Anda di halaman 1dari 1

Heinrich II 

(bahasa Jerman: Heinrich II; bahasa Italia: Enrico II) (6 September 973 – 13 Desember


1024), juga dikenal sebagai Santo Heinrich, Ordo S. B.,[a] adalah Kaisar Romawi Suci ("Imperator
Romanorum") dari tahun 1014 sampai kematiannya pada tahun 1024, dan anggota terakhir Wangsa
Ottonian karena ia tidak memiliki keturunan. Adipati Bayern dari tahun 995, Heinrich menjadi Raja
Jerman ("Rex Romanorum") setelah kematian mendadak sepupu keduanya, Kaisar Otto III pada
tahun 1002, yang dimahkotai sebagai Raja Italia ("Rex Italiae") pada tahun 1004, dan dimahkotai
oleh Paus sebagai Kaisar pada tahun 1014.
Putra Heinrich II, Adipati Bayern dan istrinya Gisela dari Bourgogne, Kaisar Heinrich II adalah cicit
Raja jerman Heinrich I dan anggota dari Wangsa Ottonian cabang Bayern. Sejak ayahandanya
memberontak terhadap dua kaisar sebelumnya, Heinrich yang lebih muda kerap berada di
pengasingan. Hal ini menyebabkannya beralih ke Gereja pada usia dini, pertama kali menemukan
perlindungan dengan Uskup Freising dan kemudian dididik di sekolah katedral Hildesheim. Ia
menggantikan ayahandanya sebagai Adipati Bayern pada tahun 995 sebagai "Heinrich IV". Sebagai
Adipati, ia berusaha bergabung dengan sepupu keduanya, Kaisar Romawi Suci Otto III, dalam
menekan pemberontakan melawan pemerintahan kekaisaran di Italia pada tahun 1002. Namun Otto
III meninggal karena demam sebelum Heinrich II tiba, tidak meninggalkan ahli waris. Setelah
mengalahkan beberapa penuntut lain atas takhta, Heinrich II dinobatkan sebagai Raja Jerman ("Rex
Romanorum") pada tanggal 9 Juli, 1002 dan sebagai Raja Italia ("Rex Italiae") pada tanggal 15 Mei
1004. Pada tahun 1004 Heinrich II membantu Jaromír, Adipati Bohemia melawan Polandia, secara
definif menggabungkan Kadipaten Bohemia ke dalam Kekaisaran Romawi Suci.
Tidak seperti pendahulunya, yang telah memusatkan perhatian pada kekaisaran di Italia, Heinrich
menghabiskan sebagian besar masa pemerintahannya dengan wilayah kekaisaran di
utara pegunungan Alpen. Fokus utamanya adalah pada serangkaian perang melawan
Polandia Adipati Bolesław I, yang telah menaklukkan sejumlah negara di sekitarnya. namun Heinrich
memimpin tiga ekspedisi ke Italia untuk memastikan kekuasaan kekaisaran di atas semenanjung:
dua kali untuk menekan pemberontakan separatis dan sekali untuk menantang Kekaisaran
Bizantium untuk menguasai wilayah selatan Italia. Pada tanggal 14 Februari 1014, Paus Benediktus
VIII memahkotai Heinrich sebagai Kaisar Romawi Suci ("Imperator Romanorum") di Roma.
Pemerintahan Heinrich II dipandang sebagai periode kekuasaan terpusat di seluruh Kekaisaran. Ia
mengkonsolidasikan kekuasaannya dengan menumbuhkan ikatan pribadi dan politik dengan Gereja
Katolik. Ia sangat memperluas tradisi Wangsa Ottonian untuk mempekerjakan pendeta sebagai
lawan berat terhadap bangsawan sekuler. Melalui sumbangan ke Gereja dan pembentukan
keuskupan baru, Heinrich memperkuat pemerintahan kekaisaran di seluruh negeri dan
meningkatkan kendali atas urusan gerejawi. Ia menekankan pelayanan kepada Gereja dan
mempromosikan reformasi monastik. Atas kekudusan dan upaya pribadinya untuk mendukung
Gereja, Paus Eugenius III mengkanonisasinya pada tahun 1146, menjadikan Heinrich II sebagai
satu-satunya raja Jerman yang menjadi santo.
Heinrich II menikahi Kunigunde dari Luksemburg, yang kemudian menjadi ratu dan permaisurinya.
Karena ikatan tersebut tidak menghasilkan keturunan, setelah kematian Heinrich, bangsawan
Jerman memilih Konrad II, cicit Kaisar Otto I, untuk menggantikannya. Konrad adalah kaisar
pertama Wangsa Salier.

Anda mungkin juga menyukai