LI LBM 4 SGD 10 Modul KB
LI LBM 4 SGD 10 Modul KB
1. Apa itu infertilitas dan apa saja factor yang mempengaruhi infertilitas secara umum? (laki-laki
dan wanita)
Jawab :
INFERTILITAS
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk mengandung sampai
melahirkan bayi hidup setelah satu tahun melakukan hubungan seksual
yang teratur (2-3x/minggu) dan tidak menggunakan kontrasepsi apapun
atau setelah memutuskan untuk mempunyai anak.
Infertilitas disebut infertilitas primer bila terjadi tanpa kehamilan
sebelumnya dan infertilitas sekunder bila sebelumnya pernah terjadi
konsepsi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa. Definisi infertilitas adalah
ketidakmampuan menjadi hamil pada pasangan yang melakukan
hubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan/kontrasepsi atau
dengan kata lain tidak terjadinya konsepsi setelah 12 bulan pada
pasangan dengan hubungan seksual yang teratur dan tidak diproteksi.
MACAM-MACAM INFERTIL:
Infertilitas primer jika seorang wanita yang telah berkeluarga belum pernah
mengalami kehamilan meskipun hubungan seksual dilakukan secara teratur
tanpa perlindungan kontrasepsi untuk selang waktu paling kurang 12 bulan.
sedangkan tidak terdapat kehamilan dalam waktu 1 tahun atau lebih pada
seorang wanita yang telah berkeluarga dengan berusaha berhubungan
seksual secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi sebelumnya
pernah hami dikenal dengan sebutan
infertilitas sekunder adalah tidak terdapat kehamilan dalam waktu 1 tahun
atau lebih pada seorang wanita yang telah berkeluarga dengan berusaha
berhubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi
sebelumnya pernah hami
Infertilitas yang tidak dapat dijelaskan (Unexplained Infertility) dapat
diartikan sebagai ketidak mampuan untuk hamil setelah 1 tahun tanpa
ditemukannya suatu abnormalitasmenggunakan prosedur pemeriksaan
ginekologis rutin. Insidensi infertilitas ini berkisar dari 10 persen sampai
paling tinggi 30 persen di antara populasi infertil dimana hal ini tergantung
dari kriteria diagnostik yang digunakan. Minimal, diagnosis infertilitas tak
teridentifikasi menunjukkan analisis semen yang normal, bukti objektif
adanya ovulasi, rongga uterus yang normal, serta patensi tuba bilateral.
Sumber : (Andani saraswati, 2016, infertily)
PADA LAKI_LAKI
Gangguan spermatogenesis
1. Jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter cairan seminal.
2. Jumlah spermatozoa yang abnormal lebih dari 40% yang berupa defek
kepala (caput) atau ekor (cauda) yang spesifik. Keadaan ini mungkin karena
adanya aplasia sel germinal, pengelupasan, atau suatu defek kongenital,
atau beberapa penyebab yang tidak dapat ditetapkan.
3. Cairan seminal yang diejakulasikan kurang dari 2 ml.
4. Kandungan kimia cairan seminal tidak memuaskan, misalnya kadar glukosa,
kolesterol, atau enzim hialuronidase abnormal dan pH-nya terlalu tinggi atau
terlalu rendah.
Obstruksi
1. Sumbatan (oklusi) kongenital duktus atau tubulus.
2. Sumbatan duktus atau tubulus yang disebabkan oleh penyakit
peradangan (inflamasi) akut atau kronis yang mengenai membran basalis
atau dinding otot tubulus seminiferus, misalnya orkitis, infeksi prostat,
infeksi gognokokus. Penyakit ini merupakan penyebab yang paling umum
pada infertilitas pria.
Ketidakmampuan ejakulasi/ koitus
a. Faktor-faktor fisik misalnya hipospadia, epispidia, deviasi penis seperti
pada priapismus atau penyakit peyronie.
b. Faktor-faktor psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan untuk
mencapai atau mempertahankan ereksi.
c. Alkoholisme kronik.
Faktor sederhana
Kadang-kadang faktor-faktor sederhana seperti memakai celana jeans ketat,
mandi dengan air terlalu panas, atau berganti lingkungan ke iklim tropis dapat
menyebabkan keadaan luar (panas) yang tidak menguntungkan untuk produksi
sperma yang sehat.
Pada Pria (tambahan)
A. Faktor umum
Umur
Umur mempengaruhi kesuburan dimana pada usia tertentu tingkat
kesuburan seorang pria akan mulai menurun secara perlahan-lahan.’
Kesuburan pria ini diawali saat memasuki usia pubertas ditandai dengan
perkembangan organ reproduksi pria, ratarata umur 12 tahun.
Perkembangan organ reproduksi pria mencapai keadaan stabil umur 20
tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai dengan pertambahan umur
dan akan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun
kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-lahan, dimana keadaan ini
disebabkan karena perubahan bentuk dan faal organ reproduksi.
Frekuensi sanggama.
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara
spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus berlangsung pada saat
ovulasi. Dalam keadaan normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3 hari
dalam organ reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin jilka
ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koi tus berlangsung. Sedangkan ovum
seorang wanita umurnya lebih pendek lagi yaitu lx24 jam, sehingga bila
kiotus dilakukan-pada waktu’ tersebut kemungkinan besar bisa terjadi
pembuahan. Hal ini berarti walaupun suami istri mengadakan hubungan
seksua tapi tidak bertepatan dengan masa subur istri yang hanya terjadi satu
kali dalam sebulan, maka tidak akan terjadi pembuahan, dengan arti kata
tidak akan terjadi kehamilan pada istri.
Lama berusaha Penyelidikan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kehamilan menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam satu bulan
pertama . 57,0% dalam tiga bulan pertama, 72.1 % dalam enam bulan
pertama. 85,4% dalam 12 bulan pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan
pertama. Waktu rata~rata yang dibutuhkan untuk menghasi1kan kehamilan
adaleh. 2,3-2.8 bulan. Jadi lama suatu pasangan suami istri berusaha secara
teratur merupakan faktor penentu untuk dapat terjadi kehamilan.
B. Faktor khusus
a. Faktor Pre testikular yaitu keadaan-keadaan diluar testis dan mempengaruhi
proses
spermatogenesis.
kelainan endokrin
Kurang lebih 2% dari infertilitas pria disebabkan karena adanya kelainan
endokrin antara lain berupa: a) kelainan paras hipotalamus-hipopise seperti;
tidak adanya sekresi gonadotropin menyebabkan gangguan spermatogenesis
b) kelainan tiroid. menyebabkan gangguan metabo1isme androgen. c)
kelainan kelenjar adrenal, Congenital adrenal hyperplasi menyebabkan
gangguan spermatogenesis.
Kelainan kromosom
Misal penderita sindroma klinefelter, terjadi penambahan kromosom X,
testis” tidak berfungsi baik,sehingga spermatogenesis tidak terjadi.
Varikokel, yaitu terjadinya pemanjangan dan dilatasi serta kelokan-kelokan
dari pleksus pampiriformis yang mengakibatkan terjadinya gangguan
vaskularisasi testis yang akan mengganggu proses spermatogenesis;
b. Faktor Post testikular
Kelainan epididimis den funikulus spermatikus, dapat berupa absennya
duktus deferens, duktus deferens tidak bersambung dengan epididimis,
sumbatan dan lain-lain
Kelainan duktus eyakulatorius, berupa sumbatan
Kelainan prostat dan vesikula seminalis, yang sering adalah peradangan,
biasanya mengenai kedua organ ini, tumor prostat dan prostatektomi
Kelainan penis / uretra. berupa malformasi penis, aplasia, anomali orifisium
uretra (epispadia ,hipospadia). anomali preputium (fimosis), dan lain-lain.
c. Faktor testikular Atrofi testi primer;gangguan pertumbuhan dan perkembangan,
kriptorkidism, trauma, torsi, peradangan, tumor. Hampir 9% infertilitas pria
disebabkan karena kriptorkismus (testis tidak turun pada skrotum).
d. Reaksi imunologis Dalam hal ini analisis sperma biasanya tidak menunjukan
kelainan,
kecuali terlihat adanya aglutinasi spermatozoa yang dapat ditentukan dengan tes
imunologis
e. Faktor lingkungan
2. Mengapa pasien belum hamil setelah menikah walaupun sudah melakukan hubugan secara
teratur?
Jawab :
Intercause(ggg menstruasi yg x teratur) wlpun hubungan seksual teratur dilakukan
dlm masa suburnya x menyebabkan kehamilah
Frekuensi hubunganseksua yg baik 2 x seminggu . apabila sehari 1x mempengaruhi
kepadatan dr kualitas spermanya 2-3 hari memberikan kesempatan testis u/
3. Apa hubungan Riwayat life style, fakor resiko dan riwatay medis pasien dengan keluhan pada
scenario?
Jawab :
Obesitas : Risiko tinggi infertilitas sudah ditemukan baik pada wanita yang
overweight maupun underweight. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Grodstein bahwa berat badan memiliki peranan dalam infertilitas. Beberapa
problem ovulasi dan perubahan menstruasi dapat ditemukan pada perempuan
dengan polycystic ovarian syndrome yang juga obesitas tetapi perempuan yang
tidak memiliki PCOS namun obesitas pun memiliki problem yang sama.
banyaknya lemak akan meningkatkan produksi hormon testosteron atau yang
biasa disebut dengan hormon laki – laki yang menghambat pertumbuhan sel
telur di indung telur sehingga hormon estrogen atau yang biasa disebut hormon
wanita produksinya pun menjadi terganggu, siklus menstruasi menjadi tidak
teratur.
Stress : stres yang dialami wanita dapat berdampak pada organ reproduksinya
dan hal ini telah dibuktikan dengan adanya besaran risiko yang ditimbulkan
akibat dari tingkat stres yang tinggi pada wanita. Selain itu, tingkat stres yang
tinggi pada wanita juga dapat memicu pengeluaran hormon kortisol yang
mempengaruhi pengaturan hormon reproduksi. Stress mempengaruhi
maturisasi pematangan sel telur pada ovarium. Saat stress terjadi perubahan
suatu neurokimia di dalam tubuh yang dapat mengubah maturasi dan pelepasan
sel telur
Merokok : Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung beberapa
komponen yang berpotensi menimbulkan radikal bebas ke dalam tubuh,
diantaranya karbon monoksida, karbon dioksida, oksida dan nitrogen dan
senyawa hidrokarbon. Komponen partikel dalam asap rokok diantaranya nikotin,
tar dan kadmiun. Kelebihan produksi radikal bebas atau oksigen yang reaktif
(ROS, reactive oxygen species) dapat merusak sperma, dan ROS merupakan salah
satu faktor penyebab infertilitas (Agarwal et al. 2003). Kebiasaan merokok
merupakan salah satu gaya hidup yang akan semakin menambah radikal bebas
dalam tubuh sehingga lebih rentan mengalami infertilitas. Mitokondria dan
plasma merupakan tempat produksi radikal bebas dalam tubuh. Proses produksi
ini melibatkan enzim kreatinin kinase dan diaphorase. Radikal bebas
menyebabkan kerusakan DNA dan akhirnya apopotosis sel sperma. Pada
perokok terdapat peningkatan level 8-hydroxydeoxyguanosine, penanda
biokimia dan kerusakan oksidatif DNA sperma, yang menyebabkan terjadinya
kerusakan DNA pada sperma. Spermatozoa tersebut mengalami kelainan
struktur kromatin berupa single/doublestrand DNA breaks.
Alkohol : etanol yang terdapat dalam minuman keras dapat menurunkan
frekuensi gerakan flagel sehingga motilitas spermatozoa akan menurun. Hal ini
diduga karena meningkatnya reaksi etanol di dalam tubuh mengakibatkan
terjadinya kerusakan sel, sehingga produksi ATP sebagai bahan energi
mitokondria rendah. Reaksi etanol dalam tubuh yang tinggi menimbulkan
terbentuknya peroksida lipid pada membrane spermatozoa dapat
menyebabkan kerusakan membrane spermatozoa. Peroksida lipid tersebut
berasal dari reaksi asam lemak tak jenuh dengan etanol yang banyak terdapat
pada membran spermatozoa. Kerusakan sel spermatozoa dapat terjadi karena
enzim pertahanan terhadap reaksi etanol dalam sitoplasma spermatozoa tidak
cukup banyak untuk menurunkan reaksi etanol. Alkohol dapat mengganggu
fungsi sel Leydig dengan sintesis testosteron sehingga menyebabkan kerusakan
pada membran basalis. Alkohol juga dapat memperburuk kualitas sperma,
jumlah sperma rendah, encer, morfologi sperma abnormal serta menurunkan
kadar zinc yang berguna untuk membentuk lapisan luar dan ekor sperma serta
melindungi dari kerusakan oxidative dan membantu menghentikan aglutinasi
dan jika dalam jumlah banyak dapat menurunkan fungsi seksual melalui
penghambatan biosintesis (Ambarwati, 2009). Sistem reproduksi pria terdiri dari
hipotalamus, kelenjar pituitari anterior, dan testis. Alkohol dapat mengganggu
fungsi dari masing-masing komponen sehingga menyebabkan impotensi,
infertilitas dan mengurangi karakteristik seksual sekunder.
Olahraga berat
Pada wanita
Obat-obatan
Faktor penting lainnya yang juga merupakan faktor penyebab infertilitas
adalah faktor farmakologis, yaitu obat-obatan yang digunakan untuk
menyembuhkan penyakit. Obat-obat tersebut ada juga yang menyebabkan
efek samping yang tidak diinginkan.
Efek tersebut menurut Baker (1998) bermacammacam. Spironolakton,
spiroteron, ketokonazol,dan simetidin memiliki sifat antiandrogenik, yaitu
sifat yang berlawanan dengan testosteron.Tetrasiklin menurunkan kadar
testosteron hingga 20%, sedangkan nitrofurantoin menekan proses
spermatogenesis melalui proses reduksi kimia yang tidak diinginkan dalam sel
sehingga menghasilkan superoksida dan kumpulan racun oksigen lainnya.
Kumpulan komponen oksidasi sel tersebut menyebabkan sel tidak berfungsi.
Sulfasalazine yang digunakan dalam pengobatan ulcerative colitis dapat
menyebabkan penurunan motilitas dan densitas sperma melalui mekanisme
gangguan proses spermatogenesis; tetapi reversibel. Sedangkan Fenitoin dapat
menyebabkan infertilitas karena mempengaruhi hipofisis dalam mensintesis FSH.
Sumber : (Rosila Idris, Bhanu , Hadi Hartamto,2015); (srimulyani, 2010, AKTIVITAS FISIK
INTENSITAS TINGGI SEBAGAI FAKTOR RESIKO TERHADAP GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI);
(Najakhatus Sa’adah, Windhu Purnomo,2015, Karakteristik dan Perilaku Berisiko Pasangan
Infertil di Klinik Fertilitas dan Bayi Tabung Tiara Cita Rumah Sakit Putri Surabaya);
(indrawati,dkk,2017, Analysis of Factors Influencing Female Infertility