Anda di halaman 1dari 14

Pendidikan Kewarganegaraan

“Studi Kasus Korupsi”

Nama : Nurul Annisa


Kelas : 3A D4
Nim : 45218020

JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA


PROGRAM STUDI D4 ADMINISTRASI BISNIS
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini tentang Kasus Korupsi ini tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca tentang korupsi.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Surianti, S.Pt,.
M.Adm.SDM. selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan tugas ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................6
A. Pengertian Korupsi....................................................................................................................6
B. Gambaran Umum Korupsi di Indonesia..................................................................................7
C. Latar Belakang Terjadinya Korupsi dan Dampaknya Bagi Negara.....................................7
D. Kasus Korupsi yang Dilakukan Akil Mochtar........................................................................9
E. Penyampaian gagasan terhadap kasus korupsi.....................................................................10
F. Peran Pemerintah dalam Menangani Korupsi Akil Mochtar..............................................11
BAB III......................................................................................................................................................13
PENUTUP............................................................................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi di Indonesia sudah tidak terkendali lagi. Banyak kasus-kasus korupsi yang mulai
terkuak. Tidak tangung-tanggung, kasus korupsi banyak melibatkan pejabat tinggi negara dan
menjamur dihampir semua kalangan. Kasus korupsi di Indonesia dalam berbagai macam survei,
Indonesia masuk dalam salah satu daftar negara terkorup di dunia. Berbagai macam kasus
korupsi mulai dari yang besar, sedang hingga kasus korupsi kecil terjadi secara terus menerus
tanpa bisa dihentikan. Hukum tindak pidana korupsi yang tidak ada efek jera bagi pelaku,
menyebabkan para koruptor tetap menjalankan aksi korupsi. Ditambah hukum di Indonesia yang
bisa dibeli. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya aparat hukum yang terlibat kasus suap.
Dalam kasus ini, negara pun menanggung kerugian materiil yang sangat besar. Kerugian ini
terjadi di berbagai bidang baik demokrasi, ekonomi dan kesejahteraan umum negara. Akhir-akhir
ini kasus korupsi sedang hangat-hangatnya dibicarakan publik. Kasus korupsi sengketa
pemilukada Kabupaten Lebak, Banten yang melibatkan Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil
Mochtar. Selain kasus ini, Akil diduga terlibat dalam 14 kasus suap lainnya. Sejumlah rekor pun
tercatat. Ini adalah pertama kalinya JPU KPK mendakwa seorang hakim dengan 15 dugaan suap
sekaligus. Saat penggeledahan di ruang kerja Akil di gedung Mahkamah Konstitusi, penyidik
KPK menemukan narkoba dan obat kuat. Hal ini menunjukkan seorang Ketua Mahkamah
Konstitusi pun dapat melakukan praktek korupsi yang tidak mencerminkan seorang pemimpin
yang bertanggung jawab.
Dari latar belakang di atas, penulis menyusun makalah dengan judul “Kasus Korupsi
Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar Merugikan Negara Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan korupsi ?
2. Bagaimana gambaran umum korupsi yang ada di Indonesia ?
3. Apa yang melatarbelakangi terjadinya korupsi dan dampaknya bagi negara ?
4. Bagaimana kasus korupsi yang dilakukan oleh Akil Mochtar ?
5. Penyampaian gagasan terhadap kasus korupsi ?
6. Bagaimana peran pemerintah dalam menangani kasus korupsi Akil Mochtar ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin : corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik baik
politisi maupun pegawai negeri serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara
tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada
mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Dari sudut pandang hukum tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut :
 Perbuatan melawan hukum,
 Perbuatan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
 Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
 Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Beberapa jenis tindak pidana korupsi diantaranya adalah :

 Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),


 Penggelapan dalam jabatan,
 pemerasan dalam jabatan,
 ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri / penyelengara negara), dan
 menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri / penyelenggara negara).
(wikipedia, 2014)

Pengertian korupsi menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1999


tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Pasal 1 Ayat 3 adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tindak pidana korupsi.
B. Gambaran Umum Korupsi di Indonesia
Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik. Bagi banyak orang korupsi bukan lagi
merupakan pelanggaran hukum, melainkan hanya sekedar kebiasaan. Dalam seluruh penelitian
perbandingan korupsi antaenegara Indonesia selalu menempati posisi paling rendah. Keadaan ini
bisa menyebabkan pemberantasan korupsi di Indonesia semakin ditingkatkan oleh pihak yang
berwenang.
Perkembangan korupsi di Indonesia juga mendorong pemberantasan korupsi di Indonesia.
Namun hingga kini pemberantasan korupsi di Indonesia belum menunjukan titik terang melihat
peringkat Indonesia dalam perbandingan korupsi antarnegara yang tetap rendah (Mochtar Lubis,
2001). Hal ini juga ditunjukan dari banyaknya kasus-kasus korupsi di Indonesia seperti :
1. Kasus dugaan korupsi Soeharto : dakwaan atas tindak korupsi di tujuh yayasan.
2. Pertamina : dalam technical assistance contract dengan PT Ustaindo Pertrogas.
3. Kasus korupsi Edi Tansil / PT. Golden Key.
4. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) : penyimpangan penyaluran dan BLBI.
5. Kasus Hambalang yang melibatkan Andi Malarangeng, Angelina Sondhaq, dan pejabat
lainnya.
6. Kasus korupsi Bank Century
Dan masih banyak kasus korupsi yang terjadi di Indonesia.

C. Latar Belakang Terjadinya Korupsi dan Dampaknya Bagi Negara

Latar belakang terjadinya korupsi disebabkan beberapa kondisi yang mendukung munculnya
korupsi, diantaranya sebagai berikut :
1. Konsentrasi kekuasaan dipengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab langsung
kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan demokratik.
2. Kurangnya transparansi dipengambilan keputusan pemerintah.
3. Kampanye-kampanye yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan politik
yang normal.
4. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
5. Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan “teman lama”.
6. Lemahnya ketertiban hukum.
7. Lemahnya profesi hukum.
8. Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.
9. Gaji pegawai pemerintah yang kecil.

Dampak yang ditimbulkan dari korupsi bagi negara diberbagai bidang antara lain :

Demokrasi, korupsi menunjukkan tantangan serius terhadap pembangunan. Didalam dunia


politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintah yang baik (good governance) dengan
cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di bidang legilatif
mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem
pengadilan menghentikan ketertiban hukum, dan korupsi di pemerintahan publik menghasilkan
ketidakseimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara unum, korupsi mengikis kemampuan
institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat
diangkat atau dinaikkan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi
mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.

Ekonomi, korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan
keefisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena
kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan
resiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Korupsi menimbulkan distrosi
(kekacauan) didalam sektor publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek
masyarakat yang mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah
kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya
menghasilkan lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat
keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi
kualitas layanan pemerintahan dan inprastruktur, dan menambah tekanan-tekanan terhadap
anggaran pemerintah.

Kesejahteraan Umum Negara, korupsi politis ada dibanyak negara, dan memberikan
ancaman besar bagi warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering
menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana
politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-
perusahaan kecil (SME). Politikus-politikus “pro-bisnis” ini hanya mengembalikan pertolongan
kepada perusahaan besar yang memberikan sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka
(wikipedia, 2014).

D. Kasus Korupsi yang Dilakukan Akil Mochtar


Dr. H. M. Akil Mochtar, S.H., M.H. (lahir di Putussibau, Kalimantan Barat, 18 Oktober
1960; umur 53 tahun) adalah Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia periode 2013 dan
Hakim Konstitusi periode 2008-2013.  Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai anggota DPR RI
periode 1999-2004, dan kemudian terpilih lagi untuk periode 2004-2009, juga sebagai Wakil
Ketua Komisi III DPR RI (bidang hukum, perundang-undangan, HAM dan keamanan) periode
2004-2006. Akil bergabung menjadi Hakim Konstitusi pada tahun 2008, dan terpilih sebagai
Ketua Mahkamah Konstitusi pada bulan April 2013 menggantikan Mahfud MD (okezone, 2013).

Pada Rabu, 2 Oktober 2013, Akil ditangkap KPK di rumah dinasnya di Jakarta terkait
dugaan menerima suap dalam penanganan gugatan pemulikada Kabupaten Gunung Mas,
Kalimantan Tengah dan Kabupaten Lebak, Banten. Esok harinya, ia dan 5 orang lainnya resmi
ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Kelima orang tersebut salah satunya Chairun Nisa
angota DPR RI fraksi partai golkar, bupati Gunung Mas, Hambit Bintih, seorang pengusaha
Tubagus Chaeri Wardana yang juga adik kandung Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah
sekaligus suami dari Wali Kota Tagerang Selatan Airin Rachmi Diany. Pada 5 Oktober, setelah
menggelar pertemuan dengan beberapa pimpinan lembaga tinggi negara, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono resmi memberhentikan sementara Akil Mochtar dari posisi Ketua
Mahkamah Konstitusi (Metrotvnews, 2013).

Pada saat melakukan penggeledahan di ruang kerja Akil di gedung Mahkamah Konstitusi,
penyidik KPK menemukan narkoba dan obat kuat. Barang bukti ini langsung diserahkan ke
pihak kepolisian dan ditangani pihak BNN (Kompas, 2013).
Total ada 15 dugaan suap pilkada dan uang ratusan milyar rupiah hasil korupsi yang diduga
dicuci Akil sejak jadi anggota DPR. Sejumlah rekor pun tercatat. Ini adalah pertama kalinya JPU
KPK mendakwa seorang hakim dengan 15 dugaan suap sekaligus. Biasanya, KPK hanya
menemukan dugaan suap dalam satu atau dua perkara saja. Catatan lainnya yang menarik adalah
jumlah uang suap yang diduga diberikan pihak berperkara totalnya mencapai Rp 57 milyar,
terbanyak bila dibandingkan dengan kasus-kasus dugaan suap lainnya. Rekor lainnya yang bisa
jadi perhatian menarik adalah jumlah uang yang diduga dicuci Akil dari hasil korupsi dalam
kurun waktu sekitar tahun 2002 sejak jadi anggota DPR hingga tahun 2013 adalah harta senilai
Rp 181 milyar dianggap tak wajar karena tak sesuai dengan profil gaji Akil di MK maupun di
DPR (detiknews, 2014).

E. Penyampaian gagasan terhadap kasus korupsi


Mencegah korupsi adalah suatu pekerjaan yang berat untuk dilakukan.pekerjaan
memberantas korupsi harus dilakukan secara bersama-sama dan membutuhkan komitmen
nyata dari pimpinan tertinggi. Kecenderungan orang melakukan korupsi terjadi ketika ada
motif, rasionalisasi yang berasal dari masing-masing individu dan ada kesempatan yang
berkaitan dengan system yang memiliki celah korupsi.
 Strategi pencegahan yang harusya ditanamkan adalah sifat jujur jika budaya jujur
sudah terbangun, maka satu sama lain akan saling menjaga dan mengingatkan.
Kejujuran adalah syarat mutlak untuk menjadi seorang pemimpin. Masyarakat akan
selalu mempercayai setiap apa yang menjadi kebijakan untuk mensejahterakan
rakyatnya. Pemimpin yang memiliki sifat jujur juga akan lebih dicintai oleh
rakyatnya karena janji-janji yang diucapkannya pada saat kampaye tidak sekedar
“silat lidah”
 Seorang pemimpin harus komunikatif. Seorang pemimpin harus mempunyai sifat
terbuka kepada seluruh masyarakatnya. Apa yang telah menjadi kebijakannya harus
disampaikan kepada rakyatnya. Selain itu, seorang pemimpin juga mempunyai
kewajiban untuk menyampaikan yang benar dan yang salah agar masyarakatnya
tidak terjerumus kedalam jurang kenistaan.
 Kemudian pemimpin yang ideal harus mempunyai sifat cerdas. Seorang pemimpin
harusnya memiliki kecerdasaran di atas rata-rata masyarakatnya. Hal ini
dimaksudkan agar pemimpin tersebut memiliki rasa percaya diri untuk memimpin
rakyatnya. Kecerdasan merupakan modal utama untuk menjadi seorang pemimpin.
Karena hal itu akan membantunya dalam memecahkan persoalan yang dihadapi oleh
masyarakatnya.
 Selain itu, pemimpin yang ideal juga harus memiliki sifat amanah yang artinya
terpercaya. Dengan memiliki sifat amanah, maka pemimpin akan senantiasa menjaga
kepercayaan masyarakat yang telah diserahkan diatas pundaknya.
Bangsa kita kini mengalami krisis pemimpin yang amanah. Hal itu terbukti dengan
banyaknya pemimpin kita yang berbondong-bondong masuk penjara karena terjerat kasus
korupsi. Jabatan yang disandangnya telah disalahgunakan yaitu dengan memanfaatkan jabatan
mereka sebagai alat untuk menumpuk kekayaan. Contohnya seperti Akil Mochtar, ia bukanlah
pemimpin yang ideal untuk masyarakat, melainkan ia adalah seorang perampok yang berdasi
dengan cara menghianati kepercayaan rakyatnya. Dengan kata lain ia bukanlah pemimpin yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas.

F. Peran Pemerintah dalam Menangani Korupsi Akil Mochtar


Pemerintah mempunyai peran aktif dalam menyelenggarakan negara untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat, khususnya terhadap problematika yang dihadapi Indonesia,
pemerintah harus mampu mengatasi dan memberikan penyelesaian atau solusi sehingga dapat
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Korupsi merupakan salah satu tugas wajib pemerintah
untuk menyelesaikan dan mengatasi agar orientasi memperkaya diri yang dilakukan oleh
aparatur negara dapat diminimalisir bahkan di hilangkan.
Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Pengadilan
merupakan lembaga yang berwenang dalam menangani pemberantasan kasus korupsi. Dari ke
empat lembaga ini KPK memiliki peran khusus dalam memberantas kasus korupsi, KPK harus
lebih memiliki nilai dan integritas yang tinggi sehingga wewenang yang telah diberikan
berdasarkan ketentuannya dapat dijalankan dan diimplementasikan dengan baik. Dari ke empat
lembaga tersebut dapat juga dimungkinkan adanya pihak-pihak tertentu akan terlibat dalam
kasus korupsi, karena perlu kita ketahui bahwa korupsi itu bukan personal tetapi corporation
atau kelompok, kecil kemungkinan bahwa korupsi hanya di lakukan oleh seorang saja, pasti ada
pihak-pihak lain yang terlibat dalam kasus korupsi untuk memperlancar urusan yang
menyimpang dari ketentuan.
Tujuan dibentuknnya KPK tidak lain adalah meningkatkan daya guna dan hasil guna
terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK dibentuk karena institusi (Kepolisian,
Kejaksaan, Peradilan, Partai Politik dan Parlemen) yang seharusnya mencegah korupsi tidak
berjalan bahkan larut dan terbuai dalam korupsi. Pemberantasan tindak pidana korupsi yang
terjadi sampai sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal. Oleh karena itu
pemberantasan korupsi perlu ditingkatkan secara professional, intensif, dan berkesinambungan.
Karena korupsi telah merugikan keuangan negara, perekonomian negara, dan menghambat
pembangunan nasional. Begitu parahnya maka korupsi di Indonesia sudah dikategorikan sebagai
tindak pidana luar biasa atau extra ordinary crime.
Cara penanganan korupsi harus dengan cara yang luar biasa. Untuk itulah dibentuk KPK
yang mempunyai wewenang luar biasa, sehingga kalangan hukum menyebutnya sebagai suatu
lembaga super (super body).Untuk mencegah dan mengatasi keberadaan mafia hukum,
pemerintah yang mana antara kepolisian, kejaksaan, KPK dan Pengadilan harus memperkuat
koordinasi dan sinkronisasi agar kepastian hukum dapat terjamin dan kecilnya kemungkinan
terjadi penyimpangan berkelanjutan. Perlu kita ketahui disetiap instansi terdapat peluang
dimungkinkan terjadinya korupsi oleh aparatur negara tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi adalah tindakan pejabat publik baik politisi maupun pegawai negeri serta pihak lain
yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Saat ini banyak kasus-kasus korupsi di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan Indonesia menjadi
salah satu negara terkorup di dunia. Latar belakang terjadinya korupsi karena lemahnya tertib
hukum, profesi hukum, masih rendahnya gaji pegawai, kampanye-kampanye yang mengeluarkan
uang berlebihan sehingga timbul rasa untuk mengembalikan uang tersebut dengan jalan korupsi.
Kasus Akil Mochtar merupakan kasus korupsi terbesar di Indonesia. Kedudukan Akil Mochtar
sebagai ketua Mahkamah Konstitusi yang korupsi mencerminkan seorang pemimpin yang tidak
bertanggung jawab. Pemimpin yang ideal seharusnya memiliki beberapa sifat yaitu diantaranya
jujur, cerdas, amanah, dan komunikatif. Berbagai kasus korupsi melemahkan Indonesia dalam
berbagai bidang yaitu demokrasi, ekonomi, dan kesejahteraan umum negara. Oleh karena itu
perlu adanya peran pemerintah yang lebih maksimal dalam menangani kasus-kasus korupsi di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai