NIM : 01.2018.015
SEMESTER: V/LIMA
Dari semua penjelasan tersebut, timbul pertanyaan terkait siapa sebenarnya orang-
orang yang berhak mendapatkan perawatan paliatif itu. Dalam Keputusan Nomor
812/MENKES/SK/VII/2007 pada latar belakangnya berbunyi, “Perawatan paliatif
adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan melibatkan
berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan
perawatan terbaik sampai akhir hayatnya (Doyle & Macdonald, 2003: 5). Keputusan
tersebut menjelsakan, bahwa perawatan paliatif itu dilakukan agar pasien
mendapatkan perawatan terbaik sampai akhir hayatnya, berarti setiap orang berhak
mendapatkan perawatan paliatif tersebut.
Namun, apabila kita melihat, perawatan paliatif di Indonesia sendiri itu lebih
ditekankan pada seseorang yang menderita penyakit kanker. Padahal perawatan
paliatif pada hakikatnya ditujukan pada pasien penyakit terminal yang merupakan
penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah kematian yang berarti bukan
hanya kanker saja. Akan tetapi, kebanyakan dari keputusan yang dibuat oleh Menteri
Kesehatan sendiri tentang perawatan paliatif itu, bahwa palliative care tersebut lebih
mengarah ke seseorang dengan penyakit kanker. Seperti pada Kementerian Kesehatan
RI 2013 tentang Pedoman Teknis Pelayanan Paliatif Kanker dan Keputusan Menteri
Kesehatan Indonesia Nomor 430/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman
Pengendalian Penyakit Kanker.
Isu atau masalah yang kedua yaitu terkait dengan dimensi kualitas hidup pasien,
dimana sudah disebutkan diawal, bahwa salah satu dimensi kualitas hidup pasien ada
yang berkaitan dengan Spiritual. Salah satu tugas perawat dalam aspek spiritual
tersebut yaitu dengan membimbing pasien yang akan meninggal di hari itu, di detik-
detik akhirnya untuk mengucapkan kalimat berbau spiritual yang sesuai dengan
kepercayaannya. Misal, untuk Pasien beragama Islam, maka di detik-detik akhirnya,
perawat membantu membimbingnya mengucapkan Syahadat sehingga pada saat
kematiannya, beliau dapat meninggal secara Khusnul Khotimah dan Damai
(Peaceful/Good Death).
Jumlah Hospice yang sedikit di Indonesia. Padahal, hospice merupakan tempat
dimana pasien dengan penyakit stadium terminal yang tidak dapat dirawat di rumah
dengan kata lain keadaannya sudah parah dapat dirawat di sana. Intinya, Hospice ini
merupakan tempat dimana pasien dirawat inap, namun tempat tersebut bukanlah
sebuah rumah sakit. Melainkan suatu tempat yang memang di khususkan untuk pasien
dengan penyakin kronis dan terminal misalnya stroke, jantung, kanker, parkinson dan
penyakit kronis lainnya untuk mendapatkan perawatan seperti di rumah sendiri.
Padahal adanya hospice dan rumah sakit sangat bermanfaat tidak hanya bagi
pasien tapi juga untuk perawat serta tenaga medis lain tentunya. Semakin banyak
hospice dan rumah sakit yang mampu memberikan perawatan paliatif, maka
kesejahteraan perawat dan tenaga medis lainnya akan semakin tercapai. Kebutuhan
dasar dari pasien pun juga akan mudah terpenuhi karena semakin banyak perawat
yang mampu memberikan kebutuhan apa yang diperlukan pasien.
Jadi kesimpulannya perawatan paliatif adalah perawatan total dan aktif dari untuk
penderita yang penyakitnya tidak lagi responsive terhadap pengobatan kuratif. Artinya
sudah tidak dapat disembuhkan dengan upaya kuratif apapun. Tujuan umumnya
adalah meningkatkan kualitas hidup yang seoptimal mungkin bagi penderita dan
keluarganya. Yang artinya meningkatkan kualitas hidup dan menganggap bahwa
kematian adalah proses yang normal, tidak mempercepat atau menunda kematian,
menghilangkan rasa nyeri dan keluhan yang mengganggu, menjaga keseimbangan
psikososial dan spiritual, berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
serta berusaha membantu duka cita pada keluarganya.