Anda di halaman 1dari 17

Proposal

Hubungan Usia Ibu Dengan Kejadian Kekurangan Energi

Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja

Puskesmas Samata Gowa

Tahun 2020

Oleh

Nurul Indah Sari


PO714211171022

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
DIPLOMA IV KEBIDANAN
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan kinerja direktorat jendral kesehatan masyarakat tahun 2019
menjelaskan bahwa dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang ditandai dengan menurunnya angka kematian ibu,
angka kematian bayi dan program kesehatan masyarakat memiliki
kegiatan-kegiatan yang diukur melalui 3 indikator salah satunya yaitu
persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik. Ibu hamil dikatakan
mengalami kondisi Kurang Energi Kronik apabila hasil pengukuran LILA
menggunakan pita LILA kurang dari 23,5 cm (Kemenkes 2017)
Persentase ibu hamil dengan Kurang Energi Kronik (KEK) di
Indonesia pada tahun 2015 yaitu 13,3 %, kemudian meningkat pada
tahun 2016 menjadi 16,2% dan menurun kembali pada tahun 2017, yaitu
14,8%, kemudian kembali meningkat pada tahun 2018 menjadi 17,3 %
dan pada tahun 2019 sebanyak 18,2 %, sehingga tidak sesuai dengan
indikator yang diharapkan yaitu persentase ibu hamil dengan Kurang
Energi Kronik (KEK) turun 1,5% pertahunnya. (Kemenkes 2017)
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun
2018 Persentase Kurang Energi Kronik pada ibu hamil di Indonesia
berdasarkan umur (tahun) yaitu: 15-19 tahun 33,5%, 20-24 tahun 23,3%,
25-29 tahun 16,7%, 30-34 tahun 12,3%, 35-39 tahun 8,5%, 40-44 tahun
6,5%. 45-49 tahun 11,1%. Persentase kurang energi kronik pada ibu
hamil di Sulawesi selatan sebanyak 17,2 % hal ini menunjukkan bahwa
persentase kurang energi kronik pada ibu hamil di Sulawesi selatan
masih tinggi.(Riskesdas 2018)
Berdasarkan data yang didapatkan dari Puskesmas Samata Gowa
tahun 2018 jumlah ibu hamil yang mengalami Kurang Energi Kronik
(KEK) yaitu sebanyak 236 orang, kemudian pada tahun 2019 mengalami
penurunan menjadi 142 orang dan pada tahun 2020 terhitung mulai bulan
januari sampai oktober kembali meningkat menjadi 149 orang.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andriani dan
susilawati dengan judul Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada
ibu hamil yang dilakukan pada tahun 2019 di wilayah kerja Puskesmas
Wedi Klaten, dari 38 orang responden dengan umur yang beresiko
terdapat sebanyak 23 orang (60,5%) responden yang mengalami Kurang
Energi Kronik (KEK) dan dari 44 orang responden dengan umur yang
tidak beresiko terdapat 12 orang (27,3%) responden yang mengalami
Kurang Energi Kronik (KEK). Hasil uji stastiktik diperoleh ada hubungan
yg signifikan antara umur ibu dengan kejadian KEK pada ibu hamil.
(Adriani and Susilawati 2019)
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Kurang Energi Kronik
(KEK) di Wilayah Kerja Puskesmas Samata Gowa Tahun 2020.

B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan usia ibu dengan kejadian KEK pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Samata Gowa tahun 2020.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan usia ibu dengan kejadian Kurang Energi
Kronik (KEK) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Samata
Gowa tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan usia ibu hamil beresiko dengan
kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Samata Gowa tahun 2020.
b. Untuk mengetahui hubungan usia ibu hamil tidak beresiko dengan
kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Samata Gowa tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
menjadi referensi atau masukkan bagi Ilmu Kesehatan khususnya
Ilmu kebidanan pada ibu hamil untuk mengetahui hubungan usia ibu
hamil dengan kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil
2. Manfaat praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yang
didapatkan diakademik untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman penulis.
b. Untuk memberikan informasi tentang hubungan usia ibu hamil
dengan kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil.
c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
responden mengenai hubungan usia ibu hamil denga Kurang
Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Nutrisi Ibu Hamil


Kebutuhan gizi pada kehamilan akan semakin meningkat karena
kehamilan menyebabkan metabolisme energi dalam tubuh semakin
meningkat. Meningkatnya kebutuhan energi secara otomatis
menyebabkan kebutuhan gizi juga meningkat. Dan perkembangan janin,
perubahan metabolisme ibu dan semakin berkembangnya kandungan.
Status gizi ibu berpengaruh pada tumbuh kembang janin dan
status gizi janin dalam kandungan. Statis gizi janin akan berpengaruh
pada berat badan saat di lahirkann. Untuk bisa mewujudkan kecukupan
gizi pada ibu dan janin, serta mempertahankan kesehatan ibu dan janin
hingga di lahirkan perlu dilakukan penataan gizi pada ibu hamil.
(Lammarisi 2015)
1. Kebutuhan gizi ibu hamil
Gizi seimbang pada ibu hamil didapat dari menu yang seimbang
setiap harinya, ibu membutuhkan gizi yang seimbang melebihi
wanita pada umumnya. Hal ini di karenakan ibu hamil harus
memenuhi nutrisi janinnya. Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara
garis besar yaitu :
a. Asam folat
Pemakaian asam folat pada masa pre dan perikonsepsi
menurukan resiko kerusakan otak, kelainan neural, spina bifida
dan anensefalus. Minimal pemberian yaitu pada saat konsepsi dan
berlanjut hingga 3 bulan pertama kehamilan. Dosis pemberian
asam folat untuk preventif adalah 500 mikrogam,atau 0,5-0,8 mg.

b. Energi
Kebutuhan energi ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh
kembang janin dan perubahan padah tubuh ibu.
c. Protein
Pembentukan jarigan baru dari janin dan tubuh ibu di butuhkan
protein sebesar 910 gram, dalam 6 bulan terakhir kehamilan di
butuhkan tambahan 12 gram protein sehari untuk ibu hamil.
d. Zat besi
Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara
rutin adalah untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah
merah dan sintesa darah otot. Minimal ibu hamil mengkomsumsi
90 tablet zat besi selama kehamilan
e. Kalsium
Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu
hamil adalah sebesar 400mg sehari.
f. Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok yang
beresiko penyakit seksual (IMS)
g. Pemberian yodium pada daerah dengan endemic kretinisme.
(Nugroho et al. 2014)
2. Prinsip gizi ibu hamil
Ibu yang hamil harus memilki gizi yang cukup karena gizi yang
didapat akan di gunakan untuk dirinya sendiri juga dan janinya.
Seorang ibu yang tidak memilki ataupun kekurangan gizi selama
masa kehamilan maka bayi yang kandunganya akan menderita
kekurangan gizi. Apabila hal ini langsung terus menerus dan tidak
segera diatasi maka bayi akan lahir dengan berat badan rendah (di
bawah 2.500 gram), sedangkan untuk ibu yang kekurangan gizi,
maka selama ia menyusui ASI yang di hasilkan juga sedikit.
Adanya kehamilan maka akan terjadi penambahan berat badan
yaitu sekitar 12,5 kg, proporsi penambahan berat badan dapat dilihat
di bawah ini (Ariani 2017) :
a. Janin 25.27%
b. Plasenta 5%
c. Cairan aminion 6%
d. Ekspansi volume darah 10%
e. Peningkatan lemak tubuh 25.27%
f. Peningkatan cairan ekstra eluler 13%
g. Pertumbuhan uterus dan payudara 11%
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil
a. Keadaan sosial dan ekonomi
Status sosial dan ekonomi akan berpengaruh terhadap
kemampuan seseorang dalam memilih dan mengomsumsi
makanan bernilai gizi tinggi
b. Usia ibu
Usia mempengaruhi jumlah takaran zat gizi dan kalori yang di
butuhkan tubuh
c. Status kesehatan ibu
Status kesehatan ibu akan mempengruhi penentuan besarnya zat
gizi yang harus di komsumsi. Ibu dengan status kesehatan yang
buruk biasanya memerlukan asupan gizi khsusus untuk
mengatasi penyakitnya.
d. Jarak kelahiran jika yang di kandung bukan anak yang pertama
jarak kelahiran menentukan besar kecilnya kebutuhan ibu akan
zat gizi. Karena cadangan zat gizi pada tubuh dapat terkuras
apabila terlalu sering hamil. (Mardalena 2017)

4. Dampak gizi kurang pada ibu hamil


Status gizi ibu sebelum dn selama Hamill dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang di kandung, bila status gizi ibu
normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar
akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan
normal. Kualitas bayi yang di lahirkan sangat tergantung pada
keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil.Salah satu cara untuk
menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur berat bayi pada saat
lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat
kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Namun
sampai saat ini masih banyak ibu hamiil yang mengalami masalah
gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis (KEK).(Ariani
2017)

B. Tinjauan Umum Usia Ibu


1. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) usia adalah
lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan), isitlah itu diartikan
dengan lamanya keberadaan seseorang, individu normal yang
memperlihatkan derajat perkembangan anatomi dan fisiologik.
Kehamilan remaja telah meningkat pada 20 tahun terakhir,
kehamilan pada remaja putri menghasilkan lebih banyak resiko
komplikasi fisiologis dan psikologis sehingga harus melakukan
pemeriksaan lebih sering untuk mendeteksi secara dini terjadinya
komplikasi. Selain itu selama satu decade terakhir juga terjadi
peningkatan jumlah wanita yang telah menunda kehamilan sampai
usia mereka diakhir 30-an dan 40-an. Wanita yang berusia lebih dari
35 tahun mempunyai resiko tinggi untuk mengalami komplikasi
selama kehamilan. (Reeder, Martin, and Koniak-Griffin 2015)
2. Usia ibu hamil reproduktif
Usia reproduktif yang baik adalah pada usia 20-35 tahun
dimana pada umur tersebut merupakan periode yang paling baik
untuk hamil, melahirkan dan menyusui.
3. Usia ibu hamil golongan resiko tinggi
a. Ibu hamil terlalu muda yaitu kurang dari 20 tahun di mana organ
reproduksi belum siap untuk terjadinya pembuahan.
b. Ibu hamil di atas 35 tahun. Faktor ini juga menjadi masalah
karena dengan bertambahnya umur maka akan terjadi penurunan
fungsi dari organ yaitu melalui proses penuaian. Adanya
kehamilan membuat seseorng ibu memerlukan ekstra energi
untuk kehidupanya dan juga kehidupan janin yang sedang di
kandunganya. Selain itu juga pada proses kelahiran di perlukan
tenaga yang lebih besar lagi di tambah lagi kelenturan jalan lahir
akan berkurang dengan semakin bertambah umur. (Ariani 2017)

C. Tinjauan Umum KEK pada Ibu Hamil


1. Defenisi KEK pada Ibu Hamil
KEK adalah kekurangan energi yang berasal dari zat gizi makro
(karbohidrat, protein dan lemak) maupun zat gizi mikro terutama
vitamin A, vitamin D, asam folat, zat besi, Zenc, kalsium dan iodium
serta zat mikro lainnya sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
resiko KEK yang ditandai dengan rendahnya cadangan energi dalam
jangka waktu yang cukup lama yang diukur dengan LILA. (Kemenkes
RI, 2015)
Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kesakitan yang
lebih besar terutama pada trimester III kehamilan di bandingkan
dengan ibu hamil yang normal. Akibatnya mereka mempunyai resiko
yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat
persalinan, pendarahan, pasca persalian yang sulit karena lemah dan
mudah mengalami ganguan kesehatan. (Ariani 2017)
2. Manifestasi Klinik
Menurut Kemenkes RI ibu dengan KEK adalah ibu yang
memiliki salah satu tanda atau beberapa tanda dan gejala dibawah
ini:
a. Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5 cm
b. Berat badan ibu sebelum hamil 42 kg
c. Tinggi badan ibu <145 cm
d. Berat badan ibu pada kehamilan trimester III <45 kg
e. Indeks masa tubuh (IMT) pra hamil/trimester I < 18,5 kg/m 2
f. Ibu menderita Anemia (HB <11gr/dl)
g. Sering terlihat lemah, letih, lunglai dan lesu
3. Komplikasi KEK
Bila ibu hamil mengakami kekurangan gizi kronik selama hamil
akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti di
uraikan berikut ini.
a. Terhadap ibu, gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan
komplikasi pada ibu antara lain anemia, pendarahan, berat badan
ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
b. Terhadap persalinan, pengaruh gizi kurang terhadap proses
persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,
persalinan sebelum waktunya (premature) pendarahan setelah
persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
c. Terhadap janin, kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin yang dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum,
lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). (Ariani 2017)
4. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Pengukuran Lila hanya di lakukan pada kunjungan pertama
yang bertujuan untuk skrinning ibu hamil yang beresiko KEK, dimana
ibu hamil tersebut mngalami kekurangan gizi yang telah berlangsung
lama. Bisa dalam beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Salah
satu penilaian KEK dapat dilihat dari hasil pengukuran LILA yang
kurang dari 23,5 cm. Berikut adalah cara mengukur LILA yang benar :
(Astuti et al. 2017)
a. Pengukuran dilakukan di bagian tengah, antara bahu dan siku
lengan kiri.
b. Lengan harus dalam keadaan bebas, artinya otot lengan tidak
tegang.
c. Alat ukur tidak kusut (artinya permukaannya rata)
d. Tetapkan letak bahu dan letak siku tangan.
e. Tetapkan titik tengah lengan atas, caranya yaitu dengan
merentangkan pita dari bahu kearah siku, kemudian tentukan
tengah-tengah lengan.
f. Lingkarkan pita ukur tepat pada tengah-tengah lengan atas ibu
g. Bacalah skalanya dengan benar, bila masih berada dibagian
merah maka ibu tergolong sangat kurus atau menderita KEK.

D. Kerangka Teori
Tabel 2.1 Kerangka teori KEK modifikasi dari Mardalena (2017);

a. Keadaan sosial & ekonomi


b. Status Kesehatan Ibu
Usia Ibu
c. Jarak kelahiran

< 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun

Organ
Periode yang Terjadi penurunan
reproduksi
paling baik fungsi dari organ
belum siap
untuk hamil, yaitu melalui proses
untuk
melahirkan dan penuaian termasuk
terjadinya
menyusui organ reproduksi
pembuahan

KEK Pada
Ibu Hamil
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian


Masalah gizi yang sering dihadapi ibu hamil salah satunya yaitu
KEK. Faktor usia bukanlah faktor utama terjadinya KEK pada ibu hamil,
tetapi menurut data dari RISKESDAS 2018 KEK pada ibu hamil
meningkat pada wanita yang berusia <20 tahun dan usia >35 tahun.
Dimana pada usia ibu <20 tahun organ reproduksinya masih belum
matang sehingga selain ibu membutuhkan energi ekstra untuk
kehamilannya ibu juga memerlukan energi untuk pematangan organ
reproduksinya sedangkan ibu hamil usia >35 tahun telah terjadi
penurunan fungsi organ seiring dengan bertambahnya usia yang
mengakibatkan ibu hamil lebih rentang terkena penyakit yang dapat
berpengaruh terhadap status gizi ibu hamil tersebut sehingga dapat
meningkatkan resiko terjadinya KEK pada ibu hamil.
Secara psikologis ibu hamil usia <20 tahun dan >35 juga mengalami
kecemasan terhadap kehamilannya, dimana pada usia <20 tahun ibu
masih belum siap untuk menghadapi kehamilan dan pada usia >35 ibu
mulai mencemaskan kondisi tubuhnya yang sudah mengalami penurunan
fungsi. (Ariani 2017)
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah kekurangan energi yang
berasal dari zat makro (karbohidrat, protein dan lemak) maupun zat mikro
terutaman vitamin A, Vitamin D, asam folat, zat besi, Zenc, kalsium dan
iodium serta zat mikro lainnya sehingga dapat mengakibakan resiko KEK
yang ditandai dengan rendahnya cadangan energi dalam jangka waktu
yang cukup lama yang diukur dengan LILA. (Kemenkes RI, 2015)

B. Kerangka Konseptual

Variable Independen Variabel Dependen

Usia Ibu

Keadaan social &


ekonomi
KEK Ibu
Hamil
Status kesehatan
ibu

Jarak kelahiran

Keterangan Bagan : Variabel Independen

Variabel Dependen

Jarak kelahiran
Variabel tidak diteliti

C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah makan hipotesis
yang dapat diajukan yaitu :
1. Hipotesis alternatif (Ha)
Ada hubungan bermakna antara usia ibu dengan kejadian KEK
pada ibu hamil di Wilayah kerja Puskesmas Samata Gowa tahun
2020.
2. Hipotesis nol (Ho)
Tidak ada hubungan bermakna antara usia ibu dengan kejadian
KEK pada ibu hamil di Wilayah kerja Puskesmas Samata Gowa tahun
2020.

D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif


1. Variabel Independen adalah usia ibu
Usia adalah lama hidup seseorang sejak lahir sampai penelitian
yang dihitung dengan alat bantu kartu tanda penduduk.
Kriteria Objektif :
a. <20 tahun dan >35 tahun : Usia beresiko
b. 20 – 35 tahun : Usia tidak beresiko (usia
reproduktif)

Skala pengukuran yang digunakan yaitu skala Ordinal

2. Variabel Dependen adalah KEK pada ibu hamil


KEK pada ibu hamil adalah kekurangan cadangan energi yang
sudah berlangsung dalam jangka waktu cukup lama (kronis) yang
diukur melalui LILA <23,5 cm.
a. LILA <23,5 cm : Ibu Hamil KEK
b. LILA >23,5 cm : Ibu hamil tidak KEK
Skala pengukuran yang digunakan yaitu skala Ordinal

Adriani, and Susilawati. 2019. “Kejadian Kekuranagan Energi Kronik (KEK)


Pada Ibu Hamil.” Jurnal Kesehatan 10(3):220–27.
Ariani, ayu putri. 2017. Ilmu Gizi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Astuti, Sri, Ari Indra Susanti, Rani Nurparidah, and Ariyati Mandiri. 2017.
Asuhan Dalam Masa Kehamilan. Jakarta: Erlangga.
Kemenkes, RI. 2017. “Ditjen Kesehatan Masyarakat Tahun 2017.” Lapoporan
Kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat 10.
Lammarisi, Erlysita. 2015. Handbook Klinik Keperawatan Dan Kebidanan.
Jakarta: Bhafana Publishing.
Mardalena, Ida. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Gizi Dalam Keperawatan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Nugroho, Taufan, Nurrezky, Desi Warnaliza, and Wilis. 2014. Buku Ajar
ASKEB 1 Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Reeder, Sharoon J., Leonide L. Martin, and Deborah Koniak-Griffin. 2015.
Keperawatan Maternitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Riskesdas, Kemenkes. 2018. “Hasil Utama Riset Kesehata Dasar
(RISKESDAS).” Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical
44(8):1–200. doi: 10.1088/1751-8113/44/8/085201.

Anda mungkin juga menyukai