Anda di halaman 1dari 10

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Teknik Relaksasi Nafas Dalam, Penghisapan Lendir (Suction)


& Kompresi Bimanual (Tindakan Pada Ibu Post Partum)
Untuk Memenuhi Tugas Praktek Belajar Klinik Keperawatan Maternitas yang di Ampu Oleh Ibu Emi
Lindayani, M.Kep., Ners

Di susun oleh : Kelompok 3


Nama NIM
Aji Setia Ramlan (1908955)
Citra Devi Irmayanti (1908747)
Defira Alfia Ramdhani (1908427)
Deni Permana (1909029)
Fitria Amira (1909059)
Malik fauzan (1909273)
Mega Phuspita (1908327)
Norma Nurul Fatharani (1908009)
Rahayu Pujie Lestari (1908746)
Shalsa Azhari Arafah (1908402)
Siti Nurwinda (1909083)
Zenia Kaulika Putri Andinis (1908611)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2021
TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

Pengertian Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan


keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas
secara perlahan, Selain dapat mengurangi ketegangan otot, teknik
relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).
Tujuan Untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas,
meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stress fisik maupun
emosional yaitu dapat menurunkan intensitas nyeri dan mengurangi
kecemasan (Smeltzer & Bare, 2002).
Adapun tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah :
1. Menggurangi atau menghilangkan rasa nyeri
2. Membuat ventilasi menjadi maksimal dan meningkatkan
kekuatan, koordinasi, dan efesiensi otot pernapasan
Persiapan 1. Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
Pasien pada pasien/keluarga
2. Melakukan inform consent
3. Atur posisi pasien sesuai kebutuhan
Prosedur 1. Tahap prainteraksi
pelaksanaan a. Membaca status pasien
2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam teraupetik
b. Validasi kondisi pasien
c. Menjaga privacy pasien
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien dan keluarga
3. Tahap kerja
a. Cuci tangan
b. Atur pasien pada posisi setengah duduk ditempat tidur atau
dikursi atau dengan lying position (posisi berbaring) di tempat
tidur.

1
c. Fleksikan lutut klien untuk merilekskan otot abdomen
d. Tempatkan satu atau dua tangan pada abdomen, tepat di bawah
tulang iga
e. Tarik nafas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup.
Hitung sampai 3 selama inspirasi
f. Konsentrasi dan rasakan gerakan naiknya abdomen sejauh
mungkin, tetap dalam kondisi rileks dan cegah lengkung pada
punggung. Jika ada kesulitan menaikkan abdomen, ambil napas
dengan cepat, lalu napas kuat lewat hidung
g. Hembuskan udara lewat bibir, seperti meniup atau ekspirasi
secara perlahan dan kuat sehingga terbentuk suara hembusan
tanpa mengembungkan pipi.
h. Konsentrasi dan rasakan turunnya abdomen dan kontraksi otot
abdomen ketika ekspirasi. Hitung sampai 4 selama ekspirasi
i. Ulangi langkah-langkah 5 dan 7 sebanyak 10 sampai 20 kali.
Amati terhadap adanya pusing, sesak napas, atau masalah-
masalah pernapasan lainnya
j. Gunakan latihan ini setiap kali merasakan napas pendek dan
tingkatkan secara bertahap selama 5-10 menit, 4 kali sehari.
Latihan dilakukan dalam posisi duduk tegap atau posisi
ternyaman klien.
k. Cuci tangan

Langkah-langkah Teknik Relaksasi Nafas Dalam (Potter dan Perry,


2005)
a. Atur posisi pasien dengan posisi duduk ditempat tidur atau
dikursi
b. Letakkan satu tangan pasien diatas abdomen ( tepat bawah iga)
dan tangan lainnya berada di tengah-tengah dada untuk
merasakan gerakan dada dan abdomen saat bernafas
c. Keluarkan nafas dengan perlahan-lahan

2
d. Tarik nafas dalam melalui hidung secara perlahan-lahan selama
4 detik sampai dada dan abdomen terasa terangkat maksimal,
jaga mulut tetap tertutup selama menarik nafas
e. Tahan nafas selama 3 detik
f. Hembuskan dan keluarkan nafas secara perlahan-lahan melalui
mulut selama 4 detik
g. Lakukan secara berulang dalam 5 siklus selama 15 menit
dengan periode istirahat 2 menit (1 siklus adalah 1 kali proses
mulai dari tarik nafas, tahan dan hembuskan).
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak untuk kegistsn selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
d. Cuci tangan
5. Dokumentasi
a. Hasil tindakan dan respon pasien dicatat dengan jelas dan
ringkas
b. Paraf dan nama jelas ditulis

3
PENGHISAPAN LENDIR (SUCTION)
Pengertian Penghisapan lendir (suction) merupakan Tindakan keperawatan
memasukkan kateter penghisap ke dalam mulut/hidung dengan tujuan
untuk mengeluarkan secret
Tujuan 1. Membersihkan jalan nafas
2. Memenuhi kebutuhan oksigenasi
Indikasi 1. Pasien tidak sadar
2. Pasien yang tidak dapat mengeluarkan lendir sendiri
Alat dan bahan 1. Alat penghisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan
2. Kateter penghisap lender
3. Cucing (iodine cup)
4. Pinset steril
5. Sarung tangan steril
6. Sarung tangan bersih
7. Masker
8. Larutan aquades atau NaCl 0,9%
9. Larutan desinfektan
10. Spatel lidah (jika diperlukan)
11. Kasa steril secukupnya
12. Tisu
Persiapan 1. Persiapan lingkungann: data biografi pasien
Perawat 2. Bicarakan keinginan pasien, kekhawatirannya, dan ketakutannya
dengan cara yang simpatik dan teliti
Prosedur Kerja 1. Salam pada pasien
2. Jelaskan maksud dan tujuan tentang prosedur yang akan
dilakukan
3. Cuci tangan lalu pakai sarung tangan bersih
4. Tuangkan NaCl 0,9% atau Aquades ke dalam cucing
5. Tempatkan pasien pada posisi terlentang dengan kepala miring
kea rah perawat
6. Lepas sarung tangan lalu ganti dengan sarung tangan (tangan
dominan memakai sarung tangan steril dan yang non dominan
memakai sarung tangan non steril)

4
7. Hubungkan kateter penghisap dengan selang alat penghisap
(kateter penghisap di pegang dengan tangan dominan)
8. Nyalakan mesin penghisap
9. Lakukan penghisapan lendir, sebelumnya masukan kateter
penghisap ke dalam cucing yang bersisi NaCl 0,9% atau Aquades
untuk mempertahankan tingkat kesterilan (asepsis)
10. Masukan kateter penghisap kedalam organ yang akan dilakukan
penghispan (hidung atau mulut) dalam keadaan tidak menghisap
11. Gunakan alat penghisap dengan tekanan 110-150 mmHg untuk
dewasa, 95-110 mmHg untuk anak-anak dan 50-95 mmHg untuk
bayi
12. Tarik dengan memutar kateter penghisap tidak lebih dari 15 detik
13. Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0,9%
14. Minta pasien untuk nafas dalam dan batuk. Apabila pasien
mengalami distress pernafasan, biarkan istirahat 20-30 detik
sebelum melakukan penghisapan berikutnya
15. Rapikan keadaan pasien
16. Bereskan peralatan dan kembalikan pada tempat semula
17. Sampaikan pada pasien bahwa tindakan sudah selesai dilakukan
18. Ucapkan salam
19. Lepaskan sarung tangan
20. Cuci tangan
Dokumentasi 1. Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan tindakan.
2. Mencatat hasil pengkajian sebelum, selama dan setelah tindakan
prosedur.
3. Mencatat hasil observasi klien selama dan setelah tindakan.
4. Mencatat sputum / sekret dan karakteristiknya (jumlah,
konsistensi, dan warnanya).
Sikap 1. Sistematis.
2. Hati-hati.
3. Berkomunikasi.
4. Mandiri.
5. Teliti.

5
6. Tanggap terhadap respon klien.
7. Rapih.
8. Menjaga privasi pasien

6
KOMPRESI BIMANUAL

Pengertian Prosedur kompresi bimanual adalah serangkaian proses yang


dilakukan untuk penanggulangan atonia uteri
Tujuan Menghentikan perdarahan dan merangsang kontraksi uterus
Kebijakan Dilakukan pada pendarahan yang disebabkan oleh atonia uteri
Prosedur Persiapan alat
1. Sarung tangan steril
2. Cairan infus
3. Peralatan infus
4. Jarum infus
5. Plester
6. Kateter urin
Penatalaksanan Prosedur Kompresi Bimanual Interna
1. Penolong berdiri di depan vulva. Oleskan larutan antiseptic pada
sarung tangan kanan
2. Ibu jari dan telunjuk tangan kiri menyisihkan labia mayora
kelaterai, masukkan tangan kanan secara obstertik ke dalam
serviks
3. Kepalkan tangan kanan dan letakkan daratan punggung jari
telunjuk hingga kelingking
4. Pada forniks, anterior, dorong terus ke arah kranio anterior.
Tapak tangan kiri menekan bagian belakang korpusuteri
5. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak tangan kiri
dengan kepalan tangan kanan pada forniks anterior
6. Perhatikan perdarahan yang terjadi
7. Setelah dilakukan kompresi selama 5 menit, evaluasi perdarahan
dan kontraksi uterus
8. Bila hasinya baik, kompresi dapat dilanjutkan 2 menit lagi
9. Bila perdarahan belum berhenti, keluarkan tangan kanan,
bersihkan sarung tangan, lepaskan dan ren dalam cairan klorin
0.5%
10. Lakukan pemasangan infus RL

7
11. Tambahkan oksitosin 20 iu ke dalam 500 ml cairan infus dan
berikan dalam 10 menit
12. Lanjutkan dengan kecepatan pemberian cairan infus 500 ml/jam,
kemudian 125ml/jam
13. Suntikan ergometrin 0.2 mg IM, bila belum diberikan
14. Lanjutkan dengan tindakan kompresi bimanual eksterna

Prosedur Kompresi Bimanual Eksterna


1. Penolong berdiri di sisi kanan ibu
2. Tekan dinding perut bawah untuk menaikan fundus uteri ibu, agar
telapak tangan kiri dapat mencakup dinding belakang uterus
3. Pindahkan posisi tangan kanan sehingga telapak tangan kanan
dapat menekan korpus uteri bagian depan
4. Tekan korpus uteri dengan cara mendekatkan telapak tangan
kanan dan telapak tangan kiri penolong
5. Perhatikan perdarahan dan kontraksi uterus yang terjadi
6. Bila perdarahan atau kontrksi uterus belum terjadi, lakukan
prosedur kompresi bimanual eksterna selama 1-2 menit
7. Bila perdarahan ataupun kontraksi uterus tetap belum
berlangsung, siapkan rujukan
8. Selama rujukan, ibu harus didampingi oleh tenanga kesehatan
9. Selama dalam perjalanan rujukan, pantau tanda-tanda vital dan
tanda-tanda awal terjadinya syok
10. Pertahankan pemberian cairan infus dengan kecepatan sesuai
kondisi ibu
11. Perhatikan kebutuhan cairan infus cadangan yang dibutuhkan
dengan mempertimbangkan lamanya perjalanan rujukan dan
kecepatan tetesan pemberian infus
12. Pantau intake dan output cairan
13. Pasang polikateter
14. Dokumntasikan seluruh prosen pertolongan yang diberikan

8
REFERENSI
Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. (2013).
Poltekkes Kemenkes Denpasar. (2018). Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Poltekkes Kemenkes Malang. (2015). Standar Operasional Prosedur Melakukan Penghisapan
Lendir dari Mulut Hidung dan Trakheostomi.
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. (2011). Standar Operasional Prosedur Teknik Relaksasi
Nafas Dalam.
Rizkita. (2018). Checklist Memberikan Teknik Relaksasi Nafas Dalam.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bali. (2012). Suction. Pendidikan Keperawatan
Universitas Muhamadiyah Malang (2018). Konsep Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Teknik
Relaksasi Benson
Yaysan Bina Pustaka Suwarno Prawiharjo. (2002). Panduang Praktik Pelayanan Kesehatan
Naternal Neonatal

Anda mungkin juga menyukai