St. Ambrosius
St. Ambrosius
Santo Ambrosius
Takhta Mediolanum
Penunjukan 374 M
berakhir
Pendahulu Auksensius
Penerus Simplisianus
Imamat
Informasi pribadi
Lahir ca. 340
Augusta Treverorum,
(sekarang Trier, Jerman)
Mediolanum,
Orang kudus
Pesta 7 Desember[1]
gereja Anglikan
gereja Lutheran
Teologi[sunting | sunting sumber]
Menyantuni fakir miskin[sunting | sunting sumber]
Ambrosius menganggap fakir miskin bukanlah pihak luar melainkan bagian dari masyarakat
seutuhnya. Menurut Ambrosius, menyantuni fakir miskin bukanlah suatu tindakan kedermawanan
terhadap kaum yang tersisih dari masyarakat melainkan suatu tindakan ganti rugi atas sumber-
sumber daya yang mula-mula dikaruniakan Allah secara sama rata kepada setiap orang namun
kemudian dirampas oleh orang-orang kaya.[20]
Mariologi[sunting | sunting sumber]
Risalah-risalah teologi Ambrosius di kemudian hari mempengaruhi pandangan Paus
Damasus, Paus Sirisius, dan Paus Leo I. Ambrosius sangat menitikberatkan kemurnian Maria dan
peranannya sebagai Bunda Allah.[21]
Sudah selayaknya Allah dilahirkan oleh seorang perawan. Cara lahir manusiawi manakah
yang lebih layak bagi Allah, dibanding cara lahir yang digunakan Putra Allah yang tak bercela itu
untuk menjaga kemurnian asal usul-Nya yang tak bercela tatkala menjadi manusia?[22]
Kita mengakui, bahwa Kristus Tuhan lahir dari seorang perawan, dan oleh karena itu kita
menolak tahapan alamiah dari segala sesuatu. Karena ia mengandung bukan dari seorang laki-
laki melainkan dari Roh Kudus.[23]
Kristus tidak terbagi-bagi tetapi satu. Jika kita memujanya-Nya sebagai Putra Allah, kita tidak
menafikan kelahiran-Nya dari sang perawan… Namun tidak seorang pun boleh menerapkannya
pula pada Maria. Maria adalah kenisah bagi Allah tetapi bukan Allah yang bersemayam di dalam
kenisah. Oleh karena itu, hanya yang bersemayam di dalam kenisahlah yang boleh disembah.[24]
Ya, sungguh terberkati karena telah mengungguli sang imam (Zakaria). Manakala sang
imam menafikan, sang perawan justru meluruskan kekeliruan itu. Tidaklah mengherankan jika
Tuhan, hendak menyelamatkan dunia, mengawali karya-Nya dengan Maria. Jadi ia, yang
melaluinya keselamatan sedang dipersiapkan bagi segenap insan, menjadi insan pertama yang
menerima buah keselamatan terjanji itu.[25]
Ambrosius menganggap selibat lebih mulia daripada perkawinan dan memandang Maria sebagai
suri teladan kemurnian.[26]
Tulisan-tulisan[sunting | sunting sumber]