Anda di halaman 1dari 41

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Makhluk hidup memiliki ciri di antaranya dapat berkembang biak, begitu juga dengan
manusia. Manusia hanya mengalami reproduksi secara kawin (seksual/generatif). Laki-laki dan
perempuan memiliki sistem reproduksi yang berbeda sesuai dengan fungsinya.

Proses reproduksi pada manusia membutuhkan sperma dan ovum. Sperma merupakan sel
kelamin manusia yang dihasilkan oleh lakilaki.Adapun Ovum merupakan sel kelamin manusia
yang dihasilkan oleh perempuan.

Organ reproduksi laki-laki terdiri atas testis, saluran pengeluaran, dan penis. Testis
berfungsi sebagai penghasil sperma. Proses pembentukan sperma disebut spermatogenesis. Testis
berjumlah sepasang dan terletak pada kantong yang disebut skortum.

Saluran pengeluaran terdiri atas epididimis, vas deferens, dan uretra. Epididimis
merupakan saluran yang berkelak-kelok, tempat pematangan dan penyimpanan sementara
sperma.

Dari epididimis, sperma mengalir menuju penis melalui vas deferens dan uretra. Penis
merupakan alat kelamin luar pada laki-laki. Penis berfungsi untuk memasukkan sperma pada
saluran kelamin wanita. Penis juga merupakan muara dari saluran kencing.

Organ reproduksi pada wanita terdiri atas ovarium, tuba Fallopi, uterus dan vagina.
Ovarium terletak di bawah perut, dan berfungsi sebagai tempat produksi ovum (Sel Telur). Tuba
Fallopi (saluran telur atau oviduk) berbentuk seperti pipa dan ujungnya berbentuk corong dengan
rumbairumbai. Rumbai ini berfungsi untuk menangkap ovum yang dilepaskan ovarium. Uterus
atau rahim merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya janin. Vagina merupakan tempat
keluarnya bayi saat dilahirkan.

Proses reproduksi pada manusia diawali dengan pembentukan sel kelamin pada laki-laki
dan perempuan. Pembentukan sel kelamin pada lakilaki (sperma) disebut spermatogenesis
Peristiwa pelepasan ovum dari ovarium disebut ovulasi. Saat ovum tidak dibuahi, ovum
akan mati dan terjadi menstruasi. Siklus menstruasi pada perempuan umumnya memiliki jarak 28
hari. Pembentukan ovum pada wanita terjadi pada umur antara sekitar 13 sampai 45 tahun.

Proses kehamilan akan terjadi jika ovum dibuahi oleh sperma. Peristiwa pembuahan
ovum oleh sperma disebut fertilisasi. Fertilisasi terjadi pada tuba Fallopi. Sel telur yang telah
dibuahi disebut zigot. Zigot bergerak menuju rahim. Dalam perjalanannya menuju rahim, zigot
membelah berulang kali membentuk embrio. Selanjutnya, embrio akan menempel pada dinding
rahim. Embrio akan tumbuh dan berkembang di dalam rahim membentuk janin. Janin akan
keluar sebagai bayi setelah sekitar 9 bulan berada di dalam rahim.

Penyakit pada sistem reproduksi biasa disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus. Bakteri
dapat menyebabkan beberapa gangguan pada organ reproduksi terutama organ reproduksi pada
wanita. Keputihan dengan warna hijau dan bau merupakan salah satu gangguan yang disebabkan
oleh bakteri. Bakteri juga dapat menyebabkan gangguan lebih lanjut berupa kista bahkan hingga
menimbulkan kanker rahim.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang klasifikasi Sistem Reproduksi


2. Untuk mengetahui tentang prioritas masalah Sistem Reproduksi
3. Untuk mengetahui Hyperemisis Gravidarum
4. Untuk mengetahui Anemia pada ibu hamil
BAB II PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Kasus Sistem Reproduksi


1. Gangguan Sistem Reproduksi Pria
a. Prostatitis

Prostatitis adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan peradangan (-itis)
prostate.

Hipertropiprostat adalah pertumbuhan yang progresif dan kelenjar prostat sebagai akibat
dan proses penuaan pembesaran prostat ini dapat mengakibatkan obstruksi saluran kemih
(Thomson, 1993: 1997).

Prostatitis adalah infeksi dari prostate yang seringkali disebabkan oleh beberapa dari
bakteri-bakteri yang menyebabkan infeksi-infeksi kantong kemih. Ini termasuk E. coli,
Klebsiella, dan Proteus.

Penyebab secara pasti pada hipertropi prostat benigna belum jelas tetapi ada dugaan oleh
faktor penuaan atau bertambahnya usia (>50tahun) akan terjadi perubahan keseimbangan
testosteron karena produksi testosteron menurun dan terjadi konveksi testosteron menjadi
esterogen pada jaringan adipose di perifer.

 Gejala-Gejala Dari Prostatitis


1. Kesulitan-kesulitan dengan ejakulasi.
2. Disfungsi ereksi.
3. Biasanya ada urgensi.
4. Frekwensi dari membuang air kecil.
5. Dysuria (kencing yang menyakitkan atau sulit).
6. Demam.
b. Epididimitis
Epididimitis adalah suatu kondisi medis yang dalam hal ini terdapat peradangan
pada epididimis (suatu struktur melengkung di bagian belakang testis tempat
penyimpanan sperma yang sudah dewasa.
1) Penyebab dari Epididimitis.
Penyebab paling umum epididimitis adalah infeksi. Pada pria yang aktif secara seksual
(sering berganti-ganti pasangan seksual), Chlamydia trachomatis adalah mikroba
penyebab yang paling sering, diikuti oleh E. coli dan Neisseria gonorrhoeae.

2) Tanda dan gejala dari Epididymitis

a) Epididimitis biasanya menimbulkan rasa sakit menyerang secara bertahap seperti


nyeri pada testis atau epididimis.
b) Testis mungkin menjadi hangat dan / atau merah.
c) Darah di dalam air mani (hemospermia)
d) Demam e) Ejakulasi yang menyakitkan
e) Nyeri pada testis g) Nyeri saat buang air kecil (disuria)
f) Sebuah benjolan atau gumpalan di testis
c. Hipogonadisme

Hipogonadisme adalah kondisi pada pria dimana testis tidak dapat memproduksi hormon
testosteron yang memadai. Hipogonadisme bisa dialami sejak janin berkembang di perut,
sebelum masa puber, atau saat dewasa.

Hipogonadisme dibagi menjadi dua jenis, yaitu hipogonadisme primer dan hipogonadisme
sekunder. Pada hipogonadisme primer testis mengalami kelainan, kadar testoteron rendah disertai
meningkatnya hormon gonadotropik. Kondisi ini disebut dengan hipogonadotropik-
hipogonadisme.

Sementara pada hipogonadisme sekunder, kelenjar hipofisis di otak yang mengalami


gangguan. Pada kasus ini kadar hormon testosteron dan hormon gonadotropik berada pada
tingkat yang rendah. Kondisi ini disebut hipogonadisme-hipogonadotropik.
1) Penyebab Hipogonadisme
a) Infeksi pada testis
b) Trauma pada testis akibat dikebiri atau kecelakaan
c) Sindrom Klinefelter
d) Pengobatan kanker e) Radang buah zakar
e) Hemokromatosis
f) Sindrom Kallman
g) HIV/AIDS i) Penuaan
h) Obesitas
i) Tumor
2) Tanda dan gejala dari Hipogonadisme
Hipogonadisme yang terjadi selama perkembangan janin
a) Pada pria alat kelaminnya berbentuk kurang sempurna.
b) Alat kelamin tidak jelas antara wanita atau pria.
c) Suara kurang mendalam
d) Massa otot menurun
e) Pertumbuhan penis dan testikel terganggu
f) Mandul
g) Disfungsi ereksi
h) Kelelahan
i) Penurunan gairah seksual
d. Impotensi

Impotensi adalah suatu gangguan seksual yang ditandai dengan gejala ketidakmampuan
penderita dalam mempertahankan tingkat ereksi penis untuk berlangsungnya hubungan sex
suami istri. Pria impotensi tidak dapat mempertahankan penis dari awal kegiatan hubungan seks
suami istri sampai selesai.

Tingkat impotensi sangat bervariasi mulai dari ringan sampai berat, dikalangan medis lebih
dikenal dengan Disfungsi Ereksi (DE), sedangkan impotensi adalah tingkat gangguan yang
sangat berat, artinya hampir tak mempunyai kemampuan sama sekali untuk ereksi. Penyebab
Impotensi

2.Gangguan Sistem Reproduksi Wanita

a. Kanker serviks

Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh lapisan epitel
serviks. Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk, ovarium, sepertiga bagian
atas vagina dan kelenjar limfe panggul.

Kanker servik adalah pertumbuhan sel bersifat abnormal yang terjadi pada servik uterus,
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang
terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Riono, 1999).

Kanker serviks ataupun lebih dikenali sebagai kanker leher rahim adalah tumor ganas yang
tumbuh di dalam leher rahim /serviks yang merupakan bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina. Pada penderita kanker serviks terdapat sekelompok jaringan
yang tumbuh secara terus- menerus yang tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak berguna
bagi tubuh, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat berfungsi dengan baik (Sarwono, 1996).
1. Penyebab Kanker serviks Penyebab utamanya adalah virus yang disebut Human
Papilloma (HPV) yang dapat menyebabkan kanker.
2. Tanda/gejala dari Kanker Serviks.
a. Pendarahan setelah senggama/berhubungan
b. Pendarahan spontan yang terjadi antara periode menstruasi rutin.
c. Timbulnya keputihan yang bercampur dengan darah dan berbau.
d. Nyeri panggul dan gangguan atau bahkan tidak bisa buang air kecil.
e. Nyeri ketika berhubungan seksual.

a.Vaginitis

Vaginitis adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri, parasit atau
jamur (Manuaba,2001) Vaginitis adalah infeksi yang terjadi pada vagina terjadi secara langsung
pada vagina atau melalui perineum (Wikniosastro 1999)

1) Penyebab dari Vaginitis


a) Jamur Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang menyebabkan
rasa gatal di sekitar vulva / vagina. Warna cairan keputihan akibat jamur
berwarna putih kekuningkuningan dengan bau yang khas.
b) Bakteri Biasanya diakibatkan oleh bakteri gardnerella dan keputihannya disebut
bacterial vaginosis dengan ciri-ciri cairannya encer dengan warna putih keabu-
abuan beraroma amis. Keputihan akibat bakteri biasanya muncul saat kehamilan,
gonta-ganti pasangan, penggunaan alat kb spiral atau iud dan lain sebagainya.
c) Virus Keputihan yang diakibatkan oleh virus biasanya bawaan dari penyakit
hiv/aids, condyloma, herpes dan lain-lain yang bisa memicu munculnya kanker
rahim. Keputihan virus herpes menular dari hubungan seksual dengan gejala ada
luka melepuh di sekeliling liang vagina dengan cairan gatal dan rasanya panas.
Sedangkan condyloma memiliki ciri gejala ada banyak kutil tubuh dengan cairan
yang bau yang sering menyerang ibu hamil
d) Parasit Keputihan akibat parasit diakibatkan oleh parasit trichomonas vaginalis
yang menular dari kontak seks / hubungan seks dengan cairan yang berwarna
kuning hijau kental dengan bau tidak enak dan berbusa. Kadang bisa gatal dan
membuat iritasi. Parasit keputihan ini bisa menular lewat tukar-menukar
peralatan mandi, pinjam-meninjam pakaian dalam, menduduki kloset yang
terkontaminasi, dan lain sebagainya.
2) Tanda dan Gejala :
a) Pruritus vulvae
b) Nyeri vagina yang hebat
c) Disuria eksterna dan interna
d) Rash pada vulva e) Eritematosa
e) Sekret khas seperti keju lembut.
f) Secret banyak dan bau busuk
a. Bartolinitis
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan
disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai
demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah.
1) Penyebab Bartolinitas a)
a) Virus : kondiloma akuminata dan herpes simpleks.
b) Jamur : kandida albikan.
c) Protozoa : amobiasis dan trikomoniasis.
d) Bakteri : neiseria gonore.
2) Tanda/Gejala Bartolitis
a) Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam
kelenjar, nyeri tekan.
b) Kelenjar bartolin membengkak,terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau
duduk,juga dapat disertai demam
c) Kebanyakkan wanita dengan penderita ini dengan keluhan keputihan dan gatal,

rasa sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit saat buang air kecil, atau
ada benjolan di sekitar alat kelamin.
d) Terdapat abses pada daerah kelamin
e) Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur
dengan darah.
b. Kista Ovarium

Kista ovarium adalah suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat,
jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering ialah kista
dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan
kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam
panggul (Winkjosastro, et. all, 1999).

Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal
dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ).

Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau
korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium
( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).

Penyebab Kista Ovarium

1. Gaya hidup tidak sehat.


a) Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b) Zat tambahan pada makanan
c) Kurang olah raga d) Terpapar denga polusi dan agen infeksius
d) Sering stress

3) Faktor genetik

Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut
protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat
karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini
dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain:

a) Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.


b) Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
c) Nyeri saat bersenggama perdarahan.

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa :

1. Gangguan haid. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi


konstipasi atau sering berkemih.
2. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
3. Nyeri saat bersenggama.

Pada stadium lanjut :

1. Asites
2. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga
perut (usus dan hati)
3. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
4. Gangguan buang air besar dan kecil
5. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.
B.Menentukan Prioritas Masalah

Kita sering menghadapi berbagai macam masalah, namun kita sering kurang tau masalah yang
seharusnya menjadi prioritas utama dan harus segera diselesaikan. Sebelum kita mencari
pemecahan dari suatu masalah, kita harus mencari penyebab utama serta penyebab lain dari
masalah sehingga dapat menyusun rencana kegiatan yang lebih spesifik dan mampu
menyelesaikan masalah.

Menetapkan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di masyarakat saat ini
merupakan tugas yang penting dan semakin sulit. Manager kesehatan masyarakat sering
dihadapkan pada masalah yang semakin menekan dengan sumber daya yang semakin terbatas.
Metode untuk menetapkan prioritas secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan
perangkat manajemen yang penting.

Berikut merupakan berbagai metode yang dapat digunakan:

1. Metode Hanlon Metode yang dijelaskan di sini memberikan cara untuk membandingkan
berbagai masalah kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki
kerangka, sebisa mungkin sama/sederajat, dan objektif.
Metode ini, yang disebut dengan Metode Hanlon maupun Sistem Dasar Penilaian
Prioritas (BPRS), dijelaskan dalam buku Public Health: Administration and Practice
(Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan Basic Health Planning
(Spiegel and Hyman, Aspen Publishers).

Metode ini memiliki tiga tujuan utama:

a. Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor-


faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas
b. Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki
bobot relatif satu sama lain
c. Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan dan dinilai secara individual.
1. Formula Dasar Penilaian Prioritas

Berdasarkan tinjauan atas percobaan berulang yang dilakukan dalam


mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan, pola kriteria yang konsisten menjadi kelihatan
jelas.

Pola tersebut tercermin pada komponen-komponen dalam sistem ini.

a) Komponen A = Ukuran/Besarnya masalah


b) Komponen B = Tingkat keseriusan masalah
c) Komponen C = Perkiraan efektivitas solusi
d) Komponen D = PEARL faktor ((propriety, economic feasibility,
acceptability, resource availability, legality--Kepatutan, kelayakan ekonomi,
dapat diterima, ketersediaan sumber daya, dan legalitas)

Semua komponen tersebut diterjemahkan ke dalam dua rumus yang merupakan nilai
numerik yang memberikan prioritas utama kepada mereka penyakit / kondisi dengan skor
tertinggi.

a. Nilai Dasar Prioritas/Basic Priority Rating (BPR)> BPR = (A + B) C / 3


b. Nilai Prioritas Keseluruhan/Basic Priority Rating (OPR)> OPR = [(A + B) C / 3] x

Perbedaan dalam dua rumus akan menjadi semakin nyata ketika Komponen D (PEARL)
dijelaskan Penting untuk mengenal dan menerima hal-hal tersebut, karena dengan berbagai
proses seperti itu, akan terdapat sejumlah besar subyektivitas. Pilihan, definisi, dan bobot relatif
yang ditetapkan pada komponen merupakan keputusan kelompok dan bersifat fleksibel.

Lebih jauh lagi, nilai tersebut merupakan penetapan dari masingmasing individu pemberi
nilai. Namun demikian, beberapa kontrol ilmiah dapat dicapai dengan menggunakan definisi
istilah secara tepat, dan sesuai dengan data statistik dan akurat.
a. Komponen

1. Komponen A - Ukuran/Besarnya Masalah

Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki angka yang kecil. Pilihan
biasanya terbatas pada persentase dari populasi yang secara langsung terkena dampak dari
masalah tersebut, yakni insiden, prevalensi, atau tingkat kematian dan angka.

Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih dari satu cara. Baik
keseluruhan populasi penduduk maupun populasi yang berpotensi/berisiko dapat menjadi
pertimbangan. Selain itu, penyakit –penyakit dengan faktor risiko pada umumnya, yang
mengarah pada solusi bersama/yang sama dapat dipertimbangkan secara bersama-sama.
Misalnya, jika kanker yang berhubungan dengan tembakau dijadikan pertimbangan, maka kanker
paru-paru, kerongkongan, dan kanker mulut dapat dianggap sebagai satu. Jika akan dibuat lebih
banyak penyakit yang juga dipertimbangkan, penyakit cardiovascular mungkin juga dapat
dipertimbangkan. Nilai maksimal dari komponen ini adalah 10. Keputusan untuk menentukan
berapa ukuran/besarnya masalah biasanya merupakan konsensus kelompok.

3. Komponen B – Tingkat Keseriusan Masalah

Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin dan menentukan tngkat


keseriusan dari masalah. Sekalipun demikian, angka dari faktor yang harus dijaga agar tetap pada
nilai yang pantas. Kelompok harus berhati-hati untuk tidak membawa masalah ukuran atau dapat
dicegahnya suatu masalah ke dalam diskusi, karena kedua hal tersebut sesuai untuk
dipersamakan di tempat yang lain.

Maksimum skor pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus dipertimbangkan
bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati. Dengan menggunakan nomor ini (20), keseriusan
dianggap dua kali lebih pentingnya dengan ukuran/besarnya masalah.
Faktor yang dapat digunakan adalah:

1. Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat kematian, atau
faktor risiko; kepentingan relatif terhadap masayarakat; akses terkini kepada
pelayanan yang diperlukan.
2. Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia kematian,
kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur relatif.
3. Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota / daerah / Negara), dan untuk masing-
masing individu.

Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai contoh, bila menggunakan empat
faktor, bobot yang mungkin adalah 0-5 atau kombinasi manapun yang nilai maksimumnya sama
dengan 20. Menentukan apa yang akan dipertimbangkan sebagai minimum dan maksimum
dalam setiap faktor biasanya akan menjadi sangat membantu. Hal ini akan membantu untuk
menentukan batas-batas untuk menjaga beberapa perspektif dalam menetapkan sebuah nilai
numerik.

4. Komponen C - Efektivitas dari Intervensi

Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa baikkan masalah ini dapat
diselesaikan?" Faktor tersebut mendapatkan skor dengan angka dari 0 - 10. Komponen ini
mungkin merupakan komponen formula yang paling subyektif. Terdapat sejumlah besar data
yang tersedia dari penelitian-penelitian yang mendokumentasikan sejauh mana tingkat
keberhasilan sebuah intervensi selama ini.

Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan yang diketahui dari
literatur, dikalikan dengan persen dari target populasi yang diharapkan dapat tercapai.
Contoh:

Berhenti Merokok, Target populasi 45.000 perokok, Total yang mencoba untuk
berhenti 13.500, Efektivitas penghentian merokok 32% atau 0,32, Target populasi x efektivitas
0,30 x 0,32 = 0,096 atau 0,1 atau 1.

Contoh:

Imunisasi

Target populasi 200.000, Jumlah yang terimunisasi yang diharapkan 193.000, Persen dari
total 97% atau 0,97, Efektivitas 94% atau 0,94, Populasi yang tercapai x efektivitas 0,97 x 0,94 =
0,91 atau 9,1.

Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi target dan jumlah yang diharapkan
adalah akan didapatkannya perhitungan yang realistis mengenai sumber daya yang dibutuhkan
dan kemampuan yang diharapkan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan.

C. HIPEREMESIS GRAVIDARUM

a. Pengertian

Hiperemesis gravidarum adalah mual (nausea) dan muntah sebagai suatu gejala yang
wajar yang terjadi pada kehamilan trimester 1,  6 minggu kehamilan. Mual biasanya terjadi
pada pagi hari dan gejala ini biasa berlangsung  10 minggu. Hiperemesis gravidarum adalah
keadaan dimana penderita mual dan muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam,sehingga
mengganggu kesehatan dan pekerjaan seharihari (Arief B, 2009)
b. Etiologi

Hiperemesis gravidarum belum diketahui faktor penyebab secara pasti. Adapun faktor
Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, Beberapa faktor predisposisi
yang ditemukan :

a. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda hal ini
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada
kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan
b. Faktor organik,karena masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
tehadap perubahan ini.Alergi juga disebut sebagai salah satu faktor organik karena
sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak
c. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun
hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan
pasti,takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab
sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat
membantu mengurangi frekwensi muntah klien

c. Tanda dan Gejala

a. Muntah yang hebat


b. Haus 3. Dehidrasi
c. BB menurun (>1/10 normal)
d. Keadaan umum menurun
e. Peningkatan suhu tubuh
f. Ikterik 8. Gangguan kesadaran, delirium
g. Biasanya terjadi pada minggu ke 6-1

d. Klasifikasi Gravidarum

Hiperemesis gravidarum terbagi menjadi tiga (3) tingkatan, yaitu :


a. Hiperemesis gravidarum tingkat I
Hiperemesis gravidarum tingkat I mempunyai gejala seperti: lemah, nafsu makan
menurun; berat badan menurun; nyeri epigastrium; penurunan tekanan darah sistolik;
lidah kering; turgor kulit kurang; dan mata cekung.

b. Hiperemesis gravidarum tingkat II

Hiperemesis gravidarum tingkat II mempunyai gejala seperti: mual muntah hebat;


keadaan umum lemah; apatis; nadi cepat dan kecil; lidah kering dan kotor; suhu badan
meningkat (dehidrasi); mata cekung dan ikterik ringan; oliguria dan konstipasi; nafas bau
aseton dan aseton dalam urin.

c. Hiperemesis gravidarum tingkat III

Hiperemesis gravidarum tingkat III mempunyai gejala seperti: keadaan umum jelek;
mual muntah berhenti; kesadaran menurun (somnolen hingga koma); nadi kecil, cepat
dan halus; suhu badan meningkat; dehidrasi hebat; tekanan darah turun sekali; ikterus dan
terjadi komplikasi fatal ensefalopati Wernicke (nistagmus, diplopia, perubahan mental).

e. Patofisologi

Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada
trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton
darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga caira ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida darah turun. Selain itu dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga
aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke
jaringan berkuang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit. Disamping dehidraasi dan gangguan keseimbangan elektrolit,
dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss),
dengan akibat perdarahan gastrointestinal (Fadlun dkk).
f. Komplikasi

a. Dehidrasi
b. Ikterik
c. Takikardi
d. Alkalosis
e. Menarik diri, depresi
f. Ensefalopati wernicke yang ditandai oleh adanya nistagmus, diplopia, perubahan
mental
g. Suhu tubuh meningkat

g. Penatalaksanaan

a. Pemberian antiemetik
b. Dipuasakan selama masih muntah
c. Monitor intake dan output
d. Obat-obatan

Obat yang diberikan biasanya sedatif adalah fenobarbital, vitamin yang dianjurkan
vitamin B1, dan vitamin B6.

e. Isolasi Penderita
diberikan kamar yang tenang, tetapi cerah dan sirkulasi udara yang baik, catat
cairan yang keluar dan masuk.
f. Terapi psikologik
Penderita perlu diyakinkan bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan
konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
g. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5% sampai 10% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter/hari.
H. Pencegahan

Prinsip pencegahan untuk mengobati emesis agar tidak menjadi hiperemesis adalah :
1. Penerapan bahwa kehamilan dan persalinan adalah proses fisiologi
2. Makan sedikit tapi sering dengan (makanan kering)
3. Hindari makanan berminyak dan berbau
4. Defekasi teratur
h. Pemeriksaan Penunjanga.
a. Kadar potassium, sodium, klorida, dan protein menurun
b. Hemoglobin dan hematokrit menurun
c. Urinalisis : adanya keton dan kadang-kadang adanya protein
d. Kadar vitamin dalam darah menurun
e. BUN, non protein nitrogen, uric acid meningkat
C. DEFINISI ANEMIA
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung eritrosit (red
cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus
diingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa
eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis
anemia tidak cukup hanya sampai pada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar
yang menyebabkan anemia tersebut. (Sudoyo Aru,dkk 2009)
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari
12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester
II (Saifuddin, 2002).
Dapat disimpulkan bahwa anemia adalah penurunan kadar sel darah merah (Hb) dibawah
rentang normal.

a.Etiologi
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut
bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998)
penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1.      Kurang gizi (malnutrisi)
2.      Kurang zat besi dalam diit
3.      Malabsorpsi
4.      Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5.      Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
b. Klasifikasi anemia dalam kehamilan
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
1. Anemia Defisiensi Zat Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu,
keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah
pemberian tablet besi.
a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat
atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb
sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg
besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral,
dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa
kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum
dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat
meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil
anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan
mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
a.       Hb 11 gr% : Tidak anemia
b.      Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c.       Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
d.      Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini
terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan
untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan
lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10
mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg
zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan
zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil
(Manuaba, 2001).
a. Gambaran Klinis
Curigai adanya anemia defisiensi zat besi bila terdapat:
1. Satu atau lebih factor-faktor predisposisi anemia
2. Kadar Ht < 30%
Konfirmasi diagnosis sebagai anemia defisiensi zat besi bila terdapat:
1. Morfologi menunjukkan SDM hipokrom mikrositik
2. Saturasi zat besi serum <15% setelah terapi zat besi pasien dihentikan selama satu
minggu.
b. Penatalaksaan skrining rutin
1.Pada kunjungan awal, tanyakan tentang riwayat anemia atau masalah pembekuan
darah sebelumnya.
2. Minta hitung darah lengkap pada kunjungaan awal.
3.  Diskusikan pentingnya mengonsumsi vitamin prenatal (disertai zat besi).
4.  Periksa ulang Ht pada 28 minggu kehamilan.
c. Terapi anemia:
1.  Terapi oral ialah dengan pemberian : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat.
2.   Bila Hb <10 g/dl dan Ht <30%, lakukan tindakan berikut:
Berikan konseling gizi.
 Tinjau diet pasien.
      Diskusikan sumber-sumber zat besi dalam diet.
 Berikan kepada pasien selebaran mengenai makanan tinggi zat besi.
   Rujuk ke ahli gizi.
3. Sarankan suplemen zat besi sebagai tambahan vitamin paranatal. Kebutuhan zat besi saat
kehamilan adalah 60 mg unsure zat besi.
 Tablet zat besi time-release merupaka pilihan terbaik, namun lebih mahal. Setiap
sediaan garam zat besi standar sudah mencukupi kebutuhan zat besi.
     Minum 1-3 tablet per hari dalam dosis yang terbagi.
   Zat besi diabsorbsi lebih baik pada keadaan lambung kosong. Minum 1 jam
sebelum makan atau 2 jam sesudahnya.
 Vitamin C membantu absorbs zat besi. Minum zat besi disertai jus yang tinggi
vitamin C atau tablet vitamin C.
 Antasid dan produk susu dapat mengganggu absorbs zat besi.
       Lebih baik mengkonsumsi zat besi bersama antasid atau makanan daripada tidak
mengkonsumsi sama sekali.
4.   Bila Hb <9 g/dl dan Ht <27% pertimbangkan anemia megaloblastik. Kelola pasien ini
menurut panduan terapi anemia.
5.   Bila kadar Hb <9 g/dl dan Ht ≤27% saat mulai persalinan, pertimbangkan pemberian
cairan IV atau heparin lock saat persalinan.
6.    Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 g%/bulan. Efek
samping pada traktus gastrointestinal relatif kecil pada pemberian preparat Na-fero
bisitrat dibandingkan dengan ferosulfat.
7.  Kini program nasional mengajukan kombinasi 60 mg besi dan 50µg asam folat untuk
profilaksis anemia.
8. Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml)
intravena atau 2 x 10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat
yaitu 2 g%. Pemberian parenteral ini mempunyai indikasi : intoleransi besi pada
gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. Efek samping utama
ialah reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan dosis 0,5 cc/im dan bila tak ada
reaksi, dapat diberikan seluruh dosis.
1)   Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena
kekurangan vitamin B12.

Pengobatannya:
1. Asam folik 15 – 30 mg per hari
2. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
3. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
4. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan
transfusi darah.
a.  Gambaran klinis
Gejala
1. Mual dan muntah
2.  Anoreksia
Morfologi
1. SDM hipokrom makrositik
2. Kadar Hb dan Ht rendah serta tidak berespon terhadap terapi zat besi
Riwayat diet menunjukkan asupan rendah sayuran segar, protein hewani, atau keduanya.
c. Penatalaksanaan
1. Suplemen
 Vitamin prenatal yang mengandung asam folat dan zat besi
 Satu sampai dua milligram asam folat per hari untuk memperbaiki defisiens asam folat.
 Suplemen zat besi, dengan pertimbangan bahwa anemia megaloblastik jarang terjadi
tanpa anemia defisiensi zat besi.
2.  Konseling gizi
 Kaji diet pasien
 Rekomendasikan sumber-sumber asam folat dalam diet
   Rujuk ke ahli gizi
3.     Hitung darah lengkap
 Ulangi hitung darah lengkap dalam 1 bulan.
 Perhatikan adanya peningkatan hitung retikulosit sebesar 3-4% dalam 2-3 minggu,
dan sedikit peningkatan pada hitung Hb dan Ht.
2)      Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah
merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah
darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
3)      Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan
gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan
pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila
disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah
darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga
transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
4)      Anemia: hemolitik didapat (acquired hemolytic anemia)
adalah suatu defek enzimatik yang terkait-kromosom X dan diturunkan, yang ditandai
dengan ketidak mampuan tubuh memproduksi enzim G6PD, yaitu enzim yang berfungsi
sebagai katalis penggunaan glukosa secara aerob oleh SDM. Anemia ini dapat
ditemukan pada keturunan Afrika-Amerika, Asia, dan Mediterania.
1.        Insidens. 
Dua persen dari semu  wanta keturunan Afrika-Amerika menderita penyakit ini.
2.      Etiologi.
Infeksi dan beberapa obat oksidik pada kondisi defisiensi G6PD akan memicu hemolisis
SDM yang megakibatkan anemia hemolitik ringan sampai berat.
3.      Penatalaksanaan
a. Skrining: Pasien keturunan Afrika-Amerika yang mengalami anemia atau kerap mengalami

infeksi saluran kemih (ISK) berulang harus menjalani skrining G6PD.


b.      Terapi
 Resepkan 1 mg asam folat setiap hari.
 Berikan daftar obat-obatan yang perlu dihindari.
 Bila pasien hamil, lakukan kultur dan sensitivitas (culture and sensitivity, C&S) urine
bulanan.
 Konsultasikan dengan dokter bila pasien dalam keadaan krisis atau mengalami anemia
berat.
c.   Pengobatan: Pasien harus menghindari obat-obat berikut:
 Aldomet
 Asam askorbat (dosis besar)
 Asam nalidiksik
 Asam para-aminosalisilat
 Aspirin
 Diafenilsulfon
   Fenasetin
    Isoniazid
    Kloramfenikol
   Kuinakrin (atabrine)
 Kuinidin
   Kuinin
 Kuinosid
 Methylene blue
5)      Anemia: Pernisiosa
1.      Defisiensi dan Etologi
a. Anemia pernisiosa disebabkan kekurangan faktor intrinsik pada asam lambung, yang
diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dari makanan . karena B12 tidak dapat diabsorbsi,
SDM tidak matang dengan normal.
b. Kasus ini jarang dijumpai pada individu dibawah usia 35 tahun.
2.      Gambaran Klinis
a. Anemia pernisiosa ditandai dengan SDM makrositik, yang bias juga normokrom atau
hipekrom.
b. SDM pada anemia sulit dibedakan dengan SDM pada defisiensi asam folat.
c. Terapi asam folat dapat menyamarkan anemia pernisiosa karena SDM menjadi
normositik, meskipun penyakit ini masih ada.
1. Diagnosis
a. Curigai adanya anemia pernisiosa bila setelah terapi asam folat, morfologi SDM menjadi
normal, namun hematokrit tdak meningkat.
b.    Diagnosis ditegakkan bila terjadi perbaikan setelah percobaan terapi dengan 1000 mg
vitamin B12 per parenteral selama 3 bulan.
4.   Penatalaksanaan
a.       Kaji diet pasien terhadap produk hewani. Bila asupan dietnya kurang sumber-
sumber
vitamin B12 berikan konseling gizi.
b.      Berikan 1 cc (1000 ng) vitamin B12 parenteral per IM setiap bulan.
c.       Tawarkan rujukan ke ahli gizi.
d.      Ulangi hitung sel darah lengkap dalam 1 bulan.
1.      Kondisinya membaik bila:
 Morfologi normal
   Kadar Ht meningkat
2.      Bila tidak ada perubahan, konsultasikan ke dokter.
6)      Anemia: Sel Sabit
1.  Definisi dan Etiologi
a. Jenis
 Pada sifat (trait) sel sabit, ada satu gen normal dan satu gen Hb-S. gejala tidak tampak
kecuali pada keadaan deprivasi oksigen berat.
 Pada penyakit sel sabit, kedua gen adalah Hb-S. penyakit ini kronik dan melemahkan.
Angka morbiditas dan mortalitas penyakit ini tinggi.
b.  Insidens
 Satu dari 12 keturunan Afrika-Amerika membawa sifat sel sabit.
 Satu dari 500 keturuna Afrika-Amerika menderita penyakit ini.
2.  Penatalaksanaan
a.   Programkan skrining sel sabit pada semua pasien Afrika-Amerika:
 Bila uji negatif, kedua gen normal dan tidak ada masalah.
 Bila uji positif, minta pemeriksaan elektroforesis hemoglobin.
      Bila gen homozigot,pasien dianggap beresiko tinggi dan harus dirujuk ke dokter.
 Bila gen heterozigot, pasien dianggap beresiko rendah dapat dikelola secara normal
selama kehamilan dan persalinan.
b.  Pertimbangkan kultur dan sensitivitas urine bulanan karena peningkatan resiko ISK
selama kehamilan.
c.  Beri konseling kepada pasien:
 Jelaskan kepada pasien mengenai sifat sel sabit yang dibawanya.
  Sarankan pemeriksaan ayah bayi. Bila gen ayah juga heterozigot, ada kemungkinan
bayinya menderita penyakit ini.
      Rujuk pasien untuk konseling genetik bila perlu.

d. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus
yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini
bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin
plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik
pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke
seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya
dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
e. Gambaran klinis
a.  Riwayat:
1.      Mentruasi berlebihan
2.      Kehilangan darah kronik
3.      Riwayat keluarga
4.      Diet yang tidak adekuat
5.      Jarak kehamilan yang terlalu dekat
6.      Anemia pada kehamilan sebelumnya
7.      Pika ( nafsu makan terhadap bahan bukan makanan )
b. Tanda dan Gejala
1.      Keletihan,  malaise, atau mudah megantuk
2.      Pusing atau kelemahan
3.      Sakit kepala
4.      Lesi pada mulut dan lidah
5.      Aneroksia,mual, atau muntah
6.      Kulit pucat
7.      Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat
8.      Dasar kuku pucat
9.      Takikardi
f.Tes laboratorium
Hitung sel darah lengkap dan Apusan darah: untuk tujuan praktis, maka anemia selama
kehamilan dapat didefinisikan sabagai hemoglobin kurang dari pada 10 atau 11 gr/100 ml dan
hematokrit kurang dari pada 30% sampai 33% .
Apusan darah tepi memberikan evaluasi morfologo eritrosit, hitung jenis leukosit dan
perkiraan keadekutan trombosit
g. Penatalaksanaan
a.     Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
1.    Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia
glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain.
2.    Kaji riwayat keluarga
b.     Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan  awal.
1.  Morfologi
 Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang
    SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat  besi
 SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
2. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
3. Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan hipovolemia.
Waspada dehidrasi dan preklamsi
4.  Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal dan
sehat.
5.  Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar  yang rendah, namun
masih normal.
6.  Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
 Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
      Berikan suplemen zat besi  1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release, seperti
Slow-Fe setiap hari
7.  Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan  Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia megaloblastik.
 Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
 Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3 kali/hari.
8.  Kadar Hb <9g/dl dengan  Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap pengobatan 
di atas, diperlukan langkah-langkah berikut:
 Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
    Pertimbangkan  untuk melakukan uji laboratorium berikut:
- Hb dan Ht (untuk meyingkirkan  kesalahan laboratorium)
- Kadar kosentrasizat besi serum
- Kapasitas pegikat zat besi
- Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
- Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
- Hitung trombosit
- uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
- Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit
- Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien keturunan
Afika-Amerika.
 Konsultasikan dengan dokter
 Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
c. Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28 minggu
kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.
1.   Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-
Penatalaksanaan B2).
2.    Konsultasikan ke dokter bila:
a.       Terdapat penurunan Ht yang menetap  walaupun sudah mendapat terapi
b.      Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya
(singkirkan kesalahan labotaturium).
c.       Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
d.      Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.

h. Akibat lanjutan
Pada ibu hamil yang anemia dapat mengalami:
1.      Keguguran.
2.      Lahir sebelum waktunya
3.      Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
4.      Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan.
5.      Dapat menimbulkan kematian.
LAPORAN KASUS

Pasien datang ke RSUD dengan keluhan mual dan muntah terus menerus, keluhan muncul lebih
dari 5 x/hari, dan bau khas. mual muntah terjadi sejak 2 minggu sebelum dibawa ke RS,seminggu
sebelum masuk ke RS klien mengatkan perna ke bidan dan diberi obat jalan, klien mengeluh
mual, muntah lebih dari 5 x/hari, lemas, pusing dan tidak nafsu makan. Klien mengatakan saat ini
tengah hamil 10 minggu.

1. Indetitas Pasien
Nama : Ny.F
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Sambiroto IV/16 A RT 03/01 Sambiroto Tembalang Semarang
Tgl masuk : tanggal masuk 5 April 2021
No. RM : 243921
Biaya pengobatan : jampersal

Nama Suami : Tn.D


Umur : 28 tahun
Alamat : Sambiroto IV/16 A RT 03/01 Sambiroto Tembalang Semarang
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan Terakhir : SMA
2. Riwayat obstetri
Riwayat menstruasi, klien mengalami menarche pada usia 13 tahun, siklus haid
teratur kurang lebih 28 hari, lama haid 7 hari, banyaknya 2 kali ganti balut sehari,
dismenore tidak, perdarahan diluar siklus tidak pernah, hari pertama haid terakhir pada
tanggal 25 januari 2021.
Riwayat pernikahan, pasien menikah satu kali, usia waktu menikah 22 tahun, usia
suami menikah 28 tahun, lama pernikahan 3 bulan. Riwayat kehamilan sekarang adalah
hamil pertama dan belum pernah aborsi ( G1P0A0 ), keluhan mual muntah kurang lebih
dua minggu yang lalu, muntah lebih dari 5 kali dalam sehari, sesak napas tidak pernah,
kejang tidak pernah, pada kaki dan tangan tidak bengkak, buang air kecil empat sampai
lima kali sehari, buang air besar dua hari sekali, nafsu makan menurun sejak dua minggu
yang lalu.
Pemeriksaan kehamilan belum pernah karena pasien sebelumnya tidak tahu kalau
dia hamil. Klien mengetahui bahwa dirinya hamil saat mual dan muntah yang sering
terjadi pada pagi hari dan setelah diperiksakan kebidan setempat.
3. Riwayat penyakit dahulu

Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit apapun, seperti kardiovaskuler, DM,
hipertensi, asma, hepatitis, malaria dan tidak pernah menjalani operasi di bagian perut
(abdomen).

4. Riwayat kesehatan
keluarga Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular
maupun penyakit biasa seperti DM,hipertensi dan lainnya.
 Pengkajian Fisik
Pengkajian tanggal 5 April 2021.
1. Keadaan umum : cukup lemah
2. Tingkat kesadaran : composmentis
3. Vital sign ; TD: 90/70 mmHg, RR: 20 x/menit, N: 84 x/menit, S: 36,5º c.
 Pengukuran antopometri : TB : 150 cm, BB sebelum : 44kg, BB saat sakit: 42kg.
IMT : 18.6%, Lila : 22.5 cm.
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : bentuk mesosephal, tidak ada luka
1. Rambut : warna hitam, jenis lurus, cukup tebal, bersih, tidak ada ketombe.
2. Mata : kemampuan penglihatan baik, ukuran pupil isokor, bersih, tidak ada sekret,
konjuntiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak terdapat alat bantu penglihatan.
3. Hidung : bersih, tidak ada septu deviasi, tidak ada sekret, tidak ada Epistaksis, tidak ada
polip, tidak ada napas cuping hidung, tidak memakai alat bantu oksigen.
4. Telinga : kemampuan pendengaran baik, tidak ada nyeri, tidak ada sekret telinga, tidak
ada pembengkakan, tidak ada penggunaan alat bantu dengar.
5. Bibir : keadaan bibir kering, mukosa kering, warna merah pucat, tidak bau.
6. Wajah : Tidak ada chloasma gravidarum, tidak oedem.
7. Mamae : Simetris, tidak ada benjolan, areola hiperpigmentasi, papila menonjol
8. Leher dan tenggorokan: Posisi trakea ditengah, tidak ada benjolan di leher, tidak ada
pembesaran tonsil.
9. Dada dan thoraks: Bentuk simetris, suara napas vesikuler, pola napas teratur.
10. Jantung : inspeksi: ictus cordis tidak nampak, palpasi: ictus cordis teraba 2 cm, perkusi:
konfigurasi jantung dalam batas normal, auskultasi: bunyi jantung I dan II normal.
11. Paru-paru : Inspeksi: bentuk dada simetris, Palpasi: stream vremitus kanan dan kiri
sama, Perkusi: sonor seluruh lapisan paru, Auskultasi: suara paru vesikuler.
12. Abdomen : inspeksi : bersih, tidak ada strieae gravidarum, tidak ada bekas luka operasi.
Auskultasi ; bising usus normal, Palpasi: tidak ada nyeri tekan , Leopold I: TFU 3 jari
diatas sympisis; Leopold
13. Ekstremitas: Kuku bersih, turgor kurang, kekuatan otot baik, terpasang infus RL 30
tetes/menit di tangan kiri.
14. Kulit : Bersih, putih, tidak ada luka, kering, tidak ada tanda infeksi di daerang yang
terpasang infus.
15. Genital : Bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda infeksi, tidak terpasang cateter.
6. Pemeriksaan Penunjang
(Laboratorium Tanggal 5 April 2011). :

Darah Rutin Satuan Nilai Normal


Hemoglobin 9.2 g/dl 12,0-16,0 g/dl
Leukosit 19.500/mm3 4.000-11.000/mm3
Trombosit 587.000/mm3 10.000-450.000/mm3
Hematokrit 34 % 35-47 %
Eosinofil 1.3 % 0-5 %
Basofil 1.3 % 0-2 %
N. segmen 83.4 % 33-66 %
Limfosit 9.9% 22-40 %
Monosit 4.1 % 2-8 %
Eritrosit 54 juta/uL 36-58 juta/uL
MCH 29 fL 26-54 fL
MCV 86 pg 80-100 pg
MCHC 33 % 32-36 %
7. Terapi Yang Diperoleh
a. Terapi tanggal 5 April:
Therapi: Injeksi Narfos 2 x 10 mg
Injeksi Ondesco 3 x 10 mg
Vitamin BC, C, SF 2 x 1tab
Vomceran 2 x 1 tab
Diazepam 2 x 1tab
Polisilan syr 3 x 1 sdm
Infus RL 30 tetes/menit.
b. b. Diit:
c. 3x nasi lunak, sayur, lauk , dan buah.

8. ANALISA DATA

No Data fokus Etiologi Masalah


keperawatan
1 DO: Nausea dan vomitus Resiko
1. Klien terlihat lemas dan pusing yang menetap. Ketidakeimbangan
2. Turgor kulit dan mukosa bibir cairan
kering. 3. Konjungtiva anemis
4. TTV = TD:110/70mmHg
RR: 20x/menit, , N: 84 x/menit, S:
36,5º , Air Metabolik ; 210,
Karakteristik muntah ; 800 cc/ hari,
Urine ; 1000cc/ hari, Infus ; 2880/
hari, Makan / minum ; 400cc/ hari.
2 DS: Kehilangan cairan Devisit Nutrisi
1. Klien mengatakan badannya akibat vomitus dan
lemas asupan cairan yang
dan pusing. tidak adequat.
2. Klien mengatakan setiap akan
memakan makanan pasti selalu
keluar lagi.
3. Klien mengatakan masih muntah
4. Klien mengatakan sering merasa

haus.
DO:
1. Klien terlihat lemas dan pusing
2. Turgor kulit dan mukosa bibir
kering.
3. Konjungtiva anemis
4. TTV= TD:110/70mmHg,
RR:20x/menit, N: 84 x/menit, S:
36,5º , Air Metabolik ; 210,
Karakteristik muntah ; 800 cc/ hari,
Urine ; 1000cc/ hari, Infus ; 2880/
hari, Makan / minum ; 400cc/ hari.
9. DIGNOSA KEPERAWATAN
`1. Resiko ketidakseimbangan cairan
2. Devisit Nutrsi

10. INTERVENSI
Nama : Ny. F No. register :243921
Umur : 22th Ruang : kaber

No DX Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
1 Resiko 1. Asupan cairan Observasi :
Ketidak 2. Asupan makanan 1. Monitor status dehidrasi
Seimbangan 3. Berat badan 2. monitor berat badan seharian
cairan 4. Kelembaban Terapeutik :
- manajenen membran 1. catat intake- output
cairan Mukosa 2. berikan asupan cairan,sesuai kebutuhan
Kolaborasi :
1.kolaborasi pemberian diuretik
2 Devisit 1. porsi yang di Kolaborasi :
Nutrisi habiskan 1. identifikasi status nutrisi
- manajemen 2. Asupan Nutrisi yang 2. monitor asupan makanan
Nutrisi 3. monitor berat badan
tepat Terapeutik :
3. frekuensi makan 1.berikan makanan tinggi serat untuk
4. nafsu makan mencegah kontipasi
2. berikan makanan tinggi kalori,tinggi
protein
Edukasi :
1.ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi :
1.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentuhkan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di butuhkan

11. IMPLEMENTASI
Nama : Ny. F No. register :
243921
Umur :22th Ruang : kaber

No DX.Keperawatan Implementasi Respon Pasien


1 Resiko -. memonitor status dehodrasi S:-
Ketidakseimbangan - memonitor berat O : TD : 90/70
Cairan badan seharian mmHg18.6%
- mencatatt intake- output RR : 22 x/menit,
- memberikan asupan Lila : 22.5 cm
cairan, sesuai kebutuhan N :92 x/menit,
- menggolaborasikan BB : 42 Kg
pemberian diuretik S : 36.5 º c,
TB : 150 cm.
S: klien mengatakan
bersedia
makan makan sedikit
demi
sedikit.
O: klien menghabiskan
makanan
½ porsi dan memakan
buah
pisang dan roti.
S: klien mengatakan masih
mual
sedikit.
O : turgor masih kurang.
2 Devisit Nutrisi - mengidentifikasi status nutrisi S :-
- memonitor asupan makana O:
- memonitor berat badan TD : 110/70 mmHg
- memberikan makana tinggi RR : 20 x/menit
serat N : 88x/menit
untuk mencegah kontipasi S : 36 º c
- memberikan makanan tinggi S : klien mengatakan masih
kalori,tinggi protein mual
- mengajarkan diet yang muntah
diprogramkan O : turgor kulit kering,
- mengkolaborasikan dengan ekspresi
ahli gizi wajah klien sedikit
untuk menentukan jumlah tegang.
kaloridan jenis nutrien yang di

butuhkan

12. EVALIASI

No DX.keperawatan Evaluasi
1 Resiko S : klien mengatakan sudah mau makan sedikit demi sedikit
ketidakseimbangan O : klien menghabiskan makanan 3/4 yang disediakan di RS
cairan A : masalah teratasi sebagian.
P : lanjutkan intervensi berikutnya
- Memonitor tanda-tanda vital klien
- Menganjurkan makan sedikit tapi sering.
- Memotivasi klien untuk menjaga kesehatan terutama
nutrisinya.
2 Devisit Nutrisi S : klien mengatakan tidak mual muntah , sudah
tidak lemas lagi.
O : klien rileks, terlihat lebih segar, turgor kulit mulai baik,
konjungtiva sudah tidak anemis
A : masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai