Anda di halaman 1dari 140

2019

LAPORAN KINERJA 2019 |


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

ii | LAPORAN KINERJA 2019


2019

LAPORAN KINERJA 2019 | iii


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

iv | LAPORAN KINERJA 2019



KATA
PENGANTAR
Laporan Kinerja (LKj) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Tahun 2019 disusun sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29
Tahun 2019 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan
Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan
Kinerja ini merupakan komitmen Badan Koordinasi Penanaman
Modal dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam
pengelolaan kinerja. Laporan tersebut antara lain menguraikan
rencana kinerja yang telah ditetapkan, pencapaian kinerja, realisasi
anggaran dan inovasi Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Berdasarkan hasil evaluasi kinerja tahun 2019, BKPM mencapai Nilai


Kinerja Organisasi (NKO) sebesar 102,48%. Salah satu pencapaian
kinerja yang sangat membanggakan yaitu pencapaian realisasi
investasi sepanjang tahun 2019 (Januari – Desember) yaitu sebesar
Rp809,6 Triliun atau 102,2% dari target realisasi investasi tahun
2019 sebesar Rp792 Triliun. Peningkatan realisasi investasi di tahun
2019 ini memperteguh komitmen BKPM untuk terus mengawal dan
mengeksekusi investasi yang ada sesuai dengan amanat Presiden
RI. Untuk mewujudkan Indonesia menjadi surga investasi, BKPM
bersama dengan stakeholder lainnya terus berupaya melakukan
perbaikan iklim investasi, peningkatan kemudahan berusaha,
percepatan realisasi investasi, mengatasi hambatan investasi, dan
peningkatan peran penanaman modal dalam negeri (PMDN)
terutama UMKM dalam perekonomian.

LAPORAN KINERJA 2019 |v


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Pencapaian keberhasilan yang diperoleh oleh BKPM merupakan hasil


dari penguatan sumber daya, organisasi, dan perbaikan kinerja
internal secara konsisten, yang merupakan kontribusi seluruh
jajaran BKPM untuk berupaya mendorong tercapainya IKU yang
telah ditetapkan.

Pada kesempatan ini perkenankan saya menyampaikan


penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Thomas Lembong yang selama ini telah memberikan
sumbangsih, dedikasi dan pengabdiannya bagi kemajuan BKPM.
Saya juga mengapresiasi seluruh pihak yang telah bekerja sama
dengan BKPM baik seluruh Kementerian/Lembaga/Daerah maupun
seluruh masyarakat yang berkaitan dengan BKPM. Kami berharap
agar ke depannya kerja sama ini dapat dilanjutkan dengan baik dan
kami pun dapat melayani dengan lebih baik lagi.

Akhir kata, semoga laporan kinerja ini dapat memenuhi harapan


sebagai pertanggungjawaban kami kepada masyarakat atas mandat
yang diemban dan sebagai pendorong peningkatan kinerja
organisasi BKPM.

Jakarta, Februari 2020


Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal

Bahlil Lahadalia

vi | LAPORAN KINERJA 2019


DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR | v 3.2.2 | 55 Evaluasi dan Analisis Balanced
Scorecard
DAFTAR ISI | vii 3.3 | 69 Capaian Kinerja BKPM Terhadap
Target Nasional dalam RPJMN
DAFTAR TABEL | ix Tahun 2015 - 2019
3.4 | 70 Capaian Kinerja Anggaran
DAFTAR GAMBAR | xiii
BAB 4 | 73 INISIATIF PENINGKATAN
RINGKASAN EKSEKUTIF | xv AKUNTABILITAS KINERJA
4.1 | 74 Tindak Lanjut Atas Evaluasi AKIP
BAB 1 | 1 PENDAHULUAN Tahun 2018
1.1 | 2 Latar Belakang 4.1.1 | 75 Penetapan Indikator Kinerja Yang
1.2 | 4 Tugas, Fungsi dan Struktur Lebih Relevan
Organisasi 4.1.2 | 76 Penyelarasan Kegiatan Organisasi
1.3 | 16 Peran Strategis Dengan Renstra
1.4 | 17 Tantangan dan Permasalahan 4.1.3 | 76 Optimalisasi Evaluasi dan Reviu
1.5 | 20 Sistematika Laporan Internal BKPM Dalam Upaya
Perbaikan Kinerja
BAB 2 | 23 PERENCANAAN DAN PENETAPAN 4.1.4 | 77 Pemanfaatan Laporan Kinerja
KINERJA Dalam Upaya Perbaikan Kinerja
2.1 | 24 Perencanaan Kinerja BKPM
2.1.1 | 24 Rencana Strategis BKPM Tahun 4.2 | 78 Penyesuaian Struktur Organisasi
2015-2019 4.3 | 80 Pengembangan Sistem
2.1.2 | 28 Prioritas Nasional dan Rencana Pemerintahan Berbasis Elektronik
Kerja Tahun 2019 (SPBE)
2.1.3 | 32 Alokasi Anggaran 4.3.1 | 80 Layanan KOPI MANTAP
2.2 | 33 Penetapan Kinerja (Koordinasi Pengawalan Investasi
Memanfaatkan Aplikasi)
BAB 3 | 37 AKUNTABILITAS KINERJA 4.3.2 | 83 Layanan Podcast BKPM
3.1 | 38 Capaian Kinerja Sasaran Strategis 4.3.3 | 84 Pembangunan Fasilitas Command
BKPM Tahun 2019 Center BKPM
3.1.1 | 40 Nilai Realisasi Penanaman Modal 4.3.4 | 85 Pengembangan BIM (Business
3.1.2 | 41 Rasio Penanaman Modal di Luar Intelligence Mobile) BKPM
Jawa 4.4 | 86 Penguatan Program Reformasi
3.1.3 | 42 Rasio Penanaman Modal Dalam Birokrasi BKPM
Negeri 4.4.1 | 86 Proses Reformasi Birokrasi di
3.1.4 | 45 Fasilitasi Permasalahan terhadap BKPM
Proyek-Proyek Mangkrak 4.4.2 | 86 Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di
3.1.5 | 45 Penjelasan Capaian Realisasi BKPM Tahun 2019
Investasi Tahun 2019
3.2 | 53 Capaian Nilai Kinerja Organisasi BAB 5 | 97 PENUTUP
(NKO) BKPM Tahun 2019 5.1 | 98 Kesimpulan
3.2.1 | 54 Peta Strategi Badan Koordinasi 5.2 | 100 Rencana Tindak Lanjut
Penanaman Modal

LAPORAN KINERJA 2019 | vii


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

viii | LAPORAN KINERJA 2019


DAFTAR
TABEL
Tabel 1.1 | 14 Perbandingan Tingkat Tabel 3.5 | 47 Nilai Rata-Rata (NRR) dan
Kemudahan Berusaha (EODB) Indeks Kepuasan Masyarakat
dan Global Manufacturing (IKM)
Competitiveness Index Tabel 3.6 | 48 Capaian Kinerja “Meningkatnya
Indonesia dengan Negara- Kualitas Pelayanan Penanaman
Negara ASEAN Modal yang Prima dan
Tabel 2.1 | 27 Keterkaitan Tujuan, Sasaran Responsif melalui PTSP Pusat”
Strategis dan Indikator Kinerja Tabel 3.7 | 48 Nilai Rata-Rata (NRR) dan
BKPM Tahun 2015-2019 Indeks Kepuasan Masyarakat
Tabel 2.2 | 28 Program Yang Dilaksanakan (IKM)
Unit di BKPM Tabel 3.8 | 50 Perbedaan OSS 1.0 dengan
Tabel 2.3 | 29 Program/Kegiatan BKPM Yang OSS 1.1
Mendukung Prioritas Nasional Tabel 3.9 | 51 Statistik OSS tahun 2019
Tahun 2019 Tabel 3.10 | 51 Daftar Sistem K/L/D Yang
Tabel 2.4 | 31 Rincian Rencana Kerja BKPM Terintegrasi Dengan OSS
Tahun 2019 Tabel 3.11 | 52 Peraturan BKPM Terkait
Tabel 2.5 | 32 Alokasi Anggaran BKPM Tahun Percepatan Investasi
2019 Berdasarkan Program Tabel 3.12 | 53 Nilai Kinerja Organisasi
Tabel 2.6 | 32 Alokasi Anggaran BKPM Tahun Berdasarkan Perspektif
2019 Berdasarkan Jenis Tabel 3.13 | 54 Capaian Kinerja “Meningkatnya
Belanja Realisasi Penanaman Modal”
Tabel 2.7 | 33 Rincian Rencana Kerja BKPM Tabel 3.14 | 56 Capaian Indikator Kinerja
Tahun 2019 Utama Badan Koordinasi
Tabel 2.8 | 34 Bobot Perspektif Penanaman Modal Tahun 2019
Tabel 2.9 | 35 Kategorisasi Kinerja Tabel 3.15 | 57 Target dan Capaian Nilai
Tabel 3.1 | 39 Capaian Sasaran Strategis Realisasi Penanaman Modal
BKPM Tahun 2019 Tabel 3.16 | 58 Target dan Capaian Rasio
Tabel 3.2 | 40 Capaian Kinerja “Meningkatnya Realisasi Penanaman Modal di
Realisasi Penanaman Modal” Luar Jawa
Tabel 3.3 | 41 Perbandingan Realisasi Tabel 3.17 | 59 Target dan Capaian Rasio
Investasi Indonesia dengan Realisasi PMDN
Negara-Negara ASEAN Tahun Tabel 3.18 | 60 Target dan Capaian Indeks
2015-2018 Kepuasan Masyarakat (IKM)
Tabel 3.4 | 43 Target dan Realisasi PMA dan atas Pelayanan Penanaman
PMDN Investasi Per Provinsi Modal pada PTSP Pusat di
Tahun 2019 BKPM

LAPORAN KINERJA 2019 | ix


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

x| LAPORAN KINERJA 2019


DAFTAR
TABEL
Tabel 3.19 | 61 Target dan Capaian Indeks Tabel 3.31 | 71 Realisasi Belanja per Sasaran
Kualitas Iklim Penanaman Strategis/Sasaran Program
Modal Tahun 2019
Tabel 3.20 | 62 Target dan Capaian Perbaikan Tabel 4.1 | 87 Capaian Kinerja Proram
Kemudahan Memulai Berusaha Penguatan Manajemen
Tabel 3.21 | 62 Peringkat EODB Indonesia Perubahan Reformasi Birokrasi
2016-2020 BKPM Tahun 2019
Tabel 3.22 | 64 Target dan Capaian Jumlah Tabel 4.2 | 89 Capaian Kinerja Program
Peta Potensi Penanaman Modal Penguatan Pengawasan Tahun
Sektor Prioritas yang 2019
Dimanfaatkan oleh Stakeholder Tabel 4.3 | 90 Capaian Kinerja Program
Tabel 3.23 | 64 Daftar Peta Potensi Penguatan Akuntabilitas
Penanaman Modal Sektor Kinerja Reformasi Birokrasi
Prioritas yang Dimanfaatkan BKPM Tahun 2019
oleh Stakeholder Tabel 4.4 | 90 Capaian Kinerja Program
Tabel 3.24 | 65 Target dan Capaian Jumlah Penguatan Akuntabilitas
Rencana Investasi Kinerja Reformasi Birokrasi
Tabel 3.25 | 66 Persentase Kesepakatan / BKPM Tahun 2019
Perjanjian / Perundingan Tabel 4.5 | 91 Capaian Kinerja Program
Kerjasama Penanaman Modal Penguatan Tatalaksana
yang Telah Diimplementasikan Reformasi Birokrasi BKPM
Tabel 3.26 | 68 Capaian Kinerja Sasaran Tahun 2019
Meningkatnya Akuntabilitas Tabel 4.6 | 93 Capaian Kinerja Program
Kelembagaan Penguatan Sistem Manajemen
Tabel 3.27 | 69 Capaian Rasio PMA dan PMDN SDM Aparatur Sipil Negara
Dibandingkan Target RPJMN Tahun 2019
Tahun 2015 – 2019 Tabel 4.7 | 94 Capaian Kinerja Program
Tabel 3.28 | 69 Capaian Rasio PMDN Penguatan Peraturan
Dibandingkan Target RPJMN Perundang-Undangan
Tahun 2015 – 2019 Reformasi Birokrasi BKPM
Tabel 3.29 | 70 Realisasi Anggaran BKPM TA Tahun 2019
2019 Berdasarkan Program Tabel 4.8 | 95 Capaian Kinerja Program
Tabel 3.30 | 70 Realisasi Anggaran BKPM TA Peningkatan Kualitas
2019 Berdasarkan Jenis Pelayanan Publik Reformasi
Belanja Birokrasi BKPM Tahun 2019

LAPORAN KINERJA 2019 | xi


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

xii | LAPORAN KINERJA 2019


DAFTAR
GAMBAR
Gambar 1.1 | 5 Struktur Organisasi Badan Gambar 3.7 | 58 Perkembangan Rasio
Koordinasi Penanaman Modal Penanaman Modal di Luar
Gambar 1.2 | 15 Proporsi Pegawai BKPM Jawa
Tahun 2019 Gambar 3.8 | 59 Perkembangan Rasio PMDN
Gambar 1.3 | 15 Komposisi Tingkat Pendidikan Gambar 3.9 | 60 Perkembangan Capaian IKM
Pegawai BKPM atas Pelayanan Penanaman
Gambar 2.1 | 32 Alokasi Anggaran BKPM Modal pada PTSP Pusat di
Tahun 2019 BKPM
Gambar 2.2 | 33 Peta Strategis BKPM Tahun Gambar 3.10 | 64 Jumlah Peta Potensi
2019 Penanaman Modal Sektor
Gambar 3.1 | 41 Perkembangan Nilai Realisasi Prioritas yang Dimanfaatkan
Investasi Periode 2015 – oleh Stakeholder
2019 (Rp triliun) Gambar 3.11 | 65 Perkembangan Rencana
Gambar 3.2 | 42 Persebaran Nilai Realisasi Investasi PMA
Investasi Luar Jawa dan Jawa Gambar 3.12 | 66 Kesepakatan / Perjanjian /
Gambar 3.3 | 42 Rasio Realisasi PMDN dan Perundingan Kerjasama
PMA Penanaman Modal yang Telah
Gambar 3.4 | 53 Perkembangan Nilai Kinerja Diimplementasikan
Organisasi (NKO) BKPM Gambar 4.1 | 78 Struktur organisasi pada
Tahun 2015-2019 Kedeputian Bidang Pelayanan
Gambar 3.5 | 54 Peta Strategis BKPM Tahun Penanaman Modal (Sebelum
2019 Perubahan)
Gambar 3.6 | 58 Perkembangan Nilai Realisasi Gambar 4.2 | 49 Struktur organisasi pada
Investasi Periode 2015 – Kedeputian Bidang Pelayanan
2019 (Rp triliun) Penanaman Modal (Setelah
Perubahan)

LAPORAN KINERJA 2019 | xiii


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

xiv | LAPORAN KINERJA 2019



RINGKASAN
EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merupakan bentuk
pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi BKPM selama
tahun 2019 dalam rangka mendukung pencapaian visi dan misi Presiden
periode 2015 – 2019. Penyusunan Laporan Kinerja Badan Koordinasi
Penanaman Modal mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah.

Dalam rangka mengukur Nilai Kinerja Organisasi (NKO) BKPM pada tahun 2019
digunakan metode Balanced Scorecard yang mempunyai keunggulan
kemudahan dan lebih realistis dalam melakukan penilaian tingkat capaian
kinerja. Pengukuran NKO BKPM tahun 2019 dilakukan dengan cara
membandingkan antara target (rencana) dan realisasi Indikator Kinerja Utama
(IKU) pada masing-masing perspektif yang dalam sistem pengelolaan
kinerjanya ditetapkan dalam 2 (dua) Sasaran Strategis dan 5 (lima) Sasaran
Program dengan pendekatan 4 perspektif dalam metode Balanced
Scorecard, yakni: (1) stakeholders perspective; (2) customer perspective;
(3) internal process perspective; (4) learning and growth perspective.

Nilai Kinerja Organisasi (NKO) BKPM yang diperoleh tahun 2019 adalah sebesar
102,48% atau masuk dalam kategori “Sangat Baik”. Secara umum NKO BKPM
menunjukkan perbaikan yang ditandai dengan semakin meningkatnya
capaian Kinerja beberapa Indikator Kinerja Utama (IKU). Namun demikian,
masih terdapat 1 (satu) IKU yang belum tercapai atau memerlukan kerja
keras dalam pencapaiannya di tahun 2020. Penjelasan terkait capaian target
IKU BKPM tahun 2019 antara lain sebagai berikut:

1) Capaian nilai realisasi investasi tahun 2019 memperoleh nilai sebesar


Rp809,6 Triliun atau 102,22% dari target yang telah ditetapkan yaitu
sebesar Rp792,0 Triliun. Nilai realisasi investasi tersebut terdiri dari realisasi
investasi PMDN sebesar Rp 386,5 triliun (47,7%) dan PMA sebesar Rp 423,1
triliun (52,3%).

LAPORAN KINERJA 2019 | xv


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

2) Capaian realisasi investasi PMDN


tahun 2019 memperoleh nilai
sebesar Rp386,5 triliun atau
47,70% dari target yang telah
ditetapkan sebesar 37,00%.

3) Capaian realisasi investasi di luar Jawa


tahun 2019 memperoleh nilai sebesar
Rp375,0 triliun atau 46,3% dari target,
namun capaian tersebut mengalami
peningkatan sebesar 18,7% apabila dibandingkan
dengan tahun 2018, dimana pada periode yang sama
diperoleh nilai realisasi investasi di luar Jawa sebesar
Rp315,9 triliun.

4) Capaian Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan


penanaman modal pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
Pusat di BKPM memperoleh nilai 3,27 dari skala 4 dengan target
kinerja sebesar 3,25 dari skala 4.

5) Capaian kemudahan berusaha di Indonesia sesuai dengan Indeks Ease of


Doing Business (EoDB) adalah peringkat 73 berdasarkan Laporan Doing
Business 2020 atau berada dalam peringkat yang sama dari tahun
sebelumnya. Namun, Indonesia telah melakukan 4 (empat) jenis reformasi
yang dicatat dan diakui oleh Bank Dunia, yaitu dealing with construction
permits, paying taxes, enforcing contract dan protecting minority investors.

Pada tahun 2019, Badan Koordinasi Penanaman Modal mengelola anggaran


sebesar Rp640.600.156.000,- (enam ratus empat puluh miliar enam ratus juta
seratus lima puluh enam ribu rupiah) dengan pada TA 2019 dengan realisasi
anggaran sebesar Rp597.118.142.460,- (lima ratus sembilan puluh tujuh miliar
seratus delapan belas juta seratus empat puluh dua ribu empat ratus enam
puluh rupiah) yang terbagi menjadi 2 (dua) program, yaitu Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BKPM (Generik) dan Program
Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal (Teknis). Periode tahun 2015-2019
realisasi anggaran BKPM menunjukkan capaian tertinggi pada tahun 2019 yaitu
sebesar 93,21%.

BKPM juga telah melakukan beberapa inisiatif kegiatan perbaikan


selama tahun 2019 dalam upaya untuk meningkatkan kinerja
institusi secara optimal dan berkesinambungan selaras dengan
program pembangunan nasional. Beberapa inisiatif kegiatan
perbaikan yang dijalankan BKPM antara lain:
menindaklnajuti evaluasi AKIP Tahun 2018 melalui
penetapan indikator kinerja yang lebih relevan
dengan pendekatan Balanced Scorecard (BSC);
penyelarasan kegiatan organisasi dengan

xvi | LAPORAN KINERJA 2019


Renstra; optimalisasi
evaluasi dan reviu internal
BKPM dalam upaya perbaikan
kinerja; dan pemanfaatan laporan
kinerja dalam upaya perbaikan kinerja
BKPM.

Inisiatif lain adalah penyesuaian struktur


organisasi atas konsekuensi dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2019
tentang Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik, sehingga diperlukan perubahan mendasar
pada struktur organisasi di Kedeputian Bidang Pelayanan
Penanaman Modal dalam rangka mengakomodir pelaksanaan
OSS di BKPM. Selain itu BKPM juga turut mengimplementasikan
pengembangan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)
melalui layanan KOPI MANTAP (Koordinasi Pengawalan Investasi
Memanfaatkan Aplikasi) dengan mengembangkan 3 (tiga) aplikasi, yaitu:
Office 365, Workplace by Facebook, dan CISCO WebEx Meetings.

Selain itu juga BKPM telah mengembangkan diseminasi informasi melalui


layanan podcast dalam rangka meningkatkan informasi terbaru mengenai BKPM.
Untuk mendukung SPBE terkait informasi teknologi, BKPM juga sedang
membangun fasilitas Command Center sebagai pusat visualisasi dan integrasi
data, baik yang diperoleh melalui online, offline, internal maupun eksternal yang
juga berfungsi sebagai monitoring room. Command center juga dapat
membantu memastikan setiap keputusan penting, respon dan aksi yang diambil
seakurat mungkin sesuai data yang ada. BKPM juga telah mengembangkan
Business Intelligence Mobile (BIM), sistem aplikasi pengolahan data penanaman
modal berbasis mobile (gadget). Aplikasi ini memungkinkan penggunanya dapat
mengetahui dan menganalisa data investasi di Indonesia melalui smartphone
berbasis iOS ataupun Android. Data yang ditampilkan dalam aplikasi ini adalah
data investasi dari tahun 2010 sampai dengan triwulan terakhir tahun berjalan.

Berbagai kebijakan, program dan kegiatan Badan Koordinasi Penanaman


Modal tahun 2019 telah dilaksanakan dan memberikan dampak positif
bagi stakeholders penanaman modal. Permasalahan yang dihadapi dan
menyebabkan belum tercapainya target beberapa IKU akan menjadi
perhatian utama dalam pelaksanaan program dan kegiatan tahun
2020. Melalui laporan kinerja ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang komprehensif atas capaian
kinerja BKPM dalam menghadapi tantangan yang akan
datang. Selain itu juga dapat menjadi bahan evaluasi
dalam meningkatkan capaian kinerja BKPM yang
lebih baik lagi kedepannya.

LAPORAN KINERJA 2019 | xvii


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

xviii | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi

1.3 Peran Strategis

1.4 Tantangan dan Permasalahan

1.5 Sistematika Laporan

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang menggerakkan pertumbuhan ekonomi melalui


investasi dan ekspor. Dalam kaitannya dengan
Pemerintah melalui Kabinet Kerja periode 2015- investasi, Badan Koordinasi Penanaman Modal
2019 telah menetapkan visi “Terwujudnya (BKPM) memiliki peran strategis sebagai
Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan penghubung utama antara dunia usaha dan
berkepribadian berlandaskan gotong-royong”. Pemerintah, yang diberi mandat untuk mendorong
Dalam mewujudkan visi tersebut, fokus agenda investasi langsung, baik dari dalam negeri maupun
kerja Pemerintah tahun 2019 sebagai tahun terakhir luar negeri melalui penciptaan iklim investasi yang
pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka kondusif.
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, diarahkan
pada upaya pembangunan sumber daya manusia Sejalan dengan hal tersebut, dalam RPJMN 2015-
dan pemerataan wilayah, yang dapat 2019 penguatan investasi menjadi agenda prioritas

2 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

nasional yang ditempuh melalui 2 (dua) pilar (debottlenecking), serta melaksanakan pemasaran
kebijakan yaitu peningkatan iklim investasi dan iklim penanaman modal yang lebih terfokus dan
usaha untuk meningkatkan efisiensi proses targetted.
perizinan bisnis, serta peningkatan investasi yang
Dalam perannya untuk meningkatkan investasi
inklusif terutama dari investor domestik. Dalam
berkualitas yang dapat menggerakkan
melaksanakan 2 (dua) pilar kebijakan, penanaman
perekonomian dan menyerap banyak tenaga kerja,
modal diarahkan pada pengembangan Pelayanan
BKPM dituntut untuk melaksanakan tugas dan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) di pusat dan daerah,
fungsinya secara transparan, akuntabel, efektif, dan
penyederhanaan pelayanan perizinan dan
efisien sesuai dengan prinsip-prinsip good
nonperizinan, fasilitasi penyelesaian masalah-
governance. Salah satu azas penyelenggaraan good
masalah yang dihadapi penanam modal
governance yang tercantum dalam Undang-Undang

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 3


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Nomor 28 Tahun 1999 adalah azas akuntabilitas Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Pemerintah.
negara sesuai dengan ketentuan peraturan
Laporan Kinerja BKPM Tahun 2019 juga disusun
perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas
sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban
tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk
BKPM atas pelaksanaan tugas dan fungsi selama
penyusunan Laporan Kinerja (LKj).
Tahun 2019 dalam rangka melaksanakan misi dan
Laporan Kinerja (LKj) juga merupakan amanat mencapai visi BKPM. Laporan Kinerja dapat
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang digunakan sebagai upaya perbaikan untuk
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi peningkatan kinerja di lingkungan BKPM, serta
Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia untuk mendapatkan masukan dari stakeholders
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas demi perbaikan kinerja BKPM yang berkelanjutan.
Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri

1.2 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi


Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal, sebagai
lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden, BKPM mempunyai
tugas melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman modal. Dalam melaksanakan
tugas tersebut BKPM menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1) pengkajian dan pengusulan perencanaan dihadapi penanam modal dalam menjalankan


penanaman modal nasional; kegiatan penanaman modal;

2) koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional di 10) koordinasi dan pelaksanaan pelayanan terpadu
bidang penanaman modal; satu pintu;

3) pengkajian dan pengusulan kebijakan 11) koordinasi penanaman modal dalam negeri
pelayanan kebijakan penanaman modal; yang menjalankan kegiatan penanaman
modalnya di luar wilayah Indonesia;
4) penetapan norma, standar dan prosedur
pelaksanaan kegiatan dan pelayanan 12) pemberian pelayanan perizinan dan fasilitas
penanaman modal; penanaman modal;

5) pengembangan peluang dan potensi 13) pembinaan dan pelayanan administrasi umum
penanaman modal di daerah dengan di bidang perencanaan umum, ketatausahaan,
memberdayakan badan usaha; organisasi dan tatalaksana, kepegawaian
pendidikan dan pelatihan, keuangan, hukum,
6) pembuatan peta penanaman modal di
kearsipan, pengolahan data dan informasi,
Indonesia;
perlengkapan dan rumah tangga; dan
7) koordinasi pelaksanaan promosi serta kerja
14) pelaksanaan fungsi lain di bidang penanaman
sama penanaman modal;
modal sesuai dengan ketentuan peraturan
8) pengembangan sektor usaha penanaman perundang-undangan.
modal melalui pembinaan penanaman modal,
antara lain meningkatkan kemitraan,
meningkatkan daya saing, menciptakan Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, BKPM
persaingan usaha yang sehat, dan mempunyai wewenang sebagai berikut:
menyebarkan informasi yang seluas-luasnya
1) menyusun rencana umum dan rencana
dalam lingkup penyelenggaraan penanaman
strategis di bidang penanaman modal;
modal;
2) merumuskan kebijakan nasional di bidang
9) pembinaan pelaksanaan penanaman modal,
penanaman modal;
dan pemberian bantuan penyelesaian berbagai
hambatan dan konsultasi permasalahan yang 3) merumuskan kebijakan dan koordinasi

4 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

pelaksanaan di bidang promosi dan kerja sama tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Kepala
penanaman modal; Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 90/
SK/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
4) memberikan izin dan melaksanakan
Koordinasi Penanaman Modal.
pengendalian penanaman modal untuk bidang
usaha yang menjadi kewenangan pemerintah; Dalam menjalankan tugas dan fungsi BKPM, Kepala
BKPM dibantu oleh Wakil Kepala, 7 (tujuh) Unit
5) memberikan fasilitas penanaman modal;
Eselon I, yaitu: (1) Sekretaris Utama; (2) Deputi
6) membangun dan mengembangkan sistem Bidang Perencanaan Penanaman Modal; (3) Deputi
informasi penanaman modal; dan Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal; (4)
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal; (5)
7) kewenangan lain sesuai dengan ketentuan
Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal; (6)
peraturan perundang-undangan yaitu
Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal; dan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu
(7) Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan
di bidang penanaman modal.
Penanaman Modal. BKPM juga memiliki Unit Kerja
Eselon II Mandiri, yaitu: (1) Inspektorat; (2) Pusat
Sebagai tindak lanjut Peraturan Presiden Nomor 90 Pengolahan Data dan Informasi; (3) Pusat
Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Pendidikan dan Pelatihan Penanaman Modal; dan
Modal dan dalam rangka mengatur tugas dan fungsi (4) Pusat Bantuan Hukum. Struktur organisasi
pada masing-masing unit organisasi di lingkungan BKPM berdasarkan Peraturan Badan Koordinasi
BKPM telah ditetapkan Peraturan Kepala Badan Penanaman Modal Nomor 10 Tahun 2018 tentang
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nomor 90/ tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Kepala
SK/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 90/
Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah SK/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
diubah terakhir oleh Peraturan Badan Koordinasi Koordinasi Penanaman Modal adalah sebagai
Penanaman Modal Nomor 10 Tahun 2018 tentang berikut:

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 5


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Bahlil Lahadalia, S.E.

Kepala BKPM

Kepala BKPM mempunyai tugas:

1) Memimpin BKPM sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan yang berlaku;

2) Menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum


sesuai dengan tugas BKPM;

3) Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas BKPM


yang menjadi tanggung jawabnya; dan

4) Membina dan melaksanakan kerjasama dengan instansi


dan organisasi lain.

6 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Wakil Kepala BKPM

Wakil Kepala BKPM mempunyai tugas:

1) Mewakili Kepala BKPM dalam memimpin pelaksanaan


tugas dan fungsi BKPM dalam hal Kepala BKPM
berhalangan;

2) Melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi kegiatan


seluruh Unit Eselon I di lingkungan BKPM; dan

3) Melaksanakan tugas lain atas petunjuk Kepala BKPM.

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 7


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Andi Maulana, S.E., M.M.

Sekretaris Utama

Sekretaris Utama mempunyai tugas mengoordinasikan


pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan
tatalaksana, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan,
keuangan, hukum, kehumasan, kearsipan, pengolahan data
dan informasi, perlengkapan dan rumah tangga di lingkungan
BKPM. Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris Utama
BKPM menyelenggarakan fungsi:

1) Pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integrasi di


lingkungan BKPM;

2) Pengkoordinasian perencanaan dan perumusan kebijakan


teknis BKPM;

3) Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang


perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan
tatalaksana, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan,
keuangan, hukum, kehumasan, kearsipan, pengolahan
data dan informasi, perlengkapan dan rumah tangga
BKPM;

4) Pengkoordinasian penyusunan peraturan perundang-


undangan, pelayanan dan bantuan hukum yang
berkaitan dengan tugas BKPM;

5) Pengkoordinasian dalam penyusunan laporan BKPM; dan

6) Pelaksanaan fungsi lain sesuai dengan kebijakan yang


ditetapkan oleh Kepala BKPM.

8 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Ir. Ikmal Lukman, M.B.A.

Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal

Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal mempunyai


tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang
perencanaan penanaman modal. Dalam melaksanakan
tugasnya, Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal
menyelenggarakan fungsi:

1) Pengkajian dan perumusan perencanaan penanaman


modal nasional;

2) Koordinasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan di


bidang perencanaan penanaman modal;

3) Pengkajian dan pengusulan kebijakan di bidang


perencanaan penanaman modal;

4) Penetapan norma, standar dan prosedur pelaksanaan


kegiatan di bidang perencanaan penanaman modal;

5) Pembuatan peta penanaman modal di Indonesia; dan

6) Pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang


ditetapkan oleh Kepala BKPM.

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 9


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Ir. Yuliot, M.M.

Plt. Deputi Bidang Pengembangan Iklim


Penanaman Modal

Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal


mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan
di bidang pengembangan iklim penanaman modal. Dalam
melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Pengembangan Iklim
Penanaman Modal menyelenggarakan fungsi:

1) Koordinasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan di


bidang pengembangan iklim penanaman modal;

2) Pengkajian dan pengusulan kebijakan di bidang


pengembangan iklim penanaman modal;

3) Penetapan norma, standar dan prosedur pelaksanaan


kegiatan di bidang pengembangan iklim penanaman
modal;

4) Pengembangan potensi dan peluang penanaman modal


di daerah dengan memberdayakan badan usaha melalui
pembinaan penanaman modal, antara lain meningkatkan
kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan
persaingan usaha yang sehat serta menyebarkan
informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup
penyelenggaraan penanaman modal; dan

5) Pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang


ditetapkan oleh Kepala BKPM.

10 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Ir. Farah Ratna Dewi Indriani, M.B.A.

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal mempunyai tugas


merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang
promosi penanaman modal. Dalam melaksanakan tugasnya,
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal
menyelenggarakan fungsi:

1) Koordinasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan di


bidang promosi penanaman modal;

2) Pengkajian dan pengusulan kebijakan di bidang promosi


penanaman modal;

3) Penetapan norma, standar dan prosedur pelaksanaan


kegiatan di bidang promosi penanaman modal;

4) Koordinasi perencanaan dan pelaksanaan promosi


penanaman modal; dan

5) Pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang


ditetapkan oleh Kepala BKPM.

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 11


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Ir. Wisnu Wijaya Soedibjo, M.M.

Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal

Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal mempunyai


tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang
kerjasama penanaman modal. Dalam melaksanakan
tugasnya, Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal
menyelenggarakan fungsi:

1) Koordinasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan di


bidang kerjasama penanaman modal;

2) Pengkajian dan pengusulan kebijakan di bidang


kerjasama penanaman modal;

3) Penetapan norma, standar dan prosedur pelaksanaan


kegiatan di bidang kerjasama penanaman modal;

4) Koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kerjasama


penanaman modal;

5) Koordinasi penanam modal dalam negeri yang


menjalankan kegiatan penanaman modalnya di luar
wilayah Indonesia; dan

6) Pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang


ditetapkan oleh Kepala BKPM.

12 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Husen Maulana, S.I.P., M.Si.

Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal

Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal mempunyai


tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang
pelayanan penanaman modal. Dalam melaksanakan
tugasnya, Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal
menyelenggarakan fungsi:

1) Koordinasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan di


bidang pelayanan penanaman modal;

2) Pengkajian dan pengusulan kebijakan di bidang


pelayanan penanaman modal;

3) Penetapan norma, standar dan prosedur pelaksanaan


kegiatan di bidang pelayanan penanaman modal;

4) Koordinasi perencanaan dan pelaksanaan pelayanan


penanaman modal terpadu satu pintu;

5) Koordinasi pelaksanaan penempatan perwakilan/


pejabat dari sektor terkait dan daerah dalam pelayanan
penanaman modal terpadu satu pintu;

6) Pemberian pelayanan perizinan dan fasilitas penanaman


modal; dan

7) Pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang


ditetapkan oleh Kepala BKPM .

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 13


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Ir. Farah Ratna Dewi Indriani, M.B.A .

Plt. Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan


Penanaman Modal

Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal


mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan
di bidang pengendalian pelaksanaan penanaman modal.
Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Pengendalian
Pelaksanaan Penanaman Modal menyelenggarakan fungsi:

1) Koordinasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan di


bidang pengendalian pelaksanaan penanaman modal;

2) Pengkajian dan pengusulan kebijakan di bidang


pengendalian pelaksanaan penanaman modal;

3) Penetapan norma, standar dan prosedur pelaksanaan


kegiatan di bidang pengendalian pelaksanaan penanaman
modal;

4) Pembinaan pelaksanaan penanam modal, pemberian


bantuan penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi
permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam
menjalankan kegiatan penanaman modal serta evaluasi
peraturan daerah; dan

5) Pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang


ditetapkan oleh Kepala BKPM.

14 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Dalam menjalankan tugasnya, BKPM didukung oleh 50 orang, Deputi Bidang Pelayanan Penanaman
656 orang pegawai (per 31 Desember 2019) dari Modal 96 orang, Deputi Bidang Pengendalian
berbagai bidang keahlian dan disiplin ilmu, yang Pelaksanaan Penanaman Modal 75 orang. Selain itu
terdiri dari laki-laki 339 orang atau 51,68% dan pada 31 Desember 2019 juga tercatat data pegawai
perempuan 317 orang atau 48,32%. Pegawai BKPM BKPM yang melaksanakan tugas belajar sebanyak
tersebut tersebar pada 7 (tujuh) Unit Eselon I 20 orang, diperbantukan pada Instansi lain
dengan komposisi pegawai sebagai berikut: sebanyak 18 orang, dan Cuti di Luar Tanggungan
Sekretaris Utama 204 orang, Deputi Bidang Negara (CLTN) sebanyak 11 orang. Keragaan
Perencanaan Penanaman Modal 67 orang, Deputi sumber daya manusia BKPM tahun 2019
Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal 47 berdasarkan jumlah pegawai per unit kerja seperti
orang, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal 68 pada diagram berikut ini.
orang, Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal

Gambar 1.2 Proporsi Pegawai BKPM Tahun 2019

Apabila dilihat menurut tingkat pendidikan, (2,13%); SLTA sebanyak 54 orang (8,22%); dan di
komposisi sumber daya manusia BKPM adalah bawah SLTA sebanyak 1 orang (0,15%) Keragaan
sebagai berikut: S-3 sebanyak 3 orang (0,46%); S2 sumber daya manusia BKPM menurut pendidikan
sebanyak 217 orang (33,03%); S1/D4 sebanyak seperti pada diagram berikut ini.
367 orang (56,01%); D3 sebanyak 14 orang

Gambar 1.3 Komposisi Tingkat Pendidikan Pegawai BKPM

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 15


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

1.3 Peran Strategis


Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, BKPM mempunyai peran
yang strategis yaitu mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan penanaman modal baik koordinasi antar instansi
Pemerintah, antara instansi Pemerintah dengan Bank Indonesia, antara instansi Pemerintah dengan Pemerintah
Daerah, maupun antar Pemerintah Daerah. Selain bertindak sebagai advokat yang proaktif di bidang investasi,
BKPM juga berperan sebagai fasilitator antara pemerintah dan investor.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 97 perizinan dan nonperizinan yang merupakan urusan
Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Pemerintah di bidang penanaman modal. Selain itu,
Terpadu Satu Pintu Pusat di Badan Koordinasi BKPM juga dapat melimpahkan wewenang yang
Penanaman Modal, Instruksi Presiden Nomor 4 diberikan oleh Kementerian Teknis/Lembaga
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan dengan hak substitusi kepada PTSP Provinsi, PTSP
Terpadu Satu Pintu Pusat di Badan Koordinasi Kabupaten/Kota, PTSP Kawasan Perdagangan
Penanaman Modal, dan Peraturan Kepala BKPM Bebas dan Pelabuhan Bebas, atas Administrator
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM, BKPM
Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang Nomor
telah menyelenggarakan Pelayanan Terpadu Satu
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
Pintu (PTSP) Pusat di BKPM sejak 26 Januari 2015.
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
Dalam menyelenggarakan PTSP di bidang tentang Perangkat Daerah, serta Peraturan Menteri
penanaman modal, BKPM mendapat pendelegasian Dalam Negeri Nomor 100 Tahun 2016 tentang
atau pelimpahan wewenang dari Kementerian Pedoman Nomenklatur Dinas Penanaman Modal dan
Teknis/Lembaga yang memiliki kewenangan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi dan

16 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Kabupaten/Kota, diamanatkan juga bahwa Berdasarkan laporan World Bank mengenai indeks
pembinaan teknis atas penyelenggaraan pelayanan kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business
perizinan dan nonperizinan penanaman modal di (EoDB) 2020, peringkat Indonesia masih stagnan
daerah guna meningkatkan realisasi investasi dibandingkan tahun sebelumnya di posisi 73 dari
dilakukan oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman 190 negara. Untuk memperbaiki peringkat
Modal. Indonesia di EoDB, Presiden Jokowi mengambil
langkah dengan menerbitkan Instruksi Presiden No
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24
7 Tahun 2019 tentang Percepatan Kemudahan
Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Berusaha. Dalam Inpres tersebut, terdapat 5 (lima)
Terintegrasi Secara Elektronik dan Peraturan
poin yang memberikan kewenangan kepada BKPM
Menteri Koordinator Perekonomian Nomor 13 Tahun
untuk mengoordinasikan perbaikan kemudahan
2018 tentang Pengalihan Pelayanan Perizinan
berusaha, peningkatan pelayanan perizinan
Berusaha dan Pengelolaan Sistem Online Single
berusaha dan pemberian insentif investasi:
Submission kepada Badan Koordinasi Penanaman
Modal, seluruh pelayanan perizinan berusaha 1) Mengoordinasikan langkah-langkah perbaikan
meliputi pendaftaran berusaha dalam bentuk Nomor yang diperlukan dalam rangka peningkatan
Induk Berusaha (NIB), izin usaha, dan izin peringkat Ease of Doing Business;
operasional komersial melalui lembaga OSS yang
2) Melakukan evaluasi pelaksanaan perizinan
ditegaskan dilaksanakan oleh BKPM.
berusaha dan pemberian fasilitas investasi yang
Untuk memperkuat pelayanan dan percepatan dilakukan dan diberikan oleh Kementerian/
penerbitan perizinan berusaha yang masih sebagian Lembaga;
besar dilakukan oleh Kementerian/Lembaga
3) Menyampaikan rekomendasi hasil evaluasi
terutama proses notifikasi pemenuhan komitmen
sebagaimana dimaksud pada angka 2 kepada
investasi pada sistem OSS, Presiden telah
Menteri/Kepala Lembaga;
mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7
Tahun 2019 tentang Percepatan Kemudahan 4) Memfasilitasi dan memberikan layanan kepada
Berusaha yang antara lain menetapkan BKPM pelaku usaha dalam pengurusan perizinan
sebagai satu-satunya lembaga yang berusaha dan pemberian fasilitas investasi; dan
mengoordinasikan perizinan berusaha serta
5) Atas pendelegasian kewenangan perizinan
menugaskan BKPM untuk mengoordinasikan
berusaha dan fasilitasi investasi, BKPM
langkah-langkah yang diperlukan guna
membuat Norma, Standar, Prosedur, dan
meningkatkan peringkat kemudahan berusaha di
Kriteria (NSPK).
Indonesia.

1.4 Tantangan dan Permasalahan


Selama tahun 2019, perekonomian dunia diliputi ketidakpastian yang ditandai dengan menurunnya pertumbuhan
perekonomian di negara-negara maju sebagai akibat dari perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina,
berlarut-larutnya permasalahan Brexit, ketidakstabilan politik dan ekonomi di Amerika Latin, yang secara
keseluruhan menyebabkan penurunan permintaan ekspor global.

Dengan terbatasnya sumber investasi global yang Indonesia juga perlu membuat terobosan kebijakan
menjadi pasar tradisional investor utama Indonesia, yang lebih kompetitif dibandingkan negara-negara
maka perlu dilakukan berbagai terobosan untuk pesaing lainnya.
meningkatkan daya saing Indonesia sebagai tujuan
Sebagai perbandingan, pada Tabel 1.1 dapat dilihat
investasi. Negara-negara kompetitor utama di
tingkat kemudahan berusaha Indonesia dan Global
ASEAN seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia
Manufacturing Competitiveness Index Indonesia
termasuk pendatang baru seperti Myanmar dan
dengan negara-negara ASEAN lainnya pada tahun
Laos, telah melakukan berbagai kebijakan yang
2018.
lebih kompetitif untuk menarik investasi, maka

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 17


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Tabel 1.1 Perbandingan Tingkat Kemudahan Berusaha (EODB) dan Global Manufacturing Competitiveness Index Indonesia dengan Negara-Negara
ASEAN

Laporan EoDB 2019


Global Manufacturing
Negara Competitiveness Index
Distance To Frontier (DTF) Peringkat

Singapura 85,24 2 9

Malaysia 80,60 15 13

Thailand 78,45 27 12

Vietnam 68,36 69 14

Indonesia 67,96 73 15
Sumber: Laporan EoDB 2019 dan Laporan Survei Global Manufacturing Competitiveness Index 2018

Berdasarkan tantangan-tantangan yang dihadapi, lahan ulayat dan cagar budaya.


BKPM telah mengidentifikasi beberapa
d) Belum semua daerah memiliki Rencana Tata
permasalahan utama khususnya dalam upaya
Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail
meningkatkan realisasi investasi, antara lain dalam
Tata Ruang (RDTR).
hal:
e) Permasalahan dalam memperoleh perizinan
1) Perbaikan peringkat kemudahan berusaha (Ease
izin lokasi, izin mendirikan bangunan,
of Doing Business)
pengurusan sertifikat laik fungsi, dan
a) Banyaknya regulasi di Kementerian/ perizinan lainnya.
Lembaga dan Daerah yang mengatur
f) Permasalahan ketenagakerjaan.
perizinan dan rekomendasi perizinan
berusaha yang menghambat perbaikan g) Permasalahan mengenai pengenaan pajak
kemudahan berusaha dan perlunya kepada pengusaha.
pengawalan implementasi pelaksanaan
3) Penanaman modal besar bermitra dengan usaha
perizinan berusaha yang tidak sesuai
mikro, kecil dan menengah
dengan regulasi sehingga mengakibatkan
banyaknya prosedur, waktu penyelesaian a) Sulitnya mendapatkan data perusahaan
lebih lama, dan biaya lebih tinggi. besar (PMDN/PMA) yang membutuhkan
pasokan bahan baku atau menampung
b) Belum terintegrasinya pelayanan perizinan
barang produksi (supply chain),
dan insentif investasi dalam satu sistem
mendapatkan data pelaku usaha nasional
pelayanan perizinan dan masih ada
khususnya UMKM yang potensial untuk
perizinan berusaha yang dilaksanakan
menjadi mitra usaha yang siap untuk
secara manual (offline).
melakukan kemitraan, serta belum
c) Pendekatan perbaikan peringkat kemudahan tervalidasinya data perusahaan besar
berusaha tidak struktural dan hanya berupa (PMDN/PMA) yang wajib bermitra.
koreksi data.
b) Belum optimalnya koordinasi K/L, instansi
2) Eksekusi realisasi penanaman modal besar daerah, dan asosiasi terkait peningkatan
pengembangan usaha nasional (PMDN)
a) Belum terkoordinasinya perencanaan
khususnya UMKM.
pengembangan sektor usaha yang menjadi
prioritas investasi di antaranya c) Belum adanya skema pola kemitraan untuk
pengembangan investasi sektor industri perusahaan PMDN/PMA dengan UMKM.
manufaktur termasuk ekosistem
4) Penyebaran penanaman modal berkualitas
pendukungnya.
a) Percepatan pengembangan Kawasan
b) Investasi yang sudah disetujui terhambat
Ekonomi dan Investasi termasuk
dalam pelaksanaannya sehingga
infrastruktur pengembangan wilayah
menghambat percepatan realisasi investasi
khususnya peningkatan pemerataan
nasional.
investasi ke luar Jawa.
c) Permasalahan pengadaan lahan di daerah,
b) Banyak daerah yang belum memahami
salah satunya adalah sulitnya pembebasan
pentingnya dokumen Rencana Umum

18 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Penanaman Modal (RUPM) dan belum (Investment Project Ready to Offer) maupun
menetapkan dokumen RUPM. potensi investasi regional.

c) Keterbatasan infrastruktur daerah. c) Inovasi dalam kegiatan promosi melalui


teknologi digital yang harus dilakukan
d) Koordinasi antara pemerintah pusat dan
bersama daerah belum didukung dengan
daerah yang belum maksimal.
infrastruktur pendukung yang andal.
e) Insentif fiskal/non fiskal yang ditawarkan
d) Masih kurangnya koordinasi antara
selama ini belum cukup menarik untuk
pemerintah pusat, daerah dan perwakilan RI
investor.
di luar negeri dalam melakukan kegiatan
f) Belum optimalnya pemberian insentif daerah promosi penanaman modal.
yang disesuaikan dengan kebutuhan
e) Kurangnya kualitas informasi terkait proyek
investor.
yang siap ditawarkan oleh masing-masing
g) Belum lengkapnya data peta potensi dan sektor dan daerah.
peluang investasi di seluruh Kabupaten/
6) Peningkatan penanaman modal dalam negeri
Kota.
khususnya usaha mikro, kecil dan menengah
h) Kurangnya koordinasi antar daerah dalam
a) Kurangnya insentif bagi pelaku usaha mikro,
menyusun peta potensi dan peluang
kecil dan menengah.
investasi.
b) Terbatasnya akses pembiayaan untuk
5) Promosi penanaman modal terfokus
pelaku usaha mendapatkan kredit dengan
berdasarkan sektor dan negara
bunga rendah.
a) Ketatnya persaingan antar negara dalam
c) Masih terbatasnya kompetensi
menarik investor potensial dari negara-
kewirausahaan pelaku usaha.
negara maju yang mengekspor modal dan
teknologi. d) Kurangnya pelatihan teknis dan
kewirausahaan untuk pelaku usaha.
b) Belum lengkapnya informasi sektor-sektor
usaha prioritas berdasarkan wilayah/daerah e) Terbatasnya akses pasar.
yang siap ditawarkan kepada investor

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 19


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

1.5 Sistematika Laporan Lebih lanjut diuraikan pula mengenai


pengukuran kinerja organisasi.
Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman
Modal Tahun 2019 disusun dengan sistematika 4) BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
sebagai berikut: a) Capaian Kinerja Sasaran Strategis BKPM
1) RINGKASAN EKSEKUTIF Tahun 2019

Menyajikan gambaran menyeluruh secara Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja
ringkas tentang capaian kinerja BKPM selama 1 Sasaran Strategis BKPM sesuai dengan hasil
(satu) tahun pengukuran kinerja organisasi.

2) BAB I PENDAHULUAN b) Capaian Nilai Kinerja Organisasi (NKO)


BKPM Tahun 2019
Pada bab ini disajikan penjelasan umum
organisasi, dengan penekanan kepada aspek Pada sub bab ini, capaian kinerja organisasi
strategis organisasi, penjabaran mandat dan dianalisis dengan menggunakan empat
peran strategis BKPM. perspektif Balanced Scorecard.

3) BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN c) Capaian Kinerja Anggaran


KINERJA Pada sub bab ini diuraikan realisasi
Pada bab ini diuraikan penjelasan rinci anggaran yang telah digunakan untuk
mengenai rencana strategis, prioritas nasional mewujudkan kinerja organisasi sesuai
dan penyusunan rencana kerja dan anggaran. dengan dokumen Perjanjian Kinerja.

20 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

5) BAB IV INISIATIF PENINGKATAN d) Penguatan Program Reformasi Birokrasi


AKUNTABILITAS KINERJA BKPM

a) Tindak Lanjut Atas Evaluasi AKIP Tahun Pada sub bab ini disajikan pentahapan-
2018 pentahapan reformasi birokrasi yang jelas
dan terukur serta adanya program
Pada sub bab ini berisi hasil evaluasi
monitoring dan evaluasi akan memperbesar
eksternal dan internal BKPM.
kemungkinan susksesnya pelaksanaan
b) Penyesuaian Struktur Organisasi Reformasi Birokrasi menuju pemerintahan
yang baik.
Pada sub bab ini diuraikan kewenangan
untuk menerbitkan izin telah beralih kepada 6) BAB V PENUTUP
Lembaga Online Single Submission (OSS)
Menyajikan keberhasilan, kegagalan serta
yaitu BKPM merupakan lembaga yang
permasalahan dan kendala utama dalam
ditunjuk sebagai penyelenggara OSS.
pencapaian kinerja indikator utama serta upaya
c) Pengembangan Sistem Pemerintahan perbaikan kedepan.
Berbasis Elektronik (SPBE)
7) LAMPIRAN
Pada sub bab ini diuraikan pemanfaatan
a) Perjanjian Kinerja Tahun 2019.
SPBE dalam upaya meningkatkan kinerja
untuk memberikan pelayanan terbaik b) Daftar Penghargaan.
kepada para stakeholder baik internal
c) Pernyataan Telah Direviu.
maupun eksternal.

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 21


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

22 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB 2
PERENCANAAN DAN
PENETAPAN KINERJA
2.1 Perencanaan Kinerja
2.1.1 Rencana Strategis BKPM Tahun 2015-2019
2.1.2 Prioritas Nasional dan Rencana Kerja Tahun 2019
2.1.3 Alokasi Anggaran
2.2 Penetapan Kinerja

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERENCANAAN DAN
PENETAPAN KINERJA

2.1 Perencanaan Kinerja BKPM Tahun 2015-2019 berpedoman pada


Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
2.1.1 Rencana Strategis BKPM Tahun Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
2015-2019 Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis
Rencana Strategis (Renstra) BKPM Tahun 2015-
Kementerian/Lembaga Tahun 2015-2019. Renstra
2019 telah ditetapkan melalui Peraturan BKPM
BKPM memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis,
Nomor 4 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua
arah kebijakan dan strategi, kerangka regulasi,
Atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi
kerangka kelembagaan, serta target kinerja dan
Penanaman Modal Nomor 4 Tahun 2015 tentang
kerangka pendanaan BKPM untuk tahun 2015
Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman
sampai 2019.
Modal Tahun 2015-2019. Penyusunan Renstra

24 Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Sesuai dengan arahan Presiden terpilih Republik Untuk mewujudkan kedaulatan ekonomi, BKPM
Indonesia periode 2014-2019, visi BKPM tahun bersama Kementerian/Lembaga terkait diupayakan
2015-2019 adalah visi Pemerintahan Kabinet Kerja lebih berperan aktif dalam forum kerjasama
yaitu: ekonomi internasional untuk melindungi
kepentingan Indonesia. Berbagai kesepakatan
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri
internasional khususnya Bilateral Investment
dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”
Agreement/BIT (Perjanjian Peningkatan dan
BKPM menjabarkan dan melaksanakan visi dan misi Perlindungan Penanaman Modal/P4M) dievaluasi
Presiden sesuai dengan tugas dan fungsi BKPM untuk dilakukan penyesuaian dengan peraturan
yang diamanatkan dalam UU Nomor 25 Tahun 2007 perundang-undangan yang berlaku dan kepentingan
tentang Penanaman Modal. Indonesia khususnya hak negara untuk mengatur

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja 25


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

perekonomiannya. Perjanjian internasional penanaman modal.


meskipun ditujukan untuk mendorong penanaman
2) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing
modal namun tidak boleh mengurangi kedaulatan
negara dalam mengambil keputusan-keputusan Kegiatan penanaman modal pada sektor-sektor
ekonomi untuk kepentingan nasional. yang produktif dan memperkuat struktur
ekonomi akan dapat meningkatkan daya saing
Terkait dengan kemandirian, UU Nomor 25 Tahun
bangsa. Peningkatan daya saing bangsa tidak
2007 mengamanatkan bahwa asas kemandirian
hanya pada kapasitas untuk bersaing dalam
dalam penyelenggaraan penanaman modal yaitu
memproduksi serta memperdagangkan barang
mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan
dan jasa namun juga dalam menarik arus
tidak menutup diri pada masuknya modal asing
penanaman modal. Daya saing bangsa dalam
demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.
menarik penanaman modal ditentukan oleh
Kemandirian dalam penanaman modal tercermin
banyak faktor antara lain iklim usaha, kondisi
dari makin tingginya peran Penanaman Modal
ekonomi, stabilitas politik dan keamanan,
Dalam Negeri (PMDN). Kemampuan berdaya saing
potensi market, ketersediaan sumber daya
menjadi kunci untuk mencapai kemandirian dan
alam, kualitas dan ketersediaan sumber daya
pembangunan dengan semangat gotong royong.
manusia, ketersediaan infrastruktur dan energi,
Semangat gotong royong dalam kegiatan ekonomi sistem perpajakan dan insentif.
dapat diwujudkan dalam bentuk kerjasama dua
3) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim
pihak atau lebih pelaku usaha berdasarkan
yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
kepentingan nasional
sehingga dapat memperkuat keterkaitan diantara
berbagai skala pelaku usaha (misalnya Usaha Mikro, Peran ekonomi maritim dalam struktur
Kecil, Menengah dan Koperasi/UMKMK dengan perekonomian Indonesia belum berkembang
Usaha Besar baik PMA maupun PMDN). Kegiatan dengan baik bila dibandingkan dengan potensi
penanaman modal di beberapa bidang bidang usaha kelautan Indonesia. Pertumbuhan PDB bidang
telah diwajibkan bermitra dengan UMKMK sesuai kelautan memerlukan dukungan kebijakan
Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang melalui peraturan yang mendorong para pelaku
Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang bisnis tertarik melakukan penanaman modal
Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang pada bidang ekonomi yang berbasiskan
Penanaman Modal. Untuk mendorong pelaksanaan maritim. Salah satu upaya yang dapat
ketentuan tersebut lebih efektif, BKPM akan lebih dilakukan adalah melalui kebijakan fiskal dan
intensif menginventarisasi UMKMK yang potensial, moneter yang progresif berbasiskan
memfasilitasi promosi dan mempertemukan dengan kepentingan nasional sehingga penanaman
mitra usaha besar potensial. modal dapat berkembang dan mendorong
pertumbuhan ekonomi di bidang kemaritiman.
Dalam rangka pencapaian visi, BKPM juga
memformulasikan misinya agar mencerminkan Tujuan yang ingin dicapai BKPM didasarkan pada
kegiatan inti dan mandatnya dengan lebih baik. Misi hasil identifikasi potensi, permasalahan dan
BKPM juga mengacu pada 3 (tiga) dari 7 (tujuh) tantangan yang akan dihadapi dalam rangka
Misi Kabinet Kerja periode 2015-2019 yang mewujudkan Visi dan Misi Presiden periode 2015-
selanjutnya dijabarkan sesuai tugas dan fungsi 2019. Berdasarkan tugas dan fungsi BKPM
BKPM sebagai berikut: sebagaimana disebutkan pada UU Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal serta Peraturan
1) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia
Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana
yang tinggi, maju dan sejahtera
Umum Penanaman Modal, BKPM menetapkan
Penanaman modal merupakan bagian penting tujuan yang akan dicapai pada tahun 2015-2019,
untuk mewujudkan misi tersebut. Melalui yaitu:
penanaman modal akan tercipta pertumbuhan
“Mewujudkan Iklim Penanaman Modal yang
ekonomi, lapangan kerja dan pendapatan yang
Berdaya Saing Dalam Rangka Mendorong
selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan
Penanaman Modal yang Berkualitas dan
masyarakat. Kemampuan perekonomian untuk
Berkelanjutan”
menciptakan lapangan kerja, kesejahteraan dan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan Tujuan ini diarahkan pada upaya untuk memberikan
sangat dipengaruhi oleh kualitas kegiatan kemudahan, kepastian dan transparansi proses

26 Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

pelayanan perizinan dan nonperizinan, besar PMA dan PMDN, peningkatan efektivitas
mengembangkan sistem perizinan nasional (Online strategi dan upaya promosi penanaman modal,
Single Submission) untuk mendukung memfasilitasi percepatan penanaman modal dengan
penyelenggaraan kemudahan berusaha di Pusat dan skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS),
Daerah, meningkatkan kepastian hukum dan peningkatan pemanfaatan kerjasama ekonomi
penyederhanaan prosedur perizinan dan internasional untuk kepentingan nasional, serta
nonperizinan, memberikan insentif fiskal dan non peningkatan peran perencanaan sebagai nerve
fiskal yang lebih menarik dan transparan, serta kegiatan di unit-unit BKPM agar lebih efektif dan
memfasilitasi penyelesaian permasalahan dan terintegrasi.
hambatan dalam pelaksanaan penanaman modal
Untuk mendukung pencapaian tujuan agar terukur
(debottlenecking).
dan dapat dicapai secara nyata, telah ditetapkan 2
Selain itu, tujuan ini juga disusun dalam rangka (dua) sasaran strategis yang merupakan kondisi riil
mendorong peningkatan penanaman modal pada yang diinginkan/dicapai oleh BKPM pada akhir
sektor-sektor prioritas, peningkatan penanaman periode perencanaan (tahun 2019). Adapun Tujuan,
modal di luar Jawa, peningkatan peran UKM dalam Sasaran Strategis serta Indikator Kinerja BKPM
perekonomian melalui kemitraan dengan usaha Tahun 2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Keterkaitan Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BKPM Tahun 2015-2019

Sasaran Target
Tujuan Indikator
Strategis 2015 2016 2017 2018 2019

Nilai realisasi
penanaman
519,5 594,8 678,8 765,0 792,0*
modal
(Rupiah Triliun)

Meningkatnya Rasio realisasi


realisasi penanaman
penanaman modal di luar 45,60 49,10 52,80 57,00 57,00
Mewujudkan iklim
modal Jawa
penanaman modal
yang berdaya saing (Persentase)
dalam rangka Rasio Realisasi
mendorong PMDN 33,80 35,00 36,30 37,00 37,00
penanaman modal
(Persentase)
yang berkualitas
dan berkelanjutan Indeks
Meningkatnya
Kepuasan
kualitas
Masyarakat
pelayanan
(IKM) atas
penanaman 3,10 3,15 3,20 3,25 3,25
pelayanan
modal yang
penanaman
prima dan
modal di BKPM
responsif
(dari skala 4)

Sumber: Rencana Strategis BKPM 2015-2019


Keterangan: *) Target 2019 sesuai dengan surat Kepala BKPM No. 371/A.1/2018 tanggal 5 September 2018 perihal Revisi Target Investasi 2018-2019 kepada Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja 27


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BKPM memiliki 2 (dua) program yang dilaksanakan dan Program Dukungan Manajemen dan
oleh 7 (tujuh) unit Eselon I, yaitu Program Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BKPM (Generik)
Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal (Teknis) dengan penjelasan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Program Yang Dilaksanakan Unit di BKPM

No. Program Unit Eselon I

1 Program Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal (Teknis) Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal

Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal

Deputi Bdang Kerjasama Penanaman Modal

Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal

Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal

2 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis


Sekretariat Utama
Lainnya BKPM (Generik)

Sumber: Rencana Strategis BKPM 2015-2019

2.1.2 Prioritas Nasional dan Rencana dalam Program-Program Prioritas, untuk kemudian
didetilkan kembali ke dalam Kegiatan-Kegiatan
Kerja Tahun 2019
Prioritas serta dijabarkan dalam bentuk Proyek
Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun Prioritas Nasional yang akan didukung oleh Proyek
2019 telah disepakati 5 (lima) Prioritas Nasional Pendukung Pro-PN pada setiap Kementerian/
yang meliputi: (1) pembangunan manusia melalui Lembaga yang terkait.
pengurangan kemiskinan dan peningkatan
Berdasarkan hasil pembahasan dengan
pelayanan dasar; (2) pengurangan kesenjangan
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
antar wilayah melalui penguatan konektivitas dan
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
kemaritiman; (3) peningkatan nilai tambah ekonomi
disepakati bahwa BKPM mendukung 2 (dua)
dan penciptaan lapangan kerja melalui pertanian,
Prioritas Nasional yang diwujudkan dalam proyek
industri, pariwisata dan jasa produktif lainnya; (4)
prioritas dan menjadi output pada Renja Tahun
pemantapan ketahanan energi, pangan, dan
2019, yaitu Prioritas Nasional 3 dan 5. Penjabaran
sumber daya air; serta (5) stabilitas keamanan
pencapaian 2 (dua) Prioritas Nasional 2019 terkait
nasional dan kesuksesan pemilu. Prioritas Nasional
tugas dan fungsi BKPM dapat dilihat pada Tabel 2.3.
tersebut selanjutnya diterjemahkan lebih lanjut

28 Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


Tabel 2.3 Program/Kegiatan BKPM Yang Mendukung Prioritas Nasional Tahun 2019

Proyek Prioritas Program/Kegiatan BKPM Mendukung Anggaran


No. Prioritas Nasional Program Prioritas Kegiatan Prioritas Unit Eselon I
Nasional Prioritas Nasional (Rp)

1 Peningkatan nilai tambah Percepatan peningkatan Perbaikan iklim usaha dan Peningkatan Pengembangan Sistem Pelayanan 126.695.857.000 Sekretariat Utama
ekonomi dan penciptaan ekspor dan nilai tambah peningkatan investasi fasilitasi investasi Informasi dan Perizinan Investasi
lapangan kerja melalui industri pengolahan Secara Elektronik (SPIPISE)
pertanian, industri,
Pengembangan potensi penanaman 4.960.700.000 Deputi Bidang Pengembangan
pariwisata dan jasa
modal daerah Iklim Penanaman Modal
produktif lainnya
Peningkatan kualitas strategi promosi 44.940.496.000 Deputi Bidang Promosi
di bidang penanaman modal Penanaman Modal

Promosi penanaman modal terfokus 50.956.370.000


dan terintegrasi berbasis sektor dan
negara

Fasilitasi daerah dalam rangka 5.493.000.000


kegiatan promosi penanaman modal

Penyelenggaraan pameran dan 15.000.000.000


penyediaan sarana promosi
penanaman modal untuk kegiatan di
dalam dan luar negeri

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu 800.000.000 Deputi Bidang Kerjasama


Satu Pintu (PTSP) penanaman modal Penanaman modal

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu 1.085.975.000 Deputi Bidang Pelayanan


Satu Pintu (PTSP) Pusat Penanaman Modal

Peningkatan kualitas pelayanan 218.359.000


perizinan penanaman modal

Peningkatan kualitas pelayanan 2.888.700.000


fasilitas berusaha

Peningkatan kualitas pelayanan 82.155.000


prioritas penanaman modal

Pengendalian pelaksanaan penanaman 3.211.602.000 Deputi Bidang Pengendalian


modal Wilayah I Pelaksanaan Penanaman
Modal
Pengendalian pelaksanaan penanaman 1.201.500.000
modal Wilayah II

Pengendalian pelaksanaan penanaman 1.705.000.000


modal Wilayah III

Pengendalian pelaksanaan penanaman 1.620.000.000

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja


modal Wilayah IV
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Sumber: RKP 2019 dan Renja BKPM 2019

29
Tabel 2.3 Program/Kegiatan BKPM Yang Mendukung Prioritas Nasional Tahun 2019 (lanjutan)
Program/Kegiatan BKPM Mendukung Anggaran
No. Prioritas Nasional Program Prioritas Kegiatan Prioritas Proyek Prioritas Nasional Unit Eselon I
Prioritas Nasional (Rp)
Perencanaan pengembangan 2.254.420.000 Deputi Bidang Perencanaan
penanaman modal sektor industri Penanaman Modal
agribisnis dan sumber daya alam
lainnya
Perencanaan pengembangan 2.463.910.000
penanaman modal sektor industri
manufaktur
Perencanaan pengembangan 1.987.228.000
penanaman modal di bidang jasa dan
kawasan
Pengembangan penanaman modal 1.000.000.000
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Fasilitasi percepatan investasi 1.863.090.000
Kerjasama Pemerintah Swasta

Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


Perencanaan pengembangan 2.200.000.000
penanaman modal di bidang
infrastruktur
Perbaikan regulasi, Peningkatan deregulasi kebijakan 10.358.433.000
harmonisasi, dan penanaman modal
simplifikasi perizinan
Kerjasama standardisasi perizinan 1.949.900.000
dan nonperizinan penanaman modal
daerah
Kerjasama pembinaan teknis 1.832.844.000
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

perizinan dan nonperizinan


penanaman modal daerah
2 Stabilitas keamanan Efektivitas diplomasi Penguatan diplomasi Penguatan kerjasama Kerjasama penanaman modal luar 5.000.000.000 Deputi Bidang Kerjasama
nasional dan kesuksesan ekonomi dan pembangunan negeri Penanaman Modal
pemilu kerjasama internasional untuk
pembangunan mendukung peningkatan
internasional perdagangan dan
investasi (KSST, reverse
linkage, kerjasama global
dan lain-lain diaspasaf)
Total 165.073.682.000

30
Sumber: P 2019 dan Renja BKPM 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Rencana Kerja (Renja) BKPM memuat visi, misi, tahun berikutnya, lokasi, dan pagu indikatif sebagai
prioritas nasional/program prioritas, sasaran indikasi pagu anggaran, serta cara pelaksanaannya.
strategis, program, kegiatan (kegiatan pokok dan Adapun rincian Renja BKPM Tahun 2019
pendukung) untuk mencapai sasaran hasil sesuai berdasarkan hasil trilateral meeting dengan
program induk. Renja dirinci menurut indikator Bappenas dan Kementerian Keuangan c.q. DJA
keluaran pada tahun rencana, prakiraan sasaran adalah sebagai berikut.

Tabel 2.4 Rincian Rencana Kerja BKPM Tahun 2019

No. Satuan Kerja Sasaran Program Indikator Kinerja Utama (IKU) Target

I. Program Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal

1 Sekretariat Utama Meningkatnya akuntabilitas Opini Badan Pemeriksa Keuangan WTP


kelembagaan

Indeks Akuntabilitas Kinerja BB


Instansi Pemerintah (AKIP)

II. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BKPM

2 Deputi Bidang Perencanaan Terwujudnya perencanaan Jumlah peta potensi penanaman 12 peta potensi
Penanaman Modal penanaman modal dan modal sektor prioritas yang
penyusunan rekomendasi dimanfaatkan oleh stakeholders
kebijakan yang terintegrasi,
kolaboratif, dan implementatif
dalam rangka peningkatan daya
saing penanaman modal

3 Deputi Bidang Pengembangan Meningkatnya iklim penanaman Perbaikan kemudahan memulai Menuju peringkat 40
Iklim Penanaman Modal modal dalam rangka peningkatan berusaha
daya saing penanaman modal
Indeks kualitas iklim penanaman 3,5 dari skala 5
modal

4 Deputi Bidang Promosi Meningkatnya daya tarik Jumlah rencana investasi Rp1,416.67 Triliun
Penanaman Modal penanaman modal di Indonesia
melalui promosi yang terpadu
dan efektif bagi penanam modal
dalam dan luar negeri yang
berpijak pada peningkatan daya
saing penanaman modal

5 Deputi Bdang Kerjasama Meningkatnya kerjasama Persentase kesepakatan / 87% dari 50 kesepakatan /
Penanaman Modal internasional untuk mendorong perjanjian / perundingan perjanjian / perundingan
investasi dan melindungi kerjasama penanaman modal
kepentingan nasional dalam yang telah diimplementasikan
rangka peningkatan daya saing
penanaman modal

6 Deputi Bidang Pelayanan Meningkatnya kualitas pelayanan Tingkat mutu pelayanan 3,25 dari skala 4
Penanaman Modal penanaman modal yang prima penanaman modal di PTSP Pusat
dan responsif melalui PTSP Pusat (IKM)
dalam rangka peningkatan daya
saing penanaman modal

7 Deputi Bidang Pengendalian Meningkatnya realisasi Nilai realisasi penanaman modal Rp792,0 Triliun*
Pelaksanaan Penanaman Modal penanaman modal melalui
kegiatan pemantauan,
pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan penanaman modal
dalam rangka peningkatan daya
saing penanaman modal

Sumber: Rencana Strategis BKPM 2015-2019


Keterangan: *) Target 2019 sesuai dengan surat Kepala BKPM No. 371/A.1/2018 tanggal 5 September 2018 perihal Revisi Target Investasi 2018-2019 kepada Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja 31


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

2.1.3 Alokasi Anggaran dituntut untuk senantiasa meningkatkan tata kelola


keuangan negara, tidak hanya untuk mendukung
Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas, BKPM pencapaian sasaran dan tujuan organisasi, namun
selalu berusaha menjamin bahwa setiap rupiah juga untuk mewujudkan pengelolaan negara yang
yang dibelanjakan, digunakan secara efektif, efisien, bersih dan bebas korupsi. Adapun alokasi anggaran
dan akuntabel. BKPM sebagai lembaga pemerintah BKPM tahun 2019 rinciannya sebagai berikut:

Belanja Pegawai
Rp142.611.778.000000

Operasional
Rp193.980.524.000

Belanja Barang
Rp51.368.746.000

Anggaran BKPM Alokasi 7 Unit Eselon I


Rp640.600.156.000 Rp640.600.156.000

Belanja Modal
Rp67.585.573.000

Non Operasional
Rp446.619.632.000

Belanja Barang
Rp379.034.059.000

Gambar 2.1 Alokasi Anggaran BKPM Tahun 2019

BKPM mendapatkan dukungan anggaran dari APBN (dua) program sebagaimana dalam Tabel 2.5, selain
TA 2019 sebesar Rp640.600.156.000 (enam ratus itu, alokasi anggaran BKPM Tahun 2019
empat puluh miliar enam ratus juta seratus lima berdasarkan jenis belanja dapat dirinci menurut
puluh enam ribu rupiah) yang digunakan untuk jenis belanja seperti yang tercantum dalam Tabel
melaksanakan 37 kegiatan yang terangkum dalam 2 2.6.

Tabel 2.5 Alokasi Anggaran BKPM Tahun 2019 Berdasarkan Program

No. Program Pagu 2019 (Rp)

1 Program Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal (Teknis) 302.183.349.000

2 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BKPM (Generik) 338.416.807.000

Total 640.600.156.000

Sumber: Rencana Kerja BKPM 2019

Tabel 2.6 Alokasi Anggaran BKPM Tahun 2019 Berdasarkan Jenis Belanja

No. Jenis Belanja Pagu 2019 (Rp)

1 Belanja Pegawai 142.611.778.000

2 Belanja Barang 430.402.805.000

3 Belanja Modal 67.585.573.000

Total 640.600.156.000

Sumber: Rencana Kerja BKPM 2019

32 Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

2.2 Penetapan Kinerja Penetapan kinerja digunakan sebagai dasar


penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan
Penetapan kinerja atau perjanjian kinerja pada dan sasaran organisasi, menciptakan tolak ukur
dasarnya adalah pernyataan komitmen pimpinan kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur.
yang merepresentasikan tekad dan janji untuk
mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam Penetapan Kinerja BKPM tahun 2019 merupakan
rentang waktu satu tahun tertentu dengan pelaksanaan target kinerja tahun keempat Renstra
mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. BKPM Tahun 2015-2019, yang memuat Sasaran
Tujuan khusus Perjanjian Kinerja antara lain untuk Strategis, Indikator Kinerja Utama (IKU) dan
meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan indikator lainnya yang terkait dengan tugas fungsi
kinerja aparatur sebagai wujud nyata komitmen BKPM. Perjanjian Kinerja BKPM Tahun 2019 tersaji
antara penerima amanah dengan pemberi amanah. dalam tabel berikut.

Tabel 2.7 Rincian Rencana Kerja BKPM Tahun 2019

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama (IKU) Target

1 Meningkatnya realisasi penanaman modal Nilai realisasi penanaman modal Rp792,0 Triliun*

Rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa 57,00%

Rasio realisasi PMDN 37,00%

2 Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan 3,25 dari skala 4
prima dan responsif melalui PTSP Pusat penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM

Sumber: Rencana Strategis BKPM 2015-2019


Keterangan: *) Target 2019 sesuai dengan surat Kepala BKPM No. 371/A.1/2018 tanggal 5 September 2018 perihal Revisi Target Investasi 2018-2019 kepada Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan

Dalam pengukuran Nilai Kinerja Organisasi (NKO), menjabarkan strategi secara visual, melalui
BKPM menggunakan pendekatan metode Balanced sejumlah sasaran strategis/sasaran program yang
Scorecard (BSC) sebagaimana diatur dalam Surat terangkai dalam hubungan sebab akibat dan
Keputusan Sekretaris Utama Nomor 40 Tahun 2016 dikelompokkan ke dalam empat perspektif yaitu
tentang Pengelolaan Kinerja di Badan Koordinasi stakeholder perspective, customer perspective,
Penanaman Modal. Metode BSC tersebut internal process perspective dan learning and
menerjemahkan tugas, fungsi, tujuan dan strategi growth perspective sebagaimana tersaji dalam peta
ke dalam suatu peta strategi. Peta strategi tersebut strategi BKPM sebagai berikut.

Gambar 2.2 Peta Strategis BKPM Tahun 2019

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja 33


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Keempat perspektif memiliki bobot yang ditentukan sebagai berikut:

Tabel 2.8 Bobot Perspektif

No. Perspektif Bobot

1 Stakeholder 30%

2 Customer 30%

3 Internal Process 20%

4 Learning and Growth 20%

Sumber: Surat Keputusan Sekretaris Utama Nomor 40 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Kinerja di Badan Koordinasi Penanaman Modal

Sesuai dengan Surat Keputusan Sekretaris Utama yang diperoleh melalui penghitungan dengan
Nomor 40 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Kinerja menggunakan data target dan realisasi IKU yang
di Badan Koordinasi Penanaman Modal, BKPM tersedia. Dengan membandingkan antara data
melakukan evaluasi secara berkala atas target dan realisasi, akan diperoleh indeks capaian
perencanaan kinerja yang ditetapkan. Salah satu IKU. Perhitungan NKO mengacu pada Perjanjian
outputnya adalah Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Kinerja dengan formula sebagai berikut:

34 Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

NKO = ∑ (% Capaian Kinerja x Bobot Perspektif) 2) Apabila realisasi IKU sama dengan target atau
tidak memenuhi target, maka indeks capaian
Selanjutnya, penghitungan indeks capaian kinerja
IKU tersebut tidak dilakukan konversi.
tersebut adalah sebagai berikut:
Tingkat capaian kinerja masing-masing sasaran
1) Apabila realisasi IKU melebihi target, dimana
strategis dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kategori
target yang ditetapkan merupakan target
sebagai berikut.
maksimal yang dapat dicapai, maka indeks
capaian IKU tersebut dikonversi menjadi 120.

Tabel 2.9 Kategorisasi Kinerja

No. Nilai Kode Kategori

1 100 – keatas Hijau Sangat Baik

2 76 – 99 Hijau Muda Baik

3 61 – 75 Kuning Cukup

4 51 – 60 Oranye Kurang

5 50 – kebawah Merah Buruk

Sumber: Surat Keputusan Sekretaris Utama Nomor 40 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Kinerja di Badan Koordinasi Penanaman Modal

LAPORAN
LAPORAN
KINERJA
KINERJA
2019
2019
| Bab
| Bab
2 Perencanaan
2 Perencanaan
dandan
Penetapan
Penetapan
Kinerja
Kinerja 3535
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

36 Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB 3
AKUNTABILITAS
KINERJA
3.1 Capaian Kinerja Sasaran Strategis BKPM Tahun 2019
3.1.1 Nilai Realisasi Penanaman Modal
3.1.2 Rasio Penanaman Modal di Luar Jawa
3.1.3 Rasio Penanaman Modal Dalam Negeri
3.1.4 Fasilitasi Permasalahan terhadap Proyek-Proyek
Mangkrak
3.1.5 Penjelasan Capaian Realisasi Investasi Tahun 2019
3.2 Capaian Nilai Kinerja Organisasi (NKO) BKPM Tahun 2019

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 Capaian Kinerja Sasaran Strategis yang dilakukan BKPM dalam upaya meningkatkan
pengelolaan kinerja.
BKPM Tahun 2019
Pengukuran capaian kinerja Badan Koordinasi
Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Penanaman Modal tahun 2019 dilakukan dengan
selama tahun 2019 dapat dilihat dari beberapa
cara membandingkan antara target (rencana)
perspektif yang meliputi pencapaian Indikator
dengan realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) pada
Kinerja Utama (IKU), pelaksanaan agenda prioritas,
masing-masing sasaran strategis yang telah
penyerapan anggaran dan kinerja lainnya yang
ditetapan dalam Rencana Strategis BKPM Tahun
menunjukkan achievement yang diperoleh BKPM
2015-2019. Rincian tingkat capaian sasaran
selama 2019 dan memberikan manfaat kepada
strategis BKPM Tahun 2019 dapat dilihat dalam
masyarakat secara luas. Selain itu pelaksanaan
Tabel 3.1 berikut ini.
evaluasi internal dan berbagai inisiatif kebijakan

38 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Tabel 3.1 Capaian Sasaran Strategis BKPM Tahun 2019

Capaian Kinerja Tahun 2019


Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama
Target Realisasi % Kategori

Nilai realisasi penanaman modal (rupiah triliun) 792,0* 809,6 102,2 Sangat Baik

Rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa


Meningkatnya realisasi penanaman modal 57,0 46,3 81,2 Baik
(persentase)

Rasio Realisasi PMDN (persentase) 37,0 47,7 126,5 Sangat Baik

Meningkatnya kualitas pelayanan


Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan
penanaman modal yang prima dan 3,25 3,27 100,0 Sangat Baik
penanaman modal di BKPM (dari skala 4)
responsif

Keterangan: *) Target 2019 sesuai dengan surat Kepala BKPM No. 371/A.1/2018 tanggal 5 September 2018 perihal Revisi Target Investasi 2018-2019 kepada Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 39


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Sasaran Strategis 1:
Meningkatnya Realisasi Penanaman Modal

Tingkat capaian Sasaran Strategis 1 yaitu rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa, dan
“Meningkatnya realisasi penanaman modal” rasio realisasi PMDN. BKPM telah berhasil mencapai
ditunjukkan dengan 3 (tiga) Indikator Kinerja Sasaran Strategis 1 Tahun 2019 sebagaimana
Utama (IKU) yaitu nilai realisasi penanaman modal, terlihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.2 Capaian Kinerja “Meningkatnya Realisasi Penanaman Modal”

Capaian Kinerja Tahun 2019


No. Indikator Kinerja Utama Satuan
Target Realisasi Kinerja (%) Kategori

Nilai realisasi penanaman


1 rupiah triliun 792,0* 809,6 102,2 Sangat Baik
modal

Rasio realisasi penanaman


2 persentase 57,0 46,3 81,2 Baik
modal di luar Jawa

3 Rasio Realisasi PMDN persentase 37,0 47,7 126,5 Sangat Baik

Keterangan: *) Target 2019 sesuai dengan surat Kepala BKPM No. 371/A.1/2018 tanggal 5 September 2018 perihal Revisi Target Investasi 2018-2019 kepada Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan

Penjelasan dari capaian masing-masing Indikator fasilitas penanaman modal;


Kinerja Utama (IKU) tersebut dijabarkan dalam
2) Mengalokasikan dana dekonsentrasi kepada 33
uraian berikut ini.
instansi DPMPTSP Provinsi untuk memperluas
jangkauan pemantauan atas seluruh proyek-
proyek investasi yang telah mendapatkan
3.1.1 Nilai Realisasi Penanaman Modal perizinannya;
Untuk mencapai nilai realisasi penanaman modal 3) Mengingatkan pelaku usaha secara kontinu
sesuai target yang telah ditetapkan di dalam tentang kewajiban penyampaian Laporan
Renstra BKPM, dan sebagai pelaksanaan tugas dan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) online pada
fungsi BKPM maka dilakukan kegiatan pengendalian setiap periode melalui media cetak maupun
pelaksanaan penanaman modal kepada proyek- surat elektronik;
proyek investasi PMDN/PMA di seluruh Indonesia.
4) Melakukan sosialisasi/workshop tentang
Memperhatikan kondisi perekonomian negara- pengendalian pelaksanaan penanaman modal,
negara berkembang pada kuartal ketiga tahun baik itu yang terkait dengan pemenuhan
2018, seperti krisis ekonomi yang terjadi di Turki komitmen perizinan sektoral maupun tentang
dan Argentina, serta prediksi perubahan kondisi tata cara pengisian Laporan Kegiatan Penanman
politik dalam negeri dengan adanya Pemilihan Modal (LKPM) serta workshop pencabutan
Umum Presiden dan Wakil Presiden pada tahun perizinan berusaha secara online agar pelaku
2019 dapat sedikit banyak berpengaruh pada iklim usaha membuat laporan LKPM secara benar dan
kepastian berusaha di Indonesia, maka Kepala tepat waktu;
BKPM melakukan revisi target kinerja investasi
untuk tahun 2019 melalui surat yang ditujukan 5) Meningkatkan intensitas kegiatan fasilitasi
kepada Menteri Perencanaan Pembangunan penyelesaian permasalahan yang menghambat
Nasional/ Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan realisasi investasi (pengawalan proyek
pada tanggal 5 September 2018, dari awalnya investasi).
Rp850,0 triliun sebagaimana Renstra BKPM 2015- Capaian nilai realisasi penanaman modal sampai
2019 menjadi Rp792,0 triliun. dengan tahun 2019 terus mengalami peningkatan.
Beberapa langkah yang telah diupayakan dalam Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 terjadi
peningkatan realisasi investasi pada tahun 2019 tercatat investasi sebesar Rp463,1 triliun. Nilai
antara lain: realisasi investasi terus meningkat pada tahun 2015
mencapai Rp545,4 triliun atau 17,8% dari tahun
1) Melakukan pemantauan terhadap proyek-proyek 2014. Realisasi investasi tahun 2016 mencapai
investasi bernilai besar dan yang mendapatkan Rp612,8 triliun atau meningkat 12,4% dari realisasi

40 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

tahun 2015. Realisasi investasi pada tahun 2017 meningkat 12,2% dari realisasi tahun 2018. Apabila
mencapai Rp692,8 triliun atau meningkat 13% dari capaian nilai realisasi investasi dilihat per-periode
realisasi tahun 2016. Realisasi investasi pada tahun pelaporan sejak tahun 2015 maka dapat dilihat
2018 mencapai Rp721,3 triliun atau meningkat bahwa capaian realisasi investasi bergerak positif
4,1% dari realisasi tahun 2017. Realisasi investasi pada setiap periode tersebut sebagaimana
pada tahun 2019 mencapai Rp809,6 triliun atau ditunjukkan pada Gambar 3.1 di bawah ini.

Gambar 3.1 Perkembangan Nilai Realisasi Investasi Periode 2015 – 2019 (Rp triliun)

Berdasarkan data dari United Nations Conference on dibandingkan dengan negara ASEAN periode 2010 –
Trade and Development (UNCTAD, 2019), performa 2018 adalah tercermin pada Tabel 3.3.
Indonesia dalam pencapaian realisasi investasi

Tabel 3.3 Perbandingan Realisasi Investasi Indonesia dengan Negara-Negara ASEAN Tahun 2015-2018

Negara 2015 2016 2017 2018

Brunei Darusalam 0,2 0,2 0,5 0,5

Kamboja 1,7 2,3 2,7 3,1

Indonesia 16,6 3,9 20,6 22,0

Laos 1,1 1,1 1,7 1,3

Malaysia 10,2 11,3 9,3 8,1

Myanmar 2,8 3,0 4,0 3,6

Filipina 5,6 8,3 10,3 9,8

Singapura 59,7 73,9 75,7 77,6

Thailand 8,9 2,8 8,0 13,2

Vietnam 11,8 12,6 14,1 15,5

ASEAN 118,7 119,0 146,9 154,7

Sumber: ASEAN Secretariat, ASEAN FDI Database, UNCTAD (2019)

3.1.2 Rasio Penanaman Modal di Luar dengan periode yang sama pada Tahun 2018 yaitu
investasi luar Jawa sebesar Rp315,9 triliun, terjadi
Jawa
peningkatan realisasi investasi di luar Jawa sebesar
Pada periode Januari–Desember tahun 2019, 18,7%. Grafik persebaran realisasi investasi Jawa
realisasi investasi di Jawa sebesar Rp434,6 triliun dan luar Jawa pada tahun 2018 dibandingkan
(53,7%) dan realisasi investasi di luar Jawa sebesar dengan tahun 2019 dapat dilihat pada Gambar 3.2
Rp375,0 triliun (46,3%). Apabila dibandingkan berikut ini.

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 41


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Tahun 2018 Tahun 2019

Gambar 3.2 Persebaran Nilai Realisasi Investasi Luar Jawa dan Jawa

Grafik diatas memberikan gambaran bahwa upaya realisasi investasi dapat berjalan dengan lancar.
pemerintah dalam mendorong pemerataan investasi
di luar Jawa menunjukkan hasil yang positif
(kenaikan sebesar 18,7% dari tahun sebelumnya), 3.1.3 Rasio Penanaman Modal Dalam
meskipun masih jauh dari target yang ada di Negeri
Perjanjian Kinerja 2019 dimana target proporsi
investasi di luar Jawa sebesar 57%. Capaian Pada periode Januari–Desember tahun 2019,
indikator kinerja untuk realisasi penanaman modal realisasi investasi PMDN sebesar Rp386,5 triliun
di luar Jawa tahun 2019 yaitu sebesar 46,3%. (47,7%) dan realisasi investasi PMA sebesar
Namun capaian indikator kinerja tersebut masih Rp423,1 triliun (52,3%). Apabila dibandingkan
dikategorikan “Baik” dengan persentase capaian dengan periode yang sama pada Tahun 2018
sebesar 81,2%. sebesar Rp 328,6 triliun terjadi peningkatan
realisasi investasi untuk PMDN sebesar 17,6%. Hal
Faktor yang dapat menentukan minat para investor
ini melebihi target Perjanjian Kinerja 2019 dimana
untuk berinvestasi di suatu daerah selain
rasio realisasi PMDN ditargetkan sebesar 37%.
pemerataan infrastruktur adalah pemasaran potensi
sumber daya alam, tingkat pendidikan dan angka Meskipun PMA dan PMDN sama-sama berpengaruh
korupsi suatu daerah, sehingga diperlukan sinergi terhadap pertumbuhan ekonomi, namun PMDN
bukan hanya antara pusat dengan daerah, namun memiliki keunggulan sebagai salah satu komponen
juga lintas sektor terkait. Sinergi ini menjadi aliran modal yang relatif stabil dan mempunyai
penting, karena investasi yang merata dapat risiko yang kecil dibandingkan dengan aliran modal
mendorong pemerataan kesejahteraan terutama di lainnya, sehingga dapat dijadikan alternatif sumber
luar Jawa. dana yang digunakan untuk pembiayaan
pembangunan.
Usulan pemecahan permasalahan dalam mencapai
kinerja realisasi penanaman modal di luar Jawa : Selain itu, peningkatan rasio PMDN juga merupakan
langkah yang perlu dilaksanakan dalam pencapaian
1) Perlunya meningkatkan intensitas kegiatan
Nawa Cita Presiden “Mewujudkan kemandirian
fasilitasi penyelesaian permasalahan yang
ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
menghambat investasi, khususnya di luar Jawa;
strategis ekonomi domestik”.
2) Perlunya meningkatkan koordinasi antara
Grafik realisasi investasi PMDN dan PMA pada tahun
pemerintah pusat dan daerah dalam mengawal
2018 dibandingkan dengan tahun 2019 dapat dilihat
proyek-proyek investasi di luar Jawa agar
pada Gambar 3.3 dibawah ini.

Tahun 2018 Tahun 2019

Gambar 3.3 Rasio Realisasi PMDN dan PMA

42 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Target nilai realisasi investasi tahun 2019 yang provinsi yang dihitung berdasarkan perbandingan
ditetapkan didalam Renstra BKPM 2015-2019 potensi rencana investasi kumulatif (Januari 2015
merupakan target bersama yang harus dicapai s.d Desember 2018) per provinsi terhadap target
dengan seluruh DPMPTSP Provinsi dan Kabupaten/ realisasi investasi nasional pada tahun 2019
Kota. Dari potensi minat/komitmen investasi masing (Rp792,0 Triliun). Adapun target dan realisasi
-masing daerah maka ditetapkan target nilai investasi per provinsi tersebut dapat dilihat pada
realisasi investasi untuk tahun 2019 pada setiap Tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4 Target dan Realisasi PMA dan PMDN Investasi Per Provinsi Tahun 2019

Target Realisasi (Rp triliun)


No. Provinsi Persentase Kategori
(Rp triliun) PMA PMDN Total

1 Aceh 3,7 2,1 3,6 5,7 152,5 Sangat Baik

2 Bali 13,9 6,4 7,4 13,8 99,2 Baik

3 Banten 70,3 28,0 20,7 48,7 69,3 Cukup

4 Bengkulu 7,4 2,2 5,5 7,6 102,6 Sangat Baik

5 Daerah Istimewa Yogyakarta 4,5 0,2 6,3 6,5 144,9 Sangat Baik

6 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 93,7 61,9 62,1 123,9 132,2 Sangat Baik

7 Gorontalo 3,4 2,6 0,8 3,4 99,6 Baik

8 Jambi 6,6 0,8 4,4 5,3 80,3 Baik

9 Jawa Barat 113,5 88,2 49,3 137,5 121,2 Sangat Baik

10 Jawa Tengah 44,2 40,9 18,7 59,5 134,6 Sangat Baik

11 Jawa Timur 56,7 13,0 45,5 58,5 103,0 Sangat Baik

12 Kalimantan Barat 31,9 8,0 7,7 15,7 49,2 Buruk

13 Kalimantan Selatan 23,6 5,6 10,1 15,7 66,4 Cukup

14 Kalimantan Tengah 25,7 4,3 8,6 12,8 49,9 Buruk

15 Kalimantan Timur 33,8 12,9 22,0 34,9 103,0 Sangat Baik

16 Kalimantan Utara 8,5 1,2 4,4 5,6 66,2 Cukup

17 Kepulauan Bangka Belitung 6,4 1,3 2,9 4,3 66,8 Cukup

18 Kepulauan Riau 18,6 20,5 5,7 26,1 140,5 Sangat Baik

19 Lampung 5,6 2,3 2,4 4,8 85,4 Baik

20 Maluku 7,0 0,5 0,3 0,8 11,1 Buruk

21 Maluku Utara 9,2 15,1 0,7 15,8 171,9 Sangat Baik

22 Nusa Tenggara Barat 13,0 4,1 3,5 7,6 58,3 Kurang

23 Nusa Tenggara Timur 6,6 1,9 3,8 5,7 86,2 Baik

24 Papua 14,1 14,1 0,6 14,7 104,2 Sangat Baik

25 Papua Barat 6,2 0,7 0,4 1,1 17,4 Buruk

26 Riau 22,4 15,5 26,3 41,8 186,6 Sangat Baik

27 Sulawesi Barat 7,6 0,2 1,2 1,3 17,6 Buruk

28 Sulawesi Selatan 18,4 4,5 5,7 10,2 55,5 Kurang

29 Sulawesi Tengah 18,7 27,1 4,4 31,5 168,6 Sangat Baik

30 Sulawesi Tenggara 14,2 14,8 3,8 18,6 131,4 Sangat Baik

31 Sulawesi Utara 10,7 3,3 8,3 11,6 108,5 Sangat Baik

32 Sumatera Barat 10,5 2,4 3,0 5,4 51,4 Kurang

33 Sumatera Selatan 29,8 11,1 16,9 28,0 93,7 Baik

34 Sumatera Utara 31,6 5,7 19,8 25,4 80,5 Baik

Total 792 423,1 386,5 809,6 102,2 Sangat Baik

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 43


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Berdasarkan Tabel 3.4, terdapat beberapa Provinsi


yang tidak mencapai target realisasi investasi dan
berada pada kategori Buruk. Seperti yang terlihat pada
Tabel 3.4, capaian realisasi investasi beberapa provinsi
di Jawa yang sudah tergolong sangat baik telah
memberi kontribusi terhadap realisasi investasi 2019,
namun prestasi ini tidak dapat diikuti oleh beberapa
provinsi lain yang masih memerlukan peningkatan.
Sehingga untuk mencapai rasio investasi di luar Jawa
yang lebih baik, serta memenuhi target realisasi
investasi 2019, diperlukan fokus yang lebih terhadap
faktor-faktor pendukung investasi di luar Jawa, seperti
penambahan infrastruktur, sarana dan prasarana,
pemetaan dan pemasaran potensi yang lebih baik,
sosialisasi terhadap perubahan atas ketentuan
penanaman modal serta peningkatan kualitas sumber
daya manusia DPMPTSP Provinsi/Kabupaten/Kota.

Realisasi investasi berdasarkan wilayah pada periode


Januari sampai dengan Desember 2019 adalah sebagai
berikut:

1) Wilayah Sumatera dengan realisasi investasi


sebesar Rp154,3 triliun (19,0%), terdiri dari PMDN
sebesar Rp90,5 triliun dan PMA sebesar US$4,3
miliar.

2) Wilayah Jawa dengan realisasi investasi sebesar


Rp434,6 triliun (53,7%), terdiri dari PMDN sebesar
Rp202,5 triliun dan PMA sebesar US$15,5 miliar.

3) Wilayah Kalimantan dengan realisasi investasi


sebesar Rp84,7 triliun (10,5%), terdiri dari PMDN
sebesar Rp52,7 triliun dan PMA sebesar US$2,1
miliar.

4) Wilayah Sulawesi dengan realisasi investasi sebesar


Rp76,7 triliun (9,5%), terdiri dari PMDN sebesar
Rp24,2 triliun dan PMA sebesar US$ 3,5 miliar.

5) Wilayah Bali dan Nusa Tenggara dengan realisasi


investasi sebesar Rp 27,0 triliun (3,3%), terdiri dari
PMDN sebesar Rp14,7 triliun dan PMA US$0,8
miliar.

6) Wilayah Maluku dan Papua dengan realisasi


investasi Rp32,3 triliun (4,0%), terdiri dari PMDN
sebesar Rp1,9 triliun dan PMA sebesar US$2,0
miliar.

Pemecahan permasalahan yang dilakukan dalam


mencapai kinerja nilai realisasi penanaman modal,
antara lain:

1) Meningkatkan frekuensi pemberitahuan kewajiban


LKPM bagi pelaku usaha setiap triwulan melalui
media cetak maupun email; dan

2) Meningkatkan koordinasi antara DPMPTSP Provinsi,


Kabupaten dan Kota untuk pemantauan perusahaan

44 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

-perusahaan yang telah mendapatkan perizinan


baru.

3.1.4 Fasilitasi Permasalahan terhadap


Proyek-Proyek Mangkrak
Setelah dilantik oleh Bapak Presiden RI sebagai Kepala
BKPM yang baru pada Bulan Oktober 2019, Kepala
BKPM menetapkan program kerja prioritas dalam
bentuk fasilitasi terhadap proyek-proyek penanaman
modal yang mangkrak. Proyek-proyek penanaman
modal yang mangkrak adalah rencana investasi oleh
perusahaan baik PMA maupun PMDN yang telah
diwujudkan dalam bentuk perizinan usaha, tetapi dalam
pelaksanaannya mengalami kondisi stagnan selama
bertahun-tahun dan belum ada pemecahannya. Hal ini
menjadi penting karena proyek-proyek yang mangkrak
tersebut seharusnya dapat berjalan sesuai rencana
sehingga bisa memberikan dampak positif bagi
perekonomian nasional. Nilai yang telah ditetapkan
untuk kegiatan fasilitasi permasalahan tersebut sebesar
Rp708 triliun, yang dimulai pada bulan Oktober 2019
sampai bulan Juni tahun 2020. Nilai Rp708 triliun
tersebut telah menjadi salah satu Key Performance
Indicator (KPI) Kepala BKPM kepada Presiden RI.

Adapun capaian kegiatan fasilitasi permasalahan


terhadap proyek-proyek mangkrak yang telah selesai
dilaksanakan sampai pada tanggal 31 Desember 2020
sebesar Rp163,9 triliun (23,2%). Nilai tersebut terdiri
atas 6 (enam) proyek penanaman modal yang bergerak
di bidang usaha pembangkit tenaga listrik, industri
kimia, industri logam dasar, industri kendaraan
bermotor dan perkebunan, yang lokasi usahanya
tersebar di seluruh Indonesia.

3.1.5 Penjelasan Capaian Realisasi Investasi


Tahun 2019
Dari capaian realisasi investasi tahun 2019 dapat
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1) Kumulatif realisasi investasi periode Januari sampai


dengan Desember sebesar Rp809,6 triliun, terdiri
dari realisasi PMDN sebesar Rp386,5 triliun dan
realisasi PMA sebesar Rp423,1 triliun.

a) Realisasi PMDN berdasarkan sektor usaha (5


besar) adalah: Sektor Transportasi, Gudang dan
Telekomunikasi (Rp68,1 triliun); Sektor
Konstruksi (Rp55,1 triliun); Sektor Tanaman
Pangan, Perkebunan, dan Peternakan (Rp43,6
triliun); Sektor Listrik, Gas dan Air (Rp37,2
triliun); dan Sektor Industri Makanan (Rp36.6

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 45


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

triliun).

b) Realisasi PMDN berdasarkan lokasi proyek (5


besar) adalah: Provinsi DKI Jakarta (Rp62,1
triliun); Provinsi Jawa Barat (Rp49,3 triliun);

(US$4,1 miliar); Provinsi Jawa Tengah


(US$2,7 miliar); Provinsi Banten (US$1,9
miliar); dan Provinsi Sulawesi Tengah
(US$1,8 miliar).

e) Realisasi PMA berdasarkan asal negara


(5 besar) adalah: Singapura (US$6,5
miliar), R.R Tiongkok (US$4,7 miliar);
Provinsi Jawa Timur (Rp45,5 triliun);
Provinsi Riau (Rp26,3 triliun); dan Provinsi
Kalimantan Timur (Rp22,0 triliun).

c) Realisasi PMA berdasarkan sektor usaha


(5 besar) adalah: Sektor Listrik, Gas dan Air
(US$5,9 miliar); Sektor Transportasi,

Jepang (US$4,3 miliar); Hongkong, RRT


(US$2,9 miliar); dan Belanda (US$2,6
miliar).

2) Sebaran lokasi proyek pada Tahun 2019


realisasi investasi di Pulau Jawa sebesar
Gudang dan Telekomunikasi (US$4,7
Rp434,6 triliun dan realisasi investasi di luar
miliar); Sektor Industri Logam Dasar,
Jawa sebesar Rp375,0 triliun. Apabila
Barang Logam, Bukan Mesin dan
dibandingkan dengan periode yang sama di
Peralatannya (US$3,6 miliar); Sektor
tahun 2018, maka terjadi peningkatan realisasi
Perumahan, Kawasan Industri dan
investasi di Jawa sebesar 7,2% dan di luar Jawa
Perkantoran (US$2,9 miliar); dan Sektor
sebesar 18,7%.
Pertambangan (US$2,3 miliar). Apabila
seluruh sektor industri digabung maka dapat
dilihat bahwa sektor industri memberikan
konstribusi terhadap realisasi investasi
sebesar US$9,6 miliar atau 33,9% dari total
PMA.

d) Sedangkan Realisasi PMA berdasarkan lokasi


proyek (5 besar) adalah: Provinsi Jawa
Barat (US$5,9 miliar), Provinsi DKI Jakarta

46 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Sasaran Strategis 2:
Meningkatnya Kualitas Pelayanan Penanaman Modal Yang Prima dan Responsif

Capaian kinerja Sasaran Strategis 2 “meningkatnya perlu ditingkatkan;


kualitas pelayanan penanaman modal yang prima
2) Mengukur secara berkala tingkat kepuasan
dan responsif melalui PTSP Pusat” diukur melalui
pengguna layanan pada penyelenggaraan
survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap
pelayanan yang telah dilaksanakan oleh semua
stakeholders (pengguna layanan) di BKPM pada
unit layanan publik di badan koordinasi
bulan Juni 2019 untuk periode Semester I dan
penanaman modal;
pada bulan Desember Tahun 2019 untuk periode
Semester II. Survei tersebut disebarkan kepada 3) Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu
100 responden kemudian dianalisis dan diambil diambil dan langkah perbaikan pelayanan;
kesimpulan dengan menggunakan Method of
4) Menganalisis keterkaitan antara kinerja unsur-
Successive Interval (MSI).
unsur layanan dan tingkat kepuasan pengguna
Survei tersebut dilaksanakan mengacu pada layanan (stakeholders) Badan Koordinasi
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Penanaman Modal;
dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2017
5) Sebagai umpan balik dalam memperbaiki
tentang Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan
layanan sehingga masyarakat dapat terlibat
Masyarakat Unit Penyelenggara Pelayanan Publik.
secara aktif dalam mengawasi pelaksanaan
Tujuan pelaksanaan Survei Indeks Kepuasan penyelenggaraan pelayanan publik.
Masyarakat (IKM) Badan Koordinasi Penanaman
Berdasarkan penilaian terhadap survei IKM yang
Modal adalah:
telah dilaksanakan pada Semester I dan II Tahun
1) Mengidentifikasi kelemahan atau kekuatan dari 2019 diperoleh hasil Nilai Rata-Rata (NRR) dan
masing-masing unit penyelenggara pelayanan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) tahun 2019
publik dan menganalisis unsur layanan apa yang sebagai berikut.
sudah dilaksanakan dan faktor layanan apa yang

Tabel 3.5 Nilai Rata-Rata (NRR) dan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

NRR 2019
No. Ruang Lingkup (Unsur) Pelayanan
Semester I Semester II Semester III

1 Persyaratan Pelayanan 3,210 3,204 3,207

2 Prosedur Pelayanan 3,180 3,136 3,158

3 Waktu Pelayanan 2,820 2,780 2,800

4 Biaya/Tarif Pelayanan 4,000 4,000 4,000

5 Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan 3,340 3,358 3,349

6 Kompetensi Pelaksana 3,130 3,177 3,154

7 Perilaku Pelaksana 3,330 3,424 3,377

8 Maklumat Pelayanan 3,310 3,312 3,311

9 Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan 3,310 3,108 3,209

Nilai Rata-rata (NRR) IKM Tertimbang 3,260 3,272 3,270

IKM Unit Pelayanan 81,27 81,81 81,54

Sumber: Laporan Kinerja Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Tahun 2019

Berdasarkan Tabel 3.5 diatas, dapat dijelaskan hasil (setara 3,26 dari skala 4) dan pada periode
survei IKM Tahun 2019 sebagai berikut: Desember 2019 adalah sebesar 81,81 (setara
3,27 dari skala 4). Nilai IKM tersebut masuk
1) Adanya peningkatan nilai hasil survei dari
dalam kategori penilaian “Baik” (76,61 –
Semester I ke Semester II, dimana capaian IKM
88,30).
pada periode Juli 2019 adalah sebesar 81,27

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 47


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

2) Ruang lingkup (unsur) Pelayanan yang selama 24 jam dan pengguna layanan
mendapat Nilai Rata-Rata (NRR) tertinggi konsultasi dapat memilih tanggal konsultasi
adalah biaya/tarif pelayanan dengan indeks sesuai dengan tanggal yang diinginkan selama
Semester I adalah 4.000 dan Semester II kuota antrian pada tanggal tersebut masih
sebesar 4.000. Hal ini dikarenakan layanan tersedia.
berbantuan perizinan berusaha yang
Dengan demikian, dari penjabaran nilai IKM
diselenggarakan oleh BKPM tidak berbayar.
tertimbang per semester Tahun 2019 diperoleh data
3) Ruang lingkup (unsur) Pelayanan yang Capaian Kinerja Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
mendapat Nilai Rata-Rata (NRR) terendah atas Pelayanan Penanaman Modal pada PTSP Pusat
adalah waktu pelayanan dengan indeks di BKPM pada tahun 2019 sebesar 3,27 dari skala 4.
Semester I adalah 2.820 dan Semester II Persentase nilai capaian kinerja tersebut apabila
sebesar 2.780. Pada tahun 2019, BKPM dibandingkan dengan target kinerja sebesar 3,25
mengembangkan sistem OSS versi 1.1 dan pada dari skala 4 maka akan diperoleh hasil sebesar
saat migrasi data ke OSS versi 1.1 berakibat 100,6% atau masuk ke dalam kategori kinerja
pada lamanya akses dalam sistem OSS. Hal ini “Sangat Baik” sesuai dengan klasifikasi kategori
mempengaruhi waktu layanan meskipun sudah Surat Keputusan Sekretaris Utama Nomor 40 Tahun
ditetapkan setiap orang dilayani maksimal 20 2016 tentang Pengelolaan Kinerja di Badan
menit. Guna mengantisipasi hal ini, BKPM Koordinasi Penanaman Modal. Hal ini tergambar
menerapkan sistem kuota antrian yang dibuka pada Tabel 3.6 sebagai berikut.

Tabel 3.6 Capaian Kinerja “Meningkatnya Kualitas Pelayanan Penanaman Modal yang Prima dan Responsif melalui PTSP Pusat”

Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja Kategori

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas


Indeks
pelayanan penanaman modal pada PTSP 3,25 dari skala 4 3,27 dari skala 4 100,6% Sangat Baik
(dari skala 4)
Pusat di BKPM

Sumber: Laporan Kinerja Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Tahun 2019

Persandingan Nilai Rata-Rata (NRR) IKM dilaksanakan pada periode Tahun 2015-2019 dapat
Tertimbang berdasarkan hasil survei yang telah dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.7 Nilai Rata-Rata (NRR) dan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

NRR 2015 NRR 2016 NRR 2017 NRR 2018 NRR 2019
No. Ruang Lingkup (Unsur) Pelayanan
(Skala 4) (Skala 4) (Skala 4) (Skala 4) (Skala 4)

1 Persyaratan Pelayanan 3,053 3,095 3,078 2,940 3,207

2 Prosedur Pelayanan 2,860 2,905 2,888 2,639 3,158

3 Waktu Pelayanan 2,827 2,871 2,721 2,464 2,800

4 Biaya/Tarif Pelayanan 3,913 3,960 3,950 3,944 4,000

5 Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan 3,020 3,084 3,090 2,858 3,349

6 Kompetensi Pelaksana 3,073 3,046 3,064 2,886 3,154

7 Perilaku Pelaksana 3,298 3,275 3,283 3,202 3,377

8 Maklumat Pelayanan 2,967 2,980 3,101 2,784 3,311

9 Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan 2,940 2,884 2,955 2,534 3,209

Nilai Rata-rata (NRR) IKM Tertimbang 3,088 3,095 3,102 2,909 3,270

Setara ({NRR: 4} x 100) 77,19 77,38 77,56 72,72 81,54

Sumber: Laporan Kinerja Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Tahun 2019

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada Tahun keseluruhan penilaian masyarakat terhadap ruang
2019 mengalami peningkatan yang cukup signifikan lingkup pelayanan penanaman modal PTSP Pusat di
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Secara BKPM pada umumnya sudah baik dan masyarakat

48 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

sudah merasa puas dengan unsur-unsur pada ruang Pemerintah (SPIP) BKPM
lingkup (unsur) pelayanan, meskipun terdapat 1
Capaian maturitas SPIP BKPM Tahun 2019 telah
(satu) ruang lingkup (unsur pelayanan) yang masuk
mencapai level 3 (Terdefinisi) dengan nilai
ke dalam kategori “Kurang Baik”, yaitu unsur Waktu
3,1649 (dari skala 5 tingkat maturitas SPIP),
Pelayanan. Hal ini disebabkan oleh adanya masa
sesuai laporan BPKP Nomor LQA-124/
transisi peralihan sistem Online Single Submission
D101/2/2017 tanggal 20 Desember 2017
(OSS) dari Kementerian Koordinator Bidang
tentang Laporan Penjaminan Kualitas atas
Perekonomian kepada Badan Koordinasi Penanaman
Penilaian Tingkat Maturitas Penyelenggaraan
Modal. Oleh karena itu, BKPM akan melakukan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
perbaikan untuk meningkatkan pelayanan
pada BKPM Tahun 2017. Capaian tersebut telah
percepatan kemudahan berusaha, terutama untuk
melampaui target waktu pencapaian secara
mendukung pelaksanaan Peraturan Presiden
nasional sebagaimana amanah langsung
Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan
Presiden terhadap K/L bahwa minimal sebanyak
Pelaksanaan Berusaha dan Peraturan Pemerintah
85% K/L mencapai level 3 pada Tahun 2019.
Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. BKPM 3) Pengembangan Sistem OSS
mengembangkan sistem OSS versi 1.1 dan pada
Perizinan Berusaha Terintegrasi secara
saat migrasi data ke OSS versi 1.1 berakibat pada
Elektronik atau yang biasa disebut OSS adalah
lamanya akses dalam sistem OSS. Hal ini
sistem perizinan berusaha yang diterbitkan atas
mempengaruhi waktu layanan meskipun sudah
nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur,
ditetapkan setiap orang dilayani maksimal 20 menit.
atau bupati/walikota kepada pelaku usaha oleh
Selain itu, dilakukan upaya perbaikan untuk BKPM melalui sistem elektronik yang terintegrasi
menunjang peningkatan pelayanan antara lain: sebagaimana tercantum dalam Peraturan
Presiden Nomor 24 Tahun 2018 tentang
1) Re-sertifikasi dan upgrading ISO dari SNI ISO
Pelayanan Perizinan Berusaha Secara Elektronik.
9001:2008 menjadi SNI ISO 9001:2015
Melalui OSS, seluruh data perizinan dan
Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal pemenuhan persyaratan berusaha pada
yang meliputi Direktorat Pelayanan Aplikasi, kementerian/lembaga (K/L) dan pemerintah
Pelayanan Fasilitas, Pelayanan Perizinan, serta daerah (pemda) berada di satu sistem perizinan
Pelayanan Prioritas, pada tahun 2017 telah berusaha yang terintegrasi secara elektronik,
memperoleh resertifikasi dan upgrading dari SNI sehingga pelaku usaha/investor hanya perlu
ISO 9001:2008 menjadi SNI ISO 9001:2015 mengajukan permohonannya kepada PTSP
“Quality Management Systems Requirements” Pusat dan PTSP daerah melalui portal OSS.
dari Sucofindo International Certification Tujuan utama diimplementasikannya OSS
Services dengan masa berlaku dari tanggal 5 adalah untuk percepatan dan peningkatan
Desember 2017 sampai dengan tanggal 4 penanaman modal guna meningkatkan
Desember 2020. Pada Tahun 2019, telah pertumbuhan ekonomi sehingga dapat
dilaksanakan surveillance yang kedua pada menambah daya saing nasional.
tanggal 4-5 November 2019. Surveillance ini
Tahun 2019 menjadi awal diberlakukannya OSS
dilakukan dalam rangka mempertahankan
di BKPM. Pengembangan sistem OSS menjadi
standar SNI ISO 9001:2015 di Kedeputian
salah satu agenda utama BKPM pada tahun
Bidang Pelayanan Penanaman Modal.
2019. Pengembangan aplikasi OSS Tahun 2019
Pelatihan Sumber Daya Manusia kepada petugas mencakup melaksanakan pengembangan
yang terlibat langsung dalam pelayanan publik sistem aplikasi OSS, melaksanakan pengadaan
seperti mengikuti Diklat Sistem Online Single lisensi, melaksanakan pengadaan infrastruktur,
Submission (OSS) dan Diklat PTSP, mengadakan serta melaksanakan pengadaan pendukung
briefing/sharing knowledge secara berkala integrasi sistem.
antara lain tentang peningkatan pelayanan,
Aplikasi OSS sendiri sebelumnya dikembangkan
peraturan terbaru dari K/L terkait dan
oleh Kementerian Koordinator (Kemenko)
pemecahan masalah yang dihadapi serta untuk
Bidang Perekenomian, kemudian pada tahun
meningkatkan kualitas mutu pelayanan yang
2019 dikembangkan oleh BKPM dengan tetap
berkesinambungan (continous improvement).
mendapat dukungan dari Kemenko Bidang
2) Tingkat Maturitas Sistem Pengendalian Intern Perekenomian. Pengembangan aplikasi OSS

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 49


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

meliputi analisis dan perancangan aplikasi OSS OSS yang dikembangkan oleh Kementerian
dengan memperhatikan kebutuhan seluruh Koordinator Bidang Perekonomian dikenal
pemangku kepentingan termasuk dari sudut dengan OSS versi 1.0, sedangan OSS yang
pandang pelaku usaha maupun petugas dikembangkan oleh BKPM dikenal dengan
pemroses perizinan sampai dengan sebutan OSS versi 1.1. Beberapa
mengoperasikan layanan aplikasi OSS untuk pengembangan OSS dari versi 1.0 menjadi 1.1
menjamin ketersediaan layanan yang berjalan. ditampilkan dalam Tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8 Perbedaan OSS 1.0 dengan OSS 1.1

No. Proses OSS Versi 1.0 OSS Versi 1.1

1 Registrasi Akun Kurang informatif, karena Pelaku Usaha Lebih informatif dengan menampilkan
menentukan sendiri jenis Pelaku Usaha penjelasan mengenai definisi jenis Pelaku
tanpa ada penjelasan Usaha

2 Tahapan Perizinan Berusaha Tahapan dalam satu siklus digabung Tahapan terpisah sesuai output, sehingga
lebih user friendly

3 Format Isian Data Legalitas Hanya berdasarkan data legalitas PT Sudah disiapkan format isian data legalitas
berdasarkan jenis badan usaha (CV, Firma,
dll) dan badan hukum (PT, Yayasan dan
Koperasi)

4 Kegiatan Utama dan Kegiatan Penunjang Belum dapat dibedakan antara kegiatan Sistem sudah didesain untuk membedakan
utama dan kegiatan penunjang kegiatan utama dan kegiatan penunjang

5 Izin Lokasi Hanya dapat mengakomodir Izin Lokasi Sudah didesain untuk penerbitan Izin Lokasi
Daratan Daratan, Perairan dan Kawasan Hutan

6 Izin Usaha Status Efektif/Belum Efektif Tidak tertulis status efektif/belum efektif,
namun terdapat list persyaratan/izin
prasarana yang belum terpenuhi dalam Izin
Usaha tersebut, Akan dilengkapi dengan
lampiran yang berisi informasi list sarana
dan prasarana yang harus dipenuhi dan
akan dilakukan update secara otomatis
ketika sudah dipenuhi.

7 Izin Operasional / Komersial (IOK) Hanya List Komitmen List komitmen dan dilengkapi dengan cover
letter OSS yang menjelaskan bahwa
komitmen telah dipenuhi

8 Validasi NIK, Akta AHU, NPWP (Perusahaan, Sama dengan V1.0 ditambahkan dengan
Pemegang Saham, NPWP Suami), RDTR, KBLI terintegrasi, validasi KEK, validasi
DNI, KBLI, Tax Holiday terkait akta perusahaan

9 Perwakilan KP3A, BUJKA, STPW Luar Negeri Sama seperti V1.0 ditambah dengan KPPA
(Waralaba)

10 Pencabutan Izin Pencabutan Berdasarkan Likuidasi Pencabutan Berdasarkan Likuidasi dan Non
(mencabut entity) Likuidasi (mencabut izin usaha / proyek)

11 Total Investasi Berdasarkan KBLI 2 digit Berdasarkan KBLI 5 digit

12 Kantor Cabang Belum terdapat fitur untuk Sudah terdapat fitur untuk mengakomodir
mengakomodir kantor cabang kantor cabang

13 LKPM Belum SSO dengan LKPM Sudah SSO dengan LKPM

Sumber: Laporan Kinerja Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Tahun 2019

Pengembangan OSS dari versi 1.0 ke 1.1 Antusiasme penanam modal terhadap OSS
diharapkan dapat lebih memudahkan para cukup besar. Terbukti dari jumlah pengguna
investor dalam mengajukan perizinan dan OSS yang sangat besar. Selama tahun 2019,
nonperizinan sehingga memberi kenyamanan yang melakukan registrasi di OSS sebanyak
berinvestasi di Indonesia, serta dapat 731.481 orang/penanam modal. Berikut
membantu pemangku kepentingan dalam ditampilkan data jumlah penggunaan OSS
menganalisis data OSS. selama tahun 2019.

50 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Tabel 3.9 Statistik OSS tahun 2019

No. Aktivitas Jumlah

1 Registrasi 731.481

2 Aktivasi akun 690.472

3 NIB 734.124

4 Izin Usaha 908.657

5 Izin Komersial/Operasional 229.826

Sumber: Laporan Kinerja Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Tahun 2019

4) Jumlah Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi D. Namun demikian, dari target tersebut, sejak
Secara Elektronik yang Terstandarisasi April sampai dengan Desember 2019 tercapai
pengintegrasian OSS dengan 34 sistem K/L/D
BKPM menargetkan integrasi sistem Online
dengan rincian sebagai berikut.
Single Submission (OSS) dengan 56 sistem K/L/

Tabel 3.10 Daftar Sistem K/L/D Yang Terintegrasi Dengan OSS

No. Sistem Pendukung K/L/D No. Sistem Pendukung K/L/D

1 Dukcapil Kementerian Dalam Negeri 18 SIINAS Kementerian Perindustrian

Kementerian Energi dan


2 AHU Online 19 Sistem ESDM
Sumber Daya Mineral

3 Akta Badan Usaha (SABU) Kemenkumham 20 Sistem Kemenhub Kementerian Perhubungan

Kementerian Pendidikan dan


4 SIMKIM 21 Webform OSS
Kebudayaan

5 KSWP 22 Sistem Kemenkes Kementerian Kesehatan


Kementerian Keuangan
6 INSW 23 Webform OSS Kementerian Agama

Kementerian Kelautan dan


7 Sistem RDTR 24 Sistem KKP
Kementerian ATR/BPN Perikanan

8 Sistem Pertek 25 Webform OSS Kementerian Pariwisata

Kementerian Koperasi dan


9 SIMBG Kementerian PUPR 26 Webform OSS
Usaha Kecil Menengah

Kementerian Kementerian
10 WLKP 27 Sistem Kominfo
Komunikasi dan Informatika

Sistem Binmas Online System Kepolisian Republik


11 RPTKA Kementerian Tenaga Kerja 28
(BOS) Indonesia

Badan Pengawas Obat dan


12 Webform OSS 29 Sistem BPOM
Makanan

Badan Koordinasi
13 Sistem BPJS Kesehatan BPJS Kesehatan 30 SPIPISE
Penanaman Modal

Badan Pengawas Tenaga


14 Sistem BPJS Ketenagakerjaan BPJS Ketenagkerjaan 31 Sistem Bapeten
Nuklir

15 Izin Lingkungan (Webform OSS) Kementerian Lingkungan 32 Sistem Kemendag Kementerian Perdagangan
Hidup dan Kehutanan / Izin Lokasi Darat (Webform
16 Sistem Hub KLHK PTSP 33 PTSP
OSS)

17 Sistem Kementan Kementerian Pertanian 34 Jakevo Pemprov DKI Jakarta

Sumber: Laporan Kinerja Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Tahun 2019

Kendala yang dihadapi dalam pengintegrasian OSS mendapatkan surat edaran dari Menteri
sistem adalah pemerintah daerah dalam hal ini Dalam Negeri untuk menggunakan aplikasi
DPMPTSP yang semula sistem perizinannya siCANTIK Cloud bagi seluruh daerah di
akan diintegrasikan secara langsung dengan Indonesia.

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 51


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

5) Penerbitan Peraturan BKPM dikeluarkan hubungannya dengan dunia usaha


ditujukan untuk mempercepat realisasi
Penerbitan peraturan pada 2019 mempengaruhi
investasi. Upaya BKPM dalam mencapai target
baik pelaksanaan tugas BKPM secara internal,
realisasi investasi melalui penerbitan Peraturan
maupun kepada para stakeholder terutama di
BKPM dapat dilihat pada tabel berikut ini.
kalangan bisnis. Peraturan-peraturan yang

Tabel 3.11 Peraturan BKPM Terkait Percepatan Investasi

No. Kategori Nomor Tentang

Pelimpahan dan Pedoman Penyelenggaraan Dekonsentrasi Bidang Pengendalian Pelaksanaan


1 Peraturan BKPM 9 Tahun 2019
Penanaman Modal Tahun Anggaran 2020

Perubahan Kedua atas Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 1 Tahun 2019
tentang Rincian Bidang Usaha dan Jenis Produksi Industri Pionir yang dapat diberikan Fasilitas
2 Peraturan BKPM 8 Tahun 2019
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan serta Pedoman dan Tata Cara Pemberian Fasilitas
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan

Tata Cara Penunjukan Pelaksana Tugas dan Pelaksana Harian di Lingkungan Badan Koordinasi
3 Peraturan BKPM 7 Tahun 2019
Penanaman Modal

Perubahan atas Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 1 Tahun 2019 tentang
Rincian Bidang Usaha dan Jenis Produksi Industri Pionir yang dapat diberikan Fasilitas
4 Peraturan BKPM 6 Tahun 2019
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan serta Pedoman dan Tata Cara Pemberian Fasilitas
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan

Perubahan atas Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 6 Tahun 2018 tentang
5 Peraturan BKPM 5 Tahun 2019
Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas Penanaman Modal

Perubahan Kedua atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik
6 Peraturan BKPM 4 Tahun 2019 Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal
Tahun 2015-2019

7 Peraturan BKPM 3 Tahun 2019 Pedoman Tata Cara Promosi Penanaman Modal

8 Peraturan BKPM 2 Tahun 2019 Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal

Rincian Bidang Usaha dan Jenis Produksi Industri Pionir yang dapat diberikan Fasilitas
9 Peraturan BKPM 1 Tahun 2019 Pengurangan Pajak Penghasilan Badan serta Pedoman dan Tata Cara Pemberian Fasilitas
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
Sumber: Laporan Kinerja Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Tahun 2019

52 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

3.2 Capaian Nilai Kinerja Organisasi Pengukuran capaian kinerja BKPM tahun 2019
dilakukan dengan cara membandingkan antara
(NKO) BKPM Tahun 2019
target (rencana) dan realisasi Indikator Kinerja
Dalam rangka melakukan penilaian kinerja Utama (IKU) pada masing-masing perspektif. Dari
organisasi yang dicapai selama tahun 2019, Badan hasil pengukuran kinerja tersebut, diperoleh data
Koordinasi Penanaman Modal menggunakan metode bahwa capaian Nilai Kinerja Organisasi (NKO) BKPM
Balanced Scorecard (BSC) yang mempunyai tahun 2019 adalah sebesar 102,48. Nilai tersebut
keunggulan kemudahan dan lebih realistis dalam berasal dari capaian kinerja pada masing-masing
melakukan penilaian tingkat capaian kinerja. perspektif sebagaimana pada tabel berikut ini.

Tabel 3.12 Nilai Kinerja Organisasi Berdasarkan Perspektif

Jumlah Nilai Sasaran Skor


Perspektif Bobot Sasaran NKO
IKU (%) (%)

Stakeholder 30% Meningkatnya realisasi penanaman modal 3 101,15 101,15 30,35

Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan


Customer 30% 1 100,62 100,62 30,19
responsif melalui PTSP Pusat

Meningkatnya iklim penanaman modal dalam rangka peningkatan daya


2 98,86
saing penanaman modal

Terwujudnya perencanaan penanaman modal dan penyusunan


rekomendasi kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif, dan implementatif 1 116,67
dalam rangka peningkatan daya saing Penanaman modal
Internal
20% Meningkatnya daya tarik penanaman modal Indonesia melalui promosi 107,39 21,48
Process
yang terpadu dan efektif bagi penanam modal dalam dan luar negeri 1 105,98
yang berpijak pada peningkatan daya saing penanaman modal

Meningkatnya kerjasama internasional untuk mendorong investasi dan


melindungi kepentingan nasional dalam rangka peningkatan daya saing 1 108,05
penanaman modal

Learning and
20% Meningkatnya akuntabilitas kelembagaan 2 100,00 100,00 20,00
Growth

Nilai Kinerja Organisasi (NKO) 102,48

Nilai kinerja BKPM tahun 2019 mengalami perubahan ini yang secara tidak langsung
peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada berpengaruh terhadap nilai kinerja BKPM. Selama
tahun 2019, terdapat beberapa penajaman IKU tahun 2019, dari 11 IKU BKPM terdapat 10 IKU
melalui reformulasi IKU dan penetapan target yang berstatus hijau tua (kategori “Sangat Baik”) dan 1
lebih challenging. Selain itu, terdapat beberapa IKU IKU berstatus hijau muda (kategori “Baik”).
baru yang dirumuskan untuk lebih mendukung Perkembangan NKO BKPM tahun 2015-2019 dapat
pencapaian Sasaran Strategis. Perubahan- dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 3.4 Perkembangan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) BKPM Tahun 2015-2019

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 53


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Nilai Kinerja Organisasi (NKO) merupakan terukur keseluruhan. NKO selama 5 (lima) tahun
gambaran nilai kinerja suatu organisasi secara dari tahun 2015-2018 adalah sebagai berikut.

Tabel 3.13 Capaian Kinerja “Meningkatnya Realisasi Penanaman Modal”

Tahun Δ
No. Perspektif 2018-2019
2015 2016 2017 2018 2019

1 Stakeholder 30,24 29,83 28,92 27,91 30,35 8,74

2 Customer 32,97 33,84 29,87 30,45 30,19 -0,85

3 Internal Process 21,62 24,00 22,67 19,05 21,48 12,76

4 Learning and Growth 22,36 21,52 20,36 20,38 20,00 -1,87

NKO 107,18 109,19 101,82 97,79 102,48 4,80

Realisasi Nilai Kinerja Organisasi (NKO) BKPM tahun modal sektor prioritas yang dimanfaatkan oleh
2019 sebesar 102,48 yang merupakan penjumlahan stakeholder, jumlah rencana investasi, dan
dari pencapaian empat perspektif dengan capaian persentase kesepakatan / perjanjian / perundingan
nilai masing-masing yaitu stakeholder perspective kerjasama penanaman modal yang telah
sebesar 30,35, customer perspective sebesar 30,19, diimplementasikan.
internal process perspective sebesar 21,48 dan
learning and growth perspective sebesar 20,00.
Capaian NKO tahun 2019 mengalami kenaikan 3.2.1 Peta Strategi Badan Koordinasi
sebesar 4,80% jika dibandingkan capaian NKO pada Penanaman Modal
tahun 2018. Hal ini disebabkan oleh beberapa
indikator kinerja utama yang realisasinya Gambaran peta strategi dalam upaya mencapai Visi
melampaui target yaitu pada stakeholder BKPM 2015-2019 dapat dilihat pada Gambar 3.x
perspective dan internal process perspective. berikut ini. Peta Strategi dilakukan melalui 4
Indikator kinerja pada stakeholder perspective yang (empat) perspektif penilaian dimulai dari
melampaui target adalah nilai realisasi penanaman stakeholder, costumer, internal process, dan
modal dan rasio realisasi PMDN, sedangkan pada learning and growth atas IKU BKPM Tahun 2019
internal process perspective indikator kinerja yang untuk mencapai target realisasi investasi. Peta
melampaui target yaitu: indeks kualitas iklim strategi Badan Koordinasi Penanaman Modal
penanaman modal, jumlah peta potensi penanaman digambarkan dalam ilustrasi berikut ini.

Gambar 3.5 Peta Strategis BKPM Tahun 2019

54 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

3.2.2 Evaluasi dan Analisis Balanced customer (value chain). Perspektif ini ditetapkan
melalui 4 (empat) sasaran program sebagai
Scorecard
berikut:
Dalam rangka mencapai target investasi Tahun
a) Sasaran “Meningkatnya iklim penanaman
2019 senilai Rp792,3 triliun dilakukan melalui
modal dalam rangka peningkatan daya
Sasaran Kinerja, Indikator Kinerja Utama (IKU) dan
saing penanaman modal” diukur dengan
Kinerja Pendukung yang secara bersama-sama
dengan 2 (dua) IKU yaitu: indeks kualitas
berkontribusi terhadap tercapainya target investasi
iklim penanaman modal dan perbaikan
tersebut.
kemudahan memulai berusaha;
Berdasarkan peta strategi Badan Koordinasi
b) Sasaran “Terwujudnya perencanaan
Penanaman Modal Tahun 2019, capaian kinerja
penanaman modal dan penyusunan
tersebut dianalisis menggunakan empat perspektif
rekomendasi kebijakan yang terintegrasi,
balanced scorecard yang masing-masing diukur
kolaboratif, dan implementatif dalam
dengan bobot tertentu yaitu:
rangka peningkatan daya saing Penanaman
1) Stakeholder Perspective dengan bobot 30%, modal” yang diukur melalui 1 (satu) IKU
mencakup sasaran yang ingin diwujudkan yaitu jumlah peta potensi penanaman
organisasi untuk memenuhi harapan modal sektor prioritas yang dimanfaatkan
stakeholders (pemangku kepentingan) yang oleh stakeholder;
secara langsung atau tidak langsung baik
c) Sasaran “Meningkatnya daya tarik
swasta maupun pemerintah memiliki
penanaman modal Indonesia melalui
kepentingan atas output atau outcome dari
promosi yang terpadu dan efektif bagi
suatu organisasi. Perspektif ini ditetapkan
penanam modal dalam dan luar negeri
melalui sasaran strategis “Meningkatnya
yang berpijak pada peningkatan daya saing
realisasi penanaman modal” untuk mendorong
penanaman modal” yang diukur melalui 1
pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga
(satu) IKU, yaitu Jumlah rencana investasi;
kerja, dan mengurangi kesenjangan
pembangunan antar wilayah. Sasaran tersebut d) Sasaran “Meningkatnya kerjasama
diukur dengan 3 (tiga) IKU yaitu : internasional untuk mendorong investasi
dan melindungi kepentingan nasional dalam
a) Nilai realisasi penanaman modal
rangka peningkatan daya saing penanaman
b) Rasio realisasi penanaman modal di luar modal” yang diukur melalui 1 (satu) IKU,
Jawa yaitu presentase kesepakatan/perjanjian/
perundingan kerjasama penanaman modal
c) Rasio realisasi PMDN
yang telah diimplementasikan.
2) Customers Perspective dengan bobot 30%,
4) Learning and Growth Perspective dengan bobot
mencakup sasaran yang ingin diwujudkan
20%, mencakup sasaran yang berupa kondisi
organisasi untuk memenuhi harapan customers
ideal atas sumber daya internal organisasi yang
dan/atau harapan organisasi terhadap
ingin diwujudkan atau yang seharusnya dimiliki
customers. Customers (pengguna layanan)
oleh organisasi untuk menjalankan proses bisnis
merupakan pihak yang terkait dengan
guna menghasilkan output atau outcome
pelayanan suatu organisasi. Perspektif ini
organisasi yang sesuai dengan harapan
ditetapkan melalui sasaran strategis
customer dan stakeholder. Perspektif ini
“Meningkatnya Kualitas Pelayanan Penanaman
ditetapkan melalui sasaran program
Modal yang Prima dan Responsif melalui PTSP
“Meningkatnya akuntabilitas kelembagaan” dan
Pusat” dan diukur dengan 1 (satu) IKU yaitu
diukur yang diukur melalui 2 (dua) IKU, yaitu:
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas
Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan
pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat
Indeks Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
di BKPM.
(AKIP).
3) Internal Process Perspective dengan bobot 20%,
Tingkat keberhasilan capaian kinerja IKU Tahun
mencakup sasaran yang ingin diwujudkan
2019 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
melalui rangkaian proses yang dikelola
didukung oleh keberhasilan capaian kinerja unit
organisasi dalam memberikan layanan serta
kerja tingkat Eselon I sebagaimana tercantum
menciptakan nilai bagi stakeholder dan
dalam tabel berikut ini.

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 55


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Tabel 3.14 Capaian Indikator Kinerja Utama Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2019

% Rata-
No. Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi Kategori Skor
Capaian Rata

STAKEHOLDER PERSPECTIVE (30%)

1 Meningkatnya realisasi Nilai realisasi penanaman Rp792,0 Rp809,6 102,22 Sangat Baik 101,13 30,35
penanaman modal modal Triliun* Triliun

Rasio realisasi penanaman 57,00% 46,3% 81,23 Baik


modal di luar Jawa

Rasio realisasi PMDN 37,00% 47,70% 120,00 Sangat Baik

CUSTOMER PERSPECTIVE (30%)

2 Meningkatnya kualitas Indeks Kepuasan Masyarakat 3,25 dari 3,27 dari 100,62 Sangat Baik 100,62 30,19
pelayanan penanaman (IKM) atas pelayanan skala 4 skala 4
modal yang prima dan penanaman modal pada
responsif melalui PTSP Pusat PTSP Pusat di BKPM

INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE (20%)

3 Meningkatnya iklim Indeks kualitas iklim 3,5 dari skala 4,12 dari 117,71 Sangat Baik 109,68 21,94
penanaman modal dalam penanaman modal; 5 skala 5
rangka peningkatan daya
saing penanaman modal Perbaikan kemudahan Menuju Peringkat 73 100,00 Sangat Baik
memulai berusaha; peringkat 40

4 Terwujudnya perencanaan Jumlah peta potensi 12 peta 14 peta 116,67 Sangat Baik
penanaman modal dan penanaman modal sektor potensi potensi
penyusunan rekomendasi prioritas yang dimanfaatkan
kebijakan yang terintegrasi, oleh stakeholder
kolaboratif, dan
implementatif dalam rangka
peningkatan daya saing
penanaman modal

5 Meningkatnya daya tarik Jumlah rencana investasi Rp1.416,67 Rp. 1.501,38 105,98 Sangat Baik
penanaman modal Triliun Triliun
Indonesia melalui promosi
yang terpadu dan efektif
bagi penanam modal dalam
dan luar negeri yang
berpijak pada peningkatan
daya saing penanaman
modal

6 Meningkatnya kerjasama Persentase kesepakatan/ 87% dari 50 94% dari 50 108,05 Sangat Baik
internasional untuk perjanjian/perundingan kesepakatan/ kesepakatan/
mendorong investasi dan kerjasama penanaman perjanjian/ perjanjian/
melindungi kepentingan modal yang telah perundingan perundingan
nasional dalam rangka diimplementasikan.
peningkatan daya saing
penanaman modal

LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE (20%)

7 Meningkatnya akuntabilitas Opini Badan Pemeriksa WTP WTP 100,00 Sangat Baik 100,00 20,00
kelembagaan Keuangan (BPK);

Indeks Akuntabilitas Kinerja BB BB 100,00 Sangat Baik


Instansi Pemerintah (AKIP)

Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Sangat Baik 102,48

Keterangan: *) Target 2019 sesuai dengan surat Kepala BKPM No. 371/A.1/2018 tanggal 5 September 2018 perihal Revisi Target Investasi 2018-2019 kepada Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan

56 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Stakeholder Perspective

Berdasarkan Tabel 3.14, dari sisi Stakeholder Perspective, sasaran strategis “Meningkatnya Realisasi Penanaman
Modal” memperlihatkan capaian kinerja 101,13% (Sangat Baik). Peningkatan capaian kinerja ini didukung oleh 3
(tiga) Indikator Kinerja Utama, yaitu:

1) Nilai realisasi penanaman modal yang disampaikan oleh pelaku usaha pada
tahun 2019 (sebanyak 30.451 laporan dari
Perhitungan jumlah target investasi tahun
proyek PMDN dan 30.354 laporan dari
2019 mengalami perubahan dari target yang
proyek PMA), meningkat dibandingkan
telah ditetapkan dalam renstra BKPM tahun
tahun 2018 (sebanyak 10.815 laporan dari
2014-2019. Hal ini mempertimbangkan iklim
proyek PMDN dan 21.972 laporan dari
investasi pada kuartal ketiga tahun 2018
proyek PMA).
dimana kondisi perekonomian global yang
kurang kondusif dan prediksi perubahan c) Telah terjalin koordinasi yang lebih baik
kondisi politik dalam negeri pada tahun 2019 antara aparatur pengendalian di tingkat
yang dapat berpengaruh pada iklim kepastian pusat dengan aparatur pengendalian di
berusaha di Indonesia. Perubahan tersebut tingkat provinsi maupun kabupaten dan
telah dituangkan dalam surat Kepala BKPM kota dalam melakukan tugas dan fungsi
kepada Menteri Perencanaan Pembangunan pengendalian pelaksanaan penanaman
Nasional/ Kepala Bappenas dan Menteri modal. Hal ini terlihat pada output jumlah
Keuangan pada tanggal 5 September 2018, kegiatan pengawasan ke lokasi proyek
yang merevisi target realisasi investasi pada yang berada di seluruh pelosok
tahun 2019 dari Rp 850,0 triliun menjadi Rp. kabupaten, dimana pada setiap kegiatan
792,0 triliun (Tabel 3.15). pengawasan tersebut, aparatur BKPM
akan berkoordinasi dan melibatkan
Capaian realisasi penanaman modal tahun
aparatur instansi DPMPTSP Provinsi dan
2019 telah memenuhi target dikarenakan hal-
Kabupaten/Kota. Pada tahun 2019 ini
hal sebagai berikut:
telah dicapai kegiatan sebanyak 498
a) Kegiatan pemantauan telah dilaksanakan kegiatan, meningkat menjadi 130,4%
dengan baik, terlebih didukung dengan dibandingkan dengan capaian pada tahun
alokasi dana dekonsentrasi yang 2018 sebanyak 382 kegiatan.
memperluas jangkauan pemantauan
d) Semakin intensifnya pelaksanaan kegiatan
realisasi proyek di seluruh Indonesia. Hal
fasilitasi penyelesaian permasalahan yang
ini terlihat dari capaian realisasi
dihadapi oleh pelaku usaha dalam
pemantauan proyek yang dilimpahkan
merealisasikan penanaman modalnya. Hal
melalui Dekonsentrasi sebanyak 3.307
ini terlihat dari penambahan kegiatan
proyek dari 2.448 proyek yang telah
fasilitasi penyelesaian proyek-proyek
ditetapkan atau sebesar 135,1% dari
mangkrak yang telah terealisasi sampai
target pemantauan (meningkat dari
dengan Desember 2019 sebesar Rp 163,9
prosentase capaian tahun 2018 sebesar
triliun (23,2%) dari target Key
108,5%).
Performance Indicator Kepala BKPM
b) Sosialisasi tentang kewajiban pelaporan kepada Presiden, disamping capaian
LKPM online maupun tata cara pengisian jumlah kegiatan fasilitasi penyelesaian
LKPM online telah cukup efektif meski permasalahan pada tahun 2019 sebesar
tetap perlu ditingkat di masa mendatang. 159,3 % dari target.
Hal ini terlihat dari output kegiatan
Perkembangan “Nilai realisasi penanaman
sosialisasi tentang kewajiban pelaporan
modal” dari tahun 2015 sampai dengan 2019
LKPM online yaitu laporan LKPM online
dapat dilihat pada Gambar 3.16.

Tabel 3.15 Target dan Capaian Nilai Realisasi Penanaman Modal

Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori

Nilai realisasi penanaman modal Rp792,0 Triliun* 809,6 Triliun 102,22 Sangat Baik

Keterangan: *) Target 2019 sesuai dengan surat Kepala BKPM No. 371/A.1/2018 tanggal 5 September 2018 perihal Revisi Target Investasi 2018-2019 kepada Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 57


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Gambar 3.6 Perkembangan Nilai Realisasi Investasi Periode 2015 – 2019 (Rp triliun)

2) Rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa Renstra BKPM tahun 2014-2019 dari yang
awalnya sebesar 62% diubah menjadi 57%.
Perhitungan rasio penanaman modal di luar
Hal ini dengan mempertimbangkan capaian
Jawa pada tahun 2019 mengalami perubahan
rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa
dari target yang telah ditetapkan dalam
pada tahun 2018 hanya sebesar 43,8%.

Tabel 3.16 Target dan Capaian Rasio Realisasi Penanaman Modal di Luar Jawa

Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori

Nilai realisasi penanaman modal di luar Jawa 57,00% 46,3% 81,23 Baik

Capaian rasio realisasi penanaman modal terhadap kebijakan penanaman modal


tahun 2019 belum dapat memenuhi target maupun perubahan peraturan dari
dikarenakan hal-hal sebagai berikut: kementerian sektor, dan masa transisi
penerapan peraturan baru di tingkat
a) Masih banyaknya hambatan yang dihadapi
daerah yang ditetapkan oleh instansi di
oleh perusahaan penanaman modal dalam
tingkat pusat.
merealisasikan investasinya di luar Jawa,
baik dari segi kondisi geografis, sosio Perkembangan “Rasio realisasi penanaman
kultural masyarakat, perizinan maupun modal di luar Jawa” dari tahun 2015 sampai
infrastruktur pendukung. dengan 2019 dapat dilihat pada grafik di
bawah ini.
b) Kurangnya pemahaman aparatur daerah

Gambar 3.7 Perkembangan Rasio Penanaman Modal di Luar Jawa

58 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

3) Rasio Realisasi PMDN diubah menjadi 37,0%. Meskipun lebih rendah


dari yang telah ditargetkan, tetapi capaian
Perhitungan rasio realisasi PMDN pada tahun
rasio realisasi PMDN pada tahun 2019 yaitu
2019 mengalami perubahan dari target yang
sebesar 47,7% (jauh melebihi target yang
telah ditetapkan dalam Renstra BKPM tahun
telah ditetapkan).
2014-2019, dari yang awalnya sebesar 38,9%

Tabel 3.17 Target dan Capaian Rasio Realisasi PMDN

Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori

Rasio realisasi PMDN 37,00% 47,70% 126,5 Sangat Baik

Capaian rasio realisasi PMDN tahun 2019 dapat b) Meningkatnya kemudahan perizinan
memenuhi target dikarenakan hal-hal sebagai berusaha yang dilaksanakan melalui sistem
berikut: elektronik.

a) Realisasi PMDN didominasi oleh sektor Perkembangan “Rasio realisasi PMDN” dari
transportasi, komunikasi dan perumahan tahun 2015 sampai dengan 2019 dapat dilihat
yang masih didominasi oleh perusahaan- pada grafik berikut ini.
perusahaan dalam negeri.

Gambar 3.8 Perkembangan Rasio PMDN

Pada periode Januari–Desember tahun 2019, sebesar 17,6%. Hal ini melebihi target
realisasi investasi di Pulau Jawa sebesar Perjanjian Kinerja 2019 dimana rasio realisasi
Rp434,6 triliun (53,7%) dan realisasi investasi PMDN ditargetkan sebesar 37%. Meskipun PMA
di luar Jawa sebesar Rp375,0 triliun (46,3%). dan PMDN sama-sama berpengaruh terhadap
Pada periode Januari–Desember tahun 2019, pertumbuhan ekonomi, namun PMDN memiliki
realisasi investasi PMDN sebesar Rp386,5 keunggulan sebagai salah satu komponen
triliun (47,7%) dan realisasi investasi PMA aliran modal yang relatif stabil dan mempunyai
sebesar Rp423,1 triliun (52,3%). Apabila risiko yang kecil dibandingkan dengan aliran
dibandingkan dengan periode yang sama pada modal lainnya, sehingga dapat dijadikan
Tahun 2018 sebesar Rp328,6 triliun terjadi alternatif sumber dana yang digunakan untuk
peningkatan realisasi investasi untuk PMDN pembiayaan pembangunan.

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 59


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Customer Perspective

Dari sisi Customer Perspective, sasaran strategis “Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima
dan responsif melalui PTSP Pusat” memperlihatkan capaian kinerja BKPM 100% (Sangat Baik). Peningkatan
capaian kinerja ini didukung oleh Indikator Kinerja Utama “Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan
penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM” yang dijelaskan pada Tabel 3.18.

Tabel 3.18 Target dan Capaian Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Pelayanan Penanaman Modal pada PTSP Pusat di BKPM

Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas 3,25 dari skala 4 3,27 dari skala 4 100,62 Sangat Baik
pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat
di BKPM

Hasil survei IKM ini meningkat dari tahun-tahun dari skala 4). Nilai IKM tersebut masuk dalam
sebelumnya dan juga ada peningkatan nilai hasil kategori penilaian “Baik” (76,61 – 88,30).
survei dari Semester I ke Semester II, dimana Perkembangan capaian IKM atas pelayanan
capaian IKM pada periode Juli 2019 adalah sebesar penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM selama
81,27 (setara 3,26 dari skala 4) dan pada periode periode 2015 sampai dengan 2019 dapat dilihat
Desember 2019 adalah sebesar 81,81 (setara 3,27 pada Gambar 3.9 di bawah ini.

Gambar 3.9 Perkembangan Capaian IKM atas Pelayanan Penanaman Modal pada PTSP Pusat di BKPM

60 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Internal Process Perspective

Berdasarkan Internal Process Perspective, capaian kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan
capaian 105,54 (Sangat Baik). Indeks capaian tersebut menunjukkan keberhasilan kinerja Badan Koordinasi
Penanaman Modal melalui peningkatan kerjasama internasional untuk mendorong iklim investasi yang melindungi
kepentingan nasional, mewujudkan penyusunan rekomendasi kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif dan
implementatif serta meningkatkan daya tarik penanaman modal melalui promosi yang terpadu dan efektif.
Capaian indikator kinerja tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Indeks Kualitas Iklim Penanaman Modal Dari hasil survei yang didapat, indeks iklim
penanaman modal mendapatkan nilai 4,1 dari
Dari Tabel 3.19 dapat dilihat bahwa capaian
target 3,5 dari skala 5. Indeks iklim
indikator kinerja indeks kualitas iklim
penananaman modal tersebut terdiri dari
penanaman modal melampaui target sebesar
kelompok kelembagaan dan kegiatan Badan
4,12 dari skala 5 atau 117,71% dan masuk ke
Koordinasi Penanaman Modal sebesar 4,09 dan
dalam kategori “Sangat Baik”.
kompetensi dan profesionalisme SDM di
BKPM melakukan survei kinerja Tahun Kedeputian Bidang Pengembangan Iklim
Anggaran 2019 untuk mendapatkan masukan Penanaman Modal sebesar 4,14.
yang dibutuhkan khususnya bagi peningkatan
Pada kelompok kelembagaan dan kegiatan
kualitas iklim penanaman modal. Survei kinerja
Deputi Bidang Pengembangan Iklim
ini ditujukan kepada pejabat dan staf yang
Penanaman Modal, 3 unsur yang mendapatkan
berasal dari Badan Koordinasi Penanaman
skor tertinggi yaitu unsur penyusunan dan
Modal dan stakeholder lainnya seperti
perumusan kebijakan penanaman modal
Kementerian/Lembaga, asosiasi, daerah yang
(4,28), perumusan dan harmonisasi melalui
terlibat dengan kegiatan perumusan dan
koordinasi (4,08), dan informasi permasalahan
harmonisasi kebijakan di bidang penanaman
(4,08).
modal. Atas dasar latar belakang di atas telah
dilakukan survei kinerja Badan Koordinasi Pada kelompok kompetensi dan
Penanaman Modal terkait deregulasi profesionalisme SDM di Kedeputian Bidang
penanaman modal. Pengembangan Iklim Penanaman Modal, 3
unsur yang mendapatkan skor tertinggi yaitu
Survei tersebut diatas dilakukan pada bulan
unsur integritas (4,2), konsep yang baik dalam
Desember Tahun 2019 dengan jumlah
melihat aspek kebijakan (4,2), dan
responden sebanyak 50 orang. Dalam survei
pemahaman SDM terkait ketentuan sektoral
terbagi menjadi 2 kelompok pertanyaan
(4,14).
sebagai berikut:
Kedepannya, Kedeputian Pengembangan Iklim
a) Kelompok kelembagaan dan kegiatan
Penanaman Modal akan terus meningkatkan
Deputi Bidang Pengembangan Iklim
kompetensi SDM dalam perumusan kebijakan,
Penanaman Modal;
serta lebih meningkatkan partisipasi publik
b) Kompetensi dan profesionalisme SDM di dalam perumusan dan pembuatan kebijakan
Kedeputian Bidang Pengembangan Iklim penanaman modal.
Penanaman Modal

Tabel 3.19 Target dan Capaian Indeks Kualitas Iklim Penanaman Modal

Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori

Indeks kualitas iklim penanaman modal 3,5 dari skala 5 4,12 dari skala 5 117,71 Sangat Baik

2) Perbaikan Kemudahan Memulai Berusaha pemeringkat utang S&P menaikkan peringkat


utang (rating) Indonesia satu tingkat menjadi
Dari Tabel 3.20 dapat dilihat bahwa capaian
BBB, dengan outlook stable. Kenaikan
indikator kinerja perbaikan kemudahan
peringkat kredit Indonesia ini merupakan
memulai berusaha mencapai peringkat 73 atau
capaian yang sangat membanggakan karena
100,00% dan masuk ke dalam kategori
melompat naik dari BBB- / stable menjadi
“Sangat Baik”.
BBB / stable, tanpa melalui BBB- / positive.
Pada tanggal 31 Mei 2019, Lembaga

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 61


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Tabel 3.20 Target dan Capaian Perbaikan Kemudahan Memulai Berusaha

Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori

Perbaikan kemudahan memulai berusaha Menuju peringkat 40 Peringkat 73 100,00 Sangat Baik

Dalam laporannya, S&P menyatakan ekonomi pada 21 Desember 2017 di BBB dengan
Indonesia secara konsisten lebih baik dari prospek stabil. Secara umum, peringkat kredit
negara-negara peers pada tingkat pendapatan Indonesia masuk dalam kategori layak
yang sama. Pertumbuhan PDB per kapita riil di investasi yang menunjukkan kepercayaan
Indonesia mampu tumbuh 4,1% berdasarkan lembaga internasional terhadap kinerja
rata-rata tertimbang 10 tahun. Sementara rata perekonomian Indonesia. Peringkat kredit
-rata pertumbuhan PDB per kapita riil seluruh digunakan oleh dana kekayaan negara, dana
dunia yang hanya sekitar 2,2%. pensiun dan investor lain untuk mengukur
kelayakan kredit Indonesia sehingga memiliki
Selanjutnya, S&P menyatakan peringkat
dampak besar pada biaya pinjaman negara.
Indonesia juga didukung oleh tingkat beban
utang pemerintah yang rendah dan kinerja Peningkatan iklim penanaman modal dilakukan
fiskal yang moderat. S&P juga meyakini beban melalui perumusan kebijakan penanaman
utang luar negeri Indonesia masih sangat modal, harmonisasi dan koordinasi kebijakan
aman karena Indonesia masih sangat menarik penanaman modal, penyebaran informasi dan
bagi Foreign Direct Investment (FDI) serta potensi penanaman modal, serta peningkatan
kuatnya akses Indonesia di pasar keuangan kemitraan penanaman modal.
internasional meskipun terjadi gejolak dan
Melalui surat Menteri Perencanaan
ketidakpastian. Kenaikan peringkat ini juga
Pembangunan Nasional/Kepala Badan
menunjukkan kebijakan Pemerintah Indonesia
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor
selama ini sudah berada pada jalur yang tepat
0078/M.PPN/02/2013 tanggal 28 Februari
dimana kebijakan defisit diambil untuk
2013 sesuai arahan Menteri Koordinator
memberikan stimulus perekonomian melalui
Bidang Perekonomian melalui rapat TimNas
strategi counter cyclical untuk
PEPI tanggal 13 Februari 2013, menugaskan
mempertahankan pertumbuhan ekonomi di
Kepala BKPM selaku Ketua Pokja Investasi
atas 5%.
untuk mengkoordinasikan perbaikan
Di sisi lain, peringkat kredit Moody’s untuk kemudahan berusaha di Indonesia. Deputi
Indonesia terakhir ditetapkan pada 13 April Bidang Pengembangan Iklim lebih lanjut
2018 di Baa2 dengan prospek stabil. Peringkat ditugaskan oleh Kepala BKPM untuk menyusun
kredit Fitch untuk Indonesia terakhir dilaporkan rencana aksi dalam rangka perbaikan

Tabel 3.21 Peringkat EODB Indonesia 2016-2020

TA 2015 / TA 2016 / TA 2017 / TA 2018 / TA 2019 /


No. Indikator
DB 2016 DB 2017 DB 2018 DB 2019 DB 2020

Peringkat Indonesia 109 91 72 73 73

DTF Score 58,12 61,52 66,47 68,20 69,60

1 Starting a Business 173 151 144 134 140

2 Dealing with Construction Permits 107 116 108 112 110

3 Registering Property 131 118 106 100 106

4 Paying Taxis 148 104 114 112 81

5 Trading Across Borders 105 108 112 116 116

6 Enforcing Contract 170 166 145 146 139

7 Getting Electricity 46 49 38 33 33

8 Getting Credit 70 62 55 44 48

9 Protecting Minority Investors 88 70 43 51 37

10 Resolving Insolvency 77 76 38 36 38

Sumber: World Bank, 2020

62 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

kemudahan berusaha melalui survey Ease of perbaikan peringkat Kemudahan Berusaha


Doing Business. tidak struktural hanya berupa koreksi
data. Tidak fokusnya koordinasi perbaikan
Survei kemudahan berusaha berfokus pada
peringkat kemudahan berusaha
sektor formal, usaha domestik skala kecil
menengah (UKM). Pengukuran didasarkan Untuk mengatasi permasalahan dan hambatan
pada kasus asumsi standar agar dapat tersebut, langkah-langkah yang dilakukan
diperbandingkan di 190 negara yang disurvei BKPM antara lain adalah:
dan diukur di kota dengan populasi terbanyak
a) Reformasi struktural dengan penerbitan
di masing-masing negara dan kota terbesar
Peraturan Kementerian/ Lembaga yang
kedua jika negara memiliki penduduk lebih dari
terkait dengan reformasi struktural
100 juta (seperti Indonesia, dimana survei
kemudahan berusaha untuk 10 indikator,
dilakukan di Jakarta dan Surabaya). Pada
yang secara berkala dilakukan evaluasi
laporan Doing Business 2017, Indonesia
terhadap peraturan tersebut.
sempat menjadi top reformer dengan
perbaikan di tujuh indikator. b) Pengawalan Implementasi Perbaikan
Kemudahan Berusaha pada Kementerian/
Berdasarkan laporan SurveyEase of Doing
Lembaga dan Daerah (Jakarta dan
Business yang dipublikasikan oleh IFC / World
Surabaya) sesuai dengan regulasi pada 10
Bank setiap tahunnya posisi daya saing
indikator
Indonesia pada tahun 2010 – 2015 berada di
peringkat 115 (2010), 121 (2011), 129 c) Pembuatan buku panduan bagi responden
(2012), 128 (2013), 117 (2014), dan 114 sebagai acuan dalam pengisian kuesioner
(2015). Selanjutnya perkembangan peringkat survei.
kemudahan berusaha Indonesia 2016-2020
d) Sosialisasi dan diseminasi kebijakan
secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.21.
perbaikan kemudahan berusaha kepada
Arah kebijakan perbaikan kemudahan responden, Kementerian/Lembaga, dan
berusaha di Indonesia diharapkan dapat Daerah.
menciptakan iklim investasi yang kondusif
e) Penyampaian reformasi EODB 2020
serta ramah terhadap kegiatan usaha.
(reform update) kepada Bank Dunia.
Reformasi perbaikan kemudahan berusaha
mencakup seluruh aspek kegiatan berusaha f) Fokus penugasan BKPM sebagai
secara holistik mulai dari memulai usaha, koordinator perbaikan kemudahan
operasionalisasi usaha hingga penutupan berusaha dengan Kementerian/Lembaga
usaha dengan upaya pengurangan prosedur, dan Daerah.
percepatan waktu dan pengurangan biaya
serta perbaikan kerangka regulasi.
3) Jumlah Peta Potensi Penanaman Modal Sektor
Terdapat beberapa faktor penghambat Prioritas yang Dimanfaatkan oleh Stakeholder
perbaikan peringkat Kemudahan Berusaha:
Capaian indikator kinerja jumlah peta potensi
a) Banyaknya regulasi yang mengatur penanaman modal sektor prioritas yang
persyaratan tambahan untuk dimanfaatkan oleh stakeholder tahun 2019
mendapatkan perizinan tanpa adalah 14 peta potensi atau 116,67%, yang
memperhatikan kemudahan bagi pelaku melebihi target sejumlah 12 peta potensi
usaha. (Tabel 3.22). Hal tersebut menunjukkan
b) Implementasi pelaksanaan perizinan tidak bahwa capaian realisasi kinerja tahun 2019
sesuai dengan regulasi sehingga sama dengan capaian pada tahun 2017 dan
banyaknya prosedur, waktu penyelesaian 2018. Selama periode 5 (lima) tahun terakhir
lebih lama, dan biaya lebih tinggi. (2015-2019), secara umum terlihat bahwa
realisasi kinerja indikator peta potensi
c) Tersebarnya perizinan di Kementerian/
penanaman modal sektor prioritas mampu
Lembaga dan Daerah dan beberapa
mencapai bahkan melebihi target kinerja yang
perizinan terdapat duplikasi persyaratan
telah ditetapkan seperti tercermin pada
rekomendasi.
Gambar 3.10.
d) Dalam dua tahun terakhir, pendekatan

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 63


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Tabel 3.22 Target dan Capaian Jumlah Peta Potensi Penanaman Modal Sektor Prioritas yang Dimanfaatkan oleh Stakeholder

Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori

Jumlah peta potensi penanaman modal 12 peta potensi 14 peta potensi 116,67 Sangat Baik
sektor prioritas yang dimanfaatkan oleh
stakeholder

Gambar 3.10 Jumlah Peta Potensi Penanaman Modal Sektor Prioritas yang Dimanfaatkan oleh Stakeholder

Adapun kendala atau permasalahan yang prioritas penanaman modal dilakukan secara
masih dihadapi dalam merealisasikan swakelola serta bekerja sama dengan pihak
penyusunan peta potensi penanaman modal ketiga melalui tahapan kegiatan antara lain
sektor prioritas tahun 2019 yaitu ketersediaan Focus Group Discussion (FGD), studi literatur,
data dan informasi pendukung yang kurang mapping analysis, serta survei lapangan.
memadai, serta kurangnya respon untuk Secara umum, peta potensi penanaman modal
berkoordinasi dari stakeholder terkait. sektor prioritas menawarkan hal-hal yang
Sehingga diharapkan adanya pengendalian menarik bagi stakeholder terkait antara lain
yang dilakukan dengan membuka ruang akses lokasi investasi yang potensial, insentif, skema
yang lebih banyak terhadap data dan informasi kerja sama, perkiraan biaya investasi, peluang
yang diperlukan, serta melakukan komunikasi investasi, dan informasi lainnya di bidang
yang lebih intensif dengan stakeholder terkait. industri agribisnis dan sumber daya alam
lainnya, industri manufaktur, jasa dan
Pembuatan dokumen peta potensi sektor
Tabel 3.23 Daftar Peta Potensi Penanaman Modal Sektor Prioritas yang Dimanfaatkan oleh Stakeholder

No. Judul Peta Potensi

1 Perencanaan Pengembangan Investasi pada Perkebunan dan Industri Pengolahan Kopi

2 Pengembangan Investasi Mineral Bahan Baku Industri Cell Battery (Nikel, Kobalt, dan Litium)

3 Perencanaan Pengembangan Investasi Energi Baru Terbarukan Biofuel Berbasis Kelapa Sawit Industri

4 Kajian Peningkatan Daya Saing Investasi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia

5 Kajian Pengembangan Investasi Industri Petrokimia Berbasis Gas dan Batubara di Indonesia

6 Kajian Pengembangan Investasi Industri Kendaraan Listrik berbasis Baterai di Indonesia

7 Kajian Peningkatan Daya Saing Industri Nasional Melalui Industri Semikonduktor dan Komponen Elektronik

8 Kajian Pengembangan Investasi Sektor Pariwisata di KSPN Bromo Tengger Semeru

9 Kajian Kawasan Pendidikan dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Sains dan Teknologi (KST)

10 Kajian Identifikasi Branding KEK Pariwisata Dalam Pengembangan Investasi

11 Peluang Investasi Industri Furnitur di Provinsi Jawa Tengah

12 Kajian Potensi dan Permasalahan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Skema KPBU

13 Kajian Potensi Investasi pada Sektor Angkutan Massal Berbasis Rel

14 Kajian Peluang Investasi terkait Pembangunan dan Pengembangan Bandar Udara

64 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

kawasan, serta infrastruktur, yang dapat lengkap disajikan pada Tabel 3.23.
dilihat secara rinci pada lampiran. Sehingga
4) Jumlah Rencana Investasi
peta potensi penanaman modal sektor prioritas
termanfaatkan oleh stakeholder terkait secara Berdasarkan data pada Tabel 3.24, capaian
optimal yang dapat mendorong persebaran rencana investasi sebesarl Rp1.501,38 triliun
investasi berkualitas; peningkatan investasi terdiri dari Rp1.036,10 triliun yang bersumber
dalam negeri/PMDN, serta kemitraan investor dari fasilitasi investor oleh TPT dan Rp465,28
besar dengan Usaha Mikro, Kecil, dan triliun yang bersumber dari fasilitasi investor
Menengah (UMKM); dalam rangka peningkatan oleh IIPC. Dengan capaian tersebut, kinerja
realisasi investasi di Indonesia. Daftar peta BKPM dikategorikan sangat baik dengan
potensi penanaman modal sektor prioritas persentase 105,59% karena melampaui target
yang dimanfaatkan oleh stakeholder secara sebesar Rp1.416,67 triliun.

Tabel 3.24 Target dan Capaian Jumlah Rencana Investasi

Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori

Jumlah Rencana Investasi Rp1.416,67 triliun Rp1.501,38 triliun 105,59 Sangat Baik

Perhitungan jumlah rencana investasi tahun realisasi rencana investasi. Beberapa


2019 mengalami perubahan jika dibandingkan perusahaan besar yang telah di fasilitasi antara
tahun-tahun sebelumnya, yaitu hanya lain Hyundai Motor Company, LG Lotte
memperhitungkan nilai rencana investasi yang Chemical Indonesia, CPC, Krakatau POSCO,
difasilitasi oleh Tim Promosi Terpadu (TPT) dan HBIS, dan Mistubishi.
IIPC. Sementara pada tahun sebelum data
Kegiatan pendampingan rencana investasi
rencana investasi selain berasal dari TPT dan
prioritas dan perusahaan besar di lakukan
IIPC juga berasal dari nilai Izin Prinsip yang
melalui berbagai pertemuan dan fasilitasi
dikeluarkan oleh Sistem Pelayanan Informasi
kunjungan baik di negara asal maupun
dan Perizinan Investasi Secara Elektronik
Indonesia. TPT juga memfasilitasi pertemuan
(SPIPISE).
dengan Bapak Presiden, Menteri terkait,
Dalam rangka mencapai target rencana Pejabat Tinggi Kementerian/Lembaga dan
investasi PMA yang telah ditetapkan, beberapa pihak lain seperti kawasan industri,
Kedeputian Promosi Penanaman Modal melalui calon mitra lokal dan pihak terkait lain sebagai
TPT melakukan kegiatan promosi yang bersifat upaya merealisasikan rencana investasinya.
end-to-end, melalui kegiatan dan pertemuan
Perkembangan “Jumlah rencana investasi” dari
pro-active terhadap investor potensial,
tahun 2015 sampai dengan 2019 dapat dilihat
matchmaking dengan partner potensial hingga
pada grafik di bawah ini.
pendampingan dan fasilitasi selama proses

Gambar 3.11 Perkembangan Rencana Investasi PMA


Keterangan: Capaian tahun 2018 berdasarkan Izin Prinsip hanya tercatat sampai Juni 2018
Asumsi nilai tukar US$:
1. 2015: 1 US$=Rp10.500
2. 2016: 1 US$=Rp13.500
3. 2017: 1 US$=Rp13.300
4. 2018: 1 US$=Rp13.400
5. 2019: 1 US$=Rp14.000

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 65


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Apabila melihat perkembangan selama 5 (lima) 5) Persentase Kesepakatan / Perjanjian /


tahun (2015 – 2019), rencana investasi PMA Perundingan Kerjasama Penanaman Modal
tidak mencapai target hanya pada tahun 2018. yang Telah Diimplementasikan
Sementara capaian rencana investasi PMA
Keberhasilan juga ditandai oleh meningkatnya
pada tahun 2015, tahun 2016, tahun 2017 dan
persentase jumlah kesepakatan/perjanjian/
tahun 2019 selalu berada di atas target yang
perundingan yang telah diimplementasikan
ditetapkan.
sebesar 94% atau sebanyak 47 kesepakatan/
Capaian rencana investasi tahun 2018 yang perjanjian/perundingan dari 87% target telah
tidak mencapai target disebabkan perubahan ditetapkan atau sebanyak 44 kesepakatan/
metode pencatatan sistem pendaftaran perjanjian/perundingan (Tabel 3.25).
Investasi. Sejak bulan Juli 2018 pencatatan
Adapun kerjasama penanaman modal yang
pendaftaran investasi dilakukan melalui sistem
telah di implementasikan antara lain meliputi:
perizinan berusaha secara terintegrasi atau
Perjanjian Peningkatan dan Perlindungan
Online Single Submission (OSS) yang diatur
Penanaman Modal (P4M) dan Economic
dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
Partnership Agreement (EPA) yang masih
2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
berlaku hingga saat ini, kerjasama investasi di
Terintegrasi Secara Elektronik. Selama masa
lingkup regional baik di Asia Tenggara, Asia
transisi OSS pada bulan Juli-Desember 2018,
Pasifik, maupun multilateral. Jumlah tersebut
perizinan dan pencatatan nilai investasi melalui
juga mencakup forum kerjasama bilateral yang
OSS dilaksanakan di Kementerian Koordinator
dilakukan oleh Indonesia dengan beberapa
Bidang Perekonomian. Hal ini menyebabkan
negara mitranya.
tidak adanya data akurat dari rencana investasi
PMA.

Tabel 3.25 Persentase Kesepakatan/Perjanjian/Perundingan Kerjasama Penanaman Modal yang Telah Diimplementasikan

Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori

Persentase kesepakatan / perjanjian / 87% dari 50 kesepakatan / 94% dari 50 kesepakatan / 108,05 Sangat Baik
perundingan kerjasama penanaman modal perjanjian / perundingan perjanjian / perundingan
yang telah diimplementasikan

Gambar 3.12 Kesepakatan/Perjanjian/Perundingan Kerjasama Penanaman Modal yang Telah Diimplementasikan

Pada tahun 2019, BKPM telah melaksanakan Pertemuan Perundingan BIT Indonesia-
kesepakatan / perjanjian / perundingan Swiss, Pertemuan Perundingan
kerjasama penanaman modal di berbagai Amandemen Bilateral Investment
forum kerjasama internasional antara lain: Agreement (BIA) IETO-TETO, Perundingan
Indonesia-European Union Comprehensive
a) Pertemuan Perundingan Bilateral
Economic Partnership Agreement,
Investment Treaty (BIT) dan Free Trade
Perundingan Indonesia-Korea CEPA,
Agreement (FTA) / Comprehensive
Pertemuan General Review Indonesia-
Economic Partnership Agreement (CEPA)
Jepang EPA, Perundingan Regional

66 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Comprehensive Economic Partnership didampingi oleh Kementerian/Lembaga teknis


(RCEP) dan Pertemuan Sidang Sesi ke-38 terkait, melakukan negosiasi dengan negara
Working Group III Investor-State Dispute mitra untuk membahas pasal dan ketentuan di
Settlement Reform UNCITRAL. dalam perjanjian hingga dicapai kesepakatan
oleh masing-masing negara. Perjanjian
b) Pertemuan Penandatanganan Perjanjian
investasi yang dibuat mencakup elemen
Pertemuan Penandatanganan Perjanjian proteksi, promosi, fasilitasi dan liberalisasi,
BIT Indonesia-Persatuan Emirat Arab dan dimana umumnya bersifat binding (mengikat).
Pertemuan Penandatanganan Perjanjian
Dengan disepakatinya perjanjian tersebut,
Indonesia-Australia CEPA.
maka akan lebih meningkatkan jaminan
c) Pertemuan Forum Kerjasama di Bidang perlindungan dan kepastian hukum yang
Penanaman Modal komprehensif kepada investor kedua negara.
Perjanjian/kesepakatan kerjasama tersebut
Working Group on Investment RI-
lebih jauh juga akan meningkatkan nilai
Singapura, yaitu pertemuan bilateral Joint
kompetitif Indonesia dibandingkan negara-
Commission on Trade and Investment
negara pesaing untuk merebut dan menarik
(JCTI) Meeting Indonesia-Taiwan,
para investor asing, bahkan di negara-negara
Pertemuan Trade and Investment Working
maju seperti: Jerman dan Amerika Serikat,
Group (TIWG) G-20, Pertemuan ASEAN
adanya perjanjian investasi (bilateral, regional
Economic Minister-ASEAN Investment
ataupun multilateral) menjadi salah satu
Area Council dan Pertemuan Coordinating
prasyarat/pertimbangan disetujuinya sebuah
Committee on Investment di lingkup
proposal pembiayaan keuangan dan asuransi
ASEAN.
bagi para calon investor asing untuk
Sejak UU PM terbit pada tahun 2007, BKPM melakukan investasi di negara-negara
telah diberikan kepercayaan untuk memimpin berkembang, sehingga perjanjian yang telah
sejumlah perundingan investasi pada berbagai berlaku tersebut secara langsung akan menjadi
fora perjanjian internasional. daya tarik tersendiri bagi calon investor untuk
Pada perundingan perjanjian bidang investasi, berinvestasi di sektor-sektor unggulan di
BKPM berperan sebagai leader/focal point yang Indonesia.

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 67


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Learning and Growth Perspective

Dari sisi Learning and Growth Perspective yang diukur dengan bobot 20%, capaian kinerja Badan Koordinasi
Penanaman Modal menunjukkan capaian 100% (Sangat Baik) seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3.26 Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Akuntabilitas Kelembagaan

Sasaran Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori

Opini Badan Pemeriksa Keuangan WTP WTP 100% Sangat Baik


Meningkatnya (BPK)
akuntabilitas
kelembagaan Indeks Akuntabilitas Kinerja BB BB 100% Sangat Baik
Instansi Pemerintah (AKIP)

Indeks capaian tersebut menunjukkan keberhasilan pengendalian yang intensif baik oleh atasan
kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam langsung di lingkungan unit kerja terkait
mempertahankan kualitas dan akuntabilitas maupun pengawasan oleh aparat pengawas
kelembagaan, keberhasilan tersebut antara lain internal (Inspektorat), sehingga mengurangi
ditandai dengan: terjadinya kesalahan-kesalahan dalam
pelaksanaan pengelolaan anggaran.
1) Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Peningkatan pengelolaan dan


pertanggungjawaban kinerja anggaran 2) Indeks Akuntabilitas Kinerja Instansi
sehingga BKPM mempertahankan opini WTP Pemerintah (AKIP)
dari BPK RI selama 11 (sebelas) tahun
Pencapaian kategori BB atas Indeks
berturut-turut sejak tahun 2008 sampai tahun
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
2018, yang menunjukkan capaian 100%
(AKIP) BKPM. Berdasarkan hasil evaluasi
(Sangat Baik).
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
Untuk memperoleh opini “Wajar Tanpa dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) atas
Pengecualian” (WTP), BKPM telah melakukan Akuntabilitas Kinerja BKPM Tahun 2018 yang
penerapan sistem pengendalian intern disampaikan melalui Surat Menteri PANRB
terhadap semua unit kerja yang mencakup Nomor B/831/M.AA.05/2018 tanggal 31
penataan administrasi pengelolaan anggaran, Desember 2018 tentang Hasil Evaluasi atas
perencanaan kinerja yang sistematis Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
disesuaikan dengan kebutuhan unit kerja Tahun 2018, BKPM mendapatkan nilai 74,05
dalam memperoleh outcome yang telah dengan predikat BB. Selanjutnya, BKPM
ditetapkan, pelaksanaan pengadaan barang/ menargetkan peringkat BB atas hasil evaluasi
jasa yang transparan serta pengawasan dan Akuntabilitas Kinerja BKPM Tahun 2019.

68 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

3.3 Capaian Kinerja BKPM Terhadap dibandingkan dengan periode yang sama pada
tahun 2017 (12,7%).
Target Nasional dalam RPJMN Tahun
2015 - 2019 Dengan adanya perlambatan pertumbuhan investasi
tersebut, kemudian diusulkan adanya perubahan
Tabel 3.27 menunjukkan capaian realisasi investasi target realisasi PMA dan PMDN untuk tahun 2018
PMA dan PMDN setiap tahun dari tahun 2015 dan 2019, sebagaimana surat Kepala BKPM kepada
sampai tahun 2019 yang dibandingkan dengan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
target realisasi investasi PMA dan PMDN Kepala Bappenas nomor 371/A.1/2018 tanggal 5
berdasarkan RPJMN tahun 2015-2019. Pada tahun September 2018. Adapun penyebab perlambatan
2015 sampai tahun 2017 terlihat bahwa capaian pertumbuhan tersebut antara lain dimulainya
realisasi investasi PMA dan PMDN setiap tahunnya perang dagang Amerika Serikat dengan Republik
telah melampaui target RPJMN yang ditetapkan. Rakyat Tiongkok dan pelaksanaan pemilihan umum
Namun pada tahun 2018 dan 2019, capaian legislatif, Kepala Daerah dan Presiden-Wakil
realisasi investasi PMA dan PMDN belum mencapai Presiden. Namun, secara kumulatif 5 (lima) tahunan
target RPJMN. Hal ini telah diperkirakan dari tahun 2015 sampai dengan 2019, maka
sebelumnya, tepatnya pada triwulan II 2018 capaian realisasi PMA dan PMDN sebesar 96,12%
dimana pertumbuhan investasi year on year (y-o-y) dari target RPJMN (kategori baik).
pada triwulan tersebut (3,1%) jauh lebih rendah

Tabel 3.27 Capaian Rasio PMA dan PMDN Dibandingkan Target RPJMN Tahun 2015 – 2019

Tahun
Rasio PMDN Total
2015 2016 2017 2018 2019

Target RPJMN (Rp Triliun) 519,5 594,8 678,8 792,5 933,0 3.518,6

Capaian (Rp Triliun) 545,5 612,8 692,8 721,3 809,6 3.382,0

Berdasarkan Tabel 3.28, capaian rasio PMDN setiap PMDN belum melampaui target RPJMN yang
tahun dari tahun 2015 sampai tahun 2019 yang ditetapkan (97,3% dari target). Namun pada tahun
dibandingkan dengan target RPJMN tahun 2015- 2016 sampai tahun 2019, capaian rasio PMDN telah
2019. Pada tahun 2015 terlihat bahwa capaian rasio melampaui target RPJMN yang ditetapkan.

Tabel 3.28 Capaian Rasio PMDN Dibandingkan Target RPJMN Tahun 2015 – 2019

Tahun
Rasio PMDN
2015 2016 2017 2018 2019

Target RPJMN (%) 33,8 35,0 36,3 37,6 38,9

Capaian (%) 32,9 35,3 37,9 45,6 47,7

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 69


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

3.4 Capaian Kinerja Anggaran Rp640.600.156.000 (enam ratus empat puluh miliar
enam ratus juta seratus lima puluh enam ribu
Realisasi Anggaran Badan Koordinasi Penanaman rupiah). Komposisi anggaran dan realisasi BKPM TA
Modal pada TA 2019 adalah sebesar 2019 berdasarkan program dapat dilihat dalam
Rp597.118.142.460 (lima ratus sembilan puluh Tabel 3.29, sedangkan realisasi anggaran BKPM TA
tujuh miliar seratus delapan belas juta seratus 2019 berdasarkan jenis belanja dijelaskan pada
empat puluh dua ribu empat ratus enam puluh Tabel 3.30.
rupiah) atau 93,21% dari alokasi anggaran sebesar
Tabel 3.29 Realisasi Anggaran BKPM TA 2019 Berdasarkan Program

No. Program Pagu 2019 Realisasi %

1 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Rp338.416.807.000 Rp321.857.842.329 95,11


Teknis Lainnya BKPM (Generik)

2 Program Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal (Teknis) Rp302.183.349.000 Rp275.260.300.131 91,09

Jumlah Rp640.600.156.000 Rp597.118.142.460 93,21

Tabel 3.30 Realisasi Anggaran BKPM TA 2019 Berdasarkan Jenis Belanja

No. Program Pagu 2019 Realisasi %

1 Belanja Pegawai Rp142.611.778.000 Rp131.854.948.448 92,46

2 Belanja Barang Rp430.402.805.000 Rp401.061.835.511 93,18

3 Belanja Modal Rp67.585.573.000 Rp64.201.358.501 94,99

Jumlah Rp640.600.156.000 Rp597.118.142.460 93,21

Berdasarkan Tabel 3.31 dan Tabel 3.32, pada rangka penyediaan sarana dan prasarana kerja
periode tahun 2015-2019 realisasi anggaran BKPM untuk mendukung kegiatan seluruh unit kerja pada
menunjukkan capaian tertinggi pada Tahun 2019 kantor BKPM, dan telah dilaksanakannya rapat-
yaitu sebesar 93,21%. Hal ini antara lain rapat koordinasi dengan pengelola anggaran secara
dikarenakan peningkatan capaian nilai Reformasi rutin dalam rangka monitoring dan evaluasi atas
Birokrasi BKPM sehingga nilai tunjangan kinerja pelaksanaan anggaran dan kegiatan untuk mencari
pegawai pada tahun anggaran 2019 mengalami solusi atas permasalahan-permasalahan yang dapat
peningkatan. Selain itu pada tahun 2019 juga menghambat realisasi penyerapan anggaran BKPM
terdapat peningkatan realisasi belanja modal dalam tahun 2019.

70 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Tabel 3.31 Perbandingan Pagu dan Realisasi Anggaran BKPM TA 2015-2019

Uraian 2015 2016 2017 2018 2019

Pagu Rp635.922.699.000 Rp488.465.562.000 Rp470.942.523.000 Rp548.229.840.000 Rp640.600.156.000

Realisasi Rp572.399.412.270 Rp437.560.634.835 Rp438.035.283.180 Rp480.686.624.859 Rp597.118.142.460

% 90,01% 89,58% 93,01% 87,68% 93,21%

Tabel 3.32 Realisasi Belanja per Sasaran Strategis/Sasaran Program Tahun 2019

Anggaran (Rp)
No. Sasaran %
Pagu Realisasi

1 Meningkatnya realisasi penanaman modal 43.560.940.000 40.244.133.694 92,39

Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman


2 modal yang prima dan responsif melalui 10.338.714.000 10.105.908.114 97,75
PTSP Pusat

Meningkatnya iklim penanaman modal dalam


3 rangka peningkatan daya saing penanaman 17.435.663.000 16.175.015.032 92,77
modal

Terwujudnya perencanaan penanaman


modal dan penyusunan rekomendasi
4 12.768.648.000 12.443.583.400 97,45
kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif, dan
implementatif dalam rangka peningkatan

Meningkatnya daya tarik penanaman modal


Indonesia melalui promosi yang terpadu dan
5 208.496.640.000 187.079.557.294 89,73
efektif bagi penanam modal dalam dan luar
negeri yang berpijak pada peningkatan daya

Meningkatnya kerjasama internasional untuk


mendorong investasi dan melindungi
6 9.582.744.000 9.212.102.597 96,13
kepentingan nasional dalam rangka
peningkatan daya saing penanaman modal

7 Meningkatnya akuntabilitas kelembagaan 338.416.807.000 321.857.842.329 95,11

Jumlah 640.600.156.000 597.118.142.460 93,21

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 71


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

72 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB 4
INISIATIF PENINGKATAN
AKUNTABILITAS KINERJA
4.1 Tindak Lanjut Atas Evaluasi AKIP Tahun 2018

4.1.1 Penetapan Indikator Kinerja Yang Lebih Relevan

4.1.2 Penyelarasan Kegiatan Organisasi Dengan Renstra

4.1.3 Optimalisasi Evaluasi dan Reviu Internal BKPM Dalam Upaya Perbaikan Kinerja

4.1.4 Pemanfaatan Laporan Kinerja Dalam Upaya Perbaikan Kinerja BKPM

4.2 Penyesuaian Struktur Organisasi

4.3 Pengembangan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)

4.3.1 Layanan KOPI MANTAP (Koordinasi Pengawalan Investasi Memanfaatkan Aplikasi)

4.3.2 Layanan Podcast BKPM

4.3.3 Pembangunan Fasilitas Command Center BKPM

4.3.4 Pengembangan BIM (Business Intelligence Mobile) BKPM

4.4 Penguatan Program Reformasi Birokrasi BKPM

4.4.1 Proses Reformasi Birokrasi di BKPM

4.4.2 Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BKPM Tahun 2019

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

INISIATIF PENINGKATAN
AKUNTABILITAS KINERJA

BKPM telah melakukan beberapa inisiatif kegiatan 4.1 Tindak Lanjut Atas Evaluasi AKIP
perbaikan selama tahun 2019 dalam upaya untuk
Tahun 2018
meningkatkan kinerja institusi secara optimal dan
berkesinambungan selaras dengan program Evaluasi terhadap AKIP yang dilakukan oleh pihak
pembangunan nasional. Inisiatif tersebut disusun eksternal maupun internal merupakan bagian yang
dengan mengacu pada hasil evaluasi eksternal (dari sangat penting dalam rangka peningkatan kualitas
KemenPAN-RB) atas akuntabilitas kinerja, hasil akuntabilitas kinerja BKPM. Untuk itu, BKPM
evaluasi internal (Inspektorat BKPM), arahan berupaya menindaklanjuti hasil evaluasi tersebut
pimpinan, program reformasi birokrasi, dan reviu dengan melakukan beberapa inisiatif untuk
pengelolaan kinerja BKPM. Beberapa inisiatif memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya sebagai
perbaikan yang dijalankan BKPM antara lain: berikut:

74 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

4.1.1 Penetapan Indikator Kinerja Yang program/kegiatan dan indikator kinerja BKPM Tahun
2020-2024 dengan pendekatan Balanced Scorecard
Lebih Relevan
(BSC) dilakukan dengan membentuk tim kerja yang
Tahun 2019, BKPM telah menganggarkan kegiatan tertuang dalam Keputusan Kepala BKPM Nomor 196
untuk penyusunan program/kegiatan dan indikator Tahun 2019.
kinerja BKPM Tahun 2020-2024 dengan pendekatan
Berdasarkan pendekatan BSC, strategi dalam
Balanced Scorecard (BSC). Penggunaan metode
Renstra diekstraksi menjadi Sasaran Strategis (SS)
BSC ini bertujuan agar kinerja BKPM menjadi lebih
yang kemudian divisualisasikan dalam Peta Strategi.
terukur dan terarah. Metode BSC digunakan untuk
Untuk mengukur pencapaian setiap Sasaran
mengeksekusi strategi dalam Renstra BKPM menjadi
Strategis ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU)
kerangka operasional yang dapat dilaksanakan oleh
yang dirumuskan dengan memperhatikan prinsip
seluruh unit di lingkungan BKPM. Penyusunan

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 75


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

SMART-C (Spesific, Measurable, Achievable, demikian, kegiatan yang berimplikasi terhadap


Realistic, Time-bounded dan Continuously suatu tujuan strategis menjadi hal krusial untuk
Improved). IKU harus bersifat spesifik, yaitu dijalankan dan diselaraskan dengan Renstra.
mampu menyatakan sesuatu secara definitif (tidak Namun demikian, agar dapat menyesuaikan
normatif), tidak bermakna ganda, relevan dan khas/ dinamika lingkungan organisasi yang senantiasa
unik dalam menilai dan mendorong pencapaian berubah setiap saat dimana Renstra merupakan
kinerja atau SS. Measurable yaitu IKU dapat diukur dokumen strategis yang relatif tidak berubah dalam
dan jelas cara pengukurannya. Achievable yaitu jangka waktu 5 (lima) tahun, beberapa kegiatan
dapat dicapai sebagai instrumen pengukuran SS yang bersifat inovatif dan strategis dapat dijalankan
oleh pemilik IKU dan atasan. Realistic yaitu IKU sebagai upaya untuk mencapai tujuan strategis
yang dirumuskan harus memiliki target yang yang telah ditetapkan dalam Renstra.
menantang namun tetap dapat dicapai. Time-
Pada tahun 2019, BKPM melakukan revisi pada
bounded yaitu IKU harus memiliki horison jangka
Renstra 2015-2019 terkait dengan diterbitkannya
waktu pengukuran tertentu. Contiuously Improved
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2019
yaitu kualitas dan target IKU disesuaikan dengan
tentang Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
perkembangan strategi organisasi dan selalu
Elektronik, yang menugaskan BKPM sebagai
disempurnakan.
lembaga Online Single Submission (OSS).
Selanjutnya, untuk memastikan pencapaian sasaran Menindaklanjuti hal tersebut, BKPM melakukan
organisasi, BKPM juga menerapkan manajemen restrukturisasi organisasi khsususnya pada
risiko sejak tahun 2017 dengan ditetapkannya Kedeputian Pelayanan Penanaman Modal. Revisi
Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Renstra BKPM 2015-2019 tersebut dituangkan
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Risiko di dalam Peraturan Kepala Badan Koordinasi
Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal. Penanaman Modal Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Implementasi manajemen risiko juga dilakukan Perubahan Kedua Atas Peraturan Kepala Badan
dengan menetapkan seluruh Sasaran Strategis Koordinasi Penanaman Modal Nomor 4 Tahun 2015
dalam Peta Strategi sebagai sasaran organisasi dan tentang Rencana Strategis Badan Koordinasi
identifikasi risiko mengacu pada indikator kinerja Penanaman Modal Tahun 2015-2019.
dalam rangka mengawal pencapaian target IKU
tersebut.
4.1.3 Optimalisasi Evaluasi dan Reviu
Internal BKPM Dalam Upaya
4.1.2 Penyelarasan Kegiatan Organisasi
Perbaikan Kinerja
Dengan Renstra
Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan kinerja,
Renstra merupakan salah acuan utama dalam BKPM telah melakukan evaluasi internal pada tahun
merancang kegiatan tahunan BKPM. Dengan 2018. Evaluasi internal dilakukan oleh Inspektorat

76 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

sebagai Aparat Pengawasan Internal Pemerintah 4.1.4 Pemanfaatan Laporan Kinerja Dalam
(APIP), pengelola kinerja pusat dan pengelola
Upaya Perbaikan Kinerja BKPM
kinerja eselon I. Hasil evaluasi tersebut dijadikan
bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan Setiap tahun BKPM menyusun laporan kinerja dalam
terhadap pengelolaan kinerja di lingkungan BKPM. rangka akuntabilitas kinerja organisasi. Tujuan
Tujuan evaluasi yang dilakukan APIP BKPM adalah pelaporan kinerja tersebut adalah untuk
untuk memperoleh informasi terkait implementasi memberikan informasi yang memadai dan terukur
SAKIP, menilai tingkat implementasi SAKIP, atas capaian kinerja BKPM. Selain itu, laporan
memberikan saran perbaikan untuk peningkatan, kinerja digunakan sebagai pertimbangan dalam
implementasi SAKIP dan memonitor tindak lanjut upaya perbaikan berkesinambungan untuk
rekomendasi hasil evaluasi atas implementasi SAKIP meningkatkan capaian kinerja. Beberapa informasi
periode sebelumnya. Laporan Kinerja (LKj) BKPM yang dijadikan
pertimbangan, antara lain:
Dari hasil evaluasi tahun 2017, APIP BKPM
mengapresiasi upaya perbaikan pengelolaan kinerja 1) Dari hasil evaluasi yang dilakukan
yang telah dilakukan oleh BKPM diantaranya: KemenPANRB, nilai kualitas LKj BKPM setiap
tahun mengalami peningkatan. Pada tahun
1) Melakukan reviu secara berkala atas dokumen
2017 BKPM memperoleh predikat BB dengan
Renstra BKPM Tahun 2015-2019 sebagaimana
skor 73,68, lalu pada tahun 2018 BKPM
terakhir diubah melalui Peraturan Kepala Badan
memperoleh predikat BB juga dengan skor
Koordinasi Penanaman Modal Nomor 4 Tahun
74,05. Nilai tersebut menjadi acuan dalam
2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
melakukan perbaikan pengelolaan kinerja pada
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
tahun berikutnya. Pada tahun 2019 BKPM terus
Nomor 4 Tahun 2015 tentang Rencana
melakukan perbaikan pengelolaan kinerja
Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal
dengan harapan nilai LKj tahun 2019 dapat
Tahun 2015-2019.
lebih meningkat lagi.
2) Melakukan pengembangan teknologi informasi
2) Informasi evaluasi dan reviu atas AKIP yang
untuk penilaian kinerja melalui pengembangan
dilakukan oleh pihak eksternal maupun internal
aplikasi e-Office Kinerja BKPM yang didalamnya
BKPM akan menjadi salah satu pedoman dalam
memuat fitur Perjanjian Kinerja, Pengukuran
melakukan perbaikan pengelolaan kinerja.
Kinerja dan Pemeringkatan Kinerja.
Rekomendasi yang diberikan beberapa telah
3) Menyempurnakan penjenjangan (cascading) ditindaklanjuti oleh BKPM. Tindak lanjut
indikator kinerja yang ada di dalam Renstra tersebut akan terus di-monitoring dan
sampai dengan level Eselon IV yang dapat dievaluasi untuk untuk memastikan tindak
menggambarkan proses pencapaian kinerja lanjut telah sesuai dengan yang
menggunakan pendekatan Balanced Scorecard. direkomendasikan.

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 77


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

4.2 Penyesuaian Struktur Organisasi


Dalam rangka percepatan dan peningkatan realisasi investasi, Pemerintah telah menerapkan pelayanan perizinan
berusaha terintegrasi secara elektronik. Untuk mendukung hal tersebut, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2019 tentang Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. Dengan disahkannya PP
tersebut, terjadi beberapa perubahan pada sistem perizinan yang diantaranya adalah perubahan kewenangan
lembaga dan bentuk perizinan yang harus dimiliki oleh pelaku usaha.

Dalam PP Nomor 24 Tahun 2019, kewenangan selaku lembaga OSS bertanggung jawab untuk
untuk menerbitkan izin telah beralih kepada mengeluarkan Nomor Induk Berusaha (NIB), izin
Lembaga Online Single Submission (OSS). Lembaga lokasi usaha, hingga izin usaha.
pengelola dan penyelenggara OSS merupakan
Perubahan kewenangan mengeluarkan izin
lembaga pemerintah non kementerian yang
bertujuan untuk dapat mempermudah pelaku usaha
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
dalam mendapatkan dan mengurus perizinan yang
koordinasi penanaman modal. Jika dikaji dari beleid
dibutuhkan. Dengan didirikannya Lembaga OSS,
tersebut, BKPM merupakan lembaga yang ditunjuk
pelaku usaha tidak perlu datang ke beberapa
sebagai penyelenggara OSS. Dalam hal ini, BKPM
instansi untuk mengurus perizinan yang diperlukan.

Gambar 4.1 Struktur organisasi pada Kedeputian Bidang Pelayanan Penanaman Modal (Sebelum Perubahan)

78 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Hal tersebut dikarenakan sistem perizinan yang Melalui serangkaian proses internal dengan
diterbitkan oleh Lembaga OSS telah terintegrasi berkoordinasi beberapa pihak eskternal sebagai
dengan K/L, Daerah dan lembaga lainnya yang bagian pengayaan perspektif, pada tanggal 28
berwenang untuk mengeluarkan izin. Selain itu, Desember 2019 BKPM telah mengesahkan
terkait penerbitan izin usaha, Lembaga OSS juga Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal
berwenang untuk menetapkan kebijakan Nomor 10 Tahun 2019 tentang Perubahan Keempat
pelaksanaan perizinan berusaha melalui sistem Atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi
OSS, menetapkan petunjuk pelaksanaan izin usaha Penanaman Modal Nomor 90/SK/2007 Tentang
pada sistem, mengelola dan mengembangkan Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi
sistem OSS, serta bekerja sama dengan pihak lain Penanaman Modal. Perubahan mendasar terjadi
dalam pelaksanaannya. pada struktur organisasi di Kedeputian Bidang
Pelayanan Penanaman Modal dalam rangka
Memperhatikan dinamika perubahan serta melihat
mengakomodir pelaksanaan OSS di BKPM. Berikut
berbagai tantangan yang ada, organisasi BKPM
ini adalah perubahan struktur organisasi pada
dinilai perlu untuk mengembangkan diri dengan
Kedeputian Bidang Pelayanan Penanaman Modal.
membentuk unit-unit baru sebagai konsekuensi
eskalasi tugas dan kewajiban yang diberikan.

Gambar 4.2 Struktur organisasi pada Kedeputian Bidang Pelayanan Penanaman Modal (Setelah Perubahan)

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 79


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

4.3 Pengembangan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)


Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) memberi peluang untuk mendorong dan mewujudkan
penyelenggaraan pemerintahan yang terbuka, partisipatif, inovatif,dan akuntabel, meningkatkan kolaborasi antar
instansi pemerintah dalam melaksanakan urusan dan tugas pemerintahan untukmencapai tujuan bersama,
meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan publik kepada masyarakat luas, dan menekan tingkat
penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk kolusi, korupsi, dan nepotisme melalui penerapan sistem
pengawasan dan pengaduan masyarakat berbasis elektronik.

BKPM sebagai lembaga pemerintahan menilai yang didukung fitur kolaborasi, knowledge sharing,
pentingnya pemanfaatan SPBE dalam upaya serta pertemuan jarak jauh melalui video/audio
meningkatkan kinerja untuk memberikan pelayanan conference. KOPI MANTAP diresmikan pada tanggal
terbaik kepada para stakeholder baik internal 12 Maret 2019 oleh Presiden Joko Widodo pada
maupun eksternal. Beberapa layanan berbasis Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi
elektronik yang telah dimanfaatkan oleh pihak-pihak 2019 diharapkan selanjutnya ada percepatan yang
yang terkait dengan BKPM, antara lain seperti signifikan dalam hal fasilitasi dan penyelesaian
dijabarkan di bawah ini. masalah investasi sehingga seluruh rencana
investasi yang sudah mendapatkan perizinan
berusaha melalui Online Single Submission (OSS)
4.3.1 Layanan KOPI MANTAP (Koordinasi dapat direalisasikan seluruhnya dengan lancar.
Pengawalan Investasi KOPI MANTAP dimanfaatkan untuk mengawal
Memanfaatkan Aplikasi) proses investasi oleh pelaku usaha yang telah
memperoleh izin melalui Online Single Submission
KOPI MANTAP ditujukan untuk memudahkan
(OSS). Aplikasi KOPI MANTAP selayaknya aplikasi
koordinasi lintas satgas (Satgas Nasional, Satgas
Whatsapp yang selama ini menjadi sarana
Provinsi, dan Satgas Kabupaten/Kota) dalam upaya
koordinasi dan komunikasi di lingkup pemerintahan.
fasilitasi pemenuhan komitmen dan penyelesaian
Hanya saja, KOPI MANTAP menjadi sarana yang
masalah investasi. KOPI MANTAP memungkinkan
lebih resmi dan profesional, serta dilengkapi dengan
efektivitas dan efisiensi koordinasi dengan
aspek kemananan, arsip, dan back-up yang lebih
menggunakan platform berbasis teknologi informasi
terjamin.

80 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Platform tersebut akan membantu pemerintah berhubungan dengan administrasi perkantoran


pusat dalam mengawal pelaksanaan investasi dikerjakan secara elektronik serta menggunakan
hingga di tingkat pemerintah daerah (pemda). Hal bantuan alat komunikasi dan sistem informasi.
ini sesuai dengan yang diingatkan Presiden Joko Pekerjaan kantor yang selama beberapa dekade
Widodo, yakni menjaga investasi dari hulu ke hilir. dilakukan secara manual telah berubah menjadi
Menko Perekonomian dan BKPM akan mendorong elektronik bahkan beberapa sudah menerapkan
pemanfaatan Aplikasi KOPI MANTAP untuk kantor maya. Kantor elektronik menggunakan
diterapkan dalam proses pengawalan investasi oleh teknologi komunikasi untuk menyediakan
Satgas Pusat dan Daerah sesuai dengan amanat layanan administrasi perkantoran secara
Perpres No. 91 Tahun 2017 dan Permenko No. 8 elektronik kepada siapa saja, dimana saja, dan
Tahun 2017. Peluncuran KOPI MANTAP ini setiap saat.
diharapkan selanjutnya ada percepatan yang
Tujuan diterapkannya sistem aplikasi e-office
signifikan dalam fasilitas dan penyelesaian masalah
BKPM adalah sebagai berikut:
investasi. Sehingga, seluruh rencana investasi yang
sudah mendapatkan perizinan berusaha melalui a) Modernisasi birokrasi Badan Koordinasi
Online Single Submission (OSS) dapat direalisasikan Penanaman Modal yang antisipatif dan
dengan lancar. KOPI MANTAP merupakan payung proaktif.
dari 3 (tiga) aplikasi yang dikembangkan oleh BKPM
b) Optimalisasi pemaanfaatan teknologi
pada tahun 2019 yang terdiri dari:
informasi dan komunikasi untuk
pelaksanaan tugas dan fungsi.

1) Office 365 c) Pengembangan budaya nilai dan perilaku


kerja yang positif.
Kehadiran Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun
2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis d) Penyederhanaan sistem, prosedur,
Elektronik (SPBE) merupakan babak baru bagi mekanisme, dan kontrol kerja yang efektif.
tata kelola atau manajemen pemerintahan di
e) Peningkatan mutu layanan administrasi.
Indonesia. Berdasarkan kebijakan tersebut,
seluruh instansi pemerintah wajib menerapkan Aplikasi yang ada dalam e-Office BKPM yang
SPBE atau yang lebih dikenal dengan e- sedang dikembangkan juga antara lain: Aplikasi
government. Persuratan, Aplikasi Sasaran Kinerja Pegawai
(SKP), Aplikasi Obrolan, Aplikasi Notula, Aplikasi
Salah satu upaya untuk mencapai maksud
Memo, Aplikasi Kinerja, Aplikasi Investori,
tersebut diperlukan optimalisasi penggunaan
Aplikasi IAM, dan Aplikasi Agenda.
teknologi informasi. Berbagai kemudahan yang
ditawarkan oleh teknologi informasi diharapkan Terkait upaya meningkatkan Sistem
mampu menciptakan lingkungan kerja yang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
efisien dan efektif, yang pada akhirnya akan (SAKIP), BKPM sedang mengembangkan
menunjang kinerja organisasi, termasuk BKPM Aplikasi Kinerja BKPM dalam rangka
dalam memberikan pelayanan kepada semua melaksanakan evaluasi internal yang
pihak, baik dalam hubungannya dengan tata didalamnya memuat fitur Perjanjian Kinerja,
kerja aparatur itu sendiri, pelayanan kepada Pengukuran Kinerja dan Pemeringkatan Kinerja.
dunia usaha, pelayanan publik, atau pelayanan Melalui pengembangan fitur Pemeringkatan
antar instansi pemerintah dan stakeholder Kinerja, akan sangat berguna untuk mendorong
lainnya. kinerja unit dalam merencanakan program dan
anggaran dengan baik, serta merealisasikannya
Dalam kaitannya dengan teknologi informasi,
sesuai dengan rencana yang telah disusun.
sejak tahun 2017 BKPM telah memanfaatkan
Dengan adanya sistem evaluasi berupa
Office 365 dalam menjalankan kegiatan
pemeringkatan, diharapkan setiap unit akan
operasional perkantoran sehari-hari. Aplikasi e-
terpicu untuk terus bekerja secara optimal agar
office adalah suatu sistem yang berhubungan
tidak berada pada peringkat kinerja yang
dengan administrasi, secara maya memusatkan
rendah. Konsekuensi dari evaluasi ini terhadap
komponen-komponen sebuah organisasi dimana
unit dapat mempengaruhi dalam hal
data, informasi, dan komunikasi dibuat melalui
pengambilan keputusan berupa keberlanjutan
media telekomunikasi. Electronic dalam e-office
program/kegiatan, revisi, atau penghentian
dapat berarti bahwa semua pekerjaan yang

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 81


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

serta pertimbangan dalam alokasi anggaran proyek tiap daerah, dan belum ada metode
kepada unit di lingkungan BKPM. Kinerja setiap inteaksi yang transparan sehingga bisa
unit di lingkungan BKPM akan terpantau dilakukan peers review, dimana setiap
kinerjanya karena ada evaluasi berupa pengguna bisa memantau kinerja pengguna
pemeringkatan kinerja setiap triwulannya. lain. Adapun solusi yang ditawarkan dalam
rangka pengawalan investasi salah satunya
dengan menggunakan teknologi kekinian yaitu
2) Layanan Workplace by Facebook Workplace by Facebook. Workplace adalah
platform konektifitas dengan fitur yang sudah
Permasalahan dan kendala dalam pengawalan
dikenal seperti grup, pesan instan atau berbagi
investasi yang dihadapi BKPM dan instansi
dokumen untuk meningkatkan kerja tim dan
terkait lainnya diantaranya adalah belum ada
budaya kerja yang baik.
metode untuk berinteraksi dengan seluruh
perwakilan Kementerian/Lembaga/Daerah Melalui pemanfaatan Workplace, terdapat
secara efisien, belum ada metode untuk perubahan paradigma pengawalan realisasi
tracking progress perkembangan realisasi investasi dari cara manual beralih ke

pemanfaatan sistem informasi dengan koordinasi grup diharapkan seluruh provinsi,


menggunakan aplikasi Workplace dapat kabupaten/kota dan juga K/L dapat saling
dijadikan sebagai learning center, media berkoordinasi dan berkomunikasi melalui media
sosialisasi menggunakan format video singkat Workplace. Grup terdiri dari: Provinsi (DPMPTSP
dan animasi, live streaming/talkshow dengan dan Setda), Kabupaten/Kota (DPMPTSP dan
narasumber pemerintah pusat maupun daerah, Setda), Kementerian/Lembaga, dan BKPM (Unit
online meeting untuk diskusi dua arah, dan Pengendalian Pelaksanaan, Unit Pelayanan, Unit
Workplace Group bisa dijadikan tempat untuk Promosi, Unit Kerjasama, dan Unit Deregulasi),
menerima feedback dari daerah. Dengan fitur dan grup akan dimoderatori oleh BKPM.

82 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

3) CISCO WebEx Meetings Penggunaan dan mekanisme WebEx di BKPM


ditujukan untuk kebutuhan, antara lain:
WebEx adalah sebuah aplikasi online yang
dikembangkan oleh Cisco yang membuat para a) Menyelenggarakan pertemuan secara online
pengguna saling berkolaborasi lewat gambar, antar anggota Satgas dan DPMPTSP;
video, dan suara dari mana pun secara lebih
b) Undangan rapat dapat dikirimkan
mudah. WebEx mengkombinasikan komunikasi
menggunakan email atau menggunakan
lewat telepon dengan tampilan di layar
meeting link yang di-posting pada grup
komputer, sehingga tidak perlu menghabiskan
Workplace;
biaya untuk perjalanan dan melakukan
pertemuan, cukup melalui penjelajah web di c) BKPM memiliki beberapa akun WebEx (untuk
meja masing-masing dan lebih produktif host meeting) yang dapat dipinjamkan kepada
dibandingkan mengirim file yang akan anggota Satgas untuk keperluan rapat; dan
didiskusikan lewat email. Dengan aplikasi ini,
d) WebEx juga dapat digunakan untuk kebutuhan
BKPM bisa mengurangi biaya operasional dan
seminar / sosialisasi dan online training / e-
membuat pekerjaan lebih efisien.
learning dengan jumlah peserta yang besar.

4.3.2 Layanan Podcast BKPM format file yang sama, seperti audio atau video,
sehingga pendengar selalu bisa menikmati program
Podcast merupakan suatu rekaman suara atau tersebut dengan cara yang sama.
video, tetapi bisa juga merupakan rekaman siaran
televisi atau program radio, kuliah, pertunjukan, Di era industri 4.0 seperti saat ini, penting sekali
atau acara lain. Media podcast dinilai efektif dalam bagi instansi pemerintah dalam mengikuti
menjangkau banyak pendengar, karena media ini perkembangan zaman terutama dalam hal metode
dapat menjangkau ke seluruh dunia. Podcast juga diseminasi informasi, baik untuk kepentingan
sebuah cara yang menarik bagi pendengar karena internal institusi tersebut, maupun untuk eksternal.
dapat menikmati konten secara mudah dan gratis. Atas dasar tersebut, perlu bagi BKPM untuk
Setiap episode podcast biasanya ditawarkan dalam melakukan diseminasi informasi dalam bentuk

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 83


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

konten podcast, karena dapat menjangkau lebih diseminasi informasi yang dapat sewaktu-waktu
banyak pendengar dan konten tersebut akan didengar apabila dibutuhkan baik oleh pihak internal
dikemas dengan menarik sehingga lebih banyak BKPM seperti pembuatan laporan, menciptakan
meraih pendengar. lingkungan kerja yang lebih baik dan efisian, serta
untuk pihak eksternal, seperti masyarakat umum,
BKPM menilai perlunya pengelolaan dan pembuatan
yang ingin mendapatkan informasi terbaru
konten podcast BKPM sebagai salah satu metode
mengenai BKPM.

4.3.3 Pembangunan Fasilitas Command data potensi, perkembangan dan realisasi investasi
di Indonesia yang diperlukan dalam menentukan
Center BKPM
kebijakan penanaman modal. Command Center
Command center adalah salah satu fasilitas yang sebagai business application management yang
diperlukan oleh institusi untuk menyediakan berfungsi menjamin berbagai aplikasi di BKPM yang
perintah, koordinasi, dan pembuatan keputusan sangat penting bagi para pengguna sistem OSS
dalam mendukung respon suatu kejadian penting yang selalu tersedia dan bekerja sesuai desain yang
dan menjalankan Crisis Management atau Business ditetapkan.
Continuity Management. Berdasarkan jenisnya,
Command Center BKPM berupa ruangan pusat
Command Center yang dibutuhkan di BKPM adalah
visualisasi dan integrasi data, baik yang diperoleh
sebagai data center management yang berfungsi
melalui online, offline, internal maupun eksternal
untuk pengelolaan Big Data untuk
yang disajikan secara bersamaan di sebuah layar
memvisualisasikan data dan informasi eksekutif
lebar video wall yang juga berfungsi sebagai
terkait data penanaman modal, antara lain:
monitoring room. Command center sangat
pemantauan penerbitan Nomor Induk Berusaha
membantu dalam mempermudah jalannya meeting
(NIB), komitmen Izin Usaha dan Izin Komersial,

84 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

dan koordinasi antar bidang. Command center juga pengolahan data penanaman modal berbasis mobile
dapat membantu memastikan setiap keputusan (gadget).
penting, respon dan aksi yang diambil seakurat
BIM (Business Intelligence Mobile) BKPM adalah
mungkin sesuai data yang ada. Command center
aplikasi Business Intelligence investasi di Indonesia
sangat penting bagi kantor instansi pemerintahan
dalam bentuk mobile yang dikembangkan oleh
dan perusahaan-perusahaan yang memerlukan
BKPM. Aplikasi ini memungkinkan penggunanya
manajemen krisis.
dapat mengetahui dan menganalisa data investasi
di Indonesia melalui smartphone berbasis iOS
ataupun Android. Data yang ditampilkan dalam
4.3.4 Pengembangan BIM (Business aplikasi ini adalah data investasi dari tahun 2010
Intelligence Mobile) BKPM sampai dengan triwulan terakhir tahun berjalan.
Data yang ditampilkan merupakan data realisasi
Dalam upaya memberikan akses kemudahan bagi
berdasarkan Laporan Kegiatan Penaman Modal
para stakeholder terkait untuk memperoleh
(LKPM) yang dilaporkan oleh perusahaan secara
informasi data penanaman modal, BKPM telah
berkala.
mengembangkan sistem informasi pelayanan
berbasis website dan mobile. Sejauh ini BKPM telah Tagline yang diusung BKPM adalah “With Self
memiliki informasi pelayanan data penanaman Service BI Everyone Can be a Data Chef“, yang
modal berbasis website yaitu Business Intelligence maksudnya, dengan menggunakan BI dan BIM kita
(BI). Tetapi seiring perkembangan zaman serta bisa mengolah bahkan meracik data menjadi sajian
tuntutan efisiensi dan efektifitas kecepatan data yang matang dan siap saji sesuai selera kita,
informasi, BKPM mengembangkan Business selayaknya Chef yang mengolah dan meracik bahan
Intelligence Mobile (BIM), sistem aplikasi makanan untuk membuat hidangan yang istimewa.

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 85


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

4.4 Penguatan Program Reformasi Birokrasi BKPM

4.4.1 Proses Reformasi Birokrasi di BKPM


Reformasi Birokrasi pada pelaksanaannya merupakan tranformasi segenap aspek manajemen pemerintahan
menuju pemerintahan yang baik. Oleh karena kompleksnya program/kegiatan Reformasi Birokrasi, maka
diperlukan pentahapan-pentahapan yang jelas untuk menuju pemerintahan yang baik tersebut. Pentahapan yang
jelas dan terukur serta adanya program monitoring dan evaluasi akan memperbesar kemungkinan susksesnya
pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Terdapat 3 (tiga) tahap proses Reformasi Birokrasi di BKPM yang telah dan akan
dilaksanakan, yaitu proses perencanaan, proses pelaksanaan dan proses monitoring dan evaluasi.

Pentahapan proses Reformasi Birokrasi kegiatan yang dilaksanakan adalah:


dimaksudkan untuk memudahkan dalam
a) Melakukan monitoring untuk memastikan
pelaksanaan dan penganggaran serta monitoring
bahwa pelaksanaan setiap Reformasi
dan evaluasi. Melalui pentahapan proses juga
Birokrasi sesuai dengan Roadmap yang telah
diharapkan dapat dengan mudah memantau
disetujui dan memberikan laporan hasil
kemajuan dan capaian dari kegiatan-kegiatan di
monitoring yang disusun setiap 6 (enam)
dalam tiap tahapan yang pada akhirnya dapat
bulan sekali (per semester).
dipastikan akan memperkecil kegagalan,
b) Mengolah hasil monitoring.
mengantisipasi potensi hambatan, mengurangi
c) Memberikan masukan guna perbaikan
pengerjaan ulang (rework), memudahkan
berkelanjutan kepada pelaksanaan kegiatan
pengendalian serta waktu pelaksanaan dapat
Reformasi Birokrasi.
dipantau dan terukur. Tahapan tersebut terdiri dari:
d) Melakukan evaluasi untuk setiap
1) Tahap Perencanaan pelaksanaan aktivitas Reformasi Birokrasi
sesuai dengan sasaran pencapaian yang
Pada tahap perencanaan Reformasi Birokrasi
telah disepakati dalam Roadmap, evaluasi
yang dilakukan oleh BKPM adalah kegiatan-
dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali.
kegiatan sebagai berikut:
e) Mengolah hasil evaluasi dan memberikan
a) Membentuk Tim Reformasi Birokrasi BKPM. catatan-catatan yang diperlukan bila hasil
b) Internalisasi target, output, dan outcome capaian tidak sesuai dengan yang
dari kegiatan dan program dari Reformasi direncanakan.
Birokrasi ke semua komponen organisasi.
c) Melakukan review organisasi dan
menentukan isu kunci pada masing-masing 4.4.2 Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di
komponen Reformasi Birokrasi.
BKPM Tahun 2019
d) Menentukan gap antara keadaan sekarang
dengan keadaan yang diinginkan. 1) Quick Wins Yang Telah Dilaksanakan
e) Menyusun Roadmap Reformasi Birokrasi.
Program percepatan (quick wins) di bidang
f) Menyiapkan dokumen usulan.
pelayanan penanaman modal yang sedang
2) Tahap Pelaksanaan dilakukan oleh BKPM pada tahun 2019 adalah
evaluasi atas pelaksanaan pelayanan
Sebelum tahap pelaksanaan dilakukan,
penanaman modal 3 jam. Kegiatan quick wins
diperlukan pengkoordinasian terlebih dahulu
sebagaimana tersebut di atas merupakan tugas
yang terkait dalam penyusunan kebijakan
dan fungsi BKPM yang diharapkan memperoleh
Reformasi Birokrasi dan pelaksanaan Training
momentum yang positif pada pelaksanaan
for The Trainer, Focus Group Discussion,
Reformasi Birokrasi di BKPM yang akan
sosialisasi dan rapat koordinasi dengan pihak
dilaksanakan secara konsisten dan
terkait. Fokus pada tahap pelaksanaan ini
berkelanjutan.
dititikberatkan kepada pelaksanaan setiap
kegiatan Reformasi Birokrasi sesuai dengan Quick wins dalam rangka Reformasi Birokrasi
Roadmap yang terdapat pada dokumen usulan akan mendorong terwujudnya penerapan
yang telah disetujui. prinsip-prinsip clean government dan good
governance secara universal yang diyakini akan
3) Tahap Monitoring dan Evaluasi
menjadi prinsip dasar yang diperlukan untuk
Pada tahap monitoring dan evaluasi, kegiatan- memberikan pelayanan prima kepada

86 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

masyarakat. Di dalam Reformasi Birokrasi diselenggarakan secara bertahap sebagaimana


terdapat 8 (delapan) area perubahan yang tertera pada tabel roadmap kegiatan.
setiap perubahannya dapat memberikan
Pelaksanaan penguatan manajemen perubahan
dampak antara lain pada penurunan praktek
dengan melakukan kegiatan pengembangan
KKN, meningkatnya kualitas pengelolaan
nilai-nilai untuk menegakkan integritas pada
kebijakan dan pelayanan publik, meningkatnya
tahun 2019 diselenggarakan dengan
produktifitas aparatur, meningkatnya
menyelenggarakan sosialisasi dan internalisasi
kesejahteraan pegawai negeri dan hasilnya
nilai-nilai dan budaya kerja positif dengan
dapat dirasakan secara nyata oleh seluruh
harapan akan terjadi peningkatan penerapan
masyarakat.
nilai, kode etik, budaya kerja, dan budaya
pelayanan serta meningkatnya integritas
aparatur.
2) Penguatan Manajemen Perubahan
Pelaksanaan kegiatan pembentukan agen
Tujuan dilaksanakannya program Penguatan
perubahan yang dapat mendorong terjadinya
Manajemen Perubahan adalah mengubah
perubahan pola pikir di lingkungan BKPM pada
secara sistematis dan konsisten dari sistem dan
tahun 2019 diselenggarakan dengan
mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan
melaksanakan pemantauan dan pembinaan
budaya kerja individu atau unit kerja di
terhadap pelaksanaan tugas agen perubahan
dalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan
dan pelatihan bagi para agen perubahan. Hasil
tujuan dan sasaran reformasi.
akhir yang diharapkan apabila kegiatan
Dalam rangka untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan dengan baik adalah
sebagaimana tersebut di atas dilakukan meningkatnya profesionalisme aparatur,
kegiatan-kegiatan seperti pengembangan nilai- meningkatnya citra positif aparatur sebagai
nilai untuk menegakkan integritas, dan pelayan masyarakat dan meningkatnya
pembentukan agen perubahan yang dapat kepuasan masyarakat. Dibawah ini dapat dilihat
mendorong terjadinya perubahan pola pikir. tabel capaian kinerja program penguatan
Sebagaimana telah dicanangkan pada roadmap manajemen perubahan dalam rangka
BKPM tahun 2015-2019, disebutkan bahwa Reformasi Birokrasi di BKPM Tahun 2019.
kegiatan-kegiatan pada area perubahan akan

Tabel 4.1 Capaian Kinerja Proram Penguatan Manajemen Perubahan Reformasi Birokrasi BKPM Tahun 2019

Rencana Aksi dan Realisasi


No. Program / Kegiatan
Rencana Aksi Target Realisasi Persentase

1 Pengembangan nilai-nilai untuk Sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai dan


1 Laporan 1 Laporan 100%
menegakkan integritas budaya kerja positif

Pemantauan dan pembinaan terhadap


1 Laporan 1 Laporan 100%
pelaksanaan tugas agen perubahan

2 Pembentukan Agen Perubahan yang dapat


Perbaikan sistem agen perubahan 1 Paket 1 Paket 100%
mendorong terjadinya perubahan pola pikir

Berdasarkan Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa pelatihan bagi agen perubahan dalam rangka
capaian target Tahun 2019 pada kegiatan Reformasi Birokrasi Tahun 2019 capaian
Sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai dan kinerjanya adalah sebesar 100%.
budaya kerja positif telah mencapai target
sebesar 100% dari target yang telah
ditentukan. Sedangkan kegiatan pemantauan 3) Penguatan Pengawasan
dan pembinaan terhadap pelaksanaan tugas
Tujuan dilaksanakannya program penguatan
agen perubahan juga telah tercapai sebesar
pengawasan adalah penerapan pengawasan
100% yang dilaksanakan pada Semester II
yang independen, profesional dan sinergis
Tahun 2019.
untuk menciptakan birokrasi yang bersih dan
Kegiatan pemantauan dan pembinaan terhadap akuntabel di lingkungan BKPM. Untuk mencapai
pelaksanaan tugas agen perubahan dan sasaran tersebut dilakukan kegiatan-kegiatan

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 87


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

yaitu pembangunan unit kerja untuk a) Meningkatnya kapasitas APIP;


memperoleh predikat menuju WBK/WBBM,
b) Meningkatnya penerapan sistem
pelaksanaan pengendalian gratifikasi,
pengawasan yang independen, profesional
pelaksanaan whistle blowing system,
dan sinergis;
pelaksanaan pemantauan benturan
kepentingan, Pembangunan SPIP, dan c) Meningkatnya penerapan penyelenggaraan
penanganan pengaduan masyarakat. Pada pemerintahan yang bersih dan bebas KKN;
periode tahun 2015-2019, kegiatan-kegiatan
d) Meningkatnya efisiensi penyelenggaraan
tersebut dilaksanakan secara serentak dimulai
birokrasi;
tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.
e) Menurunnya tingkat penyimpangan oleh
Pelaksanaan kegiatan tersebut, pada tahun
aparatur; dan
2019 diselenggarakan dengan melakukan aksi
sebagai berikut: f) Mempertahankan opini WTP-BPK.

a) Penetapan unit kerja sebagai Zona


Integritas menuju WBK/WBBM; Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut dapat dilihat
b) Pelaksanaan Sosialisasi Pengendalian bahwa kegiatan Reformasi Birokrasi pada
Gratifikasi kepada seluruh pegawai BKPM program penguatan pengawasan Tahun 2019
secara berkala; adalah berupa pembangunan unit kerja untuk
memperoleh predikat menuju wilayah bebas
c) Pelaporan implementasi pengendalian
korupsi (WBK) / wilayah birokrasi bersih dan
gratifikasi secara berkala;
melayani (WBBM) dapat tercapai, yaitu Deputi
d) Pelaksanaan Sosialisasi Whistle Blowing Bidang Pelayanan Penanaman Modal.
System (WBS) kepada seluruh pegawai
Pelaksanaan pengendalian gratifikasi,
BKPM secara berkala;
pelaksanaan pemantauan benturan kepentingan
e) Pelaporan secara berkala implementasi telah terlaksana dengan baik telah mencapai
WBS di BKPM; target 100%. Sedangkan untuk kegiatan
pelaksanaan Whistle Blowing System (WBS)
f) Pengembangan aplikasi WBS disesuaikan
realisasi pencapaian targetnya adalah sebesar
dengan kebutuhan dan peraturan;
100% dari target yang telah ditentukan.
g) Pelaksanaan sosialisasi terkait benturan Sedangkan pengembangan aplikasi WBS
kepentingan kepada seluruh pegawai BKPM disesuaikan dengan kebutuhan dan peraturan
secara berkala; telah terlaksana dengan baik mencapai target
100%.
h) Pelaporan secara berkala tentang
implementasi benturan kepentingan di Pembangunan Sistem Pengendalian Intern
BKPM; Pemerintah (SPIP) pada BKPM untuk aksi
evaluasi dan pengembangan SAKIP disesuaikan
i) Evaluasi dan Pengembangan SAKIP
perkembangan pencapaian target kinerjanya
disesuaikan dengan perkembangan;
adalah sebesar 100%. Sedangkan aksi
j) Pelaksanaan sosialisasi tentang SPIP pada pelaksanaan sosialisasi tentang SPIP pada
seluruh unit di BKPM secara berkala; seluruh unit di BKPM secara berkala pencapaian
target kinerjanya adalah sebesar 100%. Dan
k) Peningkatan kapasitas APIP melalui diklat;
peningkatan kapabilitas APIP melalui diklat
l) Pelaksanaan sosialisasi terkait pengaduan pencapaian target kinerjanya sebesar 250%.
masyarakat kepada seluruh pegawai BKPM
Sosialisasi Peraturan Kepala BKPM tentang
secara berkala; dan
penerapan SPIP dan Kode Etik Pegawai BKPM
m) Melaporkan secara berkala tentang dengan target pemahaman terhadap Peraturan
implementasi penanganan pengaduan Kepala BKPM tentang penerapan SPIP dan Kode
masyarakat di BKPM. Etik Pegawai BKPM, realisasi pencapaian
Hasil yang diharapkan apabila kegiatan- kinerjanya adalah sebesar 100%.
kegiatan tersebut dilaksanakan dengan baik
adalah sebagai berikut:

88 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Tabel 4.2 Capaian Kinerja Program Penguatan Pengawasan Tahun 2019

Rencana Aksi dan Realisasi


No. Program / Kegiatan
Rencana Aksi Target Realisasi Persentase

1 Pembangunan Unit Kerja Untuk Penetapan unit kerja sebagai Zona Integritas 1 Satuan 1 Satuan 100%
Memperoleh Predikat Menuju WBK/ menuju WBK/WBBM Kerja Kerja
WBBM

2 Pelaksanaan Pengendalian Gratifikasi Pelaksanaan Sosialisasi Pengendalian 2 kali 2 kali 100%


Gratifikasi kepada seluruh pegawai BKPM
secara berkala

Pelaporan implementasi pengendalian 2 kali 2 kali 100%


gratifikasi secara berkala

3 Pelaksanaan Whistle Blowing System Pelaksanaan Sosialisasi Whistle Blowing 2 kali 2 kali 100%
System (WBS) kepada seluruh pegawai
BKPM secara berkala

Pelaporan secara berkala implementasi WBS 2 kali 2 kali 100%


di BKPM

Pengembangan aplikasi WBS disesuaikan 1 Paket 1 Paket 100%


dengan kebutuhan dan peraturan

4 Pelaksanaan Pemantauan Benturan Pelaksanaan sosialisasi terkait benturan 2 kali 2 kali 100%
Kepentingan kepentingan kepada seluruh pegawai BKPM
secara berkala

Pelaporan secara berkala tentang 2 kali 2 kali 100%


implementasi benturan kepentingan di BKPM

5 Pembangunan SPIP Evaluasi dan Pengembangan SAKIP 1 kali 1 kali 100%


disesuaikan dengan perkembangan

Pelaksanaan sosialisasi tentang SPIP pada 2 kali 2 kali 100%


seluruh unit di BKPM secara berkala

Peningkatan kapasitas APIP melalui diklat 2 orang 5 orang 250%

6 Penanganan Pengaduan Masyarakat Pelaksanaan sosialisasi terkait pengaduan 2 kali 2 kali 100%
masyarakat kepada seluruh pegawai BKPM
secara berkala

Melaporkan secara berkala tentang 2 kali 2 kali 100%


implementasi penanganan pengaduan
masyarakat di BKPM

4) Penguatan Akuntabilitas Kinerja a) Pengembangan dan Penyempurnaan Sistem


Pengadaan Secara Elektronik (SPSE);
Tujuan dilaksanakannya program penguatan
akuntabilitas kinerja adalah peningkatan b) Pengembangan dan Penyempurnaan Sistem
kualitas pelaksanaan dan integrasi antara Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi
sistem akuntabilitas keuangan dan kinerja, Secara Elektronik (SPIPISE);
serta peningkatan fairness, transparansi, dan
c) Pengembangan dan Penyempurnaan Sistem
profesionalisme dalam pengadaan barang dan
Kepegawaian;
jasa.
d) Penerapan dan pemeliharaan Sistem
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
kegiatan pembangunan / pengembangan
(SAKIP); dan
teknologi informasi dalam manajemen kinerja.
Pelaksanaan kegiatan tersebut pada periode e) Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sistem
2015-2019 akan dilakukan secara bertahap Informasi Pegawai (SIMPEG).
sebagaimana tertera / tercantum pada tabel
Hasil yang diharapkan apabila kegiatan-
roadmap reformasi birokrasi BKPM. Pada tahun
kegiatan tersebut dilaksanakan dengan baik
2019, kegiatan pembangunan/pengembangan
adalah:
teknologi informasi dalam manajemen kinerja
akan dilakukan aksi-aksi sebagai berikut: a) Meningkatnya kualitas penerapan sistem

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 89


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

akuntabilitas keuangan dan kinerja yang d) Meningkatnya akuntabilitas aparatur.


terintegrasi;
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa
b) Meningkatnya kualitas penerapan sistem pada Tahun 2019, kegiatan pembangunan/
pengadaan barang dan jasa yang adil, pengembangan teknologi informasi dalam
transparan, dan profesional; manajemen kinerja untuk seluruh aksi
pencapaian target kinerja telah mencapai 100%
c) Meningkatnya penerapan sistem
dari rencana yang telah ditetapkan.
manajemen kinerja lembaga; dan

Tabel 4.3 Capaian Kinerja Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja Reformasi Birokrasi BKPM Tahun 2019

Rencana Aksi dan Realisasi


Program / Kegiatan
Rencana Aksi Target Realisasi Persentase

Pembangunan/Pengembangan Teknologi Pengembangan dan Penyempurnaan SPSE 1 Paket 1 Paket 100%


Informasi Dalam Manajemen Kinerja
Pengembangan / Penyempurnaan SPIPISE 1 Paket 1 Paket 100%

Pengembangan / Penyempurnaan Sistem 1 Paket 1 Paket 100%


Kepegawaian

Penerapan dan pemeliharaan SAKIP 1 Paket 1 Paket 100%

Pemanfaatan dan Pemeliharaan SIMPEG 1 Paket 1 Paket 100%

5) Penguatan Kelembagaan a) Meningkatnya kualitas pelaksanaan agenda


reformasi birokrasi;
Tujuan dilaksanakan program penguatan
kelembagaan adalah penataan kelembagaan b) Meningkatnya ketepatan ukuran, ketepatan
Badan Koordinasi Penanaman Modal yang tepat fungsi dan sinergisme kelembagaan;
ukuran, tepat fungsi dan sinergis. Untuk
c) Menurunnya tumpang tindih tugas dan
mencapai tujuan tersebut dilakukan kegiatan
fungsi;
evaluasi dan restrukturisasi kelembagaan ASN
di BKPM. Untuk periode tahun 2015-2019, d) Meningkatnya kejelasan pembagian
kegiatan tersebut diselenggarakan secara kewenangan;
bertahap sebagaimana tertera pada tabel
e) Meningkatnya sinergisme kelembagaan
roadmap Reformasi Birokrasi BKPM.
antara instansi pusat dan daerah; dan
Pada tahun 2019, pelaksanaan kegiatan
f) Meningkatnya kinerja aparatur.
evaluasi dan restrukturisasi kelembagaan ASN
di BKPM akan diselenggarakan aksi Berdasarkan Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa
meningkatkan peranan jabatan fungsional di capaian kinerja pada kegiatan evaluasi dan
setiap unit kerja. Hasil yang diharapkan apabila restrukturisasi kelembagaan ASN di BKPM
kegiatan tersebut dilakukan dengan baik adalah untuk aksi meningkatkan peranan jabatan
sebagai berikut: fungsional di setiap unit kerja pada tahun 2019
telah mencapai target 100%.

Tabel 4.4 Capaian Kinerja Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja Reformasi Birokrasi BKPM Tahun 2019

Rencana Aksi dan Realisasi


Program / Kegiatan
Rencana Aksi Target Realisasi Persentase

Evaluasi dan Restrukturisasi Kelembagaan Meningkatkan peranan jabatan fungsional 1 Dokumen 1 Dokumen 100 %
ASN di BKPM di setiap unit kerja Kajian Kajian

6) Penguatan Tatalaksana sederhana, transparan, partisipatif, dan


berbasis e-government. Untuk mencapai tujuan
Tujuan dilaksanakannya program penguatan
tersebut dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai
tatalaksana adalah penataan bisnis proses yang
berikut:

90 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

a) Perluasan Penerapan e-Government yang nonperizinan yang diterbitkan tahun 2019


Terintegrasi Dalam Penyelenggaraan ke dalam media elektronik.
Pemerintahan dan Pembangunan di BKPM;
Hasil yang diharapkan apabila kegiatan tersebut
b) Penerapan Efisiensi Penyelenggaraan dilakukan dengan baik adalah sebagai berikut:
Pemerintah di BKPM;
a) Meningkatnya penerapan sistem, proses
c) Implementasi Undang-undang Keterbukaan dan prosedur kerja yang jelas, efektif,
Informasi Publik di BKPM; dan efisien, cepat, terukur sederhana,
transparan, partisipatif, dan berbasis e-
d) Penerapan Sistem Kearsipan yang andal di
Government;
BKPM.
b) Meningkatnya kualitas tata hubungan
Untuk periode tahun 2015-2019, kegiatan
antara pemerintah pusat dan daerah;
tersebut diselenggarakan secara bertahap
sebagaimana tertera pada tabel roadmap c) Meningkatnya penerapan keterbukaan
Reformasi Birokrasi BKPM. Pada tahun 2019, informasi publik;
dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan
d) Meningkatnya penerapan sistem pengadaan
tersebut dilakukan aksi-aksi sebagai berikut:
barang dan jasa secara elektronik;
a) Melakukan integrasi e-Government dengan
e) Meningkatnya penerapan manajemen
K/L dan Daerah (Provinsi dan Kab/Kota);
kearsipan yang handal; dan
b) Konsolidasi data dengan Badan Informasi
f) Meningkatnya kualitas pelayanan.
Geospasial (BIG);
Berdasarkan Tabel 4.5, dapat dilihat bahwa
c) Melakukan sosialisasi penggunaan e-office
capaian kinerja kegiatan perluasan penerapan e
dan email BKPM;
-Government yang terintegrasi dalam
d) Melakukan pemutakhiran informasi publik: penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan di BKPM; penerapan efisiensi
1. Wajib disediakan dan diumumkan
penyelenggaraan pemerintah di BKPM;
secara berkala
implementasi undang-undang keterbukaan
2. Wajib tersedia setiap saat informasi publik di BKPM; penerapan sistem
kearsipan yang handal di BKPM, telah mencapai
3. Mekanisme pelayanan masyarakat
100% dari target yang telah ditentukan.
e) Melakukan alih dokumen perizinan dan

Tabel 4.5 Capaian Kinerja Program Penguatan Tatalaksana Reformasi Birokrasi BKPM Tahun 2019

Rencana Aksi dan Realisasi


No. Program / Kegiatan
Rencana Aksi Target Realisasi Persentase

1 Perluasan Penerapan e-Government yang Melakukan integrasi e-Government 4 K/L dan 5 4 K/L dan 5 100%
Terintegrasi Dalam Penyelenggaraan dengan K/L dan Daerah (Provinsi dan Daerah Daerah
Pemerintahan dan Pembangunan di BKPM Kab/Kota) (Provinsi dan (Provinsi dan
Kab/kota) Kab/kota)

Konsolidasi data dengan BPS 1 Laporan 1 Laporan 100%

2 Penerapan Efisiensi Penyelenggaraan Melakukan sosialisasi penggunaan e- 1 Laporan 1 Laporan 100%


Pemerintah di BKPM office dan email BKPM

3 Implementasi Undang-undang Keterbukaan Melakukan pemutakhiran informasi 1 Laporan 1 Laporan 100%


Informasi Publik di BKPM publik:
a. Wajib disediakan dan diumumkan
secara berkala
b. Wajib tersedia setiap saat

4 Penerapan Sistem Kearsipan yang Handal Melakukan alih dokumen perizinan dan 1 Laporan 1 Laporan 100%
di BKPM nonperizinan yang diterbitkan tahun
2019
kedalam media elektronik

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 91


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

7) Penguatan Sistem Manajemen Sumber Daya m) Pengukuran gap competency antara


Manusia Aparatur Sipil Negara pemangku jabatan dan syarat kompetensi
jabatan; dan
Tujuan dilaksanakannya program penguatan
sistem manajemen sumber daya manusia n) Penguatan sistem dan kualitas pendidikan
aparatur sipil negara adalah penerapan dan pelatihan untuk mendukung kinerja.
manajemen ASN yang transaparan, kompetitif,
Untuk periode tahun 2015-2019, kegiatan
dan berbasis merit untuk mewujudkan ASN
tersebut diselenggarakan secara bertahap
yang profesional dan bermartabat; penerapan
sebagaimana tertera pada tabel roadmap
sistem manajemen kinerja nasional yang
Reformasi Birokrasi BKPM. Pada tahun 2019,
efektif; peningkatan kualitas kebijakan publik;
dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan
pengembangan kepemimpinan untuk
tersebut dilakukan aksi-aksi sebagai berikut:
perubahan dalam birokrasi untuk mewujudkan
kepemimpinan yang visioner, berkomitmen, a) Melaksanakan rekrutmen melalui seleksi
dan transformatif; peningkatan efisiensi pegawai secara online berbasis kompetensi;
(belanja aparatur) penyelenggaraan birokrasi;
b) Melaksanakan pengisian jabatan struktural
penerapan manajemen kearsipan yang handal,
dan fungsional tertentu secara terbuka;
komprehensif, dan terpadu.
c) Melaksanakan penempatan ASN
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan
berdasarkan hasil assesment;
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
d) Melaksanakan penilaian kinerja pegawai
a) Perbaikan berkelanjutan sistem
sesuai dengan peraturan yang berlaku;
perencanaan kebutuhan pegawai ASN;
e) Melakukan penyesuaian dan
b) Perumusan dan penetapan kebijakan sistem
penyempurnaan peraturan tentang reward
rekrutmen dan seleksi secara transparan
and punishment berbasis kinerja;
dan berbasis kompetensi;
f) Melaksanakan reward and punishment
c) Perumusan dan penetapan kebijakan sistem
berbasis kinerja;
promosi secara terbuka;
g) Mengembangkan dan menyempurnakan
d) Perumusan dan penetapan kebijakan
sistem informasi ASN BKPM;
pemanfaatan assessment center;
h) Melaksanakan penggunaan sistem informasi
e) Perumusan dan penetapan kebijakan
ASN di BKPM;
penilaian kinerja pegawai;
i) Melaksanakan pengkaderan pegawai ASN;
f) Perumusan dan penetapan kebijakan
reward and punishment berbasis kinerja; j) Pemanfaatan database profil kompetensi
calon dan pejabat tinggi ASN pada promosi
g) Pembangunan / pengembangan sistem
jabatan pegawai;
informasi ASN di BKPM;
k) Penyesuaian dan penyempurnaan peraturan
h) Perumusan dan penetapan kebijakan sistem
kebijakan pengendalian kualitas diklat;
pengkaderan pegawai ASN;
l) Melaksanakan kebijakan pengendalian
i) Perumusan dan penetapan kebijakan
kualitas diklat;
pemanfaatan / pengembangan database
profil kompetensi calon dan pejabat tinggi m) Melaksanakan sistem promosi jabatan
ASN; secara terbuka, kompetitif dan berbasis
kompetensi;
j) Perumusan dan penetapan kebijakan
pengendalian kualitas diklat; n) Melaksanakan pola karir ASN;

k) Penerapan sistem promosi secara terbuka, o) Melaksanakan assesment pada setiap


kompetitif, dan berbasis kompetensi pemangku jabatan dengan mengacu pada
didukung oleh makin efektifnya standar kompetensi yang telah disusun;
pengawasan oleh komisi aparatur sipil p) Melaksanakan sistem dan kualitas
negara (KASN); pendidikan dan pelatihan untuk mendukung
l) Menyusun dan menetapkan pola karir ASN; kinerja.

92 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Hasil yang diharapkan apabila kegiatan tersebut penetapan kebijakan penilaian kinerja pegawai;
dilakukan dengan baik adalah sebagai berikut: perumusan dan penetapan kebijakan sistem
pengkaderan pegawai ASN; perumusan dan
a) Meningkatnya kemampuan unit yang
penetapan kebijakan pemanfaatan /
mengelola SDM ASN untuk mewujudkan
pengembangan database profil kompetensi
aparatur yang kompeten dan kompetitif;
calon dan pejabat tinggi ASN; penerapan
b) Meningkatnya kepatuhan dalam penerapan sistem promosi secara terbuka, kompetitif, dan
manajemen aparatur yang berbasis merit; berbasis kompetensi didukung oleh makin
efektifnya pengawasan oleh komisi aparatur
c) Menerapkan manajemen kinerja individu
sipil negara (KASN); menyusun dan
untuk mengidentifikasi dan meningkatkan
menetapkan pola karir ASN; pengukuran gap
kompetensi SDM aparatur;
competency antara pemangku jabatan dan
d) Membentuk Talent Pool (kelompok sukses) syarat kompetensi jabatan; serta penguatan
untuk pengembangan karir pegawai; sistem dan kualitas pendidikan dan pelatihan
e) Mewujudkan sistem informasi manajemen untuk mendukung kinerja, telah mencapai
SDM yang terintegrasi; target 100% dari rencana yang ditetapkan.

f) Meningkatnya penerapan sistem Sedangkan untuk kegiatan perumusan dan


pengembangan kepemimpinan untuk penetapan kebijakan pengendalian kualitas
periubahan; diklat telah mencapai target sebesar 100%.
Kegiatan perumusan dan penetapan kebijakan
g) Meningkatnya pengendalian penerapan reward and punishment berbasis kinerja telah
sistem merit dalam manajemen SDM mencapai 100%. Kegiatan perumusan dan
aparatur; dan penetapan kebijakan pemanfaatan assessment
h) Meningkatnya profesionalisme aparatur. center telah mencapai 100%. Kegiatan
perumusan dan penetapan kebijakan sistem
Berdasarkan Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa
rekrutmen dan seleksi secara transparan dan
capaian kinerja pada Tahun 2019 untuk
berbasis kompetensi serta pembangunan /
kegiatan perumusan dan penetapan kebijakan
pengembangan sistem informasi ASN di BKPM
sistem promosi secara terbuka; perumusan dan
telah direalisasikan atau capaiannya 100%.

Tabel 4.6 Capaian Kinerja Program Penguatan Sistem Manajemen SDM Aparatur Sipil Negara Tahun 2019

Rencana Aksi dan Realisasi


No. Program / Kegiatan
Rencana Aksi Target Realisasi Persentase

1 Perumusan dan Penetapan Kebijakan Melaksanakan rekrutmen melalui seleksi pegawai secara 1 Laporan 1 Laporan 100%
Sistem Rekrutmen dan Seleksi online berbasis kompetensi
Secara Transparan dan Berbasis
Kompetensi

2 Perumusan dan Penetapan Kebijakan Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan 1 Laporan 1 Laporan 100%
Sistem Promosi Secara terbuka fungsional tertentu secara terbuka

3 Perumusan dan Penetapan Kebijakan Melaksanakan penempatan ASN berdasarkan hasil 1 Laporan 1 Laporan 100%
Pemanfaatan Assessment Center assesment

4 Perumusan dan Penetapan kebijakan Melaksanakan penilaian kinerja pegawai sesuai dengan 1 Laporan 1 Laporan 100%
Penilaian Kinerja Pegawai peraturan yang berlaku

5 Perumusan dan Penetapan Kebijakan Melakukan penyesuaian dan penyempurnaan peraturan 1 Laporan 1 Laporan 100%
Reward and Punishment Berbasis tentang reward and punishment berbasis kinerja
Kinerja
Melaksanakan reward and punishment berbasis kinerja 1 Laporan 1 Laporan 100%

6 Pembangunan / Pengembangan Melakukan penyesuaian sistem informasi ASN BKPM 1 Laporan 1 Laporan 100%
Sistem Informasi ASN di BKPM
Melaksanakan penggunaan sistem informasi ASN BKPM 1 Laporan 1 Laporan 100%

7 Perumusan dan Penetapan Kebijakan Melaksanakan pengkaderan pegawai ASN 1 Laporan 1 Laporan 100%
Sistem Pengkaderan Pegawai ASN

8 Perumusan dan Penetapan Kebijakan Pemanfaatan database profil kompetensi calon dan 1 Laporan 1 Laporan 100%
Pemanfaatan / Pengembangan pejabat tinggi ASN pada promosi jabatan pegawai.
Database Profil Kompetensi Calon
dan Pejabat Tinggi ASN

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 93


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

8) Penguatan Peraturan Perundang-Undangan c) Melakukan penyederhanaan perizinan yang


menghambat investasi.
Tujuan dilaksanakan program penguatan
peraturan perundang-undangan adalah Hasil yang diharapkan apabila kegiatan tersebut
meningkatkan efektifitas pengelolaan peraturan dilakukan dengan baik adalah sebagai berikut:
perundang-undangan yang dikeluarkan oleh
a) Meningkatnya keterlibatan publik dalam
BKPM. Untuk mencapai tujuan tersebut
proses perumusan kebijakan;
dilakukan kegiatan evaluasi secara berkala
berbagai peraturan perundang-undangan yang b) Meningkatnya kualitas regulasi yang
sedang diberlakukan; menyempurnakan atau melindungi, berpihak pada publik,
mengubah berbagai peraturan perundang- harmonis,tidak tumpang tindih dan
undangan yang dipandang tidak relevan lagi, mendorong iklim kondusif bagi publik.
tumpang tindih, atau disharmonis dengan
Berdasarkan Tabel 4.7 tersebut di atas, dapat
peraturan perundang-undangan lain; serta
dilihat bahwa capaian kinerja Tahun 2019 pada
melakukan deregulasi untuk memangkas
kegiatan evaluasi secara berkala berbagai
peraturan perundang-undangan yang
peraturan perundang-undangan yang sedang
dipandang menghambat pelayanan.
diberlakukan; menyempurnakan atau
Pada tahun 2019 dalam melaksanakan kegiatan mengubah berbagai peraturan perundang-
-kegiatan tersebut dilakukan aksi-aksi undangan yang dipandang tidak relevan lagi,
sebagai berikut: tumpang tindih, atau disharmonis dengan
peraturan perundang-undangan lain; serta
a) Mengevaluasi regulasi dengan melibatkan
melakukan deregulasi untuk memangkas
unit internal BKPM dan K/L;
peraturan perundang-undangan yang
b) Penyempurnaan atau merubah peraturan dipandang menghambat pelayanan telah
Kepala BKPM yang sudah tidak relevan, mencapai target 200% dari rencana target
tumpang tindih dan disharmonis; dan yang telah ditetapkan.
Tabel 4.7 Capaian Kinerja Program Penguatan Peraturan Perundang-Undangan Reformasi Birokrasi BKPM Tahun 2019

Rencana Aksi dan Realisasi


No. Program / Kegiatan
Rencana Aksi Target Realisasi Persentase

1 Evaluasi secara berkala berbagai peraturan perundang- Mengevaluasi regulasi 5 10 200%


undangan yang sedang diberlakukan penanaman modal dengan Peraturan Peraturan
melibatkan unit internal BKPM
dan K/L

2 Menyempurnakan atau mengubah berbagai peraturan Penyempurnaan atau merubah 5 10 200%


perundang-undangan yang dipandang tidak relevan lagi, peraturan Kepala BKPM yang Peraturan Peraturan
tumpeng tindih, atau disharmonis dengan peraturan sudah tidak relevan, tumpang
perundang-undangan lain tindih dan disharmonis

3 Melakukan deregulasi untuk memangkas peraturan Melakukan penyederhaan 5 10 200%


perundang-undangan yang dipandang menghambat perizinan yang menghambat Peraturan Peraturan
pelayanan investasi

9) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan secara


bertahap sebagaimana tertera pada tabel
Tujuan dilaksanakannya program peningkatan
roadmap RB BKPM. Untuk mencapai tujuan
kualitas pelayanan publik adalah penguatan
tersebut dilakukan kegiatan-kegiatan:
kelembagaan dan manajemen pelayanan
melalui implementasi UU Pelayanan Publik, a) Pelayanan terpadu satu pintu;
pemanfaatan ICT, integritas dan kualitas SDM
b) Percepatan pelayanan menjadi lebih
pelayanan, budaya pelayanan, quick wins, serta
singkat;
penguatan kapasitas pengelolaan kinerja
pelayanan publik melalui penguatan monev c) Deregulasi dalam rangka mempercepat
kinerja, efektivitas pengawasan, sistem proses pelayanan; dan
pengaduan, penerapan reward dan
d) Pembangunan atau pengembangan
punishment. Pada periode tahun 2015-2019
teknologi informasi dalam pelayanan.

94 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Pada tahun 2019, dalam rangka kegiatan- a) Meningkatnya sistem monitoring dan
kegiatan tersebut dilakukan aksi-aksi sebagai evaluasi terhadap kinerja pelayanan publik;
berikut:
b) Meningkatnya kualitas pelayanan publik
a) Penyederhanaan pelayanan perizinan sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat;
penanaman modal;
c) Meningkatnya profesionalisme apartur.
b) Evaluasi atas pelaksanaan tata cara
Berdasarkan Tabel 4.8, dapat dilihat bahwa
perizinan dan nonperizinan penanaman
tahun 2019 kegiatan pelayanan terpadu satu
modal;
pintu; percepatan pelayanan menjadi lebih
c) Perubahan pedoman tata cara perizinan singkat; deregulasi dalam rangka mempercepat
dan nonperizinan penanaman modal; proses pelayanan; serta pembangunan atau
pengembangan teknologi informasi dalam
d) Pengembangan sistem pelayanan fasilitas
pelayanan telah mencapai target 100% dari
secara online.
rencana yang telah ditetapkan. Dengan
Hasil yang diharapkan apabila kegiatan- demikian bahwa pelaksanaan pelayanan
kegiatan tersebut dilaksanakan dengan baik perizinan dan nonperizinan di PTSP Pusat
adalah sebagai berikut: dilaksanakan dengan baik.

Tabel 4.8 Capaian Kinerja Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Reformasi Birokrasi BKPM Tahun 2019

Rencana Aksi dan Realisasi


No. Program / Kegiatan
Rencana Aksi Target Realisasi Persentase

1 Percepatan pelayanan menjadi Penyederhanaan pelayanan perizinan penanaman modal 1 Laporan 1 Laporan 100%
lebih singkat
Evaluasi atas pelaksanaan pelayanan penanaman modal 1 Laporan 1 Laporan 100%

2 Deregulasi dalam rangka Perubahan pedoman tata cara perizinan dan nonperizinan 1 1 100%
mempercepat proses pelayanan penanaman modal Peraturan Peraturan

3 Pembangunan atau pengembangan Pengembangan sistem pelayanan fasilitas secara online 1 Laporan 1 Laporan 100%
penggunaan teknologi informasi
dalam pelayanan

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 95


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

96 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Rencana Tindak Lanjut

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 5 Penutup


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PENUTUP

5.1 Kesimpulan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan


Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
Modal disusun sebagai salah satu bentuk tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan
fungsi BKPM selama tahun 2019 dalam rangka Kinerja Instansi Pemerintah.
melaksanakan misi dan mencapai visi. Laporan
Kinerja ini telah memasuki tahun kelima Penetapan indikator kinerja merupakan salah satu
pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun instrumen manajemen dalam mencapai tujuan dan
2015 tentang RPJMN 2015-2019. Penyusunan sasaran strategis menuju terwujudnya visi dan misi
Laporan Kinerja BKPM mengacu pada Peraturan BKPM. Pencapaian kinerja merupakan wujud sinergi
Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem seluruh jajaran BKPM dalam menghadapi berbagai

98 Bab 5 Penutup | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

tantangan di tahun 2019. Namun demikian, upaya tahun 2019, kinerja BKPM telah menunjukkan
penyempurnaan dan perbaikan indikator kinerja perbaikan dengan semakin meningkatnya capaian
harus terus dilakukan melalui penetapan indikator kinerja beberapa Indikator Kinerja Utama (IKU).
kinerja yang lebih terukur, berkualitas, dan memiliki Penilaian kinerja organisasi dilakukan dengan
target yang menantang. Selain itu, setiap risiko metode Balanced Scorecard melalui pengukuran 4
yang berpotensi menghambat pencapaian kinerja (empat) indikator kinerja utama. Secara umum,
harus dapat diidentifikasi dan dilakukan upaya Nilai Kinerja Organisasi (NKO) BKPM menunjukkan
penyelesaiannya. hasil yang “Sangat Baik” dengan realisasi anggaran
sebesar 93,21%. Selama tahun 2019, dari 11 IKU
Capaian Nilai Kinerja Organisasi BKPM tahun 2019
BKPM terdapat 10 IKU dengan kategori “Sangat
(102,48%) mengalami peningkatan sebesar 4,80%
Baik” dan 1 IKU dengan kategori “Baik”.
dibandingkan tahun 2018 (97,79%). Sepanjang

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 5 Penutup 99


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Laporan Kinerja BKPM ini diharapkan dapat d) Sosialisasi dan diseminasi kebijakan
memberikan informasi atas capaian kinerja perbaikan kemudahan berusaha kepada
organisasi dalam menghadapi tantangan yang akan responden, K/L dan Daerah serta
datang dan dapat menjadi bahan evaluasi dalam penyediaan buku panduan bagi responden
meningkatkan capaian kinerja BKPM dalam rangka sebagai acuan dalam pengisian kuesioner
mewujudkan Indonesia sebagai tujuan investasi. survei kemudahan berusaha;

e) Pengawalan implementasi perbaikan


kemudahan berusaha pada K/L dan Daerah
5.2 Rencana Tindak Lanjut (Jakarta dan Surabaya) sesuai dengan
Memperhatikan analisis capaian kinerja regulasi pada 11 indikator;
sebagaimana diuraikan pada bagian-bagian f) Penyampaian reformasi kemudahan
sebelumnya dan dalam rangka upaya untuk berusaha tahun 2021 (reform update)
meningkatkan kinerja BKPM pada Tahun 2020, kepada Bank Dunia;
beberapa rekomendasi dan upaya tindak lanjut
yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan g) BKPM sebagai koordinator perbaikan
dan permasalahan, antara lain: kemudahan berusaha melaksanakan
koordinasi secara intensif dengan K/L/D
1) Perbaikan peringkat kemudahan berusaha (Ease sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi
of Doing Business) Presiden No. 7 Tahun 2019 tentang
a) Perbaikan kebijakan investasi melalui Percepatan Kemudahan Berusaha; dan
harmonisasi dan sinkronisasi regulasi baik di h) Pengembangan Online Single Submission
tingkat pusat maupun daerah untuk (OSS) versi 1.1. dalam rangka
meningkatkan kemudahan berusaha; mempermudah dan mempercepat proses
b) Penyederhanaan regulasi yang mengatur pelayanan perizinan berusaha.
berbagai persyaratan dan rekomendasi 2) Eksekusi realisasi penanaman modal besar
perizinan berusaha di K/L dan daerah;
a) Melakukan pengawalan realisasi penanaman
c) Reformasi struktural dengan penerbitan modal besar secara end to end services;
peraturan K/L yang terkait dengan
reformasi struktural kemudahan berusaha b) Melakukan koordinasi dan fasilitasi
untuk 11 indikator yang secara berkala penyelesaian permasalahan dengan
dilakukan evaluasi terhadap peraturan melibatkan stakeholder pusat dan daerah
tersebut; secara komprehensif dan tuntas dengan
cara formal maupun informal; dan

100 Bab 5 Penutup | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

c) Peningkatan penyelenggaraan peraturan daerah mengenai Rencana Detil


dekonsentrasi kepada pemerintah provinsi Tata Ruang (RDTR);
dalam rangka kegiatan pemantauan
b) Melakukan kegiatan workshop penyusunan
penanaman modal untuk percepatan
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM)
realisasi penanaman modal.
Provinsi dan evaluasi dokumen RUPM;
3) Mendorong penanaman modal besar bermitra
c) Fasilitasi percepatan penanaman modal
dengan usaha mikro, kecil dan menengah
Proyek Strategis Nasional (PSN), baik
a) Melakukan pemutakhiran data perusahaan melalui skema Kerjasama Pemerintah dan
besar (PMDN/PMA) yang wajib bermitra; Badan Usaha (KPBU) maupun swasta
nasional;
b) Melaksanakan koordinasi dan konsolidasi
dengan K/L, pemerintah daerah dan d) Menyusun analisis kebijakan penanaman
asosiasi nasional, untuk pemutakhiran data modal terkait pemberian insentif fiskal/non
perusahaan besar (PMDN/PMA) dalam fiskal kepada perusahaan; dan
rangka:
e) Mendorong daerah untuk merumuskan
1. Pemenuhan kebutuhan rantai pasok kebijakan pemberian insentif daerah
produksi (supply chain); mengacu pada Peraturan Pemerintah No.
24 Tahun 2019 tentang Pemberian Insentif
2. Penguatan data pelaku usaha nasional
dan Kemudahan Investasi di Daerah.
(PMDN) khususnya UMKM untuk
menjadi mitra usaha potensial; 5) Promosi penanaman modal terfokus
berdasarkan sektor dan negara
3. Peningkatan pengembangan usaha
nasional (PMDN) khususnya UMKM agar a) Melaksanakan promosi terfokus pada sektor
dapat naik kelas; dan dan negara melalui pengembangan bisnis
yang akan dieksekusi;
c) Melakukan pengawalan rencana kemitraan
yang telah dihasilkan dari program b) Merencanakan dan melaksanakan kegiatan
matchmaking hingga terlaksananya penyelenggaraan pameran terpadu
kemitraan usaha dan kerjasama bekerjasama dengan K/L, pemerintah
perusahaan besar (PMDN/PMA) dengan daerah dan asosiasi usaha baik dalam
UMKM. maupun luar negeri;

4) Penyebaran penanaman modal berkualitas c) Meningkatkan koordinasi dengan


pemerintah daerah terutama untuk
a) Mendorong percepatan penerbitan
mendukung ketersediaan sarana dan

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 5 Penutup 101


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

prasarana (infrastruktur) promosi melalui berkoordinasi dengan pemerintah daerah


teknologi digital yang andal; juga berkomunikasi langsung dengan
pengusaha lokal;
d) Berkolaborasi dengan asosiasi bisnis dan
perbankan untuk menyiapkan daftar calon f) Memanfaatkan perjanjian Indonesia dengan
mitra yang sudah diseleksi; negara-negara mitra dan MoU Indonesia
dengan dunia usaha di bidang investasi
e) Mendapatkan data informasi terkait proyek
untuk mendorong peningkatan investasi
yang siap ditawarkan secara langsung
asing ke Indonesia dan pengembangan
dengan mendatangi lokasi proyek serta
kapasitas investasi dalam negeri; dan

102 Bab 5 Penutup | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

g) Melaksanakan kerjasama investasi yang a) Memberikan insentif yang menarik bagi


lebih selektif kepada negara-negara sumber pelaku usaha mikro, kecil dan menengah;
modal (exporting capital countries) untuk
b) Mempermudah akses pembiayaan untuk
pemberian perlindungan yang memadai bagi
pelaku usaha mendapatkan kredit dengan
investor asal negara tersebut dan
bunga rendah;
mendapatkan calon investor yang potensial.
c) Meningkatkan kompetensi pelaku usaha
6) Peningkatan penanaman modal dalam negeri
melalui pelatihan teknis kewirausahaan; dan
khususnya usaha mikro, kecil dan menengah
d) Memperluas akses pasar.

LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 5 Penutup 103


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

104 Bab 5 Penutup | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

LAMPIRAN
Lampiran I PERJANJIAN KINERJA BKPM TAHUN 2019
Lampiran II PENGHARGAAN YANG DITERIMA BKPM TAHUN 2019
Lampiran III PERNYATAAN TELAH DIREVIU

LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERJANJIAN KINERJA
BKPM TAHUN 2019

106 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran 107


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Perjanjian Kinerja BKPM Tahun 2019

108 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran 109


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PENGHARGAAN YANG
DITERIMA BKPM TAHUN
2019

110 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran 111


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

1. Laporan Keuangan Dengan Opini WTP dari BPK

Opini Badan Pemeriksa Keuangan merupakan pernyataan


profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi
keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang
didasarkan pada empat kriteria yakni: kesesuaian dengan standar
akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan (adequate
disclosures), kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan
efektivitas sistem pengendalian intern. Opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) adalah opini audit yang diterbitkan jika laporan keuangan dianggap telah
menyelenggarakan prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan baik, dan
kalaupun ada kesalahan, kesalahannya dianggap tidak material dan tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan.

112 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

2. Opini WTP dari BPK 5 Kali Berturut-turut

BKPM meraih penghargaan Opini Wajar


tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)
tahun 2018 berdasarkan hasil
audit Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) selama
lima tahun berturut-
turut pada periode
2014-2018.

LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran 113


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

3. Juara III BMN Awards

BKPM memperoleh penghargaan BMN Awards Juara 3


Kategori Kualitas Pelaporan Barang Milik Negara (BMN)
untuk Kelompok K/L dengan Jumlah Satuan Kerja 11 sampai
dengan 100. Penghargaan BMN Awards diberikan kepada K/L
yang memiliki kinerja terbaik dalam lima kategori yakni: (1) utilisasi
BMN, (2) kualitas pelaporan BMN, (3) sertipikasi BMN berupa tanah,
(4) peningkatan tata kelola berkelanjutan (continuous improvement), dan
(5) kerjasama tata kelola antar K/L (peer collaboration).

114 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

4. Juara III Stand Terbaik

Pada acara Trade Expo Indonesia


(TEI) 2019, booth BKPM
memperoleh penghargaan
sebagai Juara Ketiga
Booth Terbaik dengan
luas lahan 28 - 54 m2.
Kriteria penghargaan ini
berdasarkan desain booth,
kesesuaian dengan tema, informasi
yang ditampilkan pada booth baik media
cetak dan elektronik, penyampaian
informasi kepada pengunjung oleh penjaga
booth dan jumlah pengunjung di booth. Sebagai
salah satu ajang promosi investasi, TEI dipercaya
sebagai acara pameran perdagangan terbesar di
Indonesia yang juga mampu untuk mempromosikan
investasi Indonesia karena setiap tahunnya Kementerian
Perdagangan bekerjasama dengan BKPM dan K/L lain membawa
buyer dan calon investor dari dalam dan luar negeri. BKPM pada
TEI 2019 membuka booth pameran seluas 36 m2. Booth BKPM ini
dimanfaatkan untuk membuka klinik investasi bagi para pengunjung dan
calon investor maupun investor yang ingin berkonsultasi terkait penanaman
modal di Indonesia terutama terkait Online Single Submission (OSS).

LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran 115


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

5. Juara II Lomba Klinik Pratama Sehat Tingkat Lembaga Tahun 2019

Klinik Pratama Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) meraih


peringkat kedua Lomba Klinik Pratama Sehat Tingkat Lembaga Tahun 2019
dalam acara Anugerah Menteri Kesehatan Tahun 2019, yang diselenggarakan
dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-55 di Auditorium Prof. Dr.
G.A. Swabessi, Kantor Kementerian Kesehatan pada Hari Selasa tanggal 12 November
2019. Keberhasilan Klinik Pratama Badan Koordinasi Penanaman Modal mendapatkan
penghargaan tidak lepas dari usaha promosi Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) melalui
program ASN Sehat, pengukuran kebugaran jasmani, kantin sehat dan bakti sosial.

116 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

6. Sertifikat Penerapan Sistem Manajemen Mutu yang Memenuhi SNI ISO 9001:2015

BKPM berhasil meraih Sertifikat SNI ISO 9001:2015 Quality Management


Systems-Requirements dari Sucofindo International Certification Services pada
tahun 2017 yang masa berlakunya berakhir sampai dengan 4 Desember 2020.
BKPM dinyatakan berhasil memenuhi standar pelayanan internasional karena telah
memenuhi penilaian seperti, program Peningkatan Kualitas PTSP, Kegiatan
Pengembangan Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan berupa pelaksanaan audit terkait
dengan standar manajemen, uji Prosedur Operasi Standard atau SOP, kualitas pelayanan,
dan lain sebagainya.

LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran 117


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERNYATAAN TELAH
DIREVIU

118 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran 119


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

120 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran 121


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Jl. Jend. Gatot Subroto No. 44, Jakarta 12190


P.O. Box 3186, Indonesia
P. +62 21 5252 008 (hunting)
P. 08071002576 atau 1500765 (Contact Center)
F. +62 21 520 2050

122 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019

Anda mungkin juga menyukai