Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“MANUSIA BERAGAMA ISLAM”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah MPK Agama Islam yang
diampu oleh :

Rahman Saleh, M.Si

Universitas Indonesia
Fakultas Kesehatan Masyarakat
2020
Daftar Isi

Pendahuluan 3

Pembahasan 4
2.1 Karakteristik Manusia Beragama Islam 4
2.2 Penyebutan Manusia Dalam Al-Qur’an 4
2.3 Tujuan Penciptaan Manusia 5
2.4 Proses Penciptaan Manusia 5
2.5 Alam Kehidupan Manusia 6
2.6 Kedudukan Manusia 8
2.7 Potensi Manusia 8
2.8 Karakter Manusia 9
2.9 Martabat Manusia 9
2.10 Kebutuhan Manusia Terhadap Agama Islam 10
2.11 Tanggung Jawab Manusia Beragama Islam 11
2.11.1 Konsep Tanggung Jawab Kehidupan Manusia 11
2.11.2 Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah 11
Pengertian Manusia sebagai Hamba Allah 11
Bentuk Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah 11
2.11.3 Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah Allah 11
Pengertian Manusia sebagai Khalifah Allah 11
Bentuk Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah 12
2.11.4 Korelasi Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dengan Tanggung
Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah 12
Penutup 13
Daftar Pustaka 14
Pendahuluan

Manusia dan agama tidak pernah terlepas dari perkara dunia. Agama ada
dikarenakan adanya manusia, begitu pula dengan manusia yang membutuhkan agama
sebagai pegangan atau panduan hidup, sehingga bisa hidup dengan baik dan terhindar
dari hal buruk. Oleh karena itu agama sangat penting bagi kehidupan manusia,
terutama untuk orang yang berilmu.

Dalam menjalankan agama kita tidak hanya berhubungan dengan Tuhan, akan
tetapi kita juga harus menyeimbangkannya dengan urusan duniawi atau hubungan
sesama makhluk Tuhan.
Pembahasan

2.1 Karakteristik Manusia Beragama Islam


Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk terbaik dengan berbagai
kemampuan yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya. Sebagai makhluk
ciptaan Allah, manusia wajib taat dan patuh pada perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Bentuk ketaatan ini bukan hanya sebatas perbuatan dan perkataan,
melainkan juga dengan keikhlasan hati dari manusia itu sendiri. Karakteristik
manusia beragama Islam dapat dilihat dari perilakunya dalam bertindak dan berutur
kata yang harus mengandung nilai-nilai kebenaran serta menebarkan manfaat
untuk orang lain.

Di dalam Al-Qur’an, Allah tidak mengakui keimanan seseorang apabila


kepribadiannya tidak mencerminkan seorang muslim sejati. Sebagai seorang
muslim kita dianjurkan untuk memiliki salimul aqidah atau aqidah yang bersih dan
shahihul ibadah atau ibadah yang benar. Benar dalam hal ini adalah ibadah yang
dilakukan manusia harus sesuai dengan ajaran Islam yang ada pada Al-Qur’an
maupun sunnah/hadis dari Rasulullah. Sedangkan, salimul aqidah itu sendiri
memiliki makna hati yang bersih dan menyerahkan segala sesuatunya hanya
kepada Allah.

Beberapa karakteristik lain yang mencerminkan manusia beragama Islam adalah


manusia yang kokoh akhlaknya, memiliki jasmani kuat untuk menjalankan ibadah
kepada Allah, manusia yang intelek dalam berpikir, kuat melawan hawa nafsu,
dapat menghargai waktu, mampu mengatasi masalah yang dihadapi, serta menjadi
manusia yang bermanfaat untuk orang lain.

2.2 Penyebutan Manusia Dalam Al-Qur’an

Dalam pandangan Islam ada beberapa kata yang menunjukkan makna manusia,
yaitu an-Nas, Bani Adam, al-Insan, dan al-Basyar. Konsep an-Nas cenderung
mengartikan pada peran manusia dalam kaitannya dengan kehidupan
bersosialisasi di kehidupan masyarakat. Pada hakikatnya, manusia merupakan
makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia harus berinteraksi timbal
balik dalam hidup bermasyarakat agar mereka menjadi pribadi yang bermanfaat
untuk lingkungan sosial dan masyarakatnya.

Sebutan manusia sebagai Bani Adam sesuai dengan penjelasan di dalam Al-
Qur;an yang menyatakan bahwa manusia adalah keturunan Adam dan bukan
berasal dari hasil evolusi makhluk lain. Konsep ini menitikberatkan hubungan
persaudaraan antarmanusia dari keturunan yang sama dengan berbagai latar
belakang sosio kultural, agama, dan bangsa yang berbeda.

Konsep al-Basyar menunjukkan bahwa manusia merupakan makhluk biologis yang


diciptakan dari tanah dan dapat berkembang biak, mengalami fase pertumbuhan
dan perkembangan, memerlukan makanan untuk hidup, serta mengalami kematian.
Manusia sebagai basyar adalah makhluk yang sekedar ada (being) dan memiliki
karakteristik yang sama dengan makhluk lain.

Penyebutan manusia sebagai al-Insan berhubungan dengan potensi yang


dimilikinya. Potensi itu dapat berupa kemampuan manusia dalam berpikir,
menguasai ilmu pengetahuan, menjaga amanah dan sikap psikologis lainnya.
Manusia sebagai insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus
bergerak untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

2.3 Tujuan Penciptaan Manusia

Penciptaan manusia di muka bumi ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada
Allah. Sebagai makhluk ciptaan-Nya, manusia wajib tunduk dan patuh terhadap
ajaran-ajaran Allah yang disampaikan melalui Nabi dan Rasul. Ibadah ini bukan
hanya sekadar habluminallah, melainkan juga habluminannas. Selain menjalankan
lima rukun Islam, manusia juga perlu menjalin hubungan yang baik dengan sesama
manusia ataupun makhluk lainnya.

Dalam menjalankan ibadah diperlukan keikhlasan dan kesungguhan untuk


mendapatkan ridho Allah. Ibadah yang dilakukan ini merupakan bentuk kebutuhan
manusia terhadap pertolongan Allah untuk mendapatkan tatanan kehidupan yang
lebih baik serta kemudahan dalam segala rintangan hidup yang dihadapinya.

2.4 Proses Penciptaan Manusia

Al-Qur’an menguraikan tentang penciptaan manusia dalam dua tahap, yaitu


penciptaan manusia pertama dan penciptaan keturunannya. Pada awalnya, Allah
menciptakan jasad manusia berasal dari tanah sesuai dengan keterangan dalam
surah Al-Mu’minun ayat 12

َ‫وﻟ َﻘ ْﺪ َﺧَﻠ ْﻘَﻨﺎ ٱ ْ ِﻹﻧَٰﺲ َن ِﻣﻦ ُﺳَٰﻞَﻟ ٍﺔ ﱢﻣﻦ ِﻃﯿ ٍﻦ‬

“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah”.

Selanjutnya, setelah penciptaan jasad tersebut sempurna barulah ditiupkan oleh


Allah ke dalam ruh ciptaan-Nya. Hal ini dijelaskan dalam surah As-Shad ayat 72
َ‫ﻮا َﻟ ُۥﻪَٰس ِﺟ ِﺪﯾ َﻦ‬
۟ ‫ﻓِﺈ َذا َﺳ ﱠﻮ ْﯾُﺘ ُۥﻪ َوﻧ َﻔ ْﺨ ُﺖ ِﻓﯿ ِﻪ ِﻣﻦ ﱡرو ِﺣﻰ َﻓ َﻘ ُﻌ‬

“Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh


(ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya"

Dalam tahap yang kedua, Allah menciptakan keturunan manusia pertama dari air
mani. Air yang dijelaskan dalam Al-Qur’an bercampur dengan telur dari perempuan
dan sel yang dihasilkan akan disimpan dalam suatu tempat (qarar), di sekitar
daerah kandungan ibu. Perkembangan di dalam rahim ibu terjadi secara bertahap,
yaitu air mani menjadi segumpal darah, darah ini menjadi daging, daging dijadikan
oleh Allah sebagai tulang, tulang dibalut dengan daging lagi, dan barulah terbentuk
satu unsur fisik manusia. Terakhir, bila tiba saatnya manusia yang ada di rahim ibu
akan lahir sebagai seorang bayi.

2.5 Alam Kehidupan Manusia


a. Alam Azali, Lauhul Mahfuz
Alam Azali adalah tempat manusia diciptakan dan digariskan Qada’
Qadarnya. Pada alam Azali ini, Allah SWT mengambil janji pada tiap manusia
tanpa terkecuali sebagai ikrar ketauhidan; tunduk sebagai hamba kepad Allah.
‫ﺮﱢﺑ ُ ُﻜ ْۖﻢ‬3ُ َ ‫ﻔ َِﺴ ِﻬ َ ْﻢ أَﻟَ ْﺴ ُﺖ َ ِﺑ‬3ُ‫ﻰ أَﻧ‬
َٰٓ‫ذ أَ َﺧ َﺬ َرﱡﺑ َﻚ ِﻣ ۢﻦ ﺑَِﻨ ٓﻰ َءا َد َم ِﻣﻦ ُﻇ ُﻬﻮ ِر ِﻫ ْﻢ ُذ ﱢرﯾﱠَﺘ ُﻬ ْﻢ َوأَ ْﺷ َﻬ َﺪ ُﻫ ْﻢ َﻋﻠ‬3ْ‫َوِإ‬
‫ٰﻰ ۛ ﺷ ِﻬ ْﺪَﻧﺂ ۛ أن َﺗ ﻘﻮﻟﻮ۟ا‬ ‫َﻗُﺎﻟﻮ۟ا ﺑَﻠ‬
‫ﻘَٰﻲ َﻣ ِﺔ ِإﻧﱠﺎ ُ َﻛﻨﱠﺎ َ َﻋ ْﻦَٰه‬3ِ‫ﻟ‬3ْ‫َﯾ ْﻮ َم ٱ‬
‫ﻓِﻠﯿ َﻦ‬3ِ‫ذاٰغ‬
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab:
"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian
itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" Al-A’raf
ayat 172
b. Alam Rahim
Alam rahim atau arham adalah alam gelap yang dilewati oleh manusia
sebelum sampai ke alam dunia. Alam rahim atau tepatnya kandungan ibu
merupakan tempat dimana kita akan menyambut hembusan ruh masuk kedalam
jasad pada kurun waktu 40 hari setelah proses pembuahan. Sebagaimana sabda
Rasulullah :
Dari Abdullah Ibnu Mas'ud, dia berkata: Rasululluh SAW menceritakan kepada
kami, beliau adalah orang yang paling jujur dan terpercaya, sesungguhnya beliau
bersabda, "Dikumpulkan penciptaan seseorang di antara kalian di dalam rahim
ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah dalam masa
yang sama, lalu menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus seorang
malaikat kepadanya yang diperintahkan (untuk menyampaikan) empat kalimat.
Allah berfirman, 'Tulislah amalnya, ajalnya, rezekinya serta celaka atau
bahagianya'. Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman tangan-Nya,
sesungguhnya salah seorang di antara kalian ada yang beramal dengan amalan
penghuni surga sehingga jarak antara dia dengan surga tinggal satu hasta, dan
ini telah ditulis dalam catatannya. Kemudian (ada orang diantara kalian yang)
beramal dengan amalan penghuni neraka, maka dia akan masuk neraka. Orang
diantara kalian ini beramal dengan amalan penghuni neraka, sehigga tidak ada
jarak antara dia dengan neraka kecuali satu hasta, serta telah ditulis di dalam
catatannya. Kemudian dia beramal dengan amalan penghuni surga, maka dia
akan masuk surga'. " Shahih: Zhilal Al Jannah (175 dan 176), Al Irwa" (2143).
Muttafaq alaih.
c. Alam Dunia
Kehidupan manusia setelah dilahirkan dari rahim ibu sampai datangnya
ajal. Kehidupan dunia merupakan ujian bagi manusia. Tempat untuk
mengumpulkan bekal amal kebaikan untuk nantinya menuju ke kehidupan yang
sebenar-benarnya yakni alam akhirat.
‫ﻘَٰﻲ‬3ِ‫ﻟ‬3ْ‫ﻢ ُﻫ َﻮ ﯾَ ْﻮ َم ٱ‬3ُ‫ﻧﯿَﺎ ﺛﱠ‬3ْ‫ﺪ‬3‫ة ٱﻟﱡ‬3ِٰ ‫ﻟ َﺤﯿَﻮ‬3ْ‫ه َﻣَٰﺖ َع ٱ‬3ُ‫ٰﻦ‬ َ ‫ﻗﯿ ِﻪ َﻛ َﻤﻦ ﱠﻣﺘﱠ ْﻌ‬3ِ‫ه َو ْﻋ ًﺪا َﺣ َﺴﻨًﺎ َﻓ ُﻬ َﻮَٰل‬3ُ‫ٰن‬ َ ‫أََﻓ َﻤﻦ َو َﻋ ْﺪ‬
‫ﻟ ُﻤ ْﺤ َﻀ ِﺮﯾ َﻦ‬3ْ‫َﻣ ِﺔ ِﻣ َﻦ ٱ‬
Artinya : M aka apakah orang yang Kami janjikan kepadanya suatu
janji
yang baik (surga) lalu ia memperolehnya, sama dengan orang yang Kami
berikan kepadanya kenikmatan hidup duniawi; kemudian dia pada hari kiamat
termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)? Surat Al-Qashash Ayat
61
d. Alam Barzah / Kubur
Barzah berarti sesuatu yang terletak diantara dua barang atau
penghalang. Alam barzah adalah alam yang ditempati manusia setelah
meninggal hingga datangnya hari kiamat.
‫ﺘﻨَ ًۖﺔ‬3ْ‫ﯿ ِﺮ ِﻓ‬3ْ‫ﻟ َﺨ‬3ْ‫ﺒﻠُﻮ ُﻛﻢ ﺑِٱﻟ ﱠﺸ ﱢﺮ َوٱ‬3َْ‫ت َوﻧ‬ ۗ ِ ‫ﻟ َﻤ ْﻮ‬3ْ‫ﻔ ٍﺲ َذآﺋَِﻘ ُﺔ ٱ‬3َْ‫ُﻛ ﱡﻞ ﻧ‬
‫ﯿﻨَﺎ ﺗُ ْﺮ َﺟ ُﻌﻮ َن‬3ْ‫َوِإَﻟ‬
Artinya : Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan
hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. Surat Al-Anbiya 35
‫) َﻗﺎ َل ِإ ْن ﻟَﺒِْﺜﺘُ ْﻢ ِإﻻ َِﻗﻠﯿﻼ‬113( ‫) َﻗﺎﻟُﻮا ﻟَِﺒْﺜﻨَﺎ ﯾَ ْﻮ ًﻣﺎ أَ ْو ﺑَ ْﻌ َﺾ ﯾَ ْﻮ ٍم َﻓﺎ ْﺳﺄَ ِل اْﻟ َﻌﺎﱢدﯾ َﻦ‬112( ‫َﻗﺎ َل َﻛ ْﻢ ﻟَﺒِْﺜﺘُ ْﻢ ِﻓﻲ اﻷ ْر ِض َﻋ َﺪَد ِﺳﻨِﯿ َﻦ‬
)114( ‫ﻟَ ْﻮ َأﻧﱠ ُﻜ ْﻢ ُﻛْﻨﺘُ ْﻢ ﺗَ ْﻌﻠَ ُﻤﻮ َن‬
Surat Al-Mu’minun 112 - 114 menjelaskan mengenai Allah SWT mengingatkan
pada manusia bahwa kita hidup di dunia ini hanya dalam waktu yang singkat dan
menyia-nyiakan usia yang pendek untuk memilih alam dunia yang fana dan
melupakan alam akhirat yang kekal.
e. Alam Akhirat
Alam akhirat, yaitu alam kehidupan sejak kiamat, yaitu kehancuran alam
beserta isinya sampai kehidupan di surga atau neraka sebagai balasan terhadap
perbuatan manusia selama hidup di dunia. Alam akhirat terdiri dari empat
tahadap, yaitu :
(1) yaumu ba'ats atau hari kebangkitan;
(2) yaumu mahsyar atau hari dikumpulkannya manusia di mahsyar;
(3) yaumu miizan atau yaumu hisab, yaitu hari penimbangan/perhitungan
amal perbuatan;
(4) yaumu jaza' atau hari pembalasan terhadap hasil penimbangan
perhitungan amal perbuatan manusia, kalau hasilnya baik manusia akan dibalas
dengan kehidupan yang menyenangkan di surga, dan kalau sebaliknya hasilnya
buruk, manusia akan dibalas dengan kehidupan yang menyengsarakan di
neraka.

2.6 Kedudukan Manusia


ُ ِ ‫ﻔ‬3ُْ‫ َﻷ ْر ِض َﺧِﻠﯿَﻔ ًۖﺔ َﻗﺎﻟُٓﻮ۟ا أََﺗ ْﺠ َﻌ ُﻞ ُ ِﻓﯿ َﻬﺎ َﻣﻦ ﯾ‬3ْ‫َٰﻞﺋِ َﻜ ِﺔ ِإﻧﱢﻰ َﺟﺎ ِﻋ ٌﻞ ِﻓﻰ ٱ‬
‫ﻔ‬3ِ‫ﺪ ِﻓﯿ َﻬﺎ َوَﯾ ْﺴ‬3‫ﺴ‬ ٓ ‫ذ َﻗﺎ َل َرﺑﱡ َﻚ ِﻟْﻠ َﻤ‬3ْ‫َوِإ‬
ُ ُ َ 3
‫ﱢ‬
‫ﻚ ٱﻟ ﺪ َﻣﺂ َء َوﻧ ْﺤ ﻦ ﻧ َﺴﺒﱢ ُﺢ‬ ‫ِﺑ َﺤ ْﻤ ِﺪ َك‬
‫َوﻧ‬
Artinya : I ngatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Surat
Al-Baqarah ayat 30.

Kedudukan yang dimaksud disini sebagai khalifah adalah memegang mandat


Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada
manusia bersifat kreatif, sehingga memungkinkan manusia untuk mengelola apa
yang ada di bumi. Selain itu, Allah mengamanahkan kepada manusia untuk
menegakkan aturan Allah sehingga tercipta kehidupan yang harmonis, adil,
sehingga semua manusia dan makhluk bisa merasakan rahmat Allah.
2.7 Potensi Manusia
Manusia memiliki potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke
Dunia. Potensi ini dianugerahkan bagi manusia untuk mencari ilmu.
a. Al-’aql (akal atau daya pikir), dalam Al - Quran dinyatakan bahwa penggunaan
akal akan memungkinkan manusia untuk terus ingat dan memikirkan ciptaan-
Nya serta mengetahui tanda keagungan Allah SWT. Sebagaimana
pada surat Ar- Ra’d ayat 19
ُ
ِ ِ ‫ﻟ َﺤ ﱡﻖ َﻛ َﻤ ْﻦ ُﻫ َﻮ أَ ْﻋ َﻤ ۚ ِإﻧﱠ َﻤﺎ ﯾَﺘَ َﺬ ﱠﻛ ُﺮ‬3ْ‫ﯿ َﻚ ِﻣﻦ ﱠرﺑﱢ َﻚ ٱ‬3َْ‫ﻢ أَﻧﱠ َﻤﺂ أﻧﺰ َل إﻟ‬3َُ‫أََﻓ َﻤﻦ ﯾَ ْﻌﻠ‬
3ْ ُ
ٰ َ ‫ﻟ‬3ْ‫أ۟وﻟُ۟ﻮا ٱ َﻷ‬
‫ﺐ ِب‬
Artinya : A dakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah
orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.
b. Al- Qalb (kalbu) berasal dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah, atau
berbalik. Termasuk kedalam alat atau potensi yang digunakan manusia untuk
mencari ilmu, sebagaimana firman Allah SWT pada surat Al-Hajj ayat 46

‫ﻘﻠُﻮ َن ِﺑ َﻬﺂ َأ ْو َءا َذا ٌن َﯾ ْﺴ َﻤ ُﻌ َﻮ َن ِﺑ َﻬۖﺎ َﻓِﺈﻧﱠ َﻬﺎ َ َﻻ ﺗَ ْﻌ َﻤﻰ ٱ‬3ِ‫ﻢ ﯾَ ِﺴﯿ ُﺮوا۟ ِﻓﻰ ٱ َﻷ ْر ِض َﻓﺘَ ُﻜﻮ َن ﻟَ ُﻬ ْﻢ ُﻗﻠُﻮ ٌب َﯾ ْﻌ‬3َْ‫أََﻓﻠ‬
‫ﺑَٰﺺ ُر َوٰل ِﻛﻦ ﺗَ ْﻌ َﻤﻰ‬3ْ‫ﻷ‬ ‫ٱﻟ‬ ‫ﻘﻠُﻮ ُب ٱﻟﱠﺘِ ﱡﻰ ِﻓ‬3ُ‫ﻟ‬3ْ‫ٱ‬
‫ﺪﻰو ِر‬3ُ‫ﺼ‬
Artinya : Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai
telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya
bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.
c. Al-Hawa (nafsu) suatu tekanan yang mendorong manusia untuk mencapai
keinginannya. Dorongan ini tidak mengenal baik atau buruk, dalam kata lain
bebas. Oleh karena itu, apabila manusia tidak bisa mengendalikan nafsu bisa
masuk kedalam kondisi yang membahayakan dirinya sendiri. Manusia butuh
akal dan qalbu untuk bisa mengendalikan nafsu. Nafsu yang terkendali oleh
akal dan qalbu, yang berada pada jalur yang ditunjukkan agama disebut al-nafs
al-muthmainnah.
2.8 Karakter Manusia
Manusia memiliki karakter yang bertolak belakang. Ada yang memiliki karakter
baik atau mukmin dan ada pula yang mencerminkan karakter buruk atau kafir. Surat
At-Taghabun Ayat 2 :
‫ﻦ َوٱ ﱠﷲُ ﺑِ َﻤﺎ‬ ۚ ٌ ‫ﻓ ٌﺮ َو ِﻣﻨ ُﻜﻢ ﱡﻣ ْﺆ ِﻣ‬3‫ﺬى َﺧﻠَﻘ ُﻜ ْﻢ َﻓ ِﻤﻨ ُﻜ ْﻢ َﻛ ِﺎ‬3‫ُﻫ َﻮ ٱﻟِﱠ‬
‫َﺗ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن ﺑَ ِﺼﯿ ٌﺮ‬
Artinya : Dialah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan
di antaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Orang yang mukmin memiliki karakter :


- Khusyuk dalam shalat
- Meninggalkan pekerjaan yang tidak bermanfaat
- Rendah hati
- Tidak menyekutukan Allah
- Memelihara amanat dan menpati janji
- Menjaga shalat atau ibadah pada Allah SWT

Orang kafir memiliki karakter seperti :


- Tidak mau menerima masukan atau nasihat (tutup mata dan telinga)
- Berburuk sangka pada takdir Allah
- Menyebut-nyebut pemberian dan menyakiti perasaan penerima
- Mengingkari nikmat Allah

2.9 Martabat Manusia


Allah menciptakan manusia sebagai makhluk terbaik dan dengan derajat yang paling
tinggi dibanding makhluk Allah lainnya. Manusia juga diberi hawa nafsu sebagai
pendorong. Namun, tetap saja martabat manusia dilihat dari perbuatannya sehari-hari
di dalam kehidupannya. Martabat manusia di antaranya :
a. Muttaqun, yaitu orang yang bertakwa, beriman kepada yang gaib, melaksanakan
salat, den menginfakkan sebagian rezeki mereka, beriman kepada Al-Quran dan
kitab-kitab sebelumnya serta yakin pada akhirat (Q. S. Al-Baqarah ayat 2-4)
b. Mukmin, yaitu percaya terhadap ajaran Allah dan menerapkannya dalam
kehidupan baik secara lisan, tulisan, maupun dari anggota badannya
c. Muslim, yaitu orang yang beragama Islam, orang yang menyebut dua kalimat
syahadat dan taat serta tunduk pada Allah
d. Muhsin, yaitu orang yang beramal baik dalam kehidupannya
e. Mukhlis, yaitu orang yang mengerjakan ajaran-ajaran Allah dengan ikhlas tanpa
niatan lain selain beribadah untuk Allah
f. Mushlih, yaitu orang yang memberikan manfaat pada diri sendiri maupun orang
lain
g. Kafir, yaitu orang yang menyalahi ajaran Allah dan tidak mengerjakan ajaran
Allah
h. Fasik, yaitu orang yang tidak peduli terhadap aturan Allah dan melakukan
perbuatan yang tidak sesuai ajaran-Nya
i. Munafik, yaitu orang yang berkata dusta, mengingkari janji, dan berkhianat/tidak
menjalankan amanah
j. Musyrik, yaitu orang yang menyekutukan Allah dan beribadah kepada selain
Allah
k. Murtad, yaitu orang yang keluar dari Islam dan menganut agama atau ajaran
lain.
2.10 Kebutuhan Manusia Terhadap Agama Islam
Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta, a berarti tidak dan gama berarti kacau.
Sehingga agama berarti tidak kacau. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
agama berarti ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta manusia dan lingkungannya. Agama
sendiri dalam bahasa Arab berarti Ad-dien yang berarti keyakinan (keimanan) tentang
suatu dzat ketuhanan (Ilahiyah) yang pantas untuk menerima ketaatan dan ibadah.
Dalam Islam, yang berhak untuk menerima ketaatan dan ibadah yaitu hanya Allah.
Manusia membutuhkan agama pada kehidupan sehari-harinya karena agama berarti
ajaran atau keyakinan yang mengatur keimanan dan peribadatan kita. Manusia
membutuhkan agama untuk akalnya terhadap pengetahuan karena jawaban pasti
hanya terdapat dari Allah sebagai pemilik rahasia alam. Manusia membutuhkan
agama sebagai kebutuhan terhadap kesehatan jiwa dan kekuatan rohani karena
kehidupan kita tidak selalu lancar, dengan kepercayaan terhadap takdir Allah, semua
hal akan terasa lebih mudah. Manusia membutuhkan agama sebagai disiplin akhlak
karena dengan adanya disiplin akhlak, manusia akan termotivasi dan mendapat
dorongan dari diri sendiri untuk selalu berlaku baik dan mendekatkan diri pada Allah.
2.11 Tanggung Jawab Manusia Beragama Islam
2.11.1 Konsep Tanggung Jawab Kehidupan Manusia
Allah menciptakan manusia bukanlah tanpa tujuan. Allah juga tidak menurunkan
manusia ke bumi hanya sebagai penambah makhluk ciptaan-Nya. Manusia memiliki
peran dan tanggungan yang diemban semasa hidup.
2.11.2 Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah
a. Pengertian Manusia sebagai Hamba Allah
Kata hamba menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti abdi, budak belian,
atau saya (untuk merendahkan diri) sedangkan arti kata hamba Allah berarti
mengacu pada manusia. Manusia sebagai hamba Allah sudah seharusnya
mengabdi kepada Allah karena kedudukan manusia sebagai ciptaan Allah.
Manusia wajib hanya menyembah pada Allah dengan ikhlas dan taat dan tidak
menyembah selain Allah. Seperti tertera dalam Qur’an Surat Al-Bayyinah ayat 5
(QS. 98: 5)
‫ﻞوَة َوﯾُ ْﺆﺗُﻮا اﻟ ﱠٰﺰكوَة‬ ْ ِ ‫ﺪوا اﻟّٰﻞَه ُﻣ ْﺨِﻠ‬3ُ‫ﻻ ِﻟﯿَ ْﻌﺒ‬3‫َو َﻣﺂ ُا ِﻣ ُﺮ ْ ٓوا اِﱠ‬
ٰ‫ﯿ ُﻤﻮا اﻟ ﱠﺼ‬3ْ‫ﻘ‬3ِ‫ﯾ َﻦ ۙە ُﺣﻨَﻔۤﺎ َء َوُﯾ‬3ْ‫ﺪ‬3‫ﻪ اﻟﱢ‬3َُ‫ﯿ َﻦ ﻟ‬3‫ﺼ‬
‫ﻟَﻘﯿﱢ َﻤ ِۗﺔ‬3ْ‫ﯾ ُﻦ ا‬3ْ‫ِٰﻟ َﻚ ِد‬
‫َوذ‬
Yang berarti, “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan
ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar
melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama
yang lurus (benar).”
b. Bentuk Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah
Seperti yang tertera di dalam potongan surat Al-Bayyinah ayat 5, bentuk
tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah adalah menyembah-Nya. Selain
itu, bentuk tanggung jawab manusia lainnya seperti menunaikan rukun islam,
yaitu, menunaikan ibadah wajib solat 5 waktu, menunaikan zakat, berpuasa pada
bulan Ramadhan, melaksanakan haji bagi yang mampu.

2.11.3 Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah Allah


a. Pengertian Manusia sebagai Khalifah Allah
Khalifah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti wakil (pengganti) Nabi
Muhammad saw. setelah Nabi wafat (dalam urusan negara dan agama) yang
melaksanakan syariat (hukum) Islam dalam kehidupan negara; (gelar) kepala
agama dan raja di negara Islam; penguasa; pengelola. Khalifah berarti pemimpin
karena pada dasarnya Allah menciptakan manusia sebagai pemimpin baik untuk
dirinya sendiri maupun orang lain. Seperti yang terdapat pada Quran Surat
Al-Baqarah ayat 30 (Q.S. 2: 30)
‫ﯿ َﻬﺎ َوَﯾ‬3ْ‫ﺪ ِﻓ‬3ُ‫ﻔ ِﺴ‬3ْ‫ﯿ َﻬﺎ َﻣ ْﻦ ﱡﯾ‬3ْ‫ﯿَﻔ ًۗﺔ َﻗُﺎﻟ ْ ٓﻮا َاَﺗ ْﺠ َﻌ ُﻞ ِﻓ‬3ْ‫ َﻻ ْر ِض َﺧِﻠ‬3ْ‫ۤﻤﻞ ِٕى َﻛ ِﺔ ﱢِاﻧ ْﻲ َﺟﺎ ِﻋ ٌﻞ ِﻓﻰ ا‬ َٰ ‫ذ َﻗﺎ َل َرﱡﺑ َﻚ ِﻟْﻠ‬3ْ‫َوِا‬
‫ۤﺎ َۚء َوَﻧ ْﺤ ُﻦ ُﻧ َﺴﱢﺒ ُﺢ‬ ‫ﺪ َﻣ‬3‫ﻔ ُﻚ ﱢاﻟ‬3‫ﺴ‬
ِ ْ
‫ﻢ َﻣﺎ َﻻ‬3َُ‫ﻚ َﻗﺎ َل اِﻧﱢ ْ ٓﻲ اَ ْﻋﻠ‬
ۗ َ َ‫ﺪ ُس ﻟ‬3‫ِﺑ َﺤ ْﻤ ِﺪ َك َوﻧَُﻘﱢ‬
‫ﺗَ ْﻌﻠَ ُﻤ ْﻮ َن‬
Yang berarti “Dan (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
“Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau
hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana,
sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia
berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.””

Dan juga terdapat pada Quran Surat Shad ayat 26 (Q.S. 38: 26)
‫ه ﻟَ ُﻬ ْﻢ َﻋ َﺬا ٌب َﺷ‬3ِ‫ﯿ ِﻞ اﻟّٰﻞ‬3ْ‫ﯾ َﻦ َﯾ ِﻀﻠﱡ ْﻮ َن َﻋ ْﻦ َﺳِﺒ‬3ْ‫ﺬ‬3‫ۗهِا ﱠن ِﱠاﻟ‬3ِ‫ﯿ ِﻞ اﻟّٰﻞ‬3ْ‫ٰﻮى َﻓُﯿ ِﻀﻠﱠ َﻚ َﻋ ْﻦ َﺳِﺒ‬
‫ﻟ َﻬ‬3ْ‫ﻟ َﺤ ﱢﻖ َوَﻻ ﺗَﺘﱠﺒِ ﻊ ا‬3ْ‫ِﺑﺎ‬
ِ

‫ۢﺪﺑِ َﻤﺎ ﻧَ ُﺴ ْﻮا ﯾَ ْﻮ َم ا ﻟ ِﺤ َﺴﺎ ِب‬3ٌ‫ﯾ‬3ْ‫ِﺪ‬

Yang berarti “(Allah berfirman), “Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami


jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara
manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan
menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari
jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka merupakan hari
perhitungan.”
b. Bentuk Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah
Seperti yang tercantum pada Quran Surat Al-Baqarah ayat 30 dan Surat Shad
ayat 26, Allah menciptakan manusia sebagai pemimpin dan penguasa dengan
kebebasan untuk menggunakan segala sumber daya yang ada di bumi. Namun,
bukan berarti kita dapat melakukan semua hal sesuka kita. Kita harus melakukan
semua hal dengan adil dan bijaksana karena segala sesuatu akan diadili dan
dipertanggungjawabkan nantinya di hari perhitungan.
2.11.4 Korelasi Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dengan
Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah
Berdasarkan pemamparan di atas, terdapat hubungan antara tanggung jawab
manusia sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah Allah. Dalam kehidupan ini,
Allah menciptakan manusia sebagai hamba Allah yang berkewajiban untuk
mengabdi, menyembah, dan berdoa hanya kepada Allah. Di sisi lain, Allah juga
menciptakan manusia sebagai pemimpin atau penguasa yang memiliki kebebasan
untuk memanfaatkan segala sumber daya yang ada. Namun, manusia tidak boleh
lupa diri dan tetap adil serta bijaksana karena pada akhirnya manusia akan tetap
kembali kepada Allah dan segala sesuatunya akan diperhitungkan dan
dipertanggungjawabkan nanti di hari perhitungan.
Penutup

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang terbaik, dibekali oleh akal pikiran serta hawa nafsu.
Dalam penciptaannya pun, Allah menciptakan manusia dengan sempurna. Maka dari itu,
sebagai manusia kita diciptakan dengan tujuan untuk menyembah Allah dan dengan tanggung
jawab karena segala sesuatu yang kita lakukan di dunia akan dipertanggungjawabkan di hari
perhitungan nanti.
Daftar Pustaka

Khasinah, S. 2013. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Vol. XIII, No. 2. Hakikat Manusia Menurut
Pandangan Islam dan Barat. [accessed on October, 11th 2020,
https://www.jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/didaktika/article/view/480/398 ]
Prameswari, D. A. 2019. Hakikat dan Eksistensi Martabat Manusia. [accessed on
October, 11th 2020,
https://www.researchgate.net/publication/335839275_Hakikat_dan_Eksistensi_Ma
rtabat_Manusia ]
Dalamislam.com. n.d. Hakikat Manusia Menurut Islam. [online] Available at:
<https://dalamislam.com/info-islami/hakikat-manusia-menurut-islam> [Accessed
12 October 2020].
Dyti, P. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. [accessed on October, 11th 2020
https://www.academia.edu/6883451/Kebutuhan_Manusia_Terhadap_Agama ]
Mujlan. 2020. BUKU RANCANGAN PENGAJARAN MATA KULIAH MPK AGAMA
ISLAM
Muhajir (2016) ‘Jasmani Manusia dalam Perspektif Islam’, Jurnal Qatruna, 3(1), pp.
1–19. <https://core.ac.uk/download/pdf/267961703.pdf> [Accessed 6 October
2020]
Hakim, A. (2012) ‘Proses Penciptaan Manusia Dalam Al-Qur’an dan Implikasinya
Terhadap Kurikulum Qur’an Hadist’,
<https://core.ac.uk/download/pdf/267961703.pdf> [Accessed 6 October 2020]
Hadhiri S. P., C., 2005. Klasifikasi Kandungan Al-Qur'an. 1st ed. Jakarta: Gema Insani,
pp.105-119.
Anwar, S. and Anwar, S., 2014. Pertama Kepada Akhir : Perjalanan Kehidupan
Manusia Perspektif Islam. 1st ed. Riau: Indragiri Dot Com, pp.1-8.
Darmadi, H., 2018. Konservasi Sumber Daya Manusia Dalam Ekosistem Pendidikan
Islam. 1st ed. Gresik: CV. Jendela Sastra Indonesia, pp.821-822.
Sanusi, U. and Suryadi, R., 2018. Ilmu Pendidikan Islam. 1st ed. Yogyakarta: CV Budi
Utama, pp.119-120.

Anda mungkin juga menyukai