Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dizaman yang semakin modern pendidikan semakin dituntut harus
memberikan pelayanan yang profesional kepada publik khususnya para pelajar dan
masyarakat. Hal ini dikarnakan para pengguna jasa lembaga pendidikan semakin
kritis dalam memilih lembaga pendidikan sebagai tempat yang benar-benar layak
untuk menimba ilmu pengetahuan.Disisi lain pada zaman yang semakin modern ini
berbagai permasalahan yang harus di hadapi oleh lembaga pendidikan. Pertama
adalah mengimbangi kemajuan ilmu informasi tekhnologi yang semakin canggih
berdasarkan tingkat kualitasnya. Perubahan yang cepat ini membawa konsekuensi
bahwa program pendidikan harus dipacu secepat mungkin mengikutinya. Kedua,
lembaga pendidikan dituntut menciptakan atau mengeluarkan output-output yang
memiliki kualitas pengetahuan yang tinggi. Tuntutan ini membawa konsekuensi
bahwa lembaga pendidikan harus benar-benar mengajarkan hal yang mendasar bagi
peserta didik untuk dapat berkembang secara kreatif agar dapat merespon
ketidakpastian era global atau perkembangan zaman.
Dengan adanya permasalah di atas diperlukannya lembaga pendidikan
memberikan upaya-upaya penyeimbangan dan penyelesaian masalah. Dalam hal ini
tentunya  peran guru sangat dibutuhkan sebagai penunjang kualitas pendidikan serta
menciptakan generasi-generasi emas indonesia seperti yang diharapkan.
pemahaman-pemahaman konsep pembelajaran yang efektif dan efisien harus
dimiliki oleh seorang guru. Pengembangan bakat serta pengetahuan generasi
penerus bukan hanyasekedar lembaga pendidikan sekolah saja yang  memiliki
peran penting akan tetapi pendidikan keluarga dan pendidikan masyarakat sangat
dibutuhkan sebagai pemantapan pemahaman pengetahuan dan keterampilan. Salah
satu yang harus dilakukan oleh pemerintah, keluarga dan masyarakat adalahlebih
tegas lagi menyikapi dan memperhatikan kepentingan para generasi penerus dari
pada kepentingan-kepentingan lainnya. Perhatian yang harus dilakukan adalah
membantu lembaga pendidikan melakukan trobosan atau inovasi-inovasi baru
sehingga lembaga-lembaga sekolah berani melakukan dan merumuskan cara-cara
atau metode mendidik yang baru. Hal ini harus dilakukan karna perkembangan
informasi dan teknologi kedepannya akan dihadapi dengan cara-cara dan metode
yang lain dari cara dan metode yang telah digunakan sehingga harapan untuk
mencapai kualitas pendidikan dapat dicapai.
Lembaga pendidikan bukan sekedar memberikan pelayanan pendidikan dan
memberikan kelulusan bagi pelajar, akan tetapi lembaga-lembaga pendidikan harus
memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pelajar setelah beranjak dewasa.
Tanggung jawab inilah yang akan menjadikan lembaga-lembaga pendidikan lebih
memperhatikan pelajar agar siap saat kembali di tengah-tengah masyarakat. Hal ini
menuntut lembaga pendidikan dan para pendidik harus lebih cermat mendidik dan

1
lebih mengetahui apakah hakikat peserta didik itu, manakah yang lebih utama untuk
dididik. Dengan demikian tujuan pendidikan harus menciptakan manusia yang
berkualitas dalam beriman dan bertaqwa, cerdas, jujur, kreatif, mandiri, sehat
jasmani dan rohani serta memiliki etos kerja yang tinggi. Dengan melewati alur
pendidikan jenjang awal sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah menengah atas
dan terakhir pendidikan perguruan tinggi pendidikan yang berkualitas sebagai
persiapan generasi emas Indonesia penerus dapat dikembangkan. Jadi pendidikan
merupakan seperangkat alat yang memiliki peran penting dalam pembentukan
generasi muda yang berguna bagi bangsa. Yang lebih tepatnya dikenal dengan
pendidikan sebagai tempat pengembanagan bakat generasi emas Indonesia menuju
negara yang mandiri.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya,masyarakat, Bangsa dan Negara  (UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 butir  1).
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang –
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman.
Budaya merupakan keseluruhan sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya
yang dihasilkan manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan miliknya
dengan cara belajar. Sedangkan budaya bangsa adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya yang dihasilkan dan menjadi karakteristik bangsa tersebut.
Karakter adalah kebijakan akhlak dan moral yang terpatri yang menjadi nilai
intrisik dalam diri manusia yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilakunya.
Karakter bangsa Indonesia merupakan kristalisasi nilai-nilai kehidupan nyata
bangsa Indonesia yang merupakan perwujudan dan pengamalan pancasila.

1.2 Tujuan
a. Menambah wawasan tentang keadaan pemuda di setiap masa termasuk masa
sekaranng
b. Mengetahui tentang pendidikan di indonesia
c. Menambah pengetahuan tingkat kratifitas pada masa muda
d. Mengetahui tentang perkembangan teknologi

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Generasi Emas


Generasi EMAS adalah generasi Energik, Multitalenta, Aktif dan Spiritual.
Jadi, Membangun generasi EMAS Sentani (Indonesia) adalah sebuah produk
generasi baru yang Energik, Multitalenta, Aktif dan Spiritual. Generasi yang cerdas
(smart), generasi yang siap bersaing diera modern, globaliasi dan penuh kompetitif.
Mereka siap pakai dalam bidang kerja apapun. Bukan hanya siap bersaing di
tingkat kabupaten Jayapura tetapi juga pada tingkat nasional dan internasional.
Kalau bisa suatu saat ada anak Sentani yang menjadi menteri atau staf khusus
kepresidenan. Kalau bisa ada banyak anak Sentani juga yang kerja di luar daerah
dan luar negeri. Konsep generasi E-M-A-S tersebut dapat dijelaskan penjabarannya
sebagai berikut.
2.2 Tujuan Membangun Generasi Cerdas dan Berkarakter
Membangun Generasi yang Cerdas dan Berkarakter  bertujuan untuk membina
dan mengembangkan karakter para generasi penerus bangsasehingga mampu
mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan
yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Generasi cerdas dan
berkarakter adalah kualitas perilaku para penerus bangsa yang khasbaik yang
tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan
bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga
seseorang atau sekelompok orang.
membangun  generasi yang cerdas dan berkarakter adalah upaya kolektif-sistemik
suatu negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara
yang sesuai dengan dasar dan ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi
kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, dan global yang
berkeadaban untuk membentuk  generasi bangsa yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis,
berbudaya, dan berorientasi Iptek berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2.3  Membentuk Karakter Bangsa Lewat Pendidikan


Aspek pendidikan adalah aspek terpenting dalam membentuk karakter bangsa.
Dengan mengukur kualitas pendidikan, maka kita dapat melihat potret bangsa yang
sebenarnya, karena aspek pendidikanlah yang menentukan masa depan seseorang,
apakah dia dapat memberikan suatu yang membanggakan bagi bangsa dan
dapat mengembalikan jati diri bangsa atau sebaliknya. Pendidikan seperti apa yang
diberikan agar anak didik memiliki karakter bangsa dan mampu mengembalikan
jati diri bangsa dan mampu membentuk elemen-elemen dalam core values? Apakah
masalah yang terdapat dalam otoritas pelaksana pendidikan di bangsa ini?
Setidaknya ada empat faktor utama yang harus diperhatikan: faktor kurikulum,

3
dana yang tersedia untuk pendidikan, faktor kelaikan tenaga pendidik, dan faktor
lingkungan yang mendukung bagi penyelenggaraan pendidikan. Keempat faktor ini
terkait satu sama lain untuk dapat menghasilkan SDM dengan karakter nasional
yang mampu bersaing di era global, yang akhirnya dapat mengembalikan jati diri
bangsa.

Pada masalah aspek otoritas pendidikan, anak didik sebetulnya hanya ditekankan
pada sapek kognitif saja. Akibatnya adalah anak didik yang diberi materi pelajaran
hanya sekedar ‘tahu’ dan ‘mengenal’ dengan apa yang didapatkannya, tanpa
memahami apa yang mereka pelajari apalagi menerapkannya pada kehidupan
sehari-hari. Padahal aspek yang lainnya, seperti afektif dan psikomotorik adalah hal
penting yang harus didik. Karena institusi pendidikan seharusnya dapat membuat
anak didik menerapkan apa yang diajari, karena sesungguhnya itulah kegunaan dari
ilmu pengetahuan. Apakah anak didik di bangsa ini hanya akan menjadi ‘manusia
robot’ yang tidak memiliki rasa toleransi dan apatis pada kehidupan sosialnya? Lalu
bagaimana generasi seperti ini dapat mengembalikan jati diri bangsa?

Kita tidak tahu standar apa yang dipakai dalam otoritas pendidikan di negara
ini, yang akhirnya anak didik yang dihasilkan dari institusi pendidikan di negara ini
tidak banyak yang mampu untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan yang mereka
dapatkan di tempat pendidikannya, apalagi untuk mengajarkannya pada orang lain.
Penanaman karakter anak didik dengan mengabaikan aspek afektif dan
psikomotorik tidak akan berhasil menghasilkan generasi penerus yang memberikan
dampak positif bagi bangsa. Mungkin memang nilai di atas kertas raport dan IPK
terlihat bagus dan memuaskan, akan tetapi ketika anak didik tidak mampu
menerapkan ilmu yang mereka dapatkan apa gunanya ilmu yang mereka punya?
Otoritas pendidikan harus menerapkan aspek-aspek pendidikan yang ditetapkan
oleh lembaga pendidikan PBB, UNESCO, yaitu belajar untuk tahu (learn to know),
belajar untuk berbuat (learn to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learn to be
her/himself), belajar untuk hidup bersama (learn to live together). Ketika semua
aspek itu dapat dijalankan maka bangsa ini akan memiliki generasi yang dapat
dibanggakan, bagi bangsa maupun bagi seluruh dunia. Pendidikan bukan hanya
transfer ilmu tanpa aktualisasi ilmu, akan tetapi pembentukan karakter diri dan
bangsa dengan ilmu yang didapat, hingga akhirnya mereka para generasi muda
dapat mengembalikan jati diri bangsa dengan ilmu yang mereka punya.

Banyaknya faktor atau media yang mempengaruhi pembentukan karakter ini


menyebabkan pendidikan untuk pengembangan karakter bukan sebuah usaha yang
mudah. Secara normatif, pembentukan atau pengembangan karakter yang baik
memerlukan kualitas lingkungan yang baik juga. Dari sekian banyak  Faktor atau
media yang berperan dalam pembentukan karakter, dalam risalah ini akan dilihat
peran tiga media yang saya yakini sangat besar pengaruhnya yaitu: keluarga, media
masa, lingkungan sosial, dan pendidikan formal.

2.4  Peran Pendidikan Pancasila

4
Pendidikan merupakan suatu proses pembinaan penguasaan pengetahuan,
tekhnologi, keterampilan, seni, dan moral etika bagi peningkatan daya saing
manusia sebagai individu, yang selanjutnya dapat memberikan sumbangan kepada
keberdayaan masyarakat lokal, kapada masyarakat bangsanya, dan akhirnya kepada
masyarakat global.

Pada hakekatnya pendidikan pancasila adalah upaya sadar diri suatu masyarakat
dan pemerintah suatu Negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan
generasi penerusnya, selaku warga masyarakat, bangsa dan Negara secara berguna
(berkaitan dengan kemampuan spiritual) dan bermakna (berkaitan dengan
kemampuan kognitif dan psikomotorik) serta mampu mengantisipasi hari depan
mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika
budaya, bangsa, Negara, dan hubungan internasionalnya. Berdasarkan UU no. 20
tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, pasal 2 menyatakan
bahwa  “pendidikan Nasional Berdasarkan pancasila dan UUD 1945”

Pendidikan pancasila memberikan pambelajaran tentang pancasila yang


digunakan untuk mengatur seluruh tatanan dalam kehidupan bernegara. Artinya,
dengan pendidikan ini segala sesuatu yang berhubungan dengan ketatanegaraan
Negara Kesatuan Republik Indonesia harus berdasarkan pancasila. Hal ini juga
berarti bahwa pendidikan ini juga mengajarkan bahwa semua peraturan yang
berlaku di Negara Republik Indonesia harus bersumber pada pancasila.

Pendidikan ini mengajarkan tujuan yang hendak dicapai bangsa indonesia,


yaitu masyarakat yang adil dan makmur, merata secara material dan spiritual.
Dimana pancasila meru   pakan wadah atau sarana Negara Republik Indonesia yang
merdeka,berdaulat dan bersatu dalam suasana perikehidupan bangsa yang tenteram,
tertib, damai dan dinamis.

Pendidikan pancasila mengajarkan kebaikan dan kemanfaatan diri dalam


berkarya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keterikatan diri dalam
berpendidikan pancasila dapat mengaplikasikan semangat dan patriotisme
kehidupan yang akan membawa pada pahamnya diri kita akan hidup berpancasila.

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan


kepribadian dan kemampuan/keahlian dala kesatuan organis harmonis dinamis, di
dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Mengembangkan
kepribadian dan kemampuan/keahlian, menurut Notonagoro (1973) merupakan sifat
dwi tunggal pendidikan nasional.

Pendidikan  adalah suatu proses secara sadar dan terencana untuk


membelajarkan peserta didik dan masyarakat dalam rangka membangun watak dan
peradaban manusia yang bermartabat. Ialah manusia-manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, bersikap jujur, adil,
bertanggung jawab, demokratis, menegakkan prinsip-prinsip kemanusiaan,

5
menghargai sesama, santun dan tenggang rasa, toleransi dan mengembangkan
kebersamaan dalam keberagaman, membangun kedisiplinan dan kemandirian.

Dalam penerapan pendidikan karakter, pendidikan nilai atau pendidikan moral,


sebagaimana dikemukakan oleh D. Purpel & K.Ryan (Eds) dalam Colin J. Marsh
(1996), hendaknya memperhitungkan baik kemampuan peserta didik untuk berpikir
tentang persoalan-persoalan moral, maupun cara dimana seorang peserta didik
benar-benar bertindak dalam situasi-situasi menyangkut benar dan salah.

6
BAB III
POKOK PERMASALAHAN

3.1 Realita Generasi Emas di Era Globalisasi
Namun pada kenyataannya generasi emas atau pemuda saat ini tidak lagi sepert
i pemuda yang memperlihatkan kepribadian bangsa Indonesia dulu. Pemuda Indone
sia saat ini adalah sosok pemuda yang tak cukup tangguh, tegas, dan selektf ketika 
menjumpai arus globalisasi. Pemuda saat ini hanya bisa menghancurkan moral mer
eka sendiri dengan efek negatif dari globalisasi yang seharusnya telah mereka sadar
i tapi malah dianggap angin lalu dari sebagian pemuda. Salah satunya yaitu gaya hi
dup barat dengan leluasa masuk ke Indonesia yang mengakibatkan pengaruh jelek p
ada peran generasi emas. Budaya barat yang tak cocok dengan budaya timur disera
p dengan Cuma
cuma oleh pemuda. Walaupun sebenarnya ada budaya barat yang positif yang dapat 
dicontoh, tapi pada kenyataannya budaya barat yang negatiflah yang lebih mempen
garuhi pemuda. Seperti, budaya kekerasan, menggunakan narkotika, pergaulan beba
s dan juga budaya tawuran telah mengakibatkan moral pemuda Indonesia jadi rusak
. Efek lain dari globalisasi yaitu semakin maraknya budaya konsumtif pemuda saat 
ini. Ditambah lagi dengan teknologi dan informasi yang semakin hari semakin berk
embang pesat membuat pemuda semakin cepat untuk mendapatkan kebutuhan yang 
mereka inginkan. Semakin terlihat pula kesenjangan sosial dan ekonomi diantara m
ereka. Ketidakpuasan akan sesuatu akan semakin meningkat ditambah dengan geng
si yang tinggi yang membuat pemuda selalu merasa lagi dan lagi (tidak cukup).
 Kata gengsi inilah yang membuat perilaku pemuda semakin tidak karuan dan 
mementingkan dirisnediri. Mereka bisa melakukan segala hal hanya karena gengsi. 
Hal itu mengundang sejumlah pihak untuk menilai bahwa pemuda Indonesia sekara
ng ini memiliki mental yang lemah dan spirit kebangsaan semakin tipis karena peril
aku pemuda yang terkesan cuek dan acuh tak acuh pada lingkungan. 
 
3.2 Sinergisme Generasi Emas dan Globalisasi
Disisi lain, globalsasi tidak dapat disalahkan sepenuhnya karena jika globalisas
i ditelaah lebih dalam seharusnya dapat membawa pengaruh yang positif bagi gener
asi emas. Semua itu tergantung bagaimana pemuda menyikapinya. Kebanyakan pe
muda tidak selektif dengan arus globalisasi, sehingga pengaruh negatiflah yang seri
ng kali mereka terima. Indonesia mempunyai generasi emas yang banyak dan seme
stinya mampu menjadi bangsa yang bisa bangun dari keterpurukan, namun pemuda 
yang seperti itulah yang jarang ditemukan atau malah tidak ada. Generasi emas
Indonesia selayaknya harus mempunyai sikap kritis dan selektif pada arus globalisa
si yang semakin pesat. Dengan kritis dan selektif inilah sinergi generasi emas dan a
rus globalisasi akan menuju pada hal yan positif. Selain itu, generasi emas Indonesi
a harus menjadi pemuda yang inovatif, dan kreatif serta tidak gampang terseret dala

7
m arus modernisasi dan bisa bersikap yang semestinya dalam menghadapi kenyataa
n.. Karena kemajuan bangsa selanjutnya banyak ditentukan dari andil pemuda selak
u generasi emas.  

3.3  Konsep Generasi Emas Menuju 100 Tahun Indonesia Merdeka.


Apakah sebenarnya generasi emas? Dan bagaimana konsep generasi emas
tersebut? Kita perlu terlebih dahulu mengetahui sehingga memahami, agar supaya
ketika buku ini dibaca, akan dimengerti dengan baik dan tepat.  Ada dua pengertian
tentang generasi emas. Pertama, generasi emas berkaitan dengan bagaimana
keadaan generasi Indonesia pada menuju usia bangsa Indonesia yang ke 100 pada
tahun 2045. Kedua adalah generasi emas dalam perjabaran kata. Bagian kedua ini
akan dibahas kemudian.Proses pembangunan pendidikan harus merupakan upaya
sadar dari pemerintah , masyarakat dan keluarga yang harus dilakukan secara terus
menerus agar negara khususnya Indonesia mampu merespon secara proaktif
terhadap gejala tersebut. Disamping itu, dalam menghadapi era global dan
menciptakan kader kader generasi muda yang tangguh lembaga pendidikan
diharapkan dapat memenuhi kondisi masa depan yang memenuhi kualifikasi
pendidikan seperti kurikulum, sarana dan prasarana, metode pembelajaran, kualitas
tenaga pengajar, dan manajemen lembaga pendidikannya. Dalam mempersiapkan
generasi emas tersebut, harus disiapkan kebijakan sistemis yang memungkinkan
seluruh anak bangsa bisa memasuki dan menikmati pendidikan. Kita ibaratkan
pendidikan adalah elevator sosial yang mampu memobilisasi secara vertikal menuju
status sosial, ekonomi, kemanusiaan, dan peradaban setinggi mungkin. Karena itu,
sekali lagi, kita harus menyiapkan layanan pendidikan yang bisa diakses seluruh
warga bangsa. Itulah filosofi pendidikan untuk semua.
Generasi emas yang produktif merupakan wujud dari manusia yang
berkualitas, yang berkembang secara utuh dalam menyelenggarakan kehidupannya
secara berguna bagi manusia lain dan lingkungannya. Manusia produktif adalah
manusia yang mampu mengembangkan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan
keseharian dan yang terkait dengan masa depan. Pendidikan mengupayakan
pengembangan segenap potensi individu secara optimal pada setiap tahap
perkembangan, dan berperan aktif dalam pembentukan manusia produktif.
Pengembangan ini akan dilengkapi dan meningkatkan pengembangan kemampuan
intelektual dan keterampilan dengan pengembangan nilai dan sikap.

8
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Rendahnya Kualitas Pendidikan Di Indonesia


Pendidikan di Indonesia kembali menjadi sorotan dalam beberapa hari
belakangan ini. Salah satu gagasan terbaru Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
mengenai sistem pendidikan membuat mata masyarakat kembali meninjau mutu
pendidikan di Indonesia.
Pada tahun 2014 posisi pendidikan Indonesia sangatlah buruk. The Learning Curve
Pearson 2014, sebuah lembaga pemeringkatan pendidikan dunia memaparkan
bahwa Indonesia menempati peringkat terakhir dalam mutu pendidikan di dunia.
Sedangkan di tahun 2015 mutu pendidikan di Indonesia masih saja berada di 10
negara yang memiliki mutu pendidikan yang rendah, peringkat tersebut di dapat
dari Global School Ranking. Dilihat dari tahun 2014 berjalan ke tahun 2015 mutu
pendidikan di Indonesia dapat dikatakan mengalami peningkatan, meskipun tidak
mengalami peningkatan yang sangat signifikan.Merangkum dari beberapa sumber,
dapat dikatakan bahwa ada empat faktor yang setidaknya menjadi penyebab
rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, yaitu:

1.Pengunaan Buku Paket Sebagai Buku “Acuan”


Indonesia sudah beberapa kali mengganti kurikulum yang digunakan tetapi
setiap terjadinya perubahan tersebut tidak menimbulkan kemajuan dari hal tersebut.
Meskipun kurikulum diubah, tetapi sistem pengunaan buku acuan atau buku paket
tetap saja digunakan dalam proses pembelajaran, guru-guru pun mengunakan buku
tersebut menjadi acuan utama untuk mengajar tanpa ada referensi dari buku yang
lainnya.

2. Sistem Pengajaran yang Monoton


Sistem pembelajaran yang sama selalu di terapkan para guru untuk muridnya,
dengan memberi peraturan bahwa selama guru menyampaikan materi, murid tidak
di perbolehkan bertanya. Hal tersebut malah menjadikan anak murid malas
bertanya dan justru tidak memperhatikan materi yang di sampaikan, tidak ada
komunikasi yang aktif antara anak murid dengan guru.

3. Kualitas Guru yang Rendah


Bukan rahasia lagi bahwa para guru di Indonesia itu memiliki kualitas yang
rendah, mereka lebih mementingkan mutu mereka sendiri dari pada keberhasilan
para muridnya. Tuntutan dari pemerintah yang juga meminta sertifikasi lebih
mendorong mereka untuk memanipulasi data, dan mementingkan adminitrasi
sekolah, bagaimna cara pempertahankan murid, cara menarik murid-murid baru,
agar ingin mendaftar ke sekolah tersebut.

4. Budaya Mencontek yang Semakin Menjadi


Budaya mencontek, sebenarnya bukanlah salah dari anaknya malas belajar,
tetapi dari gurunya tidak dapat mengontrol kebiasaan anak seperti itu, yang lebih
parahnya lagi, ada beberapa guru yang mengajarkan anak-anaknya untuk

9
mencontek, seperti yang sering terdengar sekarang bahwa, setiap anak-anak kelas
akhir di tingkat SMP maupun SMA, yang ingin ujian nasional di berikan bocoran
kunci jawaban dari sekolah.
Dari beberapa faktor tersebut dapat terlihat sekali bahwa pendidikan di Indonesia
sangat susah jika ingin diperbaiki, jika tidak ada perubahan yang benar-benar
dilakukan untuk pendidikan di Indonesia. Dalam suatu website ada mengatakan
bahwa Indonesia bukan lah negara pendidikan. Karena Indonesia tidak pernah
memandang pendidikan adalah sesuatu yang penting di Indonesia.Dalam hal ini
indonesia harus mengubah pandangan terhadap pendidikan di indonesia, karena
dengan pendidikan,indonesia akan lebih bisa bersaing di dunia global pada saat ini.
Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang
terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini
bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.

4.2 Membangun peradaban


Kita semua menyadari, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
mobilitas barang maupun non barang (termasuk peradaban) sangatlah tinggi.
Karena itu, sangat wajar dan dimungkinkan terjadinya dominasi peradaban tertentu
atau konvergensi peradaban, bahkan bisa jadi benturan antar peradaban .Pada
kemungkinan kedua inilah, yaitu konvergensi peradaban, kita harus mempersiapkan
diri. Dunia pendidikan harus mampu membangun peradaban khas Indonesia untuk
memberikan kontribusi dalam membangun peradaban baru dunia. Ibarat warna
cahaya putih yang kalau diurai terdiri atas beberapa spektrum cahaya, salah satu
spektrum itulah spektrum khas peradaban Indonesia.
Sebagai bangsa besar, dengan modalitas yang sangat luar biasa, baik sumber daya
manusia, sumber daya alam, sumber daya kultural, maupun pengalaman dan
kesempatan, sudah saatnya kita kepakkan sayap Garuda kita, lambang negara kita.
Konsep generasi EMAS dalam penjabaran kata EMAS. pengertian generasi
emas dalam arti penjabaran kata EMAS. Generasi EMAS adalah generasi Energik,
Multitalenta, Aktif dan Spiritual. Jadi, Membangun generasi EMAS (Indonesia)
adalah sebuah produk generasi baru yang Energik, Multitalenta, Aktif dan Spiritual.
Generasi yang cerdas (smart), generasi yang siap bersaing diera modern, globaliasi
dan penuh kompetitif. Mereka siap pakai dalam bidang kerja apapun. Bukan hanya
siap bersaing di tingkat kabupaten Jayapura tetapi juga pada tingkat nasional dan
internasional. Generasi Energik, Energik artinya penuh energi atau bersemangat.
Mari kita pelajari segala rahasia di balik semangat. Semangat bisa melahirkan rasa
optimis. Seseorang yang memiliki semangat akan mempunyai kekuatan
mengarahkan aktivitasnya dan hidupnya. Misalnya, rahasia kebugaran adalah selalu
berusaha untuk tetap semangat dalam bekerja. Semangat adalah sesuatu yang
menular. Orang yang memiliki semangat akan mampu mengubah atmosfer
lingkungan di mana dia berada. Generasi muda yang bersemangat akan
menciptakan lingkungan menjadi lebih menyenangkan. Tanpa semangat, semua
orang tidak bisa mencapai sesuatu yang besar. Generasi Multitalenta, Multitalenta
bisa digambarkan juga dengan Multiple Intelegence. Tetapi multiple
Intelegence sifatnya lebih umum, terdiri dari kecerdasan matematika logika,

10
kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual spasial, kecerdasan
kinestetik, kecerdasan interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Seluruh aspek
kecerdasan tersebut ada pada setiap individu tanpa terkecuali. Generasi Aktif, Aktif
berarti giat (bekerja, berusaha). Di sekitar kita ada banyak contoh kegiatan, tentang
kata “aktif”. Misalnya: seseorang terlihat aktif sekali dalam kegiatan sosial,
mahasiswa yang aktif dalam proses belajar mengajar, siswa yang aktif belajar,
orang-orang yang aktif di dunia bisnis, dan sebagainya. Bagaimana dengan generasi
yang aktif? Kata aktif disini lebih kepada memiliki inisiatif dan proaktif.   Insiatif
dan proaktif ini adalah suatu kompetensi.

4.3 Penjaminan Mutu Pendidikan


Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam rangka mempersiapkan generasi
emas Indonesia, disamping disiapkan kebijakan-kebijakan yang sistematis,yang
memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal yang masif,  juga harus mendorong
dan membantu satuan pendidikan formal dan nonformal dalam melakukan
penjaminan mutu (quality assurance) pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan
bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan.
Penjaminan mutu pendidikan dilakukan secara bertahap,sistematis,dan terencana
dalam suatu penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas.

Penyelenggara pendidikan harus mempunyai acuan dasar (benchmark) yang


meliputi kriteria minimal berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggaraan
pendidikan. Dalam kaitan ini, criteria penyelenggaraan pendidikan dijadikan
pedoman untuk mewujudkan: (1) pendidikan yang berisi muatan yang seimbang
dan holistic, (2) proses pembelajaran yang demokratis, mendidik, memotivasi,
mendorong kreativitas, dan dialogis, (3) hasil pendidikan yang bermutu dan
terukur, (4) berkembangnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan, (5)
tersedianya sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan berkembangnya
potensi peserta didik secara optimal, (6) berkembangnya pengelolaan pendidikan
yang memberdayakan satuan pendidikan, dan (7) terlaksananya evaluasi, akreditasi
dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan secara
berkelanjutan.

Acuan dasar tersebut merupakan standar nasional pendidikan (SNP) yang


dimaksudkan untuk memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan pendidikan agar
dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan pelayanan pendidikan yang
bermutu. Selain itu, standar nasional pendidikan juga dimaksudkan sebagai
perangkat untuk mendorong terwujudnya transparansi dan akuntabilitas public
dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional.

Standar Nasional Pendidikan memuat kriteria minimal tentang komponen


pendidikan yang memungkinkan setiap jenjang dan jalur pendidikan untuk
mengembangkan pendidikan secara optimal sesuai dengan karakteristik dan
kekhasan programnya. Standar nasional pendidikan tinggi diatur seminimal
mungkin untuk memberikan keleluasan kepada masing-masing satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan tinggi dalam mengembangkan mutu layanan

11
pendidikannya sesuai dengan program studi dan keahlian dalam kerangka otonomi
perguruan tinggi.

Penyelenggaraan pendidikan harus mengacu kepada standar nasional


pendidikan yang terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidik
dan  tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.
Standar nasional pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan
nasional yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. ( PP Nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan).

Standar Nasional Pendidikan dimaksudkan untuk memacu pengelola,


penyelenggara,dan satuan pendidikan gar dapat meningkatkan kinerjanya dalam
memberikan layanan pendidikan bermutu. Pendidikan bermutu diarahkan untuk
pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia,sehat,berilmu,cakap,
kreatif,mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Standar Nasional Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan keprofesionalan


sekolah/madrasah sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan,
keterampilan,pengalaman,sikap, dan nilai berdasarkan SNP, sehingga menjadi
sekolah/madrasah  mampu menjamin mutu pendidikan dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Standar Nasional Pendidikan didalam pelaksanaannya ternyata bukan hanya


sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga berfungsi sebagai
pemerataan pendidikan yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan berfungsi
sebagai penuntun bagi pendidik dalam mengadakan perubahan global.SNP akan
dapat meningkatan mutu pendidikan nasional dan merupakan upaya yang memiliki
dampak untuk peningkatan SDM yang
:bermutu,unggul,bermartabat,cerdas,terampil.

MUTU pendidikan yang tercermin dalam kompetensi lulusan


Sekolah/Madrasah dipengaruhi oleh berbagai komponen yaitu:isi
(kurikulum),proses pendidikan,pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana pendidikan,pengelolaan pendidikan, pembiayaan pendidikan, dan
penilaian pendidikan,yang dapat digambarkan dalam konstelasi mutu pendidikan
sebagai berikut.

MUTU pendidikan dicerminkan oleh kompetensi lulusan yang dipengaruhi


oleh kualitas isi (kurikulum) pendidikan, dan proses pendidikan.Pencapaian Standar
Kompetensi Lulusan harus didukung oleh Standar Isi  dan Standar Proses.

Perwujudan proses pendidikan BERMUTU dipengaruhi oleh kinerja pendidik


dan tenaga kependidikan, kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana

12
pendidikan,kualitas pengelolaan pendidikan,ketersediaan dana pendidikan, dan
sistem penilaian pendidikan yang valid,obyektif, dan akuntabel.

Oleh karena itu perwujudan pendidikan BERMUTU harus didukung oleh


SNP,yaitu: Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan,Standar Proses ,Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana,Standar
Pengelolaan,Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan.

Pendidikan nasional bermutu diarahkan untuk pengembangan potensi peserta


didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa,berakhlak mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif,mandiri,dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggungjawab. Dengan berkembangnya potensi peserta
didik maka akan dapat mewujudkan generasi emas Indonesia sebagai generasi
penerus bangsa yang berkarakter,cerdas dan kompetitif,sehingga akan
meningkatkan kesejahteraan,keharkatan dan kemartabatan bangsa dan negara
Indonesia.

13
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1 Saran

14
DAFTAR PUSTAKA

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/membangun-karakter-bangsa-dengan-
filsafat-pancasila/

http://www.anneahira.com/pendidikan-pancasila.htm

Rukiyati,M.Hum dkk. 2008. PENDIDIKAN PANCASILA. Yogyakarta : Universitas


Negeri Yogyakarta.

http://sarmagkadek.blogspot.com/2010/08/peranan-pancasila-dalam-kehidupan.html

http://akulb.blogspot.com/2011/12/peran-filsafat-pancasila-dalam.html

http://agungherdana.wordpress.com/2011/05/11/manfaat-pendidikan-pancasila/

http://iwanuwg.wordpress.com/2011/07/21/generasi-muda-dan-pancasila/

http://www.batararayamedia.com/page.php?
menu=artikel&search=artikel+generasi+muda+berkarakter

http://www.batararayamedia.com/page.php?menu=artikel&id=77&title=Membangun-
Karakter-Bangsa-Melalui-Pendidikan-Berkarakter

http://www.setkab.go.id/artikel-5257-.html

http://wenilestarisp.blogspot.com/2011/10/membangun-karakter-generasi-muda.html

http://kgtk.wordpress.com/2012/04/10/pendidikan-berkarakter-sebuah-solusi-
meningkatkan-mutu-pendidikan/

15

Anda mungkin juga menyukai