknya sedimen ke muara,dan
jika menggunakan konstruksi ini biaya pun sangat mahal Maka dari itu jika
fungsinya hanya untuk penaggulangan banjir maka penggunaan jetty panjang

AULIA ACHMAD/ D32115307


5
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

ini tidak ekonomis.Bangunan ini digunakan  apabila daerah yang harus


dilindungi terhadap banjir itu sangat penting. 
 Jetty sedang.
Jetty sedang apabila ujungnya berada antaar muka air surut dan lokasi
gelombang pecah yang berfungsi untuk menahan sebagian transport sedimen
sepanjang pantai.
 Jetty pendek
Pada jetty pendek jika kaki ujung bangunan berada pada permukaan air surut.
Jetty pendek ini mempunyai fungsi untuk menahan berbeloknya muara sungai
dan mengkonsentrasikan aliran pada alur yang telah ditetapkan untuk bisa
mengerosi endapan.

AULIA ACHMAD/ D32115307


6
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 2.2. Jetty

3. Breakwater
Pemecah gelombang (breakwater) dibedakan menjadi dua macam yaitu
pemecah gelombang lepas pantai dan pemecah gelombang sambung pantai.
Bangunan tipe pertama banyak digunakan sebagai pelindung pantai terhadap
erosi dan menghancurkan energi gelombang sebelumm mencapai pantai.
Perairan dibelakang bangunan menjadi sehingga terjadi endapan di daerah
tersebut. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.
Bangunan ini dapat dibuat dalam satu rangkaian pemecah gelombang yang

AULIA ACHMAD/ D32115307


7
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

dipisahkan oleh celah dengan panjang tertentu. Bangunan tipe kedua biasanya
digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan
gelombang, sehingga kapal-kapal dapat merapat ke dermaga untuk melakukan
bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang. Pemecah gelombang
dibuat edemikian rupa sehingga mulut pelabuhan tidak menghadap ke arah
gelombang dan arus dominan yang terjadi dilokasi pelabuhan. Gelombang
yang datang dengan membentuk sudut terhadap garis pantai dapat
menimbulkan arus sepanjang pantai. Kecepatan arus yang besar akan bisa
mengangkut sedimen dasar dan membawanya searah dengan arus tersebut.
Mulut pelabuhan yang menghadap arus tersebut akan memungkinkan
masuknya sedimen kedalam perairan pelabuhan yang berakibat terjadinya
pendangkalan.

Secara umum  Breakwater pada pelabuhan memiliki beberapa fungsi pokok yaitu :

 Berfungsi  sebagai pelindungi kolam perairan pelabuhan  yang terletak


dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan
terganggunya aktivitas di perairan pelabuan baik pada saat pasang, badai
maupun peristiwa alam lainya di laut.

 Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang


sebagian energinya akan dipantulkan (Refleksi), sebagian diteruskan
(Transmisi) dan sebagian dihancurkan (Dissipasi) melalui pecahnya
gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya.

 Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan


diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi,

AULIA ACHMAD/ D32115307


8
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang  dan geometrik bangunan


peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan).

 Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi


pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang
pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang
bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya
endapan sediment tersebut.

Bentuk/tipe pemecah gelombang berdasarkan tipe bangunannya dapat dibedakan


menjadi tiga:

1. Breakwater Sisi Miring


2. Breakwater Sisi Tegak
3. Breakwater Gabungan

 Breakwater Sisi Miring

Pada umumnya pemecah gelombang sisi miring  dibuat dari tumpukan


batuan alam yang dilindungi oleh lapis pelindung berupa batu besar ataupun beton
dengan bentuk tertentu. Pemecah gelombang ini lebih cocok digunakan pada
kondisi tanah yang lunak dan tidak terlalu dalam.

Breakwater sisi miring bersifat fleksibel karena jika serangan gelombang


kerusakan yang terjadi tidak secara tiba-tiba, meskipun beberapa butiran longsor.
Biasanya butir batu pemecah gelombang sisi miring disusun dalam beberapa
lapis, dengan lapis terluar terdiri dari batu dengan ukuran besar dan semakin ke
dalam ukurannya semakin kecil. Bentuk butiran akan berpengaru terhadap kaitan

AULIA ACHMAD/ D32115307


9
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

antara butir batu yang ditumpuk. Butir batu dengan sisi tajam akan mengait satu
sama lain dengan lebih baik seingga stabil.

Gambar 2.3 Potongan Melintang Breakwater Tipe Miring

Butir batu pelindung ada beberapa macam ada yang berupa batu alam dengan berat
mencapai beberapa ton, batu buatan dari beton yang berbentuk kubus atau bentuk
lainya. Butir pelindung buatan dari beton bisa  berupa:

 Tetrapod
 Cube
 Tribar
 Quadripod
 Accropod
 Core-loc
 Dolos

AULIA ACHMAD/ D32115307


10
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

 Breakwater Sisi Tegak

Breakwater tipe ini biasanya ditempatkan di laut dengan kedalaman


lebih dalam dangan tanah dasar keras. Karena dinding breakwater tegak, maka
akan terjadi gelombang diam atau klapotis yaitu superposisi antara gelombang
datang dan gelombang pantul.

Tinggi gelombang klapotis adalah 2 kali tinggi gelombang datang.


Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Tinggi pemecah gelombang dia atas muka air pasang tertinggi tidak
boleh kurang dari 1 1/3 -1 ½ kali tinggi gelombang datang.
2. Kedalaman di bawah muka air terendah ke dasar bangunan tidak
kurang dari 1 ¼ -1 ½  kali atau lebih baik 2 kali tinggi gelombang
datang.
3. Lebar pemecah gelombang minimal ¾ tingginya.
4. Kedalaman maksimum perairan 15-20 m.
5. Untuk kedalaman lebih dari 20 m, breakwater sisi tegak dibangun
diatas breakwater sisi miring (breakwater campuran).

Konstruksi Breakwater Tegak dapat berupa:  


1. Blok beton

AULIA ACHMAD/ D32115307


11
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Dibuat dari blok-blok


beton massa yang disusun
secara vertikal. Masing-
masing blok dikunci
dengan beton bertulang
yang dicor di tempat
setelah blok-blok tersebut
disusun. Puncak pemecah gelombang dibuat diding beton yang dicor ditempat
.Fondasi terbuat  dari tumpukan batu yang diberi lapis pelindung dari blok beton.

Gambar 2.5 Breakwater blok beton

2. Kaison (caisson)

Pemecah gelombang ini dibuat di daratan dan kemudian dibawah ke lokasi


yang telah ditentukan dengan ditarik oleh kapal. Pengangkutan ke lokasi dilakukan
pada waktu air tenang. Setelah sampai ke lokasi kaison tersebut ditenggelamkan ke
dasar laut dengan mengisikan air ke dalamnya dan kemudian diisi dengan pasir.
Bagian atasnya kemudian dibuat lantai dan dinding beton. Kaison dibuat seperti kotak
dengan sisi bawah tertutup dan dengan dinding-dinding diafragma yang membagi
kotak.

AULIA ACHMAD/ D32115307


12
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 2.6 Potongan Melintang Breakwater Tipe Caisson

Faktor-Faktor  Perencanaan  Breakwater

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan  Breakwater:

1. Ukuran dan layout pelabuhan.


2. Bahan breakwater
3. Kedalaman perairan
4. Kondisi tanah dasar laut
5. Besar dan arah gelombang
6. Pasang surut.

Pemecah gelombang bisa dibuat dari tumpukan batu, blok beton, beton
massa, turap, dan sebagainya. Dimensi pemecah gelombang tergantung pada
banyak faktor, diantaranya adalah ukuran dan layout perairan pelabuhan,
kedalaman laut, tinggi pasang surut, dan ketenangan perairan pelabuhan yang
diharapkan (besarnya limpasan air melalui puncak bangunan yang diizinkan).,
transpor sedimen disekitar lokasi pelabuhan. Kemampuan oleh gerak kapal
yang menggunakan pelabuhan.

AULIA ACHMAD/ D32115307


13
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 2.7. Breakwater

4. Seawall

Seawall hampir serupa dengan revetment (stuktur pelindung pantai yang


dibuat sejajar pantai dan biasanya memiliki permukaan miring), yaitu dibuat sejajar
pantai tapi seawall memiliki dinding relatif tegak atau lengkung. Seawall juga dapat
dikatakan sebagai dinding banjir yang berfungsi sebagai pelindung/penahan terhadap
kekuatan gelombang. Seawall pada umumnya dibuat dari konstruksi padat seperti
beton, turap baja/kayu, pasangan batu atau pipa beton sehingga seawall tidak
meredam energi gelombang, tetapi gelombang yang memukul permukaan seawall
akan dipantulkan kembali dan menyebabkan gerusan pada bagian tumitnya.

Gambar 2.8. Seawall

AULIA ACHMAD/ D32115307


14
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Seawall berfungsi sebagai bangunan pelindung pantai terhadap terjangan


gelombangn dan untuk menahan terjadinya limpasan gelombang kerdaratan
dibelakangnya. Biasanya seawall digunakan untuk melindungi daerah pemukiman
dan atau daerah failitas umum yang sudah dekat dengan garis pantai (Bambang
Triatmodjo,2012). Tembok laut juga difungsikan sebagai panahan tanah yang ada
dibelakangnya.

Dalam mendesain tembok laut, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan,yaitu:

a. Erosi di kaki seawall akibat arus balik pada refleksi gelombang,


b. Abrasi dibadan seawall akibat hempasan gelombang yang membawa material
halus (misalnya,pasir) dan material kasar,misalnya kerikil dank oral,
c. Erosi pantai bagian hilir atau downdrift seawall akibat adanya perubahan
fenomena gelombang,
d. Lepasnya batuan seawall dari pasangan batu,
e. Miringnya seawall akibat tekanan tanah
f. Turunnya seawall akibat tekanan tanah
g. Turunnya seawall akibat kecilnya daya ukung pandasi.

2.3. Efek Lingkungan Laut dan Pantai


Beberapa kondisi lingkungan yang harus diperhitungkan dalam perencanaan
pemecah gelombang adalah antara lainkondisi angin, pasang surut, gelombang,
arus dan lain-lain.

2.3.1 . Angin
Sirkulasi udara yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi disebut
angin, dimana gerakan udara ini dipengaruhi oleh perubahan temperatur atmosfer.
Kecepatan angin dihitung dengan anemometer dan apabila tidak tersedia
anemometer, maka kecepatan angin dapat diperkirakan berdasarkan lingkungan

AULIA ACHMAD/ D32115307


15
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

dengan menggunakan skala Beaufort. Dalam hal ini angin dianggap sebagai
pembangkit gelombang, dimana angin yang berhembus di atas permukaan air akan
memindahkan energinya ke air, kecepatan angin akan menimbulkan tegangan pada
permukaan laut sehingga permukaan air yang semula tenang akan terganggu dan
timbul riak gelombang kecil. Apabila kecepatan angin bertambah besar, maka riak
gelombang pun akan semakin membesar, dan seterusnya sehingga terbentuk
gelombang.

Tinggi dan periode gelombang yang dibangkitkan, dipengaruhi oleh angin


dengan variabel kecepatan angin U, lama hembus angin D, arah angin dan fetch F
(daerah dimana kecepatan dan arah angin konstan). Distribusi kecepatan angin diatas
permukaan laut terbagi dalam tiga daerah sesuai dengan elevasi di atas
permukaannya, yaitu :
a) Geostropik Region, berada pada lebih dari 1000 meter di atas
permukaan air dengan kecepatan angin konstan.
b) Ekman Region, berada antara elevasi 100 – 1000 meter
c) Relative Isobaric Region, berada antara elevasi 10 – 100 meter,
dengan tekanan relatif konstan.
Pada dua daerah terakhir, kecepatan dan arah angin berubah seiring dengan
berubahnya elevasi. Hal ini disebabkan oleh adanya gesekan dengan permukaan laut
dan perbedaan temperatur antara air dan udara. Persamaan sederhana untuk mengukur
kecepatan angin dengan fungsi elevasi air yang terbentuk dapat ditulis sebagai
berikut:

2.3.1.1 Fetch

Didalam tinjauan pembangkitan gelombang dilaut, fetch dibatasi oleh


bentuk daratan yang mengelilingi laut. Didaerah pembentukan gelombang,

AULIA ACHMAD/ D32115307


16
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

gelombang tidak hanya dibangkitkan dalam arah yang sama dengan arah angin
tetapi juga dalam berbagai sudut terhadap arah angin. Gambar 2.4 menununjukan
cara untuk mendapatkan fetch efektif . Fetch rerata efektif diberikan oleh
persamaan berikut :

F eff =
∑ xi cos a (2.1)
∑ cos−¿a ¿
Dengan

Feff :fetch rerata efektif

Χi : panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung
akhir fetch

 :deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan pertambahan
6sampai sudut sebesar 42 pada kedua sisi dari arah angin.

AULIA ACHMAD/ D32115307


17
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 2.9. Fetch

2. 3.2. Pasang surut


Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi dari waktu, karena
adanya gaya tarik antara benda-benda di langit, utamanya matahari dan bulan
terhadap massa air laut di bumi. Kondisi pasang surut yang perlu diketahui dalam
perencanaan pemecah gelombang adalah :
o Kedudukan permukaan air tertinggi (pasang).
o Kedudukan permukaan air terendah (surut).
o Waktu pasang dan waktu surut.
Dalam perencanaan perencanaan pemecah gelombang, pengetahuan tentang
pasang surut sangat penting, untuk memprediksi elevasi di puncak pemecah
gelombang, alur pelabuhan dan mengetahui waktu pengecoran di pelabuhan dapat
dilaksanakan.
Beberapa jenis elevasi permukaan air yang ditetapkan berdasarkan data pasut
dan dipakai dalam perencanaan pemecah gelombang adalah :
o Muka Air Laut Tertinggi (High Water Level, HWL), yaitu muka air
tertinggi yang dicapai pada saat pasang dalam satu siklus pasang surut.
o Muka Air Laut Terendah (Low Water Level, LWL), adalah kedudukan
air terendah yang dicapai pada saat surut dalam satu siklus pasut.
o Muka Air Tinggi Rerata (Mean High Water Level, MHWL), yakni
rerata muka air tinggi selama periode tertentu, kurang lebih 19 tahun.
o Muka Air Rendah Rerata (Mean Low Water Level), adalah rerata
muka air rendah selama periode tertentu, kurang lebih 19 tahun.
o Muka Air Laut Rerata (Mean Sea Level, MSL), yaitu muka air rerata
antara MHWL dan MLWL.

AULIA ACHMAD/ D32115307


18
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

o Higher High Water Level (HHWL), adalah muka air tertinggi dari dua
air tinggi dalam satu hari, seperti pada pasut campuran.
o Lower Low Water Level (LLWL), adalah muka air terendah dari dua
air rendah dalam satu hari, seperti pada pasut campuran.

2.3.3. Gelombang

2.3.3.1 Karakteristik dan Parameter Gelombang

Pada perairan terbuka, bentuk gelombang mendekati bentuk lengkung sinus


ataupun cosinusiodal, dimana arah perambatannya dinyatakan dengan sudut
kemiringan terhadap arah angin. Gambar berikut menggambarkan suatu gelombang
yang berada pada sistem koordinat x-y, dengan penjalaran gelombang arah x.

y λ

η (x,t)
H

y=-d
AULIA ACHMAD/ D32115307
19
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 2.10. Ilustrasi Gelombang

Beberapa notasi yang digunakan dalam perhitungan gelombang adalah sebagai


berikut:
d : jarak antara muka air rerata dengan dasar laut.
η(x,t) : fluktuasi muka air terhadap muka air rerata.
a : amplitudo gelombang
H : tinggi gelombang (2a)
λ : panjang gelombang
T : periode gelombang, interval waktu yang diperlukan oleh partikel air
untuk kembali pada kedudukan yang sama dengan kedudukan
sebelumnya.
C : cepat rambat gelombang (λ/T)
k : bilangan gelombang (2/λ)
ω : frekuensi gelombang (2λ/T)

2.3.3.2 Refraksi Gelombang


Kecepatan gelombang tergantung pada kedalaman air dimana gelombang
tersebut merambat. Hal ini dapat dilihat pada persamaan cepat rambat gelombang.
Gelombang di tempat yang dalam bergerak lebih cepat dari pada di tempat yang
dangkal karena panjang gelombang akan berkurang sebanding dengan berkurangnya
kecepatan gelombang akibat pengaruh kedalaman. Puncak gelombang bergerak
menuju daerah yang dangkal dimana akan terjadi penikungan arah terjang gelombang
Proses perubahan arah terjang gelombang inilah yang disebut dengan refraksi. Karena
kecepatan gelombang tregantung pada periode gelombang, maka dengan periode

AULIA ACHMAD/ D32115307


20
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

yang berbeda akan diperoleh pola refraksi yang berbeda pula. Gelombang dengan
periode yang penjang akan lebih dulu terrefraksi pada air dalam, sehingga terbentuk
gelombang yang lebih tinggi pada saat gelombang mencapai tepian pantai. Untuk
keperluan perencanaan, maka diagram refraksi harus dibuat dalam beberapa periode
yang paling berpengaruh pada suatu lokasi.
Beberapa cara untuk membuat diagram refraksi diantaranya :
a. Wave Crest Method
Cara ini dikemukakan oleh Johnson dkk. pada tahun 1948. dasar dari metode ini
adalah menentukan panjang gelombang pada setiap lokasi. Mula-mula perlu diketahui
posisi puncak gelombang di dalam air, kemudian dibuat puncak gelombang–puncak
gelombang yang lain berdasarkan panjang gelombang setempat.

b. Orthogonal Method
Cara ini berdasarkan pada hukum Snellius, dan diperkenalkan oleh Arthur dkk.
pada tahun 1952.

Sinα 1 C1 λ1
Sinα 2 = C2 = λ2 ............................................................. (2.2)

dimana :
aa dan a2 : sudut antara garis kedalaman dengan puncak gelombang.
C1 dan C2 : kecepatan rambat gelombang di tempat yang ditinjau.
λ 1 dan λ 2 : panjang gelombang.

Gelombang yang memasuki perairan yang lebih dangkal ( dari d 1 menjadi d2)
akan berkurang kecepatan dan panjang gelombangnya dari C1dan λ1 menjadi C2 dan
λ2. pada jarak orthogonal sejauh x dan selang waktu T diperoeh sin a 1 = C1T/x dan sin

AULIA ACHMAD/ D32115307


21
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

a2 = C2T/x. Dengan pembagian diperoleh persamaan 2.2, yaitu hukum Snellius. Untuk
lebih jelasnya, dapat dilihat gambar berikut ini

PuncakGelombang

Orthogonal
d1> d2
C1 > C 2
λ1 λ1 > λ2

1
d1
2
d2

λ2

Gambar 2.11.Sketsa Hukum Snellius Pada Gelombang

Dengan mengaplikasikan persamaan 2.2 di atas pada daerah pantai dengan


kemiringan yang landai, dimana a1 dan a2 menjadi sudut antara puncak gelombang
dengan kontur kedalaman pada titik yang berturutan, dan C1 dan C2 adalah kecepatan
gelombang dimana a1 dan a2 diukur. Jika gelombang mendekati pantai dengan kontur
sejajar seperti terlihat pada gambar di atas, maka :

Sinα 0 Sinα 1
= =x
L0 L1 (2.3)
dan jika kita pilih harga B0 dan B1 sedemikian sehingga panjang orthogonalnya
l0 dan l1, maka dapat diperoleh koefisien refraksi (KR)

AULIA ACHMAD/ D32115307


22
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

B0 Cos α 0
K R=
√ √ B1
=
Cos α 1 (2.4)
n0 λ 0
K S=
√ nλ
(2.5)

Hi=K R . K S . H design (2.6)

Gambar 2.12.
Refraksi gelombang pada kontur dasar laut lurus dan sejajar.

2.3.3.3 Difraksi Gelombang

Ketika dalam perjalanan serangkaian gelombang dijumpai penghalang


impermeable seperti breakwaters, pulau atau tanjung, maka puncak gelombang akan
berputar terhadap ujung penghalang dan bergerak ke daerah yang terlindungi oleh
penghalang tersebut. Fenomena gelombang seperti ini disebut Difraksi Gelombang.
Difraksi terjadi ketika terjadi perbedaan energi gelombang yang tajam sepanjang
puncak gelombang. Pada awalnya kondisi daerah yang terlindung penghalang cukup

AULIA ACHMAD/ D32115307


23
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

tenang (tidak ada gelombang) saat gelombang melintasi penghalang. Perairan yang
jauh dari penghalang akan memiliki energi yang lebih banyak (energi gelombang
awal) dibandingkan dengan perairan di belakang penghalang yang semula tenang
(tidak adanya energi karena tidak ada gelombang), sehingga terjadilah proses
pemindahan energi di sepanjang puncak gelombang tersebut ke arah daerah yang
terlindung penghalang. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar2. 13.
Difraksi

Gelombang
Pada proses difraksi ini kedalaman air dianggap sama. Namun pada umumnya
di daerah yang terlindung oleh penghalang, tinggi gelombang semakin berkurang.
Jika penghalang tersebut memantulkan energi gelombang, maka puncak
gelombang pantulan juga akan terdifraksi dan membentuk pola puncak gelombang
yang melingkari ujung penghalang. Daerah yang telindungi oleh penghalang ketika
terjadi difraksi disebut dengan daerah difraksi Sedangkan perbandingan antara tinggi
gelombang di daerah difraksi (HA) dengan tinggi gelombang yang datang (Hi) disebut
Koefisien Difraksi (K’).

AULIA ACHMAD/ D32115307


24
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

HA = K” x Hi (2.7)

Koefisien difraksi ini dipengaruhi oleh harga-harga parameter θ, β dan r/ λ


seperti pada gambar 2.4. Penny dan Price (1952) untuk menghitung harga koefisien
difraksi sebagai fungsi dari parameter-parameter diatas. Nilai K’ dapat dilihat pada
lampiran.
Apabila gelombang bergerak melalui celah penghalang (barrier gap), maka
proses difraksi juga akan terjadi. Johnson (1952) menunjukkan suatu diagram yang
dapat digunakan untuk memperkirakan nilai K’ pada gelombang yang melalui celah.
Jika lebar celah lebih dari lima kali panjang gelombang yang datang, maka
perhitungan koefisien difraksi dapat dilakukan secara terpisah seperti cara terdahulu,
yaitu dengan menganggap kedua penghalang sebagai penghalang individual. Jika
gelombang yang datang mendekati celah ini membentuk sudut terhadap penghalang,
maka perhitungan dilakukan dengan menggunakan lebar celah maya (imaginary gap
width) seperti pada gambar 2.5.

Gambar 2.14.
Gelombang Datang Dengan Sudut Tertentu terhadap celah penghalang

AULIA ACHMAD/ D32115307


25
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

2.4 Muka Air Laut Rencana

Muka air laut rencana (design water level - DWL) adalah muka air laut pada
kondisi tinggi, dimana elevasi ini dipergunakan sebagai referensi untuk menentukan
elevasi mercu bangunan pantai, apakah akan direncanakan sebagai bangunan non-
overtopping, overtopping, atau submerged. Disamping itu muka air laut rencana ini
juga dipergunakan untuk menentukan tinggi gelombang pecah, terutama dilokasi
bangunan. Muka air laut rencana diperhitungkan terhadap pasang surut - high water
level (HWL), wave set up, dan sea level rise (SLR) akibat efek rumah kaca (green
house effect). Muka air laut rencana dapat ditentukan dengan formula :

DWL = HWL + Sw + SLR........................................(2.8)

Dimana :

DWL = Design water level (m)

HWL = High Water level (m)

Sw = Wave Set-up (m)

SLR = Sea Level Rise (m)

Di dalam perencanaan bangunan pantai, kenaikan muka air laut karena


pemanasan global ini harus diperhitungkan. Gambar dibawah memberikan perkiraan
besarnya kenaikan muka air laut dari tahun 1990 sampai 2100, yang disertai perkiraan
batas atas dan bawah. Gambar tersebut berdasarkan anggapan bahwa suhu bumi
meningkat seperti yang terjadi saat ini, tanpa adanya tindakan untuk mengatasinya.

AULIA ACHMAD/ D32115307


26
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 2.15. Perkiraan kenaikan muka air laut karena pemanasan global
(Triatmodjo)

2.5. Run Up dan Run Down


Gelombang pada saat menghantam tembok/tanggul laut akan menimbulkan
luncuran air permukaan dinding tembok/tanggul laut tersebut, dan luncuran air
tersebut dinamakan rayapan gelombang atau wave run up. Puncak tertinggi yang
dicapai oleh rayapan tersebut dinamakan tinggi rayapan gelombang (Ru). Tinggi
rayapan merupakan fungsi kekasaran permukaan dinding tembok/laut, kemiringan

dinding tembok laut (  ), tinggi gelombang (H), periode gelombang (T), dan dapat
diformulasikan sebagai berikut :

Ru
 f .I r
H ......................................... (2.9)

tg ( )
Ir 
( H / L0 ) 0 , 5 .......................................... (2.10)

Dimana :

Ru = tinggi rayapan gelombang (m)

AULIA ACHMAD/ D32115307


27
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

H = tinggi gelombang datang (m)

Lo = panjang gelombang = 1,56 T2 (m)

T = periode gelombang (detik)

Ir = angka Irribaren

f = koefisien rayapan gelombang

 = kemiringan dinding tembok laut

Gambar 2.16. Grafik untuk menentukan Run Up dan Run Down (Triatmodjo)

2.6. Stabilitas Batu dan Pelindung Kaki


Tumpukan batu juga digunakan sebagai fondasi dan pelindung tumit
bangunan pantai. Sebagai fondasi, bangunan pantai dari blok beton, kaison atau buis
beton ditempatkan di atas tumpukan batu. Sedang tumpukan batu sebagai pelindung
tumit ditempatkan di depan bangunan yang berfungsi melindungi tanah fondasi
terhadap gerusan akibat gelombang. Stabilitas bangunan tergantung pada
kemampuan fondasi terhadap erosi yang ditimbulkan oleh serangan gelombang-

AULIA ACHMAD/ D32115307


28
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

gelombang besar. Gelombang rencana untuk menghitung berat batu pondasi dan
pelindung kaki sama dengan yang digunakan untuk perencanaan bangunannya.

(Sumber : Bambang Triatmodjo 2003. Teknik Pantai)

Gambar 2.17. pondasi (a) dari pelindung kaki (b) dari tumpukan batu

Batu yang akan digunakan terlebih dahulu dihitung beratnya, dimana W


adalah berat batu yang diperlukan pada butir batu utama yang dihitung dengan
Persamaan berikut :

rH3
: K D ( S r  1) Cot ( )
3
W ...................... (2.11)

Dimana :

W = Berat butir batu pelindung

H = Tinggi gelombang rencana (m)

KD = Koefisien stabilitas batu lindung

 = Sudut kemiringan sisi pemecah gelombang

r : berat jenis batu

a : berat jenis air laut

AULIA ACHMAD/ D32115307


29
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

(Sumber : Bambang Triatmodjo 2003. Teknik Pantai)

Gambar 2.18. Angka stabilitas Ns untuk pondasi dan pelindung kaki

Gelombang dan arus yang menyerang bangunan pantai dapat menyebabkan


terjadinya erosi pada tanah fondasi di depan kaki bangunan. Untuk itu, perlu
diberikan perlindungan pada bagian tersebut berupa tumpukan batu, seperti pada
gambar 2.14 Berat butir batu pelindung kaki tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan di atas.

AULIA ACHMAD/ D32115307


30
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

(Sumber : Bambang Triatmodjo 2003. Teknik Pantai)

Gambar 2.19. Pelindung kaki bangunan

Lebar puncak bangunan dapat dihitung dengan rumus berikut :

1/ 3
W 
 
B =n.KΔ.  r  ....................... (2.12)

Dimana :

B = Lebar puncak bangunan

n = Jumlah butir batu (nmin = 3)

KΔ = Koefisien lapis

W = Berat butir batu pelindung

r : berat jenis batu

Berat batu untuk pelindung kaki yang digunakan setidaknya setengah dari berat batu
utama.(Yuwono, 2004). Sedangkan penentuan dimensi dari pelindung kaki bisa dicari
dengan menggunakan persamaan yang diberikan oleh EM 1110-20-1614. Yaitu :

Tinggi Toe = 2xD

Dimana :

AULIA ACHMAD/ D32115307


31
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

D = Ukuran Batu (m)

Lebar Toe bisa dihitung dengan menggunakan metode Hydraulic , yaitu dengan
membandingkan dua nilai hydraulic dan digunakan nilai hydraulic yang paling besar.

1/3
W
B=nk Δ
[]
γr
.................................. (2.13)

Hydraulic

B = 0,4 x D .................................. (2.14)

Dimana : B = Lebar Toe

BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1. Pengolahan Data Pasang Surut


3.1.1. Tabel Data Pasang Surut

AULIA ACHMAD/ D32115307


32
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Berdasarkan aplikasi WXTIDE, ditinjau dari stasiun terdekat dari lokasi


bangunan didaerah Jailolo, Halmahera Barat, maka data pasang surut terlihat pada
tabel 3.1.

Tabel 3.1 Data Pasang Surut Jailolo, Halmahera Barat.

Bacaan Skala pada jam Jumlah Bacaan


No. Tanggal 2
00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Bacaan rata /hari
1 6 Mei 2016 29 38 56 81 106 124 133 129 113 89 64 43 32 32 44 65 87 106 116 115 101 80 56 35 1874 78.08333333
2 7 Mei 2016 25 27 42 67 95 121 138 141 130 108 80 53 33 25 31 48 71 95 112 118 111 93 68 44 1876 78.16666667
3 8 Mei 2016 27 22 30 52 80 110 134 145 142 125 99 69 43 27 24 35 55 80 101 114 114 102 81 57 1868 77.83333333
4 9 Mei 2016 53 23 25 40 65 95 122 141 146 137 116 87 59 37 26 29 43 64 87 104 111 106 91 70 1877 78.20833333
5 10 Mei 2016 48 32 26 33 52 79 107 129 141 140 127 103 77 52 36 31 37 53 73 91 102 104 96 80 1849 77.04166667
6 11 Mei 2016 60 43 34 34 46 66 91 113 130 136 130 114 92 69 50 40 39 48 62 78 91 97 95 85 1843 76.79166667
7 12 Mei 2016 71 56 45 41 46 59 78 98 114 124 125 117 102 83 66 53 47 49 57 68 79 87 89 85 1839 76.625
8 13 Mei 2016 77 66 57 51 52 59 70 85 99 110 115 113 105 92 79 67 59 56 57 63 70 76 81 81 1840 76.66666667
9 14 Mei 2016 78 73 67 63 61 63 69 77 87 95 101 103 101 96 88 79 71 65 62 62 64 68 72 74 1839 76.625
10 15 Mei 2016 76 76 75 74 72 72 73 75 79 83 87 91 93 93 91 87 82 76 70 66 63 62 64 67 1847 76.95833333
11 16 Mei 2016 71 76 79 82 83 82 80 77 75 74 75 78 82 86 90 91 90 86 79 72 65 59 57 59 1848 77
12 17 Mei 2016 65 72 81 88 92 93 90 84 76 70 66 66 70 76 84 91 94 93 88 79 69 59 53 53 1852 77.16666667
13 18 Mei 2016 57 67 79 91 99 103 101 93 82 70 61 57 58 65 75 86 95 98 95 87 75 62 52 47 1855 77.29166667
14 19 Mei 2016 50 60 74 90 104 112 112 104 91 75 60 51 48 54 65 79 92 100 101 94 81 66 52 44 1859 77.45833333
15 20 Mei 2016 43 52 67 86 104 117 121 116 102 84 64 49 42 44 54 69 86 98 103 100 88 72 55 43 1859 77.45833333

3.1.2. Hasil Analisis Harmonik Pasang Surut


Pada pengolahan data pasang surut juga termuat data hasil analisis
harmonik pasang surut. Berikut tabel data hasil analisis harmonik pasang
surut.

Table 3.2. Data Hasil Analisis Harmonik Pasang Surut.

S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1
A (cm) 77 31 21 5 10 6 0 0 6 3
o
g 0 153 235 1 295 222 139 155 235 295

3.1.3. Tipe Pasang Surut

Tipe pasang surut berdasarkan nilai Formzhal, maka kriteria pasang surut
adalah pasang surut tipe ganda lebih menonjol (Condong Ganda).

A(K1) + A(O1)
F =
A(M2) + A(S2)
10 + 6 AULIA ACHMAD/ D32115307
= = 0.3 33
31 + 21
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

3.1.4. Tunggang Air Pasang Surut


Berdasarkan tipe pasang surut tipe ganda lebih menonjol (Condong
ganda). Berikut merupakan data tunggang air pasang surut :
Pasut tipe campuran condong harian ganda (Mixed Tide Prevailing Semidiurnal)
HAT = LAT + 2 AK1 + AO1 + AS2 + AM2
= 10 + 2 10 + 6 + 21 + 31
= 144 cm
MHHWS = LAT + 2 AS2 + AM2 + AK1 + AO1
= 10 + 2 20.954 + 30.6 + 9.542958597 + 5.98
= 129 cm

MHHWN = LAT + 2 AM2 + AK1 + AO1


= 10 + 2 30.612 + 9.54 + 5.975547831
= 87 cm
MSL = 77 cm
MLLWN = LAT + 2 AS2 + AK1 + AO1
= 10 + 2 20.954 + 9.54 + 5.975547831
= 68 cm
MLLWS = LAT + AK1 + AO1
= 10 + 9.54 + 5.98
= 26 cm
LAT = MSL - AK1 - AO1 - AS2 - AM2
= 77 - 10 - 6 - 21 - 31
= 10 cm

AULIA ACHMAD/ D32115307


34
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Jika diambil LAT sebagai posisi tinjauan (LAT=0), maka:

HAT
134.2 cm 1.341686953 `

MHHWS
118.7 cm

MHHWN
76.7 cm

MSL Tunggang Pasang Tunggang Pasang


Saat Neap Tide Saat Spring Tide
= 19.31574694 cm = 103 cm
MLLWN 57.4 cm

MLLWS 15.5 cm

LAT . cm

3.2. Pengolahan Data Angin dan Gelombang

3.2.1. Mawar Angin

Mawar angin (Windrose) dibuat dengan memasukkan data kecepatan


angin dengan sudut arah datang angin. Kemudian kedua data tersebut
dimasukkan dalam program “Wind Rose” untuk membentuk mawar angin.
Dari hasil perhitungan presentase angin dan mawar angin (wind rose)
selama 10 tahun , didapatkan arah angin dominan dari arah angin
225°,292,5° dan 315°.

AULIA ACHMAD/ D32115307


35
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 3.1 Mawar Angin

Dari analisa data angin selama 10 tahun (2007-2016), berdasarkan arah


dominan, maka didapatkan data angin maksimum sebagai berikut:

Table 3.4 Mawar Angin

AULIA ACHMAD/ D32115307


36
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

315
Tahun Vmax Dirct. (deg)
2007 6.629534 109.7387023
2008 7.282915 107.5741338
2009 7.819678 88.81292042
2010 7.844097 102.5391071
2011 8.361551 95.50399867
2012 6.849545 100.4470008
2013 6.839228 81.27039795
2014 8.61354 107.6734622
2015 8.03683 105.9610641
2016 4.608009 70.96344991
8.61354

225 292.5
Tahun Vmax Dirct. (deg) Tahun Vmax Dirct. (deg)
2007 9.377934 241.2895818 2007 9.377934 241.2895818
2008 8.832916 229.2052225 2008 8.832916 229.2052225
2009 8.101643 229.7561665 2009 8.101643 229.7561665
2010 8.154486 236.6158864 2010 8.154486 236.6158864
2011 8.82005 232.6987583 2011 8.82005 232.6987583
2012 9.71626 242.8283879 2012 9.71626 242.8283879
2013 8.412239 241.4455288 2013 9.127738 248.4212263
2014 8.660048 243.0414238 2014 8.746041 256.8011175
2015 8.393642 239.8487124 2015 8.393642 239.8487124
2016 8.037586 245.743652 2016 8.037586 245.743652
9.71626 9.71626

AULIA ACHMAD/ D32115307


37
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

3.2.2. Mawar Gelombang


Mawar gelombang (Waverose) dibuat dengan memasukkan data tinggi
gelombang dengan sudut arah datang gelombang. Kemudian kedua data
tersebut dimasukkan dalam program “Wave Rose” untuk membentuk
mawar gelombang. Berdasarkan data gelombang yang diukur setiap 6 jam
dalam kurun waktu 10 tahun (2007-2016), didapatkan grafik Mawar
gelombang (Wave Rose) sebagai berikut:

Gambar 3.2 Mawar Angin

Berdasarkan Mawar Gelombang di atas, maka didapatkan arah gelombang


dominan terjadi pada arah 225°,292,5° dan 315°.Dari analisa data angin selama 10
tahun (2007-2016), berdasarkan arah dominan, maka didapatkan data angin
maksimum sebagai berikut:

Tabel 3.4 Mawar Gelombang

AULIA ACHMAD/ D32115307


38
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

3.2.3. Kala Ulang Gelombang


Berdasarkan data gelombang yang telah diperoleh maka data kala
ulang gelombang yakni sebagai berikut :

AULIA ACHMAD/ D32115307


39
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Tabel 3.5 Kala Ulang Gelombang

H 0.737 sn 0.94 Yn 0.495

225°
TAHUN
NO HS Tm Ts q (deg) (Hs-H)^2 sH Hs/Ts^2 C
1 2007 0.603 3.593 3.80858 237.773 0.02 0.04
2 2008 0.934 4.666 4.94596 242.431 0.04 0.04
3 2009 0.608 3.996 4.23576 221.172 0.02 0.03
4 2010 0.674 3.775 4.0015 241.684 0.00 0.04
5 2011 0.685 3.78 4.0068 241.069 0.00 0.04
0.19 0.04
6 2012 0.692 4.05 4.293 237.548 0.00 0.04
7 2013 0.953 4.789 5.07634 247.183 0.05 0.04
8 2014 1.111 4.6 4.876 242.53 0.14 0.05
9 2015 0.608 3.544 3.75664 246.87 0.02 0.04
10 2016 0.502 3.703 3.92518 2430.4 0.06 0.03
S 7.37 0.34 0.40

AULIA ACHMAD/ D32115307


40
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Masa Ulang Y HT TT
2 0.37 0.71 4.24
5 1.50 0.94 4.89
10 2.25 1.10 5.28
25 3.20 1.30 5.73
50 3.90 1.44 6.04
100 4.60 1.59 6.33

H 0.643 sn 0.94 Yn 0.495

315°
TAHUN
NO HS Tm Ts q (deg) (Hs-H)^2 sH Hs/Ts^2 C
1 2007 0.55 3.964 4.20184 316.065 0.01 0.03
2 2008 0.697 4.723 5.00638 299.074 0.00 0.03
3 2009 0.715 4.519 4.79014 293.669 0.01 0.03
4 2010 0.65 4.044 4.28664 314.489 0.00 0.04
5 2011 0.7 4.44 4.7064 310.176 0.00 0.03
0.10 0.03
6 2012 0.778 4.214 4.46684 306.375 0.02 0.04
7 2013 0.613 5.9 6.254 328.612 0.00 0.02
8 2014 0.572 3.671 3.89126 295.009 0.01 0.04
9 2015 0.707 4.463 4.73078 310.632 0.00 0.03
10 2016 0.448 4.724 5.00744 3101.608 0.04 0.02
S 6.43 0.09 0.30

H 0.8593 sn 0.94 Yn 0.495

292.5°
TAHUN
NO HS Tm Ts q (deg) (Hs-H)^2 sH Hs/Ts^2 C
1 2007 0.708 3.87 4.1022 291.999 0.02 0.04
2 2008 0.845 4.441 4.70746 261.279 0.00 0.04
3 2009 0.867 4.339 4.59934 274.519 0.00 0.04
4 2010 1.103 4.45 4.717 265.092 0.06 0.05
5 2011 1.017 4.201 4.45306 260.983 0.02 0.05
0.18 0.04
6 2012 0.766 4.152 4.40112 256.028 0.01 0.04
7 2013 0.889 4.376 4.63856 249.611 0.00 0.04
8 2014 0.992 4.469 4.73714 251.572 0.02 0.04
9 2015 0.925 4.298 4.55588 255.116 0.00 0.04
10 2016 0.481 3.256 3.45136 2546.62 0.14 0.04
S 8.593 0.28 0.43

AULIA ACHMAD/ D32115307


41
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Tabel 3.5 Kala Ulang Gelombang 225°,292,5° dan 315°.

3.3. Perhitungan Fetch


Fetch adalah daerah pembangkitan gelombang atau dalam pengertian

yang lain bsa diartikan sebagai tempat awal dimana gelombang mulai
terbentuk dan menjalar ke suatu daerah tertentu. Berdasarkan lokasi yang
telah dipilih maka diperoleh data perhitungan Fetch sebagai berikut.

Gambar 3.3 Fetch Arah Datang Gelombang

AULIA ACHMAD/ D32115307


42
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

a L xi cos a xi cos(a )
42 5.2671 363.7123 0.743145 270.2909305
36 5.254 362.8077 0.809017 293.5176113
Tabel30
3.6 Perhitungan
5.576 Panjang0.866025
385.043 Fetch Per 6 Derajat.
333.4570073
24 6.4613 446.1762 0.913545 407.6022004
18 11.2007 773.4489 0.951057 735.5936003
12 12.4048 856.5963 0.978148 837.8776617
6 13.5984 939.0187 0.994522 933.8747051
0 6.9498 479.9088 1 479.9088492
6 17.5398 1211.187 0.994522 1204.551679
12 14.0872 972.7722 0.978148 951.514752
18 0.0757 5.227359 0.951057 4.971513882
24 0.0834 5.759072 0.913545 5.261173992
30 0.136 9.391292 0.866025 8.13309774
36 0.1479 10.21303 0.809017 8.262515172
42 0.2084 14.39077 0.743145 10.69442956
13.51092 6485.511727

maka dari table 3.6 didapatkan nilai fetch efektif dimana :

Ʃ xi cos α
F eff =
Ʃ cos α

F eff =480.0201km

AULIA ACHMAD/ D32115307


43
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB IV
PERHITUNGAN DAN DESAIN BANGUNAN
SEAWALL,BREAKWATER,DAN GROIN
4.1. Gelombang Pecah
Untuk mengetahui tinggi dan kedalaman gelombang pecah, dapat dilihat pada
grafik gelombang pecah dari daerah yang akan direncanakan untuk pembangunan
bangunan pelindung pantai. Untuk mengetahui tinggi dan kedalaman gelombang
pecah, terlebih dahulu harus mencari panjang gelombang laut dalam (L0), dan
panjang gelombang (L) pada setiap kedalaman dengan mengunakan metode iterasi,
setelah itu cari nilai K (bilangan gelombang), kemudian cari nilai koefisien sholling
(Ks).
Berikut ini langkah-langkah perhitungan tinggi dan kedalaman gelombang
pecah:
Lo : 1,56 T2
gT 2 2 πh
L : 2π ( )
tanh
L

L0
Co :
T
L
C :
T
Hb : 0,78 ds
Hi : HoKR KS

Perhitungan koefisien refraksi (Kr)

AULIA ACHMAD/ D32115307


44
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

b0 cos α 0
Kr =
√ √ b1
=
cos α 1

Perhitungan koefisien shoaling (Ks)


n0 L 0
Ks =
√ nL
Keterangan:
Lo : panjang gelombang di laut dalam
L : panjang gelombang
Co : kecepatan gelombang pada kedalaman di kontur pertama
C : kecepatan rambat gelombang
Hb : tinggi gelombang setelah gelombang pecah
Hi : tinggi gelombang sebelum gelombang pecah
α0 : sudut antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar dimana
gelombang melintas
α1 : sudut yang sama yang diukur saat garis puncak gelombang melintasi kontur
dasar berikutnya

Berikut hasil perhitungan gelombang pecah pada tiga arah dominan


 Kondisi LAT
Tabel 4.1 Perhitungan Gelombang Pecah Pada Keadaaan LAT 225

AULIA ACHMAD/ D32115307


45
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Elevasi d T L L0 K n0 n KS H0 a0 C0 Ci Sinai ai Kr H2 H1
-10 10 5.893891 47.12615 54.19121 0.133327 0.5 0.686203 0.91536 1.5009 76.37 9.19447 7.995763 0.845137 57.68658 0.663958 0.912187 7.8
-9 9 5.893891 45.73787 54.19121 0.137374 0.5 0.71008 0.913393 1.5009 57.68658 9.19447 7.760216 0.713303 45.5043 0.873333 1.197262 7.02
-8 8 5.893891 44.10633 54.19121 0.142455 0.5 0.735772 0.91375 1.5009 45.5043 9.19447 7.483398 0.580559 35.48985 0.927778 1.272398 6.24
-7 7 5.893891 42.18828 54.19121 0.148932 0.5 0.763241 0.917324 1.5009 35.48985 9.19447 7.157968 0.45197 26.87012 0.955388 1.315389 5.46
-6 6 5.893891 39.9274 54.19121 0.157365 0.5 0.792439 0.925403 1.5009 26.87012 9.19447 6.774369 0.333005 19.4513 0.97264 1.350936 4.68
-5 5 5.893891 37.24617 54.19121 0.168693 0.5 0.823303 0.940002 1.5009 19.4513 9.19447 6.319453 0.228878 13.23103 0.984194 1.388548 3.9
-4 4 5.893891 34.03007 54.19121 0.184636 0.5 0.855764 0.964586 1.5009 13.23103 9.19447 5.773787 0.143727 8.263567 0.9918 1.435876 3.12
-3 3 5.893891 30.09219 54.19121 0.208798 0.5 0.889745 1.005981 1.5009 8.263567 9.19447 5.105658 0.079811 4.577707 0.996386 1.504419 2.34
-2 2 5.893891 25.07751 54.19121 0.250551 0.5 0.925166 1.080681 1.5009 4.577707 9.19447 4.254832 0.036933 2.116607 0.998744 1.619957 1.56
-1 1 5.893891 18.10316 54.19121 0.347077 0.5 0.961994 1.247344 1.5009 2.116607 9.19447 3.071512 0.012338 0.706933 0.999697 1.87157 0.78
0 0 5.893891 0 54.19121 0 0.5 0 0 1.5009 0.706933 9.19447 0 0 0 0.999962 0 0

Tabel 4.2 Perhitungan Gelombang Pecah Pada Keadaaan LAT 292.5

Tabel 4.3 Perhitungan Gelombang Pecah Pada Keadaaan LAT 315

Elevasi d T L L0 K n0 n KS H0 a0 C0 Ci Sinai ai Kr H2 H1
-10 10 6.039502 48.86464 56.90191 0.128583 0.5 0.69765 0.91355 1.44 53.87 9.421623 8.09084 0.693598 43.91561 0.904712 1.191787 7.8
-9 9 6.039502 47.36827 56.90191 0.132645 0.5 0.721164 0.912615 1.441969 43.91561 9.421623 7.843076 0.577389 35.26712 0.939303 1.236087 7.02
-8 8 6.039502 45.62372 56.90191 0.137718 0.5 0.746307 0.914101 1.441969 35.26712 9.421623 7.554219 0.462948 27.57752 0.959751 1.265053 6.24
-7 7 6.039502 43.58763 56.90191 0.144151 0.5 0.773043 0.918893 1.441969 27.57752 9.421623 7.21709 0.354625 20.77044 0.973651 1.290103 5.46
-6 6 6.039502 41.20322 56.90191 0.152493 0.5 0.801324 0.928279 1.441969 20.77044 9.421623 6.822289 0.256787 14.87951 0.98359 1.316585 4.68
-5 5 6.039502 38.39204 56.90191 0.163659 0.5 0.831095 0.944284 1.441969 14.87951 9.421623 6.356822 0.173256 9.977169 0.99061 1.348843 3.9
-4 4 6.039502 35.03764 56.90191 0.179327 0.5 0.862293 0.970406 1.441969 9.977169 9.421623 5.801412 0.106683 6.124146 0.995254 1.392654 3.12
-3 3 6.039502 30.94948 56.90191 0.203014 0.5 0.894852 1.013552 1.441969 6.124146 9.421623 5.124508 0.058026 3.326509 0.997984 1.458564 2.34
-2 2 6.039502 25.76489 56.90191 0.243866 0.5 0.928704 1.090425 1.441969 3.326509 9.421623 4.266061 0.026274 1.505553 0.99933 1.571305 1.56
-1 1 6.039502 18.56786 56.90191 0.33839 0.5 0.963776 1.260896 1.441969 1.505553 9.421623 3.074402 0.008574 0.491232 0.999846 1.817893 0.78
0 0 6.039502 0 56.90191 0 0.5 0 0 1.441969 0.491232 9.421623 0 0 0 0.999982 0 0

AULIA ACHMAD/ D32115307


46
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 4.1 Grafik Hubungan H1 dan H2 keadaan LAT 225

Dari grafik di atas, dapat dilihat nilai Hb dan db dari perpotongan antara garis
H1 dan garis H2, maka nilai Hb = 1.56 m; db = 2.0 m.

Elevasi d T L L0 K n0 n KS H0 a0 C0 Ci Sina i ai Kr H2 H1
-10 10 5.78 45.80989 52.06914 0.137158 0.5 0.677303 0.916018 0.997978 36.13 9.01265 7.929235 0.518741 31.24784 0.971973 0.888545 7.8
-9 9 5.78 44.50322 52.06914 0.141185 0.5 0.701409 0.913259 0.997978 31.24784 9.01265 7.703065 0.443365 26.31879 0.976628 0.89011 7.02
-8 8 5.78 42.9573 52.06914 0.146266 0.5 0.727484 0.912736 0.997978 26.31879 9.01265 7.435481 0.365779 21.4555 0.981367 0.893917 6.24
-7 7 5.78 41.12886 52.06914 0.152768 0.5 0.755494 0.915348 0.997978 21.4555 9.01265 7.118997 0.288925 16.79358 0.985983 0.900693 5.46
-6 6 5.78 38.96184 52.06914 0.161265 0.5 0.785387 0.922388 0.997978 16.79358 9.01265 6.743908 0.216194 12.48559 0.990223 0.911522 4.68
-5 5 5.78 36.37942 52.06914 0.172713 0.5 0.817097 0.935859 0.997978 12.48559 9.01265 6.296915 0.151049 8.687746 0.993822 0.928197 3.9
-4 4 5.78 33.2684 52.06914 0.188863 0.5 0.850548 0.959201 0.997978 8.687746 9.01265 5.758429 0.09651 5.538213 0.996575 0.953983 3.12
-3 3 5.78 29.44458 52.06914 0.21339 0.5 0.885654 0.999173 0.997978 5.538213 9.01265 5.096565 0.054575 3.128485 0.998408 0.995564 2.34
-2 2 5.78 24.55867 52.06914 0.255844 0.5 0.922325 1.072089 0.997978 3.128485 9.01265 4.250861 0.025741 1.474995 0.99942 1.0693 1.56
-1 1 5.78 17.73088 52.06914 0.354364 0.5 0.960471 1.236425 0.997978 1.474995 9.01265 3.069039 0.008765 0.502225 0.999854 1.233744 0.78
0 0 5.78 0 52.06914 0 0.5 0 0 0.997978 0.502225 9.01265 0 0 0 0.999981 0 0

Gambar 4.2 Grafik Hubungan H1 dan H2 keadaan LAT 292.5

AULIA ACHMAD/ D32115307


47
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Dari grafik di atas, dapat dilihat nilai Hb dan db dari perpotongan antara garis
H1 dan garis H2, maka nilai Hb = 1.61 m; db = 2.04 m.

LAT ARAH 315


12

10

6
H

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
d H2 H1

Gambar 4.3 Grafik Hubungan H1 dan H2 keadaan LAT 315

Dari grafik di atas, dapat dilihat nilai Hb dan db dari perpotongan antara garis
H1 dan garis H2, maka nilai Hb = 1.1 m; db = 1.2 m.

 Kondisi DWL

AULIA ACHMAD/ D32115307


48
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Tabel 4.4 Perhitungan kondisi DWL pada arah 225°

Elevasi d T L L0 K n0 n KS H0 a0 C0 Ci Sina i ai Kr H2 H1

-10 12.74 5.893891 49.9955556 54.19121 0.125675 0.5 0.630495 0.927135 1.5009 76.37 9.19447 8.482606 0.896595 63.71405 0.729467 1.01508 9.935922
-9 11.74 5.893891 49.1100471 54.19121 0.127941 0.5 0.649367 0.921763 1.5009 63.71405 9.19447 8.332364 0.812527 54.34358 0.871612 1.205852 9.155922
-8 10.74 5.893891 48.0630222 54.19121 0.130728 0.5 0.670056 0.917251 1.5009 54.34358 9.19447 8.154718 0.720643 46.10759 0.916945 1.26236 8.375922
-7 9.74 5.893891 46.829001 54.19121 0.134173 0.5 0.692575 0.914026 1.5009 46.10759 9.19447 7.945346 0.622739 38.51645 0.941326 1.291368 7.595922
-6 8.74 5.893891 45.3778599 54.19121 0.138464 0.5 0.71692 0.912625 1.5009 38.51645 9.19447 7.699134 0.521461 31.43027 0.957586 1.311662 6.815922
-5 7.74 5.893891 43.6729847 54.19121 0.143869 0.5 0.743065 0.913755 1.5009 31.43027 9.19447 7.409873 0.420248 24.85024 0.969712 1.329916 6.035922
-4 6.74 5.893891 41.6682326 54.19121 0.150791 0.5 0.770972 0.918391 1.5009 24.85024 9.19447 7.069732 0.323133 18.85252 0.979208 1.349753 5.255922
-3 5.74 5.893891 39.3027158 54.19121 0.159866 0.5 0.800587 0.92797 1.5009 18.85252 9.19447 6.668382 0.234356 13.55365 0.986643 1.374186 4.475922
-2 4.74 5.893891 36.4912319 54.19121 0.172183 0.5 0.831846 0.944787 1.5009 13.55365 9.19447 6.191365 0.15781 9.079819 0.992213 1.406988 3.695922
-1 3.74 5.893891 33.1049627 54.19121 0.189796 0.5 0.864677 0.972917 1.5009 9.079819 9.19447 5.616826 0.096405 5.532191 0.996037 1.454465 2.915922
0 2.74 5.893891 28.9266425 54.19121 0.217211 0.5 0.899003 1.020751 1.5009 5.532191 9.19447 4.907902 0.05146 2.949737 0.99833 1.529486 2.135922
1 1.74 5.893891 23.5200172 54.19121 0.267142 0.5 0.934744 1.110156 1.5009 2.949737 9.19447 3.990575 0.022335 1.279783 0.999462 1.665337 1.355922
2.738 0.00 5.893891 0 54.19121 0 0.5 0 0 1.5009 1.279783 9.19447 0 0 0 0.999875 0 0

Tabel 4.5 Perhitungan kondisi DWL pada arah 292.5°

Elevasi d T L L0 K n0 n KS H0 a0 C0 Ci Sina i ai Kr H2 H1

-10 12.74 6.039502 51.9545 56.90191 0.120936 0.5 0.641662 0.923812 1.441969 53.87 9.421623 8.602448 0.737456 47.51519 0.934344 1.244648 9.938923
-9 11.74 6.039502 50.97839 56.90191 0.123252 0.5 0.660635 0.919125 1.441969 47.51519 9.421623 8.440827 0.660687 41.35228 0.948542 1.257151 9.158923
-8 10.74 6.039502 49.83548 56.90191 0.126079 0.5 0.681264 0.915422 1.441969 41.35228 9.421623 8.251588 0.578639 35.35485 0.959374 1.266383 8.378923
-7 9.74 6.039502 48.50059 56.90191 0.129549 0.5 0.703554 0.913116 1.441969 35.35485 9.421623 8.030562 0.493205 29.55147 0.96827 1.274907 7.598923
-6 8.74 6.039502 46.94384 56.90191 0.133845 0.5 0.727491 0.912736 1.441969 29.55147 9.421623 7.772801 0.406892 24.00976 0.975864 1.284371 6.818923
-5 7.74 6.039502 45.12872 56.90191 0.139228 0.5 0.753049 0.914977 1.441969 24.00976 9.421623 7.472259 0.322705 18.82659 0.9824 1.296148 6.038923
-4 6.74 6.039502 43.00895 56.90191 0.14609 0.5 0.780188 0.920809 1.441969 18.82659 9.421623 7.121275 0.243915 14.1177 0.987916 1.311732 5.258923
-3 5.74 6.039502 40.52318 56.90191 0.155052 0.5 0.808858 0.931666 1.441969 14.1177 9.421623 6.70969 0.173706 10.00336 0.992355 1.333163 4.478923
-2 4.74 6.039502 37.58519 56.90191 0.167172 0.5 0.839003 0.949857 1.441969 10.00336 9.421623 6.223227 0.114737 6.58847 0.995663 1.363724 3.698923
-1 3.74 6.039502 34.06422 56.90191 0.184451 0.5 0.870559 0.97949 1.441969 6.58847 9.421623 5.640236 0.068687 3.93859 0.997872 1.409388 2.918923
0 2.74 6.039502 29.73925 56.90191 0.211276 0.5 0.903458 1.029033 1.441969 3.93859 9.421623 4.924122 0.035899 2.057288 0.99914 1.482559 2.138923
1 1.74 6.039502 24.16609 56.90191 0.26 0.5 0.937631 1.120545 1.441969 2.057288 9.421623 4.001338 0.015246 0.873571 0.999736 1.615364 1.358923
2.74 0.00 6.039502 0 56.90191 0 0.5 0 0 1.441969 0.873571 9.421623 0 0 0 0.999942 0 0

AULIA ACHMAD/ D32115307


49
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Tabel 4.6 Perhitungan kondisi DWL pada arah 315°

DWL ARAH 225


12

10

6
H

0
-11 -10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
d
H1 H2

Elevasi d T L L0 K n0 n KS H0 a0 C0 Ci Sina i ai Kr H2 H1

-10 12.76 5.777339 48.43864 52.06914 0.129714 0.5 0.621087 0.930257 0.997978 36.31 9.01265 8.384247 0.550866 33.42646 0.982614 0.912235 9.949848
-9 11.76 5.777339 47.62781 52.06914 0.131923 0.5 0.639763 0.924348 0.997978 33.42646 9.01265 8.2439 0.503879 30.25697 0.982964 0.906763 9.169848
-8 10.76 5.777339 46.66062 52.06914 0.134657 0.5 0.660391 0.919178 0.997978 30.25697 9.01265 8.076489 0.45154 26.84255 0.983913 0.902562 8.389848
-7 9.76 5.777339 45.5114 52.06914 0.138057 0.5 0.682997 0.915178 0.997978 26.84255 9.01265 7.877571 0.394672 23.24552 0.985434 0.900025 7.609848
-6 8.76 5.777339 44.14989 52.06914 0.142315 0.5 0.707585 0.912896 0.997978 23.24552 9.01265 7.641907 0.334646 19.55101 0.987441 0.899607 6.829848
-5 7.76 5.777339 42.53948 52.06914 0.147702 0.5 0.734135 0.913043 0.997978 19.55101 9.01265 7.363161 0.273399 15.86664 0.989782 0.901886 6.049848
-4 6.76 5.777339 40.63429 52.06914 0.154628 0.5 0.76261 0.916595 0.997978 15.86664 9.01265 7.033392 0.213358 12.31923 0.992256 0.907658 5.269848
-3 5.76 5.777339 38.37413 52.06914 0.163735 0.5 0.792953 0.92498 0.997978 12.31923 9.01265 6.64218 0.157242 9.046832 0.994626 0.918148 4.489848
-2 4.76 5.777339 35.67518 52.06914 0.176122 0.5 0.825095 0.94046 0.997978 9.046832 9.01265 6.175018 0.107734 6.184718 0.996665 0.935428 3.709848
-1 3.76 5.777339 32.41134 52.06914 0.193858 0.5 0.858957 0.967032 0.997978 6.184718 9.01265 5.61008 0.067061 3.845199 0.99821 0.963349 2.929848
0 2.76 5.777339 28.37094 52.06914 0.221466 0.5 0.894453 1.012884 0.997978 3.845199 9.01265 4.910727 0.03654 2.094029 0.999207 1.010034 2.149848
1 1.76 5.777339 23.13138 52.06914 0.27163 0.5 0.931492 1.09922 0.997978 2.094029 9.01265 4.003812 0.016232 0.930093 0.999732 1.096703 1.369848
2 0.76 5.777339 15.49621 52.06914 0.405466 0.5 0.969984 1.316074 0.997978 0.930093 9.01265 2.682239 0.004831 0.276792 0.99994 1.313333 0.589848
2.76 0.00 5.777339 0 52.06914 0 0.5 0 0 0.997978 0 9.01265 0 0 0 1 0 0

Gambar 4.4 Grafik gelombang pecah kondisi DWL dengan arah 225°

AULIA ACHMAD/ D32115307


50
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

DWL ARAH 292.5 12

10

6 H1
H

H2

0
-11 -10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
d

Gambar 4.5 Grafik gelombang pecah kondisi DWL dengan arah 292.5°

DWL ARAH 315


12

10

H1
6
H

H2

0
-11 -10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
d

Gambar 4.5 Grafik gelombang pecah kondisi DWL dengan arah 315°

AULIA ACHMAD/ D32115307


51
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Sehingga didapatkan grafik gabungan antara gelombang pecah pada kondisi


LAT dan DWL, sebagai berikut:

Gambar 4.6 Grafik gabungan antara DWL dan LAT pada arah 225°

Gambar 4.7 Grafik gabungan antara DWL dan LAT pada arah 292.5°

Gambar 4.8 Grafik gabungan antara DWL dan LAT pada arah 315°

4.2. Perhitungan Muka Air Maksimum

AULIA ACHMAD/ D32115307


52
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

4.2.1. Wave Set Up (Sw)

 Pada arah 225°


Hb = 1.56m
T50 = 6.04s

Hb
[
Sw =0.19 1−2.82
√ ]
gT
2
Hb

1.56
[
Sw =0.19 1−2.82
√ (9.81)( 9.713)2
1.56
]
Sw =0.1607 m

 Pada Arah 292.5°

Hb = 1,61

T 50 = 5.89s

[
Sw =0.19 1−2.82
√ ] Hb
g T2
Hb

Sw =0.19 ¿

Sw =0.16 m

 Pada Arah 315°

Hb = 1,2

T 50 = 5.78

Hb
[
Sw =0.19 1−2.82
√ ] gT
2
Hb

AULIA ACHMAD/ D32115307


53
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

[
Sw =0.19 1−2.82
√ 1.2
]
( 9.81 x 5.78)
1,2

Sw =0.17477 m

4.2.2. Wind Set Up (Δh)

 Pada arah 225°

F eff = 480020 m
v = 9.7163 m
d = 1000 m

v2
∆ h=F c
2 gd

(9.7163)2
∆ h=(480020)(3.5 x 10−6 )
2(9.81)(1000)

∆ h=0.008084 m

 Pada Arah 292.5°

F eff = 480020 m
v = 9.7163 m
d = 1000 m

v2
∆ h=F c
2 gd

(9.7163)2
∆ h=(480020)(3.5 x 10−6 )
2(9.81)(1000)

AULIA ACHMAD/ D32115307


54
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

∆ h=0.01 m
 Pada Arah 315°

F eff = 480020 m
v = 9.7163 m
d = 1000 m

v2
∆ h=F c
2 gd

−6 (9.7163)2
∆ h=(480020)(3.5 x 10 )
2(9.81)(1000)

∆ h=0.008084 m

4.2.3. Sea Level Rise (SLR)

AULIA ACHMAD/ D32115307


55
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 4.9 Grafik SLR

Dari grafik SLR, untuk peramalan 50 tahun ke depan, didapatkan nilai


SLR = 0.250 cm.

4.2.4. Perhitungan DWL


 Pata Arah 225°
DWL= HAT + SW + Δh+ SLR
DWL = 2.32+0.16077+0.008084+0.25
DWL = 2.74

Tabel 4.2.1 Hasil Perhitungan DWL


HAT 2.32 Hb 1.56
Sw 0.16 T 50 6.04
SLR 0.25 Feff 480020.09
h 0.01 V 9.72
d 1000 c 3.5 x 10-6

AULIA ACHMAD/ D32115307


56
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

 Pada Arah 292.5°


DWL= HAT + SW + Δh+ SLR
DWL = 2.32+0.16+0.01+0.25
DWL = 2.74

Tabel 4.2.2 Hasil Perhitungan DWL


HAT 2.32 Hb 1.61
Sw 0.16 T50 5.89
SLR 0.25 Feff 480020.09
Dh 0.01 V 9.716259826
d 1000 c 3.5 x 10-6

 Pada Arah 315°


DWL= HAT + SW + Δh+ SLR
DWL = 2.32+0.17+0.01+0.25
DWL = 2.75

Tabel 4.2.3Hasil Perhitungan DWL


HAT 2.32 Hb 1.61
Sw 0.16 T50 5.89
SLR 0.25 Feff 480020.09
Dh 0.01 V 9.716259826
d 1000 c 3.5 x 10-6
Keterangan:

AULIA ACHMAD/ D32115307


57
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

4.3 Perhitungan Elevasi Pada Puncak Bangunan

Untuk mengetahui tinggi gelombang maksimum yang harus digunakan dalam


penghitungan run-up sehingga didapat elevasi puncak, Sehingga perhitungan
bilangan Irribarennya dapat diketahui.

Berdasarkan perhitungan tinggi muka gelombang rencana, maka dari tiga arah
dominan mata angin, arah 292.5° adalah arah dengan muka gelombang rencana
(DWL) tertinggi, sehingga dijadikan arah untuk elevasi puncak bangunan pelindung
pantai yang akan direncanakan.

4.3.1 Perhitungan Run Up Gelombang

AULIA ACHMAD/ D32115307


58
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 4.10 Grafik Run Up dan Run Down Gelombang


Material yang digunakan untuk bangunan seawall adalah sisi miring
halus dengan nilai cotg θ = 1,5. Didapatkan nilai Run-up untuk seawall
sebesar 2.1 . Kemudian untuk bangunan Breakwater dan Groin menggunakan
materi Tertrapot, maka didapatkan nilai Ru-up 0.8.

4.3.2. Elevasi Puncak untuk Tembok Laut (Seawall)

El pem. gel  DWL  Ru  freeboard

Keterangan:
DWL : Design Water Level
Ru : Run-Up gelombang
Freeboard : Tinggi jagaan (±0.5)

Tabel.4.3.1 Elevasi Puncak Bangunan seawall dari arah 292.5°

AULIA ACHMAD/ D32115307


59
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Elevasi d H tg q Ir Ru/H Ru Elevasi Puncak


-5 7.738 1.389 0.666667 4.164786 2 2.777 6.015
-4 6.738 1.436 0.666667 4.095573 2 2.872 6.110
-3 5.738 1.504 0.666667 4.001186 2 3.009 6.247
-2.1 4.838 1.610 0.666667 3.867766 2.1 3.4 6.619
-2 4.738 1.610 0.666667 3.867766 2.1 3.4 6.619
-1 3.738 1.610 0.666667 3.867766 2.1 3.4 6.619
0 2.738 1.610 0.666667 3.867766 2.1 3.4 6.619
0.7 2.038 1.610 0.666667 3.867766 2.1 3.4 6.619
1 1.738 1.356 0.666667 4.214595 2 2.712 5.950
2.7 0.000 0.000 0.666667 0 2 0.000 3.238
T
abel.4.3.1 Elevasi Puncak Bangunan Breakwater dan groin dari arah 292.5°

elevasi d H tg q Ir Ru/H Ru Elevasi Puncak


-5 7.738 1.389 0.666667 4.164786 0.8 1.111 4.349
-4 6.738 1.436 0.666667 4.095573 0.8 1.149 4.387
-3 5.738 1.504 0.666667 4.001186 0.8 1.204 4.442
-2.1 4.838 1.610 0.666667 3.867766 0.8 1.288 4.526
-2 4.738 1.610 0.666667 3.867766 0.8 1.288 4.526
-1 3.738 1.610 0.666667 3.867766 0.8 1.288 4.526
0 2.738 1.610 0.666667 3.867766 0.8 1.288 4.526
0.7 2.038 1.610 0.666667 3.867766 0.8 1.288 4.526
1 1.738 1.356 0.666667 4.214595 0.8 1.085 4.323
2.7 0.000 0.000 0.666667 0 0.8 0.000 3.238

IV.5 Desain Bangunan Seawall


Desain yang digunakan pada rancangan bangunan seawall ialah
Composit ¼ Circle Curve. Dimana, dikatakan Composit oleh karena
menggunakan caisson dalam pembuatannya untuk menghemat material dan
biaya yang menghasilkan seawall dengan harga ekonomis.

AULIA ACHMAD/ D32115307


60
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB V
PERHITUNGAN STRUKTUR SEAWALL, BREAKWATER DAN GROIN

5.1. Perhitungan Tanah Urugan

l Area Melintang = 20 m
Luas Areal Melintang = 65.55 m2
Luas Areal
= 2000 m2
Memanjang
Panjang Bangunan = 100 m
Volume Timbunan = 6555 m3
g Tanah Urug = 1.8 ton/m3
= 18 kN/m3
Massa Tanah Tim.
= 11799 ton
(W)

5.2 Perhitungan Beban Vertikal Pada Struktur Seawall

g Tanah = 18 kN/m3
g Beton = 25 kN/m3
g Kerikil = 20 kN/m3
g Batu = 23 kN/m3

AULIA ACHMAD/ D32115307


61
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Tabel 5.2Pembebanan vertikal


g Tanah = 18 kN/m3
g Beton = 25 kN/m3
g Kerikil = 20 kN/m3
g Batu = 23 kN/m3

Dimensi
W Material Bentuk Luas Berat (W) kN/m Jarak dari 0 (x) m Momen (Mw) kN
P L
Wq q.L 73.00 5.46 398.58
W1 Tanah S 4.01 2.41 4.83 86.87 4.00 347.49
W2 Tanah PP 20.00 2.41 48.20 867.60 4.39 3808.76
W3 Tanah S 13.14 0.55 3.61 65.04 2.97 193.18
W4 Tanah PP 6.85 0.55 3.77 67.82 2.89 195.99
W5 Tanah S 6.84 0.43 1.47 26.47 2.44 64.59
W6 BETON S 1.27 0.73 0.46 11.59 5.85 67.79
W7 BETON PP 2.00 0.50 1.00 25.00 6.35 158.75
W8 BETON PP 1.10 0.30 0.33 8.25 5.97 49.25
W9 BETON PP 5.55 0.50 2.78 69.38 3.33 231.02
W10 BATU PP 1.10 5.04 5.54 127.51 3.30 420.79
W11 BETON PP 5.55 0.50 2.78 69.38 3.33 231.02
W12 BETON PP 1.11 0.30 0.33 8.33 0.66 5.49
W13 BETON PP 10.00 0.50 5.00 125.00 3.52 440.00
W14 BETON PP 5.55 0.14 0.78 19.43 3.32 64.49
W15 BETON PP 4.87 0.30 1.46 36.53 2.98 108.84
W16 BETON PP 4.28 0.27 1.16 28.89 2.69 77.71
W17 BETON PP 3.83 0.24 0.92 22.98 2.42 55.61
W18 BETON PP 3.39 0.27 0.92 22.88 2.21 50.57
W19 BETON PP 2.90 0.38 1.10 27.55 2.21 60.89
W20 BETON PP 2.24 0.30 0.67 16.80 2.02 33.94
W21 BETON PP 2.20 0.32 0.70 17.60 1.64 28.86
W22 BETON PP 1.93 0.34 0.66 16.41 1.55 25.43
W23 BETON PP 1.60 0.40 0.64 16.00 1.34 21.44
W24 BETON PP 1.33 0.80 1.06 26.60 1.21 32.19
W25 BETON PP 1.00 0.40 0.40 10.00 1.00 10.00
W26 BETON PP 0.87 0.37 0.32 8.05 0.98 7.89
W27 BETON PP 0.70 0.17 0.12 2.98 0.90 2.68
W28 BETON PP 0.70 0.17 0.12 2.98 0.90 2.68
W29 BETON PP 0.54 0.30 0.16 4.05 0.80 3.24
W30 BETON PP 0.40 0.33 0.13 3.30 0.70 2.31
W31 BETON PP 0.30 0.20 0.06 1.50 0.72 1.08
W32 BETON PP 0.20 0.42 0.08 2.10 0.66 1.39
W33 BATU PP 0.11 0.53 0.06 1.34 0.60 0.80
W34 BETON PP 0.69 0.50 0.35 8.63 0.90 7.76
W35 BETON S 0.49 0.13 0.03 0.80 6.27 4.99
W36 BETON S 0.67 0.25 0.08 2.09 5.65 11.83
W37 BETON S 0.58 0.27 0.08 1.96 5.00 9.79
W38 BETON S 0.45 0.25 0.06 1.41 4.53 6.37
W39 BETON S 0.44 0.29 0.06 1.60 4.09 6.52
W40 BETON S 0.48 0.37 0.09 2.22 3.61 8.01
W41 BETON S 0.32 0.28 0.04 1.12 3.23 3.62
W42 BETON S 0.32 0.32 0.05 1.28 2.90 3.71
W43 BETON S 0.30 0.34 0.05 1.28 2.58 3.29
W44 BETON S 0.40 0.32 0.06 1.60 2.26 3.62
W45 BETON S 0.27 0.38 0.05 1.28 1.97 2.53
W46 BETON S 0.40 0.25 0.05 1.25 1.74 2.18
W47 BETON S 0.45 0.30 0.07 1.69 1.71 2.89
W48 BETON S 0.34 0.17 0.03 0.72 1.49 1.08
W49 BETON S 0.38 0.17 0.03 0.81 1.31 1.06
W50 BETON S 0.16 0.38 0.03 0.76 1.00 0.76
W51 BETON S 0.10 0.23 0.01 0.29 0.92 0.26
W52 BETON S 0.11 0.42 0.02 0.58 0.90 0.52
W53 BETON S 0.20 0.50 0.05 1.25 0.70 0.88
W54 BETON S 1.60 0.11 0.09 2.20 0.50 1.10
W55 BATU S 0.69 0.40 0.14 3.17 0.10 0.32
S 1957.14 7287.81
AULIA ACHMAD/ D32115307
62
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 5.1 Distribusi Beban

5.3 Perhitungan Horizontal Pada Struktur Seawall dan Momen Guling

A. Perhitungan Koefisien Gempa

E = ad/g
ad = Z.ac.v

Dimana:
E = Koefisien Gempa Dasar Tergantung Periode Ulang (T)
Ad = Percepatan Gempa Maksimum Terkoreksi di Permukaan Tanah (gal)
Z = Koefisien Zona
Ac = Percepatan Gempa Dasar Tergantung Periode Ulang (gal)
v = Koreksi Pengaruh Jenis Tanah Setempat

AULIA ACHMAD/ D32115307


63
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB V
Gambar 5.1 Peta Zona Gempa Indonesia

Dengan asumsi:

T = 100 Tahun
Jenis Tanah = Alluvial

Maka, dari Gambar disamping, di dapatkan:

Ac = 227 gal
v = 1.1
Zona C, Z = 0.6

Maka:

Ad = 149.82 gal

E = 0.15

AULIA ACHMAD/ D32115307


64
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

B. Momen Guling
Tabel 5.3 Perhitungan Momen Guling

AULIA ACHMAD/ D32115307


65
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

W Berat (W) kN/m Koef. Gempa (E) Gaya Gempa (kN) Jarak dari 0 (x) m Momen Guling (Mg) kN
Wq 73.00 0.15 11.15 20.00 222.97
W1 86.87 0.15 13.27 31.34 415.80
W2 867.60 0.15 132.50 20.00 2650.03
W3 65.04 0.15 9.93 21.40 212.58
W4 67.82 0.15 10.36 13.42 138.99
W5 26.47 0.15 4.04 11.92 48.19
W6 11.59 0.15 1.77 10.30 18.23
W7 25.00 0.15 3.82 10.38 39.63
W8 8.25 0.15 1.26 9.00 11.34
W9 69.38 0.15 10.60 8.94 94.72
W10 127.51 0.15 19.47 8.90 173.32
W11 69.38 0.15 10.60 8.10 85.82
W12 8.33 0.15 1.27 8.90 11.32
W13 125.00 0.15 19.09 5.00 95.45
W14 19.43 0.15 2.97 7.92 23.50
W15 36.53 0.15 5.58 7.72 43.06
W16 28.89 0.15 4.41 7.46 32.91
W17 22.98 0.15 3.51 7.10 24.92
W18 22.88 0.15 3.49 6.93 24.22
W19 27.55 0.15 4.21 6.59 27.73
W20 16.80 0.15 2.57 6.26 16.06
W21 17.60 0.15 2.69 5.96 16.02
W22 16.41 0.15 2.51 5.63 14.11
W23 16.00 0.15 2.44 5.24 12.80
W24 26.60 0.15 4.06 4.85 19.70
W25 10.00 0.15 1.53 4.45 6.80
W26 8.05 0.15 1.23 4.06 4.99
W27 2.98 0.15 0.45 3.79 1.72
W28 2.98 0.15 0.45 3.62 1.64
W29 4.05 0.15 0.62 3.34 2.07
W30 3.30 0.15 0.50 2.96 1.49
W31 1.50 0.15 0.23 2.68 0.61
W32 2.10 0.15 0.32 2.35 0.75
W33 1.34 0.15 0.20 1.80 0.37
W34 8.63 0.15 1.32 0.20 0.26
W35 0.80 0.15 0.12 7.94 0.97
W36 2.09 0.15 0.32 7.77 2.48
W37 1.96 0.15 0.30 7.51 2.25
W38 1.41 0.15 0.21 7.23 1.55
W39 1.60 0.15 0.24 6.97 1.70
W40 2.22 0.15 0.34 6.30 2.14
W41 1.12 0.15 0.17 6.01 1.03
W42 1.28 0.15 0.20 5.68 1.11
W43 1.28 0.15 0.19 5.32 1.04
W44 1.60 0.15 0.24 4.91 1.20
W45 1.28 0.15 0.20 4.52 0.89
W46 1.25 0.15 0.19 4.13 0.79
W47 1.69 0.15 0.26 4.52 1.16
W48 0.72 0.15 0.11 4.13 0.46
W49 0.81 0.15 0.12 3.76 0.46
W50 0.76 0.15 0.12 3.40 0.39
W51 0.29 0.15 0.04 3.04 0.13
W52 0.58 0.15 0.09 2.73 0.24
W53 1.25 0.15 0.19 2.43 0.46
W54 2.20 0.15 0.34 1.97 0.66
W55 3.17 0.15 0.48 1.33 0.64
S 4515.87

AULIA ACHMAD/ D32115307


66
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

5.4. Perhitungan Tekanan Tanah Aktif

AULIA ACHMAD/ D32115307


67
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Pa=Ka γ H
Ka = 0.66667
T Urugan = 18 kN/M3
T Dasar = 17 kN/m3

P Bentuk H Tekanan Tanah Aktif (Pah) Jarak dari 0 (x) m Momen (Mg) kN
P1 S 2.41 34.85 0.81 28.23
P2 PP 2.41 32.91 1.21 39.82
P3 S 0.55 1.71 0.15 0.26
P4 PP 0.55 6.60 0.28 1.85
P5 S 0.40 4.53 0.13 0.59
S 80.61 70.75

5.6. Perhitungan Daya Dukung Tanah

S Mw = 29569.25
SM gul = 1183.75
SW = 1957.14

Xe = 14.5035569 m

e = (B/2)-Xe
= -9.5035569
Karena e<B/6, maka tekanan tanah berbentuk trapesium

B' = B-2e
= 29.0071137 m

A' = B'.1
= 29.0071137 m2

G. Horizontal (H) = 80.61 kN


G. Vertikal (V) = 1957.14 kN

AULIA ACHMAD/ D32115307


68
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

0.9086800
iq =
7

Berdasarkan tabel : ( untuk ϕ = 30º )

Nc       = 37.2

Nq       = 22.5

Nγ       = 19.7

Tabel 5.4. Nilai factor daya dukung Terzaghi

ic = 0.90443263

AULIA ACHMAD/ D32115307


69
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

iy = 0.89043606

qu        = iq . C . Nc + iy . 0,5 . B’ . γ . Nγ
qu = 4663.09171 kN/m2

q' = V/B'
= 67.4710546 kN/m2
5.7. Cek Stabilitas seawall

A. Cek Stabilitas Geser

Cd = 10
B = 10
W = 5417.14

Σ Rh = cd . B + W tan δb
Σ Rh = 3227.58937

FS geser = 40.04 >= 1.5 (Aman Terhadap Geser)

B Cek Stabilitas Guling

FS guling = S Mw/Sgul >= 1.5


= 24.98 >= 1.5 (Aman Terhadap Guling)

C Cek Stabilitas Terhadap DDT

Fu = qu/q'
= 69.11 >= 3 (Sangat Aman)

AULIA ACHMAD/ D32115307


70
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

5.8. Desain BangunanPemacah Gelombang (Breakwater)


5.8.1. Perhitungan Berat Batu (W)
Berat Batu Untuk perhitungan breakwater dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
r H3
W
K D ( S r  1) 3 cot 

Dimana nilai berat (W) yang didapatkan sebesar 1 ton. Dalam perencanaan
breakwater berat batu yang di gunakan berbeda beda di setiap kontur, hal ini di
pengaruhi oleh tinggi gelombang pada lokasi bangunan.

5.8.2. Lebar Puncak Breakwater

Untuk menghitung lebar pucak Groin dapat digunakan persamaan

1/ 3
W 
B  n  k  
 r 
Yang digunakan adalah 3, yaitu banyak batu lapis lindung untuk lebar puncak
di dapat dari persamaan 5.3 pada buku Perencanaan Bangunan Pantai, Bambang
Triatmodjo. Dalam perhitungan lebar puncak bangunan di butuhkan nilai W, namun
pada perancangan ini digunakan lebar puncak yang sama disetiap kedalaman.

5.8.3. Tebal Lapis Lindung


Tebal lapis lindung dihitung dengan menggunakan rumus:
1/ 3
W 
t  n  k  
 r 

AULIA ACHMAD/ D32115307


71
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Sama halnya dengan perhitungan lebar puncak, tebal lapis lindung juga
mengunankan nilai W sehingga tebal lapis lindung yang direncanakan berbeda beda
setiap kontur.

5.8.4. Perhitungan Tinggi dan Lebar Toe


Dalam perencanaan toe berat batu (W) yang di gunakan adalah W/2 sampai
W/10. Dalam perencanaan tinggi toe digunakan rumus:

1/ 3
W 
t  n  k  
 r  (Minimum)
Sehingga didapat nilai tinggi toe sama dengan tebal batu lapis lindung, dengan
n = 2. Sedangkan untuk perencanaan lebar toe persamaan yang di gunakan:

1/ 3
W 
B  n  k  
 r  (Minimum)
Tabel.5.5 Dimensi Breakwater bagian Kepala
DWL Elevation d HD ga gr Sr Cota KD W (kg) W tetra D n utk B n utk t kD B b t
2.738 2.738361 0.000 0.000 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.000 0.500 0.000 3.000 2.000 1.040 0.000 0.000 1.25
2.738 1 1.738 1.356 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.408 0.500 0.697 3.000 2.000 1.040 1.753 4.068 1.25
2.738 0.7 2.038 1.610 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.683 0.500 0.828 3.000 2.000 1.040 2.081 4.830 1.25
2.738 0 2.738 1.610 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.683 0.500 0.828 3.000 2.000 1.040 2.081 4.830 1.25
2.738 -1 3.738 1.610 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.683 0.500 0.828 3.000 2.000 1.040 2.081 4.830 1.25
2.738 -2 4.738 1.610 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.683 0.500 0.828 3.000 2.000 1.040 2.081 4.830 1.25
2.738 -2.1 4.838 1.610 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.683 0.500 0.828 3.000 2.000 1.040 2.081 4.830 1.25
2.738 -3 5.738 1.504 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.557 0.500 0.773 3.000 2.000 1.040 1.945 4.513 1.25
2.738 -4 6.738 1.436 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.484 0.500 0.738 3.000 2.000 1.040 1.856 4.308 1.25
2.738 -5 7.738 1.389 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.438 0.500 0.714 3.000 2.000 1.040 1.795 4.166 1.25
2.738 -6 8.738 1.351 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.403 0.500 0.694 3.000 2.000 1.040 1.746 4.053 1.25
2.738 -7 9.738 1.315 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.372 0.500 0.676 3.000 2.000 1.040 1.700 3.946 1.25
2.738 -8 10.738 1.272 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.337 0.500 0.654 3.000 2.000 1.040 1.645 3.817 1.25
2.738 -9 11.738 1.197 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.281 0.500 0.615 3.000 2.000 1.040 1.548 3.592 1.25
2.738 -10 12.738 0.912 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.124 0.500 0.469 3.000 2.000 1.040 1.179 2.737 1.25

AULIA ACHMAD/ D32115307


72
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Tabel.5.6 Dimensi Breakwater bagian Lengan.


DWL Elevation d HD ga gr Sr Cota KD W (kg) W Tetra D n utk t n utk B kD B b t
2.738 2.738361 0.000 0.000 1.03 2.30 2.23 1.50 7.00 0.000 0.500 0.000 2.000 3.000 1.04 0.000 0.000 1.25
2.738 1 1.738 1.356 1.03 2.30 2.23 1.50 7.00 0.291 0.500 0.623 2.000 3.000 1.04 1.567 4.068 1.25
2.738 0.7 2.038 1.610 1.03 2.30 2.23 1.50 7.00 0.488 0.500 0.740 2.000 3.000 1.04 1.860 4.830 1.25
2.738 0 2.738 1.610 1.03 2.30 2.23 1.50 7.00 0.488 0.500 0.740 2.000 3.000 1.04 1.860 4.830 1.25
2.738 -1 3.738 1.610 1.03 2.30 2.23 1.50 7.00 0.488 0.500 0.740 2.000 3.000 1.04 1.860 4.830 1.25
2.738 -2 4.738 1.610 1.03 2.30 2.23 1.50 7.00 0.488 0.500 0.740 2.000 3.000 1.04 1.860 4.830 1.25
2.738 -2.1 4.838 1.610 1.03 2.30 2.23 1.50 7.00 0.488 0.500 0.740 2.000 3.000 1.04 1.860 4.830 1.25
2.738 -3 5.738 1.504 1.03 2.30 2.23 1.50 7.00 0.398 0.500 0.691 2.000 3.000 1.04 1.738 4.513 1.25
2.738 -4 6.738 1.436 1.03 2.30 2.23 1.50 7.00 0.346 0.500 0.660 2.000 3.000 1.04 1.659 4.308 1.25
2.738 -5 7.738 1.389 1.03 2.30 2.23 1.50 7.00 0.313 0.500 0.638 2.000 3.000 1.04 1.605 4.166 1.25
2.738 -6 8.738 1.351 1.03 2.30 2.23 1.50 7.00 0.288 0.500 0.621 2.000 3.000 1.04 1.561 4.053 1.25
2.738 -7 9.738 1.315 1.03 2.30 2.23 1.50 7.00 0.266 0.500 0.604 2.000 3.000 1.04 1.520 3.946 1.25
2.738 -8 10.738 1.272 1.03 2.30 2.23 1.50 7.00 0.241 0.500 0.585 2.000 3.000 1.04 1.470 3.817 1.25
2.738 -9 11.738 1.197 1.03 2.30 2.23 1.50 7.00 0.201 0.500 0.550 2.000 3.000 1.04 1.384 3.592 1.25
2.738 -10 12.738 0.912 1.03 2.30 2.23 1.50 7.00 0.089 0.500 0.419 2.000 3.000 1.04 1.054 2.737 1.25

5.9. Dedain Bangunan Groin


5.9.1. Perhitungan Berat Batu(W)
Berat Batu Untuk perhitungan Groin dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
r H3
W
K D ( S r  1) 3 cot 

Dimana nilai berat (W) yang didapatkan sebesar 1 ton. Dalam perencanaan
Groin berat batu yang di gunakan berbeda beda di setiap kontur, hal ini di pengaruhi
oleh tinggi gelombang pada lokasi bangunan.

5.9.2 Lebar Puncak Groin


Untuk menghitung lebar pucak goroin dapat digunakan persamaan

1/ 3
W 
B  n  k  
 r 

AULIA ACHMAD/ D32115307


73
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Yang digunakan adalah 3, yaitu banyak batu lapis lindung untuk lebar puncak
di dapat dari persamaan 5.3 pada buku Perencanaan Bangunan Pantai, Bambang
Triatmodjo. Dalam perhitungan lebar puncak bangunan di butuhkan nilai W, namun
pada perancangan ini digunakan lebar puncak yang sama disetiap kedalaman.

5.9.3. Perhitungan Tinggi dan lebar Toe


Dalam perencanaan toe berat batu (W) yang di gunakan adalah W/2 sampai
W/10. Dalam perencanaan tinggi toe digunakan rumus:

1/ 3
W 
t  n  k  
 r  (Minimum)
Sehingga didapat nilai tinggi toe sama dengan tebal batu lapis lindung, dengan
n = 2. Sedangkan untuk perencanaan lebar toe persamaan yang di gunakan:

1/ 3
W 
B  n  k   (Minimum)
 r 
Tabel 5.7 Dimensi Struktur Kepala bangunan Groin
DWL Elevation d HD ga gr Sr Cota KD W (kg) W tetra D n utk B n utk t kD B t
2.738 2.738361 0.000 0.000 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.000 0.500 0.000 3.000 2.000 1.040 0.000 1.25
2.738 1 1.738 1.356 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.408 0.500 0.697 3.000 2.000 1.040 1.753 1.25
2.738 0.7 2.038 1.610 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.683 0.500 0.828 3.000 2.000 1.040 2.081 1.25
2.738 0 2.738 1.610 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.683 0.500 0.828 3.000 2.000 1.040 2.081 1.25
2.738 -1 3.738 1.610 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.683 0.500 0.828 3.000 2.000 1.040 2.081 1.25
2.738 -2 4.738 1.610 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.683 0.500 0.828 3.000 2.000 1.040 2.081 1.25
2.738 -2.1 4.838 1.610 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.683 0.500 0.828 3.000 2.000 1.040 2.081 1.25
2.738 -3 5.738 1.504 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.557 0.500 0.773 3.000 2.000 1.040 1.945 1.25
2.738 -4 6.738 1.436 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.484 0.500 0.738 3.000 2.000 1.040 1.856 1.25
2.738 -5 7.738 1.389 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.438 0.500 0.714 3.000 2.000 1.040 1.795 1.25
2.738 -6 8.738 1.351 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.403 0.500 0.694 3.000 2.000 1.040 1.746 1.25
2.738 -7 9.738 1.315 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.372 0.500 0.676 3.000 2.000 1.040 1.700 1.25
2.738 -8 10.738 1.272 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.337 0.500 0.654 3.000 2.000 1.040 1.645 1.25
2.738 -9 11.738 1.197 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.281 0.500 0.615 3.000 2.000 1.040 1.548 1.25
2.738 -10 12.738 0.912 1.03 2.30 2.23301 1.50 5.00 0.124 0.500 0.469 3.000 2.000 1.040 1.179 1.25

AULIA ACHMAD/ D32115307


74
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB VI

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

 Seawall

Dalam perencanan Bangunan Pelindung Tipe Seawall yang sudah


direncanakan. Didapatkan dimensi Seawall Sebagai berikut :

 Tinggi Sewall = 6,6 m


 Lebar Seawall = 10 m
 Lebar Puncak Seawall =2m

Material yang digunakan pada Perencanaan Seawall adalah beton cetak dan
pada perencanaan caisson digunakan batu serta penggunaan geotekstil untuk
melindungi bagian belakang seawall.

 Breakwater

Dalam perencenanaan Bangunan Pelindung Pantai Tipe Detached breakwater


yang sudah direncanakan. Didapatkan parameter utama breakwater Sebagai berikut:

 Dimensi
Panjang Breakwater = 60 m
Lebar celah = 40 m
Jumlah Breakwater = 3 buah
Tinggi breakwater = 5.4 m
Lebar bereakwater = 24.4 m
Kemiringan = 1: 1.5

AULIA ACHMAD/ D32115307


75
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

 Lapisan Lindung Bangunan


Jenis batu lapis lindung utama = Tetrapod
Massa jenis batu = 2,4 ton/m
Jenis batu lapis lindung kedua = Batu pecah
Massa jenis batu = 2,65 ton/m

 Inti bangunan
Jenis batu lapis lindung utama = batu pecah
Massa jenis batu = 2,65 ton/m

 Groin

Dalam perenanaan Bangunan pelindung Pantai Tipe Groin series yang sudah
didencanakan. Didapatkan parameter groin sebagai berikut:

 Dimensi
Panjang Groin 1 = 97.7 m
Panjang Groin 2 =87m
Jarak antar Groin = 97.7 m
Jumlah Groin = 2 buah
Tinggi Groin = 5.4 m
Lebar groin = 21.1 m
Kemiringan = 1: 1.5
 Lapisan Lindung Bangunan
Jenis batu lapis lindung utama = Tetrapod
Massa jenis batu = 2,4 ton/m
Jenis batu lapis lindung kedua = Batu pecah
Massa jenis batu = 2,65 ton/m

AULIA ACHMAD/ D32115307


76
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

 Inti bangunan
Jenis batu lapis lindung utama = batu pecah
Massa jenis batu = 2,65 ton/m

5.2 Saran

Dalam mata kuliah bangunan pelindung pantai ada baiknya melakukan survey
ke lapangan untuk melihat secara langsug macam-macam bangunan pelindung pantai
itu sendiri dan bagaimana proses pembangunannya. Sehingga mahasiswa lebih
mengerti dan paham dengan tugas apa yang dikerjakannya.

AULIA ACHMAD/ D32115307


77
LAPORAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

DAFTAR PUSTAKA

Triatmodjo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta offset

Triatmodjo, Bambang. 2012. Perencanaan Bangunan Pantai. Yogyakarta: Beta offset

Triatmodjo, Bambang.2008. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta Offset

AULIA ACHMAD/ D32115307


78

Anda mungkin juga menyukai