1. Pemeriksaan Radiografi
Pengertian MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) adalah jenis tindakan medis yang menggunakan
medan magnet dan gelombang radio untuk menampilkan gambar organ serta jaringan
di dalam tubuh. Prosedur ini dapat digunakan untuk membantu dokter dalam
mendiagnosis penyakit maupun memantau proses pengobatan.
Berbeda dari CT scan atau X-ray, MRI tidak menggunakan radiasi dalam prosesnya.
Mesin MRI berbentuk seperti tabung besar dengan gaya magnet.Ketika pasien
berbaring dalam mesin tersebut, medan magnet akan mengubah posisi molekul air
dalam tubuh. Gelombang radio kemudian menghasilkan sinyal yang dideteksi dan
ditampilkan dalam bentuk gambar.MRI akan menghasilkan gambar 3D (tiga dimensi)
yang dapat dilihat dari berbagai sisi. Dengan ini, proses diagnosis bisa lebih
mendetail.
Biaya MRI
Besarnya biaya yang Anda perlukan untuk menjalani MRI bervariasi dan tergantung
dari rumah sakit, kelas perawatan, dan bagian tubuh yang akan diperiksa. Secara
umum, biaya MRI di rumah sakit swasta dimulai dari Rp 2.100.000.MRI juga
ditanggung oleh asuransi kesehatan (BPJS Kesehatan) apabila sesuai dengan
ketentuan dan indikasi medis Anda, serta direkomendasikan oleh dokter.
Kenapa MRI diperlukan?
MRI merupakan prosedur non-invasif yang dilakukan untuk memeriksa kondisi
organ, jaringan, dan kerangka tubuh pasien. Prosedur ini akan menghasilkan gambar
dengan resolusi tinggi, sehingga dapat digunakan untuk mendiagnosis
penyakit.Beberapa jenis MRI dan kegunaannya meliputi:
MRI payudara
MRI bisa digunakan bersama dengan pemeriksaan mammogram untuk mendeteksi
kanker payudara, terutama bagi wanita dengan jaringan payudara yang padat atau
berisiko tinggi terkena kanker payudara.
Pemeriksaan tato
Beritahukan juga pada dokter apabila Anda memiliki tato. Pasalnya, beberapa jenis
tato mengandung komponen logam.
Prosedur MRI
Secara umum, MRI biasanya memakan waktu sekitar 20 hingga 90 menit dengan
prosedur sebagai berikut:
Pasien berbaring di atas meja khusus yang akan bergerak masuk ke dalam
mesin MRI. Mesin ini berbentuk seperti tabung besar dengan lubang di kedua
sisi dan magnet yang mengelilinginya.
Tali pengikat bisa digunakan untuk memastikan posisi pasien tidak bergeser
selama pemeriksaan.
Keseluruhan atau sebagian badan pasien akan masuk ke dalam mesin.
Mesin MRI akan menghasilkan medan magnet yang kuat di dalam tubuh
pasien.
Komputer lalu menangkap sinyal yang dihasilkan oleh mesin untuk
menghasilkan serangkaian gambar. Tiap gambar memperlihatkan potongan
tipis tubuh pasien.
Pasien mungkin mendengar suara ketukan keras selama pemeriksaan. Suara ini
berasal dari mesin MRI yang menghasilkan energi untuk memproduksi gambar.
Apabila dirasa kurang nyaman, pasien dapat meminjam alat penutup telinga untuk
meredam suara ini.Pasien juga dapat merasakan sensasi kejut selama pemeriksaan.
Hal ini terjadi karena mesin MRI merangsang saraf di tubuh pasien, jadi tidak perlu
dicemaskan.Pada beberapa kasus, cairan pewarna kontras akan disuntikkan ke
pembuluh darah vena di tangan atau lengan pasien. Cairan ini membantu dokter untuk
melihat struktur di dalam tubuh pasien dengan lebih jelas.
Seperti apa hasil tes MRI?
Dokter spesialis radiologi akan membaca gambar hasil pemindaian MRI, lalu
memberikan laporannya pada dokter Anda. Dokter kemudian akan menjelaskan hasil
tersebut serta tindakan medis lanjutan yang mungkin Anda perlukan.
Risiko MRI
MRI termasuk prosedur yang relatif aman. Risiko maupun efek sampingnya juga
sangat jarang.Pada sebagian orang, cairan kontras bisa saja menyebabkan efek
samping berupa mual, sakit kepala, dan nyeri atau sensasi terbakar pada area
suntikan.Sementara itu. reaksi alergi terhadap cairan kotras juga dapat terjadi, namun
sangat jarang. Apabila muncul alergi, gejalanya bisa berupa bentol-bentol atau mata
yang gatal. Segera beritahukan pada teknisi medis apabila Anda mengalami keluhan
ini
3. Audiometric Screening Test
Kenapa audiometri diperlukan?
Audiometri dapat mendeteksi stadium awal gangguan pendengaran atau kondisi tuli.
Karena itu, tes ini dilakukan sebagai skrining rutin pada fungsi pendengaran.Selain
sebagai proses skrining, audiometri juga bisa dianjurkan apabila pasien mengalami
gangguan pendengaran akibat penyebab apapun.
Kelainan bawaan
Infeksi telinga kronis
Kondisi genetik, seperti otosklerosis
Cedera pada telinga
Penyakit telinga bagian dalam, misalnya penyakit Meniere atau kondisi
autoimun yang merusak telinga bagian dalam
Terpapar suara nyaring terus-menerus
Gendang telinga pecah
Normal: 0-25 dB
Ganguan ringan: 25-40 dB
Ganguan sedang: 41-65 Db
Ganguan berat: 66-90 dB
Ganguan sangat berat: lebih dari 90 dB
Ada jenis ketulian yang ditandai dengan hilangnya kemampuan mendengar nada
rendah atau tinggi. Ada pula yang ditandai dengan hilangnya kemampuan konduksi
udara atau tulang. Sementara ketidakmampuan mendengar nada murni di bawah 25
dB akan menandakan gangguan pendengaran.Jenis dan derajat ketulian dapat
memberikan informasi terkait penyebab gangguan pendengaran yang dialami oleh
pasien. Beberapa kondisi yang dapat memicu hasil audiometri tidak normal meliputi:
Neuroma akustik
Trauma akustik dari suara ledakan atau suara yang sangat keras
Ketulian karena usia
Sindrom Alport
Infeksi telinga kronis
Labirintitis
Penyakit Meniere
Paparan suara keras dalam waktu lama, misalnya ahli mesin di pabrik, atau
kebiasaan mendengarkan musik yang nyaring
Pertumbuhan tulang tidak normal pada telinga tengah (otosklerosis)
Gendang telinga pecah atau berlubang
4. Tympanometri
Pengertian Tympanometri
Uji timpanometri adalah tes medis yang digunakan untuk mendiagnosis gangguan
pendengaran, terutama yang terjadi pada anak-anak. Prosedur ini dilakukan dengan
cara mengukur pergerakan membran timpani sebagai respons terhadap perubahan
tekanan.
Prosedur Tympanometri
Risiko Tympanometri
Sejauh ini tidak ada risiko dari penggunaan otoscope atau tympanometer yang telah
dilaporkan. Namun, karena uji timpanometri menghasilkan tekanan di telinga, pasien
bisa saja merasakan ketidaknyamanan selama tindakan berlangsung.Pasien anak atau
orang dewasa yang sensitif dapat mengalami refleks penolakan ketika suatu benda
dimasukkan ke dalam telinga. Namun secara umum, prosedur ini tidak dianggap
menyakitkan.
6. Caloric Test
Pengertian
Caloric Test adalah alat klinis yang berguna yang dapat menilai dan mengukur status
fungsional dari sistem vestibular individu. Tes ini menggunakan mekanisme refleks
vestibular-okuler untuk menguji defisit perifer unilateral. Refleks vestibular-okuler
membutuhkan batang otak yang utuh agar berfungsi, dan tujuannya adalah untuk
mempertahankan fiksasi mata pada target yang tidak bergerak saat kepala sedang
bergerak, sehingga objek perhatian tetap berada di tengah bidang visual. Seperti
dijelaskan di bawah, pengujian kalori memanipulasi refleks vestibular-okuler untuk
menguji kanalis semisirkularis lateral dan aferennya secara spesifik.
Indikasi
Tes kalori secara klinis berguna sebagai tes di samping tempat tidur untuk
mengisolasi sistem vestibular perifer dan menyingkirkan etiologi sentral dari vertigo.
Ketika ada kecurigaan tinggi untuk lesi perifer, pengujian kalori bi-termal biasanya
dilakukan. Namun, dalam kasus di mana terdapat probabilitas pretes yang rendah,
akan tepat untuk hanya menggunakan pengujian kalori termo termik dan berhenti
ketika pengujian negatif atau dengan kata lain, responsnya simetris (oleh karena itu
kemungkinan menunjukkan proses sentral). Keuntungan yang dimiliki pengujian
kalori dibandingkan penelitian lain, seperti tes potensi miogenik yang dibangkitkan
oleh vestibular dan tes impuls kepala video, adalah tidak memerlukan gerakan kepala
untuk dilakukan, membuat kepatuhan pasien yang lebih baik pada pasien yang
gejalanya memburuk dengan gerakan, serta pada pasien dengan mobilitas serviks
terbatas.
Indikasi lain untuk penggunaan tes ini adalah untuk pengujian batang otak pada
pasien koma. Seperti dijelaskan di atas, busur refleks membutuhkan batang otak yang
utuh, dan oleh karena itu kurangnya nistagmus dapat mengindikasikan lesi batang
otak.
Kontraindikasi
Penggunaan obat-obatan medis yang dapat mempengaruhi sistem vestibular (anti-
emetik, ansiolitik, dan antidepresan) dalam 48 jam pengujian merupakan
kontraindikasi relatif.
Peralatan
Sistem irigasi kalori air dengan dua bak air suling 250 cc, masing-masing dipanaskan
hingga 44 C dan 30 C.
Personil
Penyedia ditambah satu hingga dua orang tambahan untuk memegang bak penangkap,
stopwatch, dan / atau handuk kering.
Persiapan
Gunakan otoskop untuk memeriksa saluran pendengaran eksternal dan memastikan
tidak ada halangan, infeksi, atau impaksi serumen. Naikkan kepala pasien ke sudut 30
derajat. Ini menempatkan kanal horizontal dalam bidang vertikal, mengoptimalkan
rangsangannya. Letakkan wadah penangkap di bawah telinga pasien. Jika
menggunakan EOG atau VOG, pasang elektroda atau letakkan kacamata di atas mata.
Beri tahu pasien tentang prosedur dan instruksikan mereka untuk melakukan latihan
"peringatan" saat irigasi dimulai, misalnya, menghitung tujuh serial dengan suara
keras, menamai hewan, atau membuat daftar kata yang dimulai dengan huruf yang
sama.
Teknik
Dengan menggunakan sistem irigasi, berikan 250 cc larutan air hangat selama 25
hingga 30 detik ke telinga yang diduga terkena. Memungkinkan sistem terbuka di
mana air yang dialirkan dapat dengan bebas mengalir keluar dari saluran pendengaran
eksternal dan dikumpulkan di bak. Denyut nistagmus akan terjadi kira-kira 30 detik
setelah permulaan pengiriman air dan akan meningkat intensitasnya selama 30 sampai
45 detik berikutnya. Latihan peringatan yang Anda perintahkan kepada pasien untuk
dilakukan akan mencegah penekanan nistagmus. Tunggu lima menit dan ulangi
dengan telinga satunya. Ulangi dengan air dingin, jika diindikasikan.
Jika tidak ada respons terhadap irigasi hangat atau dingin, atau jika sistem irigasi bi-
kalori tidak tersedia, irigasi air es dapat dipertimbangkan. Pasien diinstruksikan untuk
berbaring dalam posisi setengah telentang dengan telinga yang diduga terkena
diangkat. Sekitar 2 cc air es disuntikkan ke liang telinga melalui spuit dan disimpan
dalam posisi tersebut selama 30 detik. Kepala pasien kemudian diputar ke garis
tengah dan diamati adanya nystagmus saat pasien melakukan tugas-tugas peringatan.
Ini telah terbukti memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi daripada
udara hangat atau air, meskipun mungkin tidak dapat ditoleransi dengan baik.
Komplikasi
Mual dan muntah adalah efek samping yang paling umum dari pengujian kalori.
Selain itu, pasien mungkin mengalami vertigo yang semakin parah. Gejala sisa jangka
panjang biasanya tidak terkait dengan pengujian kalori. Signifikansi Klinis
Tes kalori adalah alat yang berguna yang dapat membantu seorang dokter
membedakan lesi sentral versus lesi perifer pada pasien yang mengeluh pusing.
Idealnya, media hangat digunakan untuk menguji fungsi vesibular pada pasien dengan
probabilitas pretest rendah dari proses perifer, karena pengujian monokalorik (MCT)
dilaporkan memiliki rentang sensitivitas yang luas (0,54-1,00) untuk vestibulopati
unilateral, dan oleh karena itu memiliki penggunaan yang terbatas ketika probabilitas
pra-tes menengah [7]. Oleh karena itu, untuk pateint dengan probabilitas pretest tinggi
dari proses perifer, pengujian bi-thermic harus digunakan.
Meskipun air hangat cenderung lebih umum digunakan, pengujian kalori udara hangat
juga telah dilaporkan sensitif 87% dengan nilai prediksi negatif 90% saat menilai
kelemahan vestibular unilateral ketika pemotongan 25% perbedaan antar telinga
digunakan. [8]. Meskipun demikian, media dingin menghasilkan respon yang lebih
drastis dalam nistagmus fase lambat yang diukur, dan dengan demikian lebih mudah
untuk diidentifikasi oleh praktisi dan oleh karena itu ini adalah tes yang lebih spesifik
untuk menentukan lesi perifer [9] [4]. Untuk pasien yang stimulasi udara atau air
dikontraindikasikan (seperti otitis media supuratif kronis atau perforasi membran
timpani), radiasi inframerah dekat adalah metode alternatif yang sama efektifnya
untuk pengujian kalori [10].
Pengujian kalori menggunakan udara hangat dapat digunakan dalam situasi di mana
terdapat otitis media supuratif kronis dan atau perforasi pada membran timpani.
Perangkat tambahan ini membutuhkan lebih sedikit persiapan yang rumit, kebutuhan
personel dan dapat mengurangi komplikasi pengujian menggunakan air.
7. Laringoskopi
Pengertian Laringoskopi
Laringoskopi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat kotak suara (laring),
pita suara, dan struktur lain di belakang tenggorokan.
Pemeriksaan ini dapat membantu dokter dalam menentukan penyebab dari gejala
yang dialami pasien. Misalnya, perubahan suara, gangguan pernapasan, nyeri
tenggorokan, sakit telinga, sulit menelan, dan sumbatan jalan napas.Terdapat tiga
jenis laringoskopi berdasarkan prosedurnya, yaitu laringoskopi indirek, laringoskopi
fleksibel (direct fiber-optic laryngoscopy), dan laringoskopi direk. Prosedur ini
biasanya akan dilakukan oleh dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan
(THT).
Kenapa laringoskopi diperlukan?
Dokter akan menyarankan laringoskopi untuk:
Prosedur Laringoskopi
Prosedur laringoskopi bervariasi tergantung pada jenisnya. Berikut penjelasannya:
1. Laringoskopi indirek
Pada laringoskopi indirek, dokter akan memakai cermin kecil bertangkai panjang,
yang menyerupai cermin pada pemeriksaan gigi. Alat ini digunakan untuk melihat
laring pasien.Pemeriksaan sederhana ini biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar
5-10 menit dengan prosedur yang meliputi:
3. Laringoskopi direk
Pada prosedur laringoskopi direk, dokter akan menggunakan laringoskop untuk
mendorong lidah ke bawah dan mengangkat epiglotis. Epiglotis adalah selaput dekat
pita suara yang akan membuka ketika seseorang bernapas dan menutup ketika
seseorang menelan.Pemeriksaan ini biasanya dilakukan sekitar 45 menit. Pasien akan
diberi obat bius total sehingga akan tertidur selama prosedur.