Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN MATERI

P1

 Butir 38 Resolusi PBB No. 39/248 tanggal 9 April 1985 tentang Guidelines for Consumer
Protection (Garis-garis besar atau petunjuk dalam perlindungan konsumen) yaitu untuk
menjaga kepentingan konsumen khususnya pada Negara-negara berkembang, pemerintah
selayaknya memberikan prioritas pada bidang-bidang yang sangat penting berkaitan dengan
kesehatan konsumen seperti makanan, minuman, obat-obatan. Pemerintah harus mengadopsi
atau memelihara terus-menerus pada produk dan harus melakukan kontr ol yang berkualitas.
Serta memberikan informasi yang cukup sebagaimana pendidikan dan program-program
penelitian di bidang-bidang yang berkaitan dengan makanan, minuman, dan obat-obatan.
Petunjuk-petunjuk dari pemerintah sebaiknya pada bidang-bidang yang sangat spesifik ini
berkembang, sebagaimana yang diinginkan pada dokumen-dokumen dibidang perlindungan
konsumen.
 Hambatan non tarif yaitu berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya standar saja. Misalnya
Negara A mengekspor ke Negara B dan Negara B meminta standarnya harus begini, tapi kita
tidak bisa. Maka perlu adanya modal untuk mensupport hal tersebut seperti mesin untuk
mengolah produk tersebut dengan baik sehingga higienis, sehat, dan aman, serta sampai di
tempat tujuan bisa dinikmatin dengan enak dan selamat.
 Di dalam prosedur untuk melindungi konsumen, maka harus diberikan jaminan bahwa semua
produk barang atau jasa tidak boleh menjadikan hambatan pada perdagangan internasional
dan kita harus patuhi obligasi (kewajiban atau standar-standar) yang diharuskan oleh
perdagangan Internasional.

P2

 Dengan adanya perkembangan perekonomian yang sangat pesat ini telah menghasilkan
berbagai jenis variasi, masing-masing jenis barang atau jasa yang dapat dikonsumsi.
 Ada perluasan ruang gerak arus transformasi baik barang atau jasa yang melintasi batas-batas
wilayah suatu Negara. Sehingga konsumen dihadapkan pada berbagai jenis produk barang
atau jasa yang sangat variatif. Kita dijadikan obyek dari pelaku usaha, kondisi seperti ini
pada suatu sisi memberikan manfaat bagi konsumen karena kebutuhan barang atau jasa dapat
terpenuhi.
 Perkembangan hukum konsumen di dunia berawal dari gerakan perlindungan konsumen
(consumers movement). Di Amerika Serikat tercatat sebagai Negara yang banyak
memberikan sumbangan terhadap masalah perlindungan konsumen yang diawali secara
historis dengan adanya gerakan konsumen di awal abad 19. Tepatnya di kota New York,
yang pada waktu itu ada liga konsumen tahun 1891. Lalu di tingkat nasional, Amerika
Serikat membentuk Liga Konsumen Nasional (The National Consumer’s League). Organisasi
ini tumbuh dan berkembang sangat pesat hingga pada awal tahun 1903 berkembang di 64
cabang yang meliputi 20 negara bagian di Amerika Serikat. Perjalanan-perjalanaan
selanjutnya dengan dibukanya dan terbentuknya komisi yang bergerak di bidang
perlindungan konsumen ada yang disebut dengan federal trade commission yang hadir di
tahun 1914. Dan tahun 1930-an dianggap sebagai era kedua pergerakan konsumen karena
mulai dipikirkan urgensi atau arti pentingnya konsumen dari pendidik.
 Era ke-3 sebagai sejarah perlindugan konsumen terjadi pada tahun 60-an yang melahirkan era
hukum perlindungan konsumen dengan lahirnya suatu cabang hukum baru yaitu hukum
konsumen. Pada tahun 1962 Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy menyampaikan
consumers massage kepada kongres. Sehingga dianggap era baru gejolak konsumen.
 Di Indonesia masalah perlindungan konsumen baru diketahui tahun 1970-an. Dengan
lahirnya Yayasan Lembaga Konsumen (YLK) tahun 1973. Pada awal terbentunya YLK
berkaitan dengan rasa introspeksi atau mawas diri terhadap promosi-promosi yang demikian
gencar. Atas desakan suara-suara dari masyarakat ini, maka kegiatan promosi atau gencarnya
promosi harus diimbangi dengan langkah-langkah pengawasan. Agar masyarakat itu tidak
dirugikan dan kualitas atau produk barang dan jasanya bias terjamin. Tokoh-tokoh yang
terlibat pada waktu itu mengadakan temu wicara dengan berbagai kedutaan asing dengan
departemen perindustrian masing-masing Negara dengan DPR dan tokoh-tokoh masyarakat.
Maka puncaknya lahir Yayasan Lembaga Konsumen dengan motto “Melindungi Konsumen,
Menjaga Martabat Konsumen, dan Membantu Pemerintah”.
 Ada metode dan perundang-undangan perlindungan konsumen yang senantiasa disesuaikan
dengan perkembangan IPTEK, misalnya perkembangan komunikasi melalui internet
menyebabkan penggunaaan metode online shopping pada pola belanja konsumen. Sejak
akhir abad 20, upaya perlindungan konsumen dengan pola belanja konsumen semacam ini
tentu mensyaratkan perubahan atau peneyesuaian metode serta peraturan perundang-
undangan yang mengatur perlindungannya. Oleh karena itu selama perkembangan IPTEK
tetap terjadi, maka selama itu pula masalah baru perlindungan konsumen akan timbul
senantiasa. Sehingga menjadi masalah abadi perlindungan konsumen.
 Asas perlindungan konsumen terdapat di BAB II Pasal 2 UU No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen yaitu : asas manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan
keselamatan konsumen, serta kepastian hukum.
- Asas manfaat, dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya di dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.
- Asas keadilan, dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara
maksimal dalam memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
- Asas keseimbangan, artinya keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha,
dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual.
- Asas keamanan dan keselamatan konsumen, maksudnya adalah untuk memberikan
jaminan atas keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatan barang atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
- Asas kepastian hukum, dimaksudkan agar pelaku usaha atau konsumen menaati hukum
dan memperoleh keadilan di dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, sehingga
Negara menjamin kepastian hukum.
Dari asas-asas di atas mengacu pada filosofi pembangunan Nasional yaitu pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada falsafah Negara Republik Indonesia.
 Menurut Prof. Gustav Radbruch ada 3 nilai dasar hukum yaitu :
- Keadilan
- Kemanfaatan
- Kepastian hukum
Selain itu menurut Prof. Satjipto Rahardjo ada 4 nilai dasar hukum dimana 3 nilai dasarnya
dari Prof. Gustav Radbruch dan yang satunya adalah nilai kasih sayang. Sebagaimana asas
hukum menempatkan asas ini menjadi rujukan pertama. Baik pada pengaturan, perundang-
undangan maupun diberbagai aktivitas yang berhubungan dengan gerakan perlindungan
konsumen.
 Alasan bahwa Prof. Gustav Radbruch bahwa keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum
oleh banyak yuris pada waktu itu menjadi tujuan hukum. Menurut Ahmad Ali mengatakan
bahwa ada kesulitan untuk mewujudkan secara bersama-sama antara keadilan, kemanfaatan,
dan kepastan hukum. Artinya yaitu bahwa ketiga asas tersebut bisa dilakukan secara
kasuistis. Pada kasus-kasus tertentu mana dulu yang dipentingkan, apakah pada asas keadilan
atau kemanfaatan atau kepastian hukum. Sehingga perlu adanya urutan-urutan prioritas
seperti yang diajarkan oleh Prof. Gustav Radbruch.
 Menurut Ahmadi Miru dan Sutarman dalam buku hukum perlindungan konsumen
mengatakan bahwa perlu asas prioritas yang kasuistis agar bisa tercapai tujuan perlindungan
konsumen dengan kondisi yang ada pada masing-masing kasus.
Contoh dalam kondisi covid-19, upaya terhadap perlindungan konsumen agar seluruh warga
Negara Indonesia dapat menikmati vaksin, maka dari ketiga asas tadi yang menjadi prioritas
yaitu :
- Kemanfaatan, karena bisa didahulukan untuk tenaga medis yang membantu mengobati
pasien covid-19.
- Keadilan, karena semua warga Negara Indonesia akan mendapatkan vaksin.
- Kepastian hukum
 Dalam Pasal 2 UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, asas keseimbangan
dikelompokkan dalam asas keadilan. Karena mengingat bahwa hakekat keseimbangan yang
dimaksud adalah keadilan bagi kepentingan masing-masing pihak, baik kepentingan
konsumen, pelaku usaha maupun pemerintah.
 Keseimbangan antara pelaku usaha dan konsumen menurut Roscoe Pound mengatakan
bahwa sarana pengendalian hidup bermasyarakat di dalam menyeimbangkan kepentingan-
kepentingan yang ada dalam masyarakat bahwa hukum itu sebagi sarana control sosial.
 Dalam BAB II Pasal 3 UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen ada 6 tujuan
perlindungan konsumen yaitu :
- Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri
(asas kemanfaatan)
- Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses
negatif pemakaian barang dan/atau jasa (asas kemanfaatan)
- Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-
haknya sebagai konsumen (asas keadilan, asas kemanfaatan)
- Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum
dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi (asas kepastian
hukum)
- Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen
sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha (asas keadilan)
- Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
konsumen.

Anda mungkin juga menyukai