KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
t
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 2 -
lI
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 3 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 4 -
MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG TATA CARA
PENGENAAN TARIF BEA MASUK ATAS BARANG IMPOR
BERDASARKAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN BARANG
DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA MENGENAI
KERJA SAMA EKONOMI DAN PERSETUJUAN TERTENTU
ANTARA PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA
DAN REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang
meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di
atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi
Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku
Undang-Undang Kepabeanan.
2. Kawasan yang Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas yang selanjutnya disebut
Kawasan Bebas adalah suatu kawasan yang berada
dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
www.jdih.kemenkeu.go.id
tr
-5
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 6 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
7 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 8 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 9 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 10 -
BAB II
TARIF PREFERENSI DAN KETENTUAN ASAL BARANG
(RULES OF ORIGIN)
Bagian Kesatu
Tarif Preferensi
Pasal 2
( 1) Barang impor dapat dikenakan Tarif Preferensi yang
besarnya dapat berbeda dari tarif bea masuk yang
berlaku umum (Most Favoured Nation/MFN).
(2) Besaran tarif bea masuk sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1), ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan
mengenai penetapan tarif bea masuk dalam rangka
ASEAN-China Free Trade Area.
(3) Tarif Preferensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenakan terhadap:
a. impor barang untuk dipakai yang menggunakan
pemberitahuan pabean impor berupa Pemberitahuan
Impor Barang (PIB);
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 11 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 12 -
Pasal 3
(1) Ketentuan Asal Barang terdiri dari:
a. kriteria asal barang (origin criteria);
b. kri teria pengiriman (consignment criteria); dan
c. ketentuan prosedural (procedural provisions).
(2) Rincian lebih lanjut mengenai Ketentuan Asal Barang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam
Lampiran huruf A yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Bagian Kedua
Kri teria Asal Barang
(Origin Criteria)
Pasal 4
(1) Kriteria asal barang (origin criteria) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat ( 1) huruf a, meliputi:
a. barang yang seluruhnya diperoleh atau diproduksi
di 1 (satu) Negara Anggota (wholly obtained atau
produced);
b. barang yang diproduksi di Negara Anggota dengan
hanya menggunakan Bahan Originating berasal dari
1 (satu) a tau le bih Negara Anggota (produced
exclusively); a tau
c. barang yang tidak seluruhnya diperoleh atau
diproduksi di 1 (satu) Negara Anggota (not wholly
obtained a tau produced).
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 13 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 14 -
Bagian Ketiga
Pengiriman
(Consignment Criteria)
Pasal 5
( 1) Kri teria peng1nman (consignment criteria) se bagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat ( 1) huruf b, meliputi:
a. barang impor dikirim langsung dari Negara Anggota
yang menerbitkan SKA Form E ke dalam Daerah
Pabean;
b. barang 1mpor dikirim melalui 1 (satu) atau lebih
Negara Anggota selain Negara Anggota pengekspor
dan Negara Anggota pengimpor; atau
c. barang impor dikirim melalui selain Negara Anggota.
(2) Barang . . . . . . ...,'""... dapat dikirim dari Negara Anggota yang
menerbitkan SKA Form E melalui 1 (satu) atau lebih
Negara Anggota selain Negara Anggota pengekspor dan
Negara Anggota pengimpor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) atau selain Negara Anggota sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1) huruf c, =~~-~=~- tujuan transit
dan/ atau transhipment) dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. ditujukan untuk alasan geografis atau pertimbangan
khusus terkait persyaratan pengangkutan;
b. tidak diperdagangkan atau dikonsumsi di negara
tujuan transit dan/ atau transhipment; dan
c. tidak mengalami proses produksi selain bongkar
muat dan tindakan lain yang diperlukan untuk
menjaga agar barang tetap dalam kondisi baik.
Pasal6
Dalam hal peng1nman barang impor dilakukan melalui
(satu) atau lebih selain Negara Anggota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2), Importir, Penyelenggara/
Pengusaha Penyelenggara / Pengusaha pengusaha di
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 15
Bagian Keempat
Ketentuan Prosedural
(Procedural Provisions)
Pasal 7
( 1) Ketentuan prosedural (procedural provisions)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c
terkait dengan penerbitan SKA Form harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. diterbitkan dalam bahasa Inggris pada kertas warna
putih ukuran ISO A4 dengan bentuk dan format SKA
Form E sesuai dengan format yang tercantum dalam
Lampiran huruf A angka V yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Men teri m1,
termasuk halaman depan dan Overleaf Notes;
b. memuat nomor referensi SKA Form E, tanda tangan
pejabat yang berwenang, dan stempel resmi dari
Instansi Penerbit SKA;
c. ditandatangani oleh pemohon (eksportir atau
produsen);
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 16 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 17 -
Pasal8
(1) Negara Anggota pengekspor kedua dapat menerbitkan
Movement Certificate berdasarkan SKA Form yang
diterbitkan oleh Negara Anggota pengekspor pertama.
(2) Movement Certificate sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. memenuhi ketentuan mengenai penerbitan SKA
Form E sebagaimana diatur dalam Pasal 7;
b. berisi informasi yang sama dengan SKA Form E yang
diterbitkan oleh Negara Anggota pengekspor
pertama, kecuali jumlah barang;
c. total -··-~~-· barang yang tercantum pada Movement
Certificate tidak boleh mele bihi jumlah barang yang
tercantum pada SKA Form E yang diterbitkan oleh
Negara Anggota pengekspor pertama;
d. mencantumkan nilai invoice barang di Negara
Anggota pengekspor kedua pada kolom 9 Movement
Certificate;
e. masa berlaku Movement Certificate tidak boleh
melebihi masa berlaku SKA Form E yang diterbitkan
oleh Negara Anggota pengekspor pertama;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 18
Pasal 9
( 1) Perusahaan lain yang berlokasi di negara ketiga a tau
perusahaan lain yang berlokasi di negara yang sama
dengan negara tempat diterbitkannya SKA Form E, dapat
menerbitkan Third Invoice.
(2) SKA yang menggunakan Third Invoice
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. mencantumkan nama perusahaan dan negara yang
menerbitkan Third Party Invoice pada kolom 7 SKA
E;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 19 -
Pasal 10
(1) Untuk dapat menggunakan Tarif Preferensi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, Importir wajib:
a. menyerahkan lembar asli SKA Form E;
b. mencantumkan kode fasilitas Persetujuan
Perdagangan Barang dalam Persetujuan Kerangka
Kerja mengenai Kerja Sama Ekonomi dan
Persetujuan tertentu antara Perhimpunan Bangsa-
Bangsa Asia Tenggara dan Republik Rakyat
Tiongkok pada Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
secara benar; dan
c. mencantumkan nomor referensi dan tanggal SKA
Form E pada Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
secara benar.
(2) Untuk Importir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang termasuk dalam kategori jalur kuning atau jalur
merah, penyerahan lembar asli SKA Form E ke Kantor
Pabean dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk Kantor Pabean yang telah ditetapkan sebagai
Kantor Pabean yang memberikan pelayanan
kepabeanan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari
dan 7 (tujuh) hari seminggu, lembar asli SKA Form E
wajib diserahkan kepada Pejabat Bea dan Cukai di
Kantor Pabean paling lambat pada pukul 12.00 pada
hari berikutnya; atau
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 20 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 21 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 22 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
tr
- 23 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 24 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 25 -
Pasal 11
(1) SKA Fonn E sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
dapat disampaikan secara elektronik oleh Instansi
Penerbit SKA kepada Kantor Pabean sesuai dengan:
a. mekanisme e-Fonn D, sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara
pengenaan tarif bea masuk atas barang impor
berdasarkan Persetujuan Perdagangan Barang
ASEAN; atau
b. hasil kesepakatan Negara Anggota.
(2) Dalam hal SKA Fonn E disampaikan secara elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemenuhan
kewajiban penyerahan lembar asli SKA Fonn E
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dikecualikan
untuk Importir, Penyelenggara/Pengusaha TPB,
Penyelenggara/Pengusaha PLB, pengusaha di Kawasan
Bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)
huruf d angka 3, atau Badan Usaha/Pelaku Usaha KEK.
(3) Tata cara importasi dan penelitian atas penggunaan SKA
Fonn E yang disampaikan secara elektronik sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1) dilaksanakan sesuai dengan:
a. tata cara importasi dan penelitian atas penggunaan
e-Fonn D, sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan mengenai tata cara pengenaan
tarif bea masuk atas barang impor berdasarkan
Persetujuan Perdagangan Barang ASEAN; atau
b. tata cara importasi dan penelitian yang diatur
berdasarkan hasil kesepakatan Negara Anggota.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 26 -
Bagian Kesatu
Penelitian SKA Form E
Pasal 12
(1) Pejabat dan Cukai di Kantor Pabean melakukan
penelitian terhadap SKA Form E dalam rangka pengenaan
Tarif u..-~~~= 1~=..,.,
Pasal 13
(1) Penelitian terhadap SKA Form E untuk pengenaan Tarif
Preferensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12,
meliputi:
a. pemenuhan kriteria asal barang (origin criteria)
se bagaimana dimaksud dalam Pasal
b. pemenuhan kriteria peng1nman (consignment
criteria) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan
Pasal 6;
c. pemenuhan ketentuan prosedural (procedural
provisions) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
sampai dengan Pasal 11;
d. Jerns, jumlah, dan klasifikasi barang yang
mendapatkan Tarif Preferensi;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 27
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 28 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 29 -
Pasal 14
( 1) SKA Form E tetap sah dalam hal terdapat perbedaan yang
bersifat minor (minor discrepancies).
(2) Perbedaan yang bersifat minor sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) meliputi:
a. kesalahan pengetikan dan/ atau eJaan pada SKA
Form E, sepanjang dapat diketahui kebenarannya
melalui Dokumen Pelengkap Pabean;
b. perbedaan penggunaan centang atau silang (baik
manual ataupun tercetak) pada kotak dalam SKA
Form E, serta perbedaan ukuran centang atau silang
terse but;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 30 --
Pasal 15
( 1) Dalam hal SKA Form E ditolak dan Tarif Preferensi tidak
diberikan:
a. direktur di lingkungan Direktorat J enderal Bea dan
Cukai yang melaksanakan tugas dan fungsi di
bidang Audit Kepabeanan dan Penelitian Ulang;
b. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea d.an
Cukai;
c. Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai;
d. Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Cukai; atau
e. Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk,
menyampaikan pemberitahuan penolakan SKA Form E
kepada Instansi Penerbit SKA.
(2) Pemberitahuan penolakan SKA Fann E sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1), disampaikan secara tertulis
kepada Instansi Penerbit SKA melalui contact point
disertai dengan copy atau pindaian SKA Form E yang
telah diberikan tanda ( ✓ ) atau ( X ) pada kolom 4 SKA
Form E yang memuat pernyataan bahwa Tarif Preferensi
tidak dapat diberikan serta alasan penolakan.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 31 -
Bagian Kedua
Retroactive Check dan Verification Visit
Pasal 16
( 1) Terhadap SKA Fonn E yang diragukan keabsahan dan
kebenaran isinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (4), dilakukan Permintaan Retroactive Check kepada
Instansi Penerbit SKA melalui contact point, dan atas
barang impor tersebut dikenakan tarif bea masuk yang
berlaku umum (Most Favoured Nation/MFN).
(2) Permintaan Retroactive Check sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilakukan secara acak (random).
(3) Permintaan Retroactive Check sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) dan ayat (2), dilampiri dengan copy a tau
pindaian SKA Fonn E, dengan menyebutkan alasan
keraguan, disertai dengan:
a. permintaan penjelasan keabsahan dan kebenaran isi
SKA Fonn E; dan/ atau
b. permintaan informasi, catatan, bukti dan/ atau data-
data pendukung terkait.
(4) Permintaan Retroactive Check sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) dan ayat (2) disampaikan oleh:
a. direktur di lingkungan Direktorat J enderal Bea dan
Cukai yang melaksanakan tugas dan fungsi di
bidang Audit Kepabeanan dan Penelitian Ulang;
b. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai;
c. Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai;
d. Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Cukai; atau
e. Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk.
(5) Permintaan Retroactive Check dapat dilakukan lebih dari
1 (satu) kali apabila jawaban tidak disertai dengan bukti-
bukti pendukung atau jawaban tidak memberikan
keyakinan yang cukup bagi Pejabat Bea dan Cukai,
dengan memperhatikan jangka waktu yang telah
disepakati sesuai dengan Persetujuan Perdagangan
tt
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 32 -
Pasal 17
( 1) Direktur J enderal a tau Pejabat Bea dan Cukai yang
ditunjuk dapat melakukan Verification Visit jika jawaban
atas Permintaan Retroactive Check sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 diragukan kebenarannya,
dan/ atau tidak mencukupi untuk membuktikan
pemenuhan Ketentuan Asal Barang dan/atau keabsahan
SKA FormE.
(2) Dalam rangka pelaksanaan Verification Visit, Direktur
Jenderal atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk
menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Instansi
Penerbit SKA dan otoritas pabean di Negara Anggota
pengekspor melalui contact point.
(3) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Negara Anggota pengimpor, Instansi
Penerbit SKA, dan otoritas pabean di Negara Anggota
pengekspor, menyepakati bersama atas rencana
pelaksanaan Verification Visit.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 33 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 34 -
Pasal 18
(1) Pihak yang terlibat dalam proses Permintaan Retroactive
Check dan pelaksanaan Verification Visit menJaga
kerahasiaan informasi.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat diungkapkan oleh instansi yang berwenang
melakukan penelitian dan penindakan terkait Ketentuan
Asal Barang.
BAB
KETENTUAN SANKSI
Pasal 19
( 1) Dalam hal jawaban atas permintaan Retroactive Check,
SKA Form E diduga palsu atau dipalsukan, Pejabat Bea
dan Cukai melakukan penelitian lebih lanjut berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan bidang
kepabeanan.
(2) Terhadap Importir, Penyelenggara/Pengusaha TPB,
Penyelenggara/Pengusaha pengusaha Kawasan
Bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)
huruf d angka 3, atau Badan Usaha/Pelaku Usaha
yang menggunakan SKA Form E sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilakukan pemutakhiran dan
koordinasi dengan Negara Anggota penerbit SKA E
terkait dengan penyelesaian permasalahan tersebut
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Persetujuan
Perdagangan Barang dalam Persetujuan Kerangka Kerja
mengenai Kerja Sama Ekonomi dan tertentu
antara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dan
Republik Rakyat Tiongkok.
(3) Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditemukan bukti yang cukup adanya dugaan
pelanggaran tindak pidana di bidang kepabeanan,
Pejabat Bea dan Cukai melakukan penyidikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 35 -
Pasal 20
Dalam hal hasil koordinasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (2) menyatakan bahwa eksportir terlibat dalam
SKA Form E sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1),
terhadap importasi yang berasal dari eksportir yang
bersangkutan tidak diberikan Tarif Preferensi selama 2 (dua)
tahun terhitung sejak eksportir dinyatakan terlibat oleh
Negara Anggota penerbit SKA Form E.
BABV
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 21
(1) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai atau Kepala Kantor Pelayanan Utama dan
Cukai melakukan monitoring dan/ atau evaluasi terhadap
pemanfaatan SKA Form E di wilayah kerja masing-masing
secara periodik.
(2) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal dan
Cukai atau Kepala Kantor Pelayanan Utama dan
Cukai menyampaikan hasil monitoring dan/ atau evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada direktur
yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang kerja
sama kepabeanan internasional sebagai bahan evaluasi
kebijakan pemanfaatan SKA Form
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 22
(1) Barang 1mpor yang berasal dari Negara Anggota
pengekspor dengan nilai Free-on-Board (FOB) tidak
melebihi US$200.00 (dua ratus United States Dollar),
dapat dikenakan Tarif Preferensi tanpa harus
melampirkan SKA Form
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 36 -
Pasal 23
(1) Tarif Preferensi dapat diberikan atas barang yang
dikirimkan oleh Negara Anggota pengekspor untuk
tujuan pameran di Negara Anggota lain dan terjual pada
saat atau setelah pameran.
(2) Tarif Preferensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenakan pada saat penyerahan pemberitahuan pabean
impor untuk dipakai, dengan ketentuan barang impor
tujuan pameran:
a. telah dikirimkan ke Negara Anggota lain tempat
pameran dilaksanakan;
b. telah dipamerkan di Negara Anggota sebagaimana
dimaksud pada huruf a;
c. telah terjual atau dipindahtangankan kepada
Importir di Negara Anggota pengimpor;
d. dikirim pada saat atau segera setelah pameran
diselenggarakan;
e. dipamerkan dalam pameran dagang, pertanian atau
kerajinan, atau pameran lainnya; dan
f. tidak ada proses lebih lanjut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) dan masih dalam pengawasan
otoritas kepabeanan Negara Anggota terkait.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 37 -
Pasal24
(1) Penelitian Ketentuan Asal Barang untuk pengenaan Tarif
Preferensi:
a. atas impor barang untuk dipakai dari TPB dan PLB;
dan
b. atas pengeluaran barang dari Kawasan Bebas ke
TLDDP,
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam Lampiran huruf B yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Penelitian Ketentuan Asal Barang untuk pengenaan Tarif
Preferensi atas pengeluaran barang dari KEK ke TLDDP
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam Lampiran huruf B angka I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Dalam hal telah ditetapkan dokumen pemberitahuan
pabean khusus untuk KEK, penelitian Ketentuan Asal
Barang untuk pengenaan Tarif Preferensi atas
pengeluaran barang dari KEK ke TLDDP dilaksanakan
sesua1 dengan ketentuan yang tercantum dalam
Lampiran huruf B angka IV yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 38 -
Pasal 25
Dalam hal SKA Fann E dibatalkan oleh Instansi Penerbit SKA,
Tarif Preferensi tidak diberikan.
Pasal 26
Tata cara penyerahan SKA Fonn E beserta Dokumen
Pelengkap Pabean selama Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan mengenai tata cara penyerahan Surat Keterangan
Asal beserta Dokumen Pelengkap Pabean Penelitian Surat
Keterangan Asal dalam rangka pengenaan tarif bea masuk
atas barang impor berdasarkan perjanjian atau kesepakatan
internasional selama pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19).
Pasal 27
( 1) Dalam hal terjadi keadaan kahar (force majeure), Direktur
Jenderal dapat menetapkan prosedur pemberian Tarif
Preferensi.
(2) Direktur Jenderal yang menerima pelimpahan wewenang
dari Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
a. wajib memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. bertanggung jawab secara substansi atas
pelaksanaan pelimpahan wewenang yang diberikan
kepada yang bersangkutan; dan
c. tidak dapat melimpahkan kembali pelimpahan
kewenangan yang diterima kepada pihak lainnya.
Pasal 28
Petunjuk teknis mengenai tata cara pengenaan tarif bea
masuk atas barang 1mpor berdasarkan Persetujuan
Perdagangan Barang dalam Persetujuan Kerangka Kerja
mengenai Kerja Sama Ekonomi dan Persetujuan tertentu
antara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dan
Republik Rakyat Tiongkok, dapat ditetapkan oleh Direktur
Jenderal.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 39 -
BAB VII
PENUTUP
Pasal 29
Ketentuan dalam Peraturan Menteri ini berlaku terhadap
barang impor yang dokumen pemberitahuan pabeannya telah
mendapat nomor dan tanggal pendaftaran dari Kantor Pabean
tempat dipenuhinya kewajiban pabean terhitung sejak tanggal
berlakunya Peraturan Menteri ini.
Pasal 30
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, ketentuan
mengenai tata cara pengenaan tarif bea masuk atas barang
impor berdasarkan skema ASEAN-China Free Trade Area
(ACFTA) sebagaimana di atur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 229/PMK.04/2017 tentang Tata Cara
Pengenaan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor Berdasarkan
Perjanjian atau Kesepakatan Internasional (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1980) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 124/PMK.04/2019 tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
229/PMK.04/2017 tentang Tata Cara Pengenaan Tarif Bea
Masuk atas Barang Impor Berdasarkan Perjanjian atau
Kesepakatan Internasional (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 985), dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 31
Peraturan Menteri ini mulai berlaku setelah 7 (tujuh) hari
terhitung sejak tanggal diundangkan.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 40 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Oktober 2020
ttd.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 Oktober 2020
DIREKTUR JENDERAL
PERATURANPERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 41 -
LAMPIRAN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 171/PMK.04/2020
TENTANG
CARA PENGENAAN TARIF MASUK ATAS BARANG
IMPOR BERDASARKAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN BARANG
DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA MENGENAI KERJA
SAMA EKONOMI DAN PERSETUJUAN TERTENTU ANTARA
PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA DAN
REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 42 -
tr
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 43 -
FOB-VNM
RVC= _ _ _ _ _ _ X 100%
FOB
Keterangan:
a) RVC merupakan besaran regional value content suatu
barang yang dinyatakan dalam persentase;
b) FOB merupakan nilai free-on-board suatu barang; dan
c) VNM (Value of Non-Originating Materiaij merupakan
nilai Bahan Non-Originating, yang meliputi:
(1) nilai CIF pada saat importasi bahan tersebut; atau
(2) harga pas ti yang pertama dibayarkan (the earliest
ascertained price paid) untuk Bahan Non-Originating
yang diperoleh di Negara Anggota, dengan catatan
nilai tersebut tidak meliputi biaya pengiriman,
asuransi, pengepakan, dan biaya-biaya lainnya
yang timbul dari proses pengangkutan dari gudang
supplier ke lokasi produksi.
b. Change in Tariff Heading (CTH)
Barang yang proses produksinya menggunakan Bahan Non-
Originating dan seluruh Bahan Non-Originating tersebut
mengalami perubahan klasifikasi pada 4 (empat) digit
pertama HS (CTH) atau RVC 40% (empat puluh persen),
untuk barang-barang yang diklasifikasikan dalam Bab 25,
Bab 26, Bab 28, Bab 29, Bab 31, Bab 39, Bab 42 sampai
dengan Bab 49, Bab 57 sampai dengan Bab 59, Bab 61,
Bab 62, Bab 64, Bab 66 sampai dengan Bab 71, Bab 73
sampai dengan Bab 83, Bab 86, Bab 88, Bab 91 sampai
dengan Bab 97.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 44 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 45 -
4) Specific Process
Barang yang proses produksinya menggunakan Bahan
Non-Originating dan seluruh Bahan Non-Originating
tersebut harus mengalami suatu proses operasional
tertentu.
Jenis kriteria asal barang dalam daftar PSR, terdiri dari:
1) tunggal, yaitu suatu subpos tarif hanya memiliki
1 (satu) kriteria asal barang.
Contoh : 3105.10 (RVC 40);
2) alternatif, yaitu suatu subpos tarif yang memiliki lebih
dari 1 (satu) kriteria asal barang yang harus dipilih
salah satu.
Contoh 5303.90 (RVC 40 or CTH).
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 46 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 47 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 48 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 49 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 50 -
Original (Duplicate/Triplicate)
Reference No.
1. Products con:;igned from. (Exporter's business name, ASEA1~~CHINA FREE TRADE AREA
address, country) PREFERENTIAL TARIFF
CERTIF1CA1E OF ORIGIN
(Combined Declaration and Certificate)
3. Means of transport and route (as far as knmm) 4. For Official Use
Departure date
□ Preferential Treatment Given
Port ofDi:;charge
5. Item 6. :t\foksand 7. Number and type of packages, 8. Origin criteria 9. Gross weight or IO.Number,
Number numbe:rson de!',criptio11 of (!',ee Ove:rJeaf tret wei11,ht or other date oflnvoices
packages products (including quantity Notes) quantity, and value
v-;here appropriate and (FOB) only when
HS number in e;ix digit code) RVC cr-iterion is
applied
TI1e undersigned herebv declares that the above It is hereby certified, on the basi,s of control
details and statement are correct; that all the products carried out, that the de.claration by the
,vere produced ill exporter is correct.
(Country)
(Imp,orting Countrv)
Place and date, signature of Place and date, signature and st.amp of
authorised $1gnatory certifying authority
13
□ Isrued Retroactively □ Exhibition
□ Movement Certificate □ Third Party Invoici11_g
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 51 -
OVERLEAF NOTES
1. Parties which accept tws form for the purpose of preferential treatme.nt under the ASEAN-China Free Trade Area. (ACFTA):
BRD'"NEI DARUSSAL.~lvI CA1vIBODL.\ CHINA
INDOJ\."ESIA LAOS MALAYSU
I\ffANMAR PHILIPPINES SINGAPORE
THAILAND VIETNAlVI
2. COI\J"DITIONS: The main conditions for admission to the preferential treatment under the ACFTA a.re that products sent to any
Parties listed above:
(i) must fall ivitwn a description of products eligible for concessions in the country of destination;
(ii) must comply with all relevant provisions of Annex 1 {Rules of Origin) of the Protocol to Amend the Framework Ag1eement
on Comprehensive Economic Co-operation and Certain Agreements thereunder between the Association of Southeast Asian
Nations (ASEAN) and the People's Republic ofChfaa (ACFTA Upgrading Protocol).
3. ORIGIN CRITERlA: For each good described in Box 7 of this form, the origin criteria met should be indicated in Box 8, in the
manner sho...vn m th e fio11owmg ta bl e:
Circumstances of production or manufacture in the first country Insert in Box 8
named in Box 11 of this form
(a) Goods wholly produced or obtained satisfying subparagraph \VO
{a) of Article 2 of Annex 1 of the ACFTA Up_grading Protocol
(b) Goods produced in a Party exclusively from originating PE
materials from one or more of the Parties satisfying
subparagraph (b) of Article 2 of Annex 1 of the ACFTA
Upgrading Protocol
(c) Goods produced from non-originating materials in a Party,
satisfying paragraph 1 of Article 4 of Annex 1 of the ACFTA
Upgrading Protocol
- Region.al Value Content Actual percentage of ACFTA value
content, example "40%"
- Change in Tariff Classjfication at the four-digit level CTH
(d) Goods satisfying the Product Specific. Rules (PSR) in PSR
Attachment B of Annex 1 of the ACFT A Upgrading Protocol
4. EACH ARTICLE MUST QUALIFY: It should be noted that all the products in a consignment must qualify separately in their own
right. This is of particular relevance when similar articles of different sizes or spare parts a.re sent
5. DESCRlPTION OF PRODUCTS: The description of products in Box 7 must be sufficiently detailed to enable the products to be
identified by the Customs Officers examining them.
6. The Harmonised System number of the importing party in Box 7 (six digit code) shall be detennined according to the International
ConveJition on the Harmonized Commodity Description and Coding System and subsequent amendments thereto.
7. The term "Exporter" in Box 1 and 11 may include the manufacturer or the producer. In the case of Movement Certificate (1v1 C), the
tenn "Exporter" also includes the exporter in the intermediate Party. For Cwna, a Chinese manufacture:r can apply for a Certificate
of Origin (Form E) in the case where the manufacturer needs to authorise other agencies to export on its behalf. In this case, the
manufacturer can make the declaration indicated in Box 11 and shall state the name and address of the exporter in Box 7.
8. FOR OFFICIAL USE: The Customs Authority of the importing Party must indicate (,1') in the rekvant boxes in column 4 \Vhether or
not preferential treatment is accorded.
9. MOVEMEN1 CERTIFICATE: In cases of Movement Certificate, in accordance with RuJe 12 of Attachment A of the Rules of
Origin of the ACFTA Upgrading Protocol (Operational Certification Procedures): {i) "Ivfovement Certificate" in Box l3 should be
ticked ( ✓); {ii) the indicated value in Box 9 shall be the invoice value of the products exported from the intermediate Party. The
indicated value in Box 9 is only required when the RVC criterion is applied; (iii) The name of the original Issuing Authorities oftl1e
Party, date of the issuance and the reference number of the original Certificate of Origin (Form E) to be indicated in Box 7.
10. THIRD PARTY INVOICING: In cases ,vhere invoices are issued by a third country, "the Third Party Invoicing" in Box 13 shall he
ticked (-,i). The invoke number shall be indicated in Box 10. Information such as name and country of the company issuing the
invoice shall be indicated in Box 7.
11. EXHIBITIONS: In cases where products are sent from the exporting Party for exhibition in an.other Party and sold during or after the
exhibition for importation into a Party, in accordance \Vith Rule 22 of Attachment A of the Rules of Origin. for the ACFTA, the
"Exhibitions" in Box 13 should be ticked(,') and the name and address of the exhibition indicated in Box 2.
12. ISSUED RETROACTIVELY: In exceptional cases, due to involuntary errors or omissions or other valid causes, the Certificate of
Origin (Form E) may be issued retroactively in accordance with Rule 11 of Attachment A of the Rules of Origin for the ACFTA. The
"Issued Retroactively" in Box 13 shall be ticked()) electronicaUy or typewritten together \Vith other infom1ation in the Certificate of
Origin (Form E). In cases where the "Issued Retroactively" in Box l3 cannot be ticked electronically or typewritten, the Certificate
of Origin (Form E) shall be stamped with the words "ISSUED RETROACTIVELY'".
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 52 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 53 -
tt
sebagaimana dimaksud pada angka 2) huruf b), SKA
Form E ditolak dan Tarif Preferensi tidak diberikan.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 54 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 55 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 56 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 57 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 58 -
www.jdih.kemenkeu.go.id tr
- 59
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 60 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 61 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 62 -
ft
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 63 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 64 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 65 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 66 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 67 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 68 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 69 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
tr
- 70 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 71 -
www.jdih.kemenkeu.go.id tt
- 72 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 73 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 74 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 75 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
tr
- 76 -
www.jdih.kemenkeu.go.id