Anda di halaman 1dari 11

Nama : Fifi Devianti

Kelas : 2B-RMIK

NIM : E712011037

Rangkuman

A. Konstitusionalisme

Konstitusionalisme Setiap Negara modern ini senantiasa memerlukan suatu sistem

pengaturan yang dijabarkan dalam suatu konstitusi. Oleh karena itu konstitusionalisme

mengacu kepada pengertian sistem institusionalisasi secara efektif dan teratur terhadap

suatu pelaksanaan pemerintahan. Dengan lain perkataan untuk menciptakan suatu tertib

pemerintahan diperlukan perlakuan sedemikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam

proses pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan (Hamilton, 1931:255). Gagasan ini

muncul karena adanya kebutuhan untuk merespon perkembangan peran relative kekuasaan

umum dalam suatu kehidupan umat manusia.

Basis pokok konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan

(consensus) di antara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkaitan

dengan negara. Organisasi Negara itu diperlukan oleh warga masyarakat politik agar

kepentingan mereka bersama dapat dilindungi atau dipromosikan melalui pembentukkan

dan penggunaan mekanisme yang disebut dengan negara. Kuncinya adalah consensus

general agreement. Jika kesepakatan iti runtuh, maka runtuh pula legitimasi kekuasaan

negara yang berkaitan, dan pada gilirannya dapat terjadi civil war atau perang sipil, atau

dapat pula suatu revolusi.


Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman modern ini pada

umumnya dipahami berdasar pada tiga elemen kesepakatan atau Konsensus, sebagai

berikut:

1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or

general acceptance of the same philosophy of government).

2. Kesepakatan tentang the rule of low sebagai landasan pemerintahan atau

penyelenggaraan negara (the basis of government).

3. Kesepakatan tentang bentuk institusi - institusi dan prosedur-prosedur

ketatanegaraan (the form of institusions and procedures). (Andrews 1968: 2)

Kesepakatan pertama yaitu berkenaan dengan cita-cita bersama yang sangat

menentukan tegaknya konstitusionalisme dan konstitusi dalam suatu negara. Karena cita-

cita bersama itulah yang pada puncak abstraksinya paling mungkin mencerminkan bahkan

melahirkan kesamaankesamaan kepentingan diantara sesama warga masyarakat yang dalam

kenyataannya harus hidup di tengah-tengah pluralisme atau kemajemukan. Oleh karena itu,

pada suatu masyarakat untuk menjamin kebersamaan dalam kerangka kehidupan

bernegara, diperlukan perumusan tentang tujuan-tujuan atau cita-cita bersama yang biasa

juga disebut sebagai falsafah kenegaraan atau staatsidee (cita Negara) yang berfungsi

sebagai philosofhiscegronslaag dan common platforms, di antara sesame warga masyarakat

dalam konteks kehidupan bernegara.

Bagi bangsa Indonesia dasar filosofis yang dimaksud adalah dasar fisafat Negara

pancasila. Lima prinsip dasar merupakan dasar filosofis bangsa negara tersebut adalah:

1. Ketuhanan yang maha esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /

perwakilan

5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kelima prinsip dasar filsafat negara tersebut merupakan dasar filosofis-ideologis


untuk mewujudkan cita-cita ideal dalam bernegara yaitu:

1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.

2. Meningkatkan atau memajukan kesejahteraan umum

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa

4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan


keadilan social

Kesepakatan kedua adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas

aturan hokum dan konstitusi. Kesepakatan ini sangat principal karena dalam setiap negara

harus ada keyakinan bersama bahwa dalam segala hal dalam penyelenggaraan negara harus

berdasarkan atas rule of law.

Dalam istilah The Rule of Low berbeda dengan istilah The Rule by Low. Dalam
istilah

terakhir ini, kedudukan hukum (law) digambarkan hanya bersifat instrumentalis atau hanya

sebagai alat sedangkan kepemimpinan tetap berada di tangan orang atau manusia yaitu The

Rule of Man by Law. Dalam pengertian demikian hukum dapat dipandang sebagai suatu

kesatuan sistem uang puncaknya terdapat pengertian mengenai hukum dasar yang yang

disebut konstitusi, baik itu dalam arti naskah yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dari

pengertian ini kita kenal istilah Constitusional State yang merupakan salah satu ciri penting
Negara demokrasi modern. Oleh karena itu kesepakatan tentang sistem aturan sangat

peting sehingga konstitusi tidak berguna karena ia sekedar berfungsi sebagai kertas

dokumen yang mati hanya bernilai sematik dan tidak berfungsi atau tidak dapat difungsikan

sebagaimana mestinya.

Kesepakatan ketiga, adalah berkenaan dengan:

1. Bangunan organ Negara dan prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaan

2. Hubungan-hubungan antar organ Negara itu sama lain

3. Hubungan antara organ-organ Negara itu dengan warga Negara.

Dengan adanya kesepakatan tersebut, maka isi konstitusi dapat dengan mudah

dirumuskan karena benar-benar mencerminkan keinginan bersama. Kesepakatan itulah yang

dirumuskan dalam dokumen konstitusi yang diharpkan dijadikan pegangan bersama untuk

kurun waktu yang cukup lama. Konstitusi tidak sama dengan undang-undang yang dapat

lebih mudah diubah. Karena itulah mekanisme perubahan undang-undang dasar memang

sudah seharusnya tidak diubah semudah mengubah undang-undang. Meskipun demikian

harusnya konstitusi tidak disakralkan dari kemungkinan perubahan seperti yang terjadi

tatkala orde baru.

Semua kesepakatan ini menyangkut prinsip pengaturan dan pembatasan kekuasaan.

Atas dasar pengertian tersebut maka sebenarnya prinsip konstitusionalisme modern adalah

menyangkut prinsip konstitusionalisme modern adalah menyangkut prinsip pembatasan

kekuasaan atau yang lazim disebut sebagai prinsip limited government. Dalam pengertian ini

konstitusimengatur dua hubungan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu pertama,
hubungan antara lembaga pemerintahan dengan warga negara. Kedua, hubungan antara

lembaga pemerintahan yang satu dengan lainnya.


B. Konstitusi Indonesia
a. Pengantar

Dalam proses reformasi hukum dewasa ini sebagai kajian ilmiah tentang UUD 1945,
banyak yang melontarkan ide untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945. Memang
amandemen tidak dimaksudkan untuk mengganti sama sekali UUD 1945, akan tetapi
merupakan prosedur penyempurnaan terhadap UUD 1945 tanpa harus langsung mengubah
UUD-nya itu sendiri, amandemen lebih merupakan perlengkapan dan rincian yang dijadikan
lampiran otentik bagi UUD tersebut (mahfud, 1999:64). Ide tentang amandemen terhadap
UUD 1945 tersebut didasarkan pada suatu kenyataan sejarah selama masa orde lama dan orde
baru, bahwa penerapan terhadap pasal-pasal UUD memiliki sifat “multi interpretable” atau
dengan kata lain berwayuh arti, sehingga mengakibatkan adanya sentralisasi kekuasaan
terutama kepada presiden.karena latar belakang politik inilah maka masa orde baru berupaya
untuk melestarikan UUD 1945 bahkan UUD 1945 seakan-akan bersifat keramat yang tidak
dapat diganggu gugat. Suatu hal yang sangat mendasar bagi pentingnya amandemen UUD
1945 adalah tidak adanya sistem kekuasaan dengan “checks and balance” terutama terhadap
kekuasaan eksekutif.

Oleh karena itu bagi Indonesia proses reformasi terhdap UUD 1945 adalah merupakan
suatu keharusan, karena hal itu kan mengantrkan bagsa Indonesia kearah tahapan baru
melakukan penataan terhadap ketatanegaran Amandemen pertama UUd 1945 dilakukan
dengan memberikan tambahan dan perubahan terhadap pasal 9 UUD 1945. yang kedua di
lakukan pada tahun 2000, ketiga thun 2001, dan yang terakhir pada tahuhun 2002 dan
disahkan pada tnggal 10 agustus 2002.

b. Konstitusi

Konstitusi dalam kosa kata bahasa Inggris constitutional, yang salah satu maknanya
adalah Undang-Undang Dasar. Konstitusi adalah sebuah aturan-aturan dasar dan ketentuan-
ketentuan hukum yang di bentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintah
termasuk dasar hubungan kerja sama antara Negara dan masyarakat dalam konteks kehidupan
berbangsa dan bernegara. Herman Heller membagi pengertian konstitusi dalam tiga cakupan,
yaitu:

Konstitusi yang mencerminkan kehidupan politik didalam masyarakat sebagai suatu


kenyataan (mengandung arti politis dan sosiologis). 
Konstitusi adalah suatu kaidah yang hidup dimasyarakat (mengandung arti hukum atau
yuridis).

Konstitusi adalah kaidah yang ditulis dalam suatu naskah Undang-Undang tertinggi yang
berlaku dalam suatu Negara.

Sifat konstitusi ada dua macam, yakni

 Flexibel (luwes) dan rigid (kaku). Bersifat rigid, karena untuk mengubah konstitusi
perlu prosedur yang rumit. Sedang bersifat flexible, konstitusi tersebut mudah
mengikuti perkembangan jaman. Apabila diperlukan konstitusi tidak membutuhkan
prosedur yang istimewa atau rumit. Perubahan itu cukup dilakukan oleh badan
pembuat undang-undang biasa.
 Formil dan materiil Bersifat Formil berarti tertulis. Sedangkan bersifat Materiil dilihat
dari segi isinya berisikan hal-hal bersifat dasar pokok bagi rakyat dan negara. (sama
dengan konstitusi dalam arti relatif). Konstitusi yang besifat kaku tidak dapat
megikuti perkembangan zaman karena tidak hanya memuat hal-hal pokok saja,
namun juga memuat hal-hal yang penting. UUD 1945 meskipun perubahannya
membutuhkan prosedur istimewa, namun bersifat luwes karena memuat
ketentuanketentuan yang bersifat pokok-pokok saja sehingga mudah mengikuti
perkembangan zaman.Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan
pemerintah, sehingga penyelenggaraan kekuaaan tidak bertindak sewenang-wenang.
Dengan demikian hak-hak warga Negara akan dilindungi.

Fungsi dan kedudukan konstitusi antara lain:

1) Membatasi kekuasaan si pengusaha dan menjamin hak warga Negara.


2) Merupakan percerminan keadaan masyarakat dan Negara bersangkutan.
3) Memberi petunjuk dan arahan kemana Negara akan di bawa.
4) Dasar dan sumberhukum bagi peraturan perundangan di bawahnya.
5) Produk politik yang tertinggi bagi suatu bangsa dalam membentuk dan menjalankan
Negara.

Disamping pengertian UUD, di pergunakan juga istilah lain yaitu “konstitusi”. Istilah
berasal dari bahasa inggris “constitution” atau dari bahasa belanda “constitutie”.terjamahan
dari istilah tersebut adalah Undang-Undang Dasar,dan hal ini memang sesuai dengan
kebiasaan orangbelanda Dan jerman . yang dalam percakapan sehari –hari memakai kata
“grondwet’ (grond:dasar, Wet= undang-undang) yang keduanya menunjukan naskah tertulis.
Namun pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan umumnya dapat mempunyai Arti:

Lebih luas dari pada undang-undang dasar atau 

Sama dengan pengertian undang-undang dasar.

Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas dari pada pengertian undang –
undang dasar , karena pengertian undang-undang dasar hanya meliputi konstitusi saja, dan
selain itu masih terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam undang-undang
dasar.Bagi Indonesia proses reformasi terhdap UUD 1945 adalah merupakan suatu
keharusan, karena hal itu kan mengantrkan bagsa Indonesia kearah tahapan baru melakukan
penataan terhadap ketatanegaran.

Amandemen pertama UUd 1945 dilakukan dengan memberikan tambahan dan


perubahan terhadap pasal 9 UUD 1945.yang kedua di lakukan pada tahun 2000, ketiga tahun
2001,dan yang terakhir pada tahuhun 2002 dan disahkan pada tnggal 10 agustus 2002. Dalam
praktek ketatanegaraan pengertian konstitusi adalah sama dengan pengertian Undang-Undang
Dasar. Hal ini terbukti dengan disebutnya istilah Konstitusi Rebublik Indonesia Serikat bagi
UndangUndamg Dasar Republik Indonesia (Totopandoyo, 1981:25.26)

Konstitusi hukum dasar ada dua, yakni hukum dasar tertulis dan yang tidak tertulis.,

a. Hukum Dasar Tertulis (Undang-Undang dasar)

Konstitusi yang tertulis yakni Undang Undang Dasar. Hukum dasar meliputi dua macam
yaitu,hukum dasar tertulis (Undang-Undang Dasar) dan hukum tidak tertulis (convensi). Oleh
karna itu sifatnya yang tertulis, maka undang-undang dasar itu rumusannya tertulis dan tidak
mudah berubah. Secara umum menurut E.C.S wade dalam bukunya Constitusional Law,
undang – Undang dasar menurut sifat dan fungsi adalah suatu naskah yang memaparkan
kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintah suatu Negara dan menentukan
pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut.

Dalam penjelasan UUD 1945 di sebutkan bahwa undang-undang dasr 1945 bersifat
singkat dan supel. Undang-undang dasar 1945 hanya memiliki 37 pasal, adapun pasal-pasal
lainyabhanya mencatat aturan peralihan dan aturan tambahan.Hal ini mengandung makna:

1. Telah cukup jikalau uandang-uandang dasar hanya memuat aturan-aturan pokok.


2. Sifatya yang supel (elastis) dimaksudkan bahwa kita senantia harus terus
berkembang,dinamis.

Menurut padmowahyono, seluruh kegiatan Negara dapat di kelompokan menjadi dua


macam yaitu:

1. Penyelenggaraan kehidupan Negara.


2. Penyelenggaraan kesejahteraan social.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, maka sifat-sifat Undang-undang dasar


1945 adalah sebagai berikut :

1) Oleh karena sifatnya tertulis maka rumusannya jelas, merupakan suatu hukum positif
yang mengikat pemerintah sebagai penyelenggara Negara, maupun mengikat bagi
setiap warga Negara.
2) Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang-undang dasar 1945 bahwa UUD
1945 bersifat singkat dan supel,memuat aturan-aturan yaitu memuat aturan-aturan
pokok yang setiap kali harus di kembangakan sesuai dengan sesui dengan
perkembangan jaman, serta memuat hak-hak asasi manusia.
3) Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus
di laksanakan secara konstitusional.
4) Undang-undang dasar 1945 dalam tertip hukum Indonesia merupakan peraturan-
peraturan hukum positif tertinggi,di samping itu sebagai alat control terhadap norma-
norma hukum positif yang lebih rendah dalam hierarki tertip hukum Indonesia.

b. Hukum Dasar yang tidak tertulis (Convesional)

Konstitusi tidak tertulis dikenal dengan nama Convesional. Convesional adalah hukum dasar
yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan Negara meskipun sifatnya tidak tertulis. Salah satu contoh konvensi yang
berlaku di Indonesia adalah pelaksanaan pidato kenegaraan presiden menjelang peringatan
Proklamasi 17 Agustus. Convensi ini mempunyai sifat-sifat sebgai berikut :

1) Merupakan kebiasaan yang berulangkali dan terpeelihara dalam praktek


penyelenggaraan Negara.
2) Tidak bertentangan dengan Undang-Undang dasar dan berjalan sejajar.
3) Di terima oleh seluruh rakyat.
4) Bersifat sebagai pelengkap sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan dasar yang
tidak terdapat dalam Undang-undang dasar.

Contoh-contoh Convensional antara lain sebagai berikut :

1) Peangabilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat.


2) Pratek-praktek penyelenggaraan Negara yang sudah menjadi hukum dasar tidak
tertulis antara lain :
 Pidato kenegaraan presiden republic Indonesia setiap tanggal 16 agustus di dalam
siding dewan parwakilan rakyat.
 Pidato presiden yang di ucapkan sebagai keterangan pemerintah tentang rencana
anggaran pendapatan dan belanja negara pada minggu pertama pada minggu bulan
januari setiap tahunnya.

Ketiga hal tersebut dalam batinnya secara tidak langsung adalah merupakan realisasi dari
undang –undang dasar (merupakan pelengkap).Namun perlu di garis bawahi bila mana
convensi ingin di jadikan menjadikan rumusan yang bersifat tertulis , maka yang berwenabg
adalah MPR, dan rumusannya buukanlah merupakan suatu hukum dasar melainkan tertuang
dalam ketetapan MPR. Jadi konvensi bilamana dikehendaki untuk mrnjadi suatu aturan dasar
yang tertulis , tidak secara otomatis setingkat dengan UUD melaikan sebagai suatu keterapan
MPR.

1. Keberadaan dan Tujuan Konstitusi

Menurut Mahfud MD (2002), secara umum konstitusi diartikan sebagai aturan dasar
ketatanegaran yang setelah disarikan dari ajaran kedaulatan rakyat Rousseau, dipandang
sebagai perjanjian masyarakat yang berisikan pemberian arah oleh masyarakat dalam
penyelenggaraaan kekuasaan pemerintah negar. Dengan kata lain konstitusi sebenarnya tidak
lain dari realisasi demokrasi dengan kesepakatan bahwa kebebasan penguasa ditentukan oleh
pengusaha. Oleh sebab itu, setiap pelanggaran atas konstitusi harus dipandang sebagai
pelanggaran atas kontrak social. 

2. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar di Indonesia

Beberapa cara perubahan UUD atau konstitusi di Indonesia dapat dilihat dari ketentuan
UUD atau Konstitusi yang pernah dan sedang berlaku di Indonesia, yaitu:

a. Perubahan Undang-Undang Dasar dalam UUd 1945 Proklamasi


b. Perubahan Konstitusi dalam Konstitusi republik Indonesia Serikat
c. Perubahan Undang-Undang Dassar dalam UUDS
d. Perubahan Undang-Undang Dasar dalam UUD 1945 pada periode Orde lama dan
Orde Baru
e. Perubahan Undang-Undang Dasar dalam UUD 1945 Amandemen

Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen

Kedudukan UUD sebagai hukum dasar tertulis merupakan sumber hukum setiap
produk hukum seperti Undang-Undang, peraturan pemerintah, atau peraturan lainnya.

Pembukaan UUD 1945

Amandemen Pembukaan UUD 1945 Amandemen, tidak mengalami perubahan


sebagaimana awalnya UUD 1945 ditetapkan. Dapat tidaknya Pembukaan UUD 1945
dilakukan perubahan terdapat dua pandangan. Menurut Notonegoro, Pembukaan UUD 1945
sebagai pokok kaidah yang fundamental keberadaan Negara Republik Indonesia, Pembukaan
merupakan suatu rangkaian dengan proklamasi 17 agustus 1945, sehingga tidah boleh diubah
oleh siapapun termasuk MPR hasil pemilihan umum. Perubahan terhadap pembukan berarti
pembukaan Negara Proklamasi, meski masih ada Negara Indonesia tetapi Negara terebut
bukan Negara Proklamasi 17 Agustus 1945. Pendapat lain dikemukakan oleh Mahfud MD
(2000), bahwa semua hasil perbuatan manusia dapat d ubah, termasuk pembukaan UUd 1945.
Semua itu sangat tergantung kepada dinamika masyarakat Indonesia.

Pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945

Pembukaan UUD 1945, mengandung pokok-pokok pikiran yang diciptakan dan dijelmakan
dalam Batang Tubuh UUD ke dalam pasal-pasalnya. Empat pokok pikiran dalam pembukaan
UUD 1945 adalah:

a. Pokok pikiran I cerminan sila ke tiga


b. Pokok pikiran II cerminan sila ke lima
c. Pokok pikiran III cerminan sila ke empat
d. Pokok pikiran IV cerminan sila ke satu dan ke dua.

Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen 2002

Sistem pemerintahan Negara Indonesia sebelum dilakukan amandemen dibagi atas tujuh ,
secara sistematis merupakan pengejawantahan kedaulatan rakyat. Oleh karena itu, sistem ini
dikenal dengan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara. Walaupun tujuh pokok
tersebut tidak lagi sebagai dasar yuridis, namun tetap mengalami perubahan. Sistem
pemerintahan negara menurut UUD 1945 setelah amandemen secara komparatif, sebagai
berikut :

a. Indonesia ialah Negara yang Berdasarkan Atas Hukum (Rechtstaat)


b. Sistem Konstitusional
c. Kekuasaan Negara yang Tertinggi di Tangan Rakyat
d. Presiden ialah Penyelenggara Pemerintahan Negara yang Tertinggi Di samping MPR
dan DPR
e. Presiden Tidak Bertanggungjawab Kepada DPR
f. Menteri Negara ialah Pembantu Presiden, Menteri Negara tidak Bertanggungjawab
Kepada Dewan Perwakilan Rakyat
g. Kekuasaan Kepala Negara Tidak

3. Negara Indonesia Adalah Negara Hukum

Menurut Penjelasan UUD 1945 , Negara Indonesia adalah Negara hukum, yang
berdasarkan Pancasila dan bukan berdasarkan atas kekuasaan sifat. Sifat Negara hukum
hanya dapat ditunjukkan jika alat-alat perlengkapannya bertindak menurut dan terikat kepada
aturan-aturan yang ditentukan lebih dulu oleh alat-alat yang dikuasai untuk mengadakan
aturan-aturan itu. Ciri-ciri suatu Negara hukum :

a. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang menandung persamaan dalam bidang
politik, hukum, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
b. Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak
memihak.
c. Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami
dan dilaksanakan secara aman dalam melaksanakannya.

Anda mungkin juga menyukai