SKRIPSI
Oleh
Suryati Sitorus
131101166
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan judul “Hubungan Pemberian ASI dengan Insidensi ISPA pada Bayi di
Puskesmas Polonia Kota Medan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak dalam bentuk doa, moril, dan materil. Maka pada kesempatan ini, penulis
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai Wakil Dekan I, Ibu Cholina
Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. KMB sebagai Wakil Dekan II dan Ibu
Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp. Mat sebagai Wakil Dekan III
3. Ibu Dewi Elizadiani Suza, S.Kp, MNs, Ph.D sebagai dosen pembimbing
bimbingan dan ilmu yang bermanfaat serta selalu sabar untuk membimbing dan
4. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji I dan
Ibu Nunung Febrianty, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen penguji II yang telah
ii
Sumatera Utara.
7. Seluruh ibu-ibu yang berkunjung ke Puskesmas Polonia Kota Medan yang bersedia
8. Keluarga yang saya cintai Ayahanda Eli Sitorus (sebelum menyelesaikan pendidikan
saya telah berpulang kepada Tuhan terlebih dahulu) dan Ibunda Sannah Doloksaribu
serta abang, kakak dan adik tersayang yang selama ini telah memberikan dukungan
baik doa, moril, maupun materil yang membuat penulis tetap semangat dalam
Universitas Sumatera Utara terkhusus KTB Eben Haezer. Kakak Tetty Siadari,
10. Teman satu dosen pembimbing (Febri Sembiring, Nisaa Usman) terkhusus
Putri Firdani yang menjadi tempat berkeluh kesah dan setia membantu penulis
Utara stambuk 2013 khususnya Ellyanor Saragih, Nova Ginting, Novanda Bangun,
Destri Situmeang serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
iii
satu persatu yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini. Kiranya Tuhan yang
Penulis
Suryati Sitorus
NIM: 131101166
iv
Halaman
Halaman Judul ................................................................................................... i
Halaman Persetujuan Sidang Skripsi ............................................................. ii
Kata Pengantar................................................................................................. iv
Daftar Isi .......................................................................................................... vii
Daftar Tabel ...................................................................................................... ix
Daftar Skema ..................................................................................................... x
Daftar Lampiran .............................................................................................. xi
Abstrak ............................................................................................................. xii
vi
Halaman
Tabel 3.1. Definisi Operasional .................................................................... 23
Tabel 5.1.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu di Puskesmas Polonia Kota
Medan .......................................................................................... 33
Tabel 5.1.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Anak di Puskesmas Polonia Kota
Medan .......................................................................................... 34
Tabel 5.1.3. Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel Pemberian
ASI eksklusif di Puskesmas Polonia Kota Medan ....................... 35
Tabel 5.1.4. Distribusi Frekuensi Status Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas
Polonia Kota Medan .................................................................... 36
Tabel 5.1.5. Distribusi Frekuensi Status Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
di Puskesmas Polonia Medan ..................................................... 36
Tabel 5.1.6. Distribusi pemberian ASI Eksklusif berdasarkan Insidensi ISPA di
Puskesmas Polonia Kota Medan .................................................. 37
Tabel 5.2.1. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan ISPA di Puskesmas
Polonia Kota Medan .................................................................... 37
vii
Skema Judul
Halaman
Skema 3.1. Kerangka Konsep ....................................................................... 22
viii
ix
ABSTRAK
Infeksi saluran napas akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan di
seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Bayi sering mengalami ISPA karena
dipengaruhi oleh imunitas yang belum sempurna. Pemberian ASI eksklusif
berperan penting dalam menunjang sistem kekebalan bagi bayi sehingga mampu
memberikan pencegahan terhadap berbagai macam penyakit. ASI mengandung
antibodi, yang dapat melindungi bayi dari serangan penyakit. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pemberian ASI dengan
insidensi ISPA pada bayi usia 6-12 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Polonia,
Medan. Populasi penelitian adalah bayi yang dibawa ibunya berkunjung ke
Puskesmas Polonia, Medan. Sampel penelitian berjumlah 50 responden dengan
jenis total sampling. Data diolah dengan uji chi square. Hasil penelitian
menunjukan bahwa dari 50 responden yang berusia 6-12 bulan menunjukkan
insidensi ISPA tertinggi pada bayi yang tidak diberi ASI eksklusif (61,40%)
sedangkan yang diberi ASI eksklusif (16,70%) dari hasil penelitian juga
didapatkan nilai p=0,039. Berdasarkan hasil penelitian, diambil kesimpulan
bahwa ada hubungan antara pemberian ASI dengan insidensi ISPA pada bayi usia
6-12 bulan di Puskesmas Polonia, Medan.
BAB 1
PENDAHULUAN
penyakit menular di dunia. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak,
dan lanjut usia, terutama di negara–negara dengan pendapatan per kapita rendah
ISPA merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di
fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak. Sebesar 78%
balita akibat ISPA di Asia Tenggara sebanyak 2.1 juta balita dan pada anak-anak
dibawah 5 tahun insidensi ISPA sekitar 3-5 episode per anak/tahun. India,
Prevalensi ISPA di Indonesia pada tahun 2013 adalah 25,0% tidak jauh
berbeda dengan prevalensi pada tahun 2007 sebesar 25,5%. Prevalensi ISPA yang
tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 25,8% dan <1 tahun
dari beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi
oleh asap karena kebakaran hutan, gas buangan yang berasal dari sarana
transportasi dan polusi udara dalam rumah karena asap dapur, asap rokok,
perubahan iklim global antara lain perubahan suhu udara, curah hujan merupakan
panas disertai salah satu atau lebih gejala (tenggorokan sakit, nyeri telan, pilek,
prevalensi yang dibawah 10% ditemukan di dua wilayah yaitu Langkat dan kota
dapat bayi yang terkena infeksi saluran pernapasan akut pada tahun 2016
kelompok besar yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi
umur, pemberian ASI, status gizi, berat badan lahir rendah, status imunisasi.
ibu, kepadatan hunian, kondisi fisik rumah, ventilasi rumah, sosial ekonomi, dan
eksklusif merupakan pemberian ASI pada bayi mulai dari lahir sampai berusia 6
bulan tanpa tambahan makanan ataupun minuman. ASI mengandung semua zat
gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh kebutuhan gizi dan
cairan pada enam bulan pertama kehidupan yaitu protein, lemak, laktosa dengan
kadar yang tepat. ASI mengandung faktor kekebalan yang banyak dan bermanfaat
terhadap pencegahan ISPA terutama sejak pemberian ASI di awal kelahiran bayi
Imunoglobulin yang banyak ditemukan pada saluran cerna dan saluran napas yaitu
eksklusif, bayi yang diberikan ASI eksklusif jarang mengalami infeksi saluran
ASI merupakan faktor protektif terhadap kejadian ISPA. ASI melindungi bayi
dari berbagai penyakit termasuk infeksi pernafasan dan infeksi usus. Bayi yang
mendapat ASI akan terjaga dari penyakit infeksi terutama ISPA dan diare.
utama yang dihadapi adalah kurangnya kesadaran akan pentingnya ASI eksklusif.
Data global tahun 2011 menunjukkan bahwa 11,6% dari total kematian anak
balita disebabkan oleh menyusui suboptimal. Mulai tahun 2001 World Health
bulan pertama kehidupan. Tahun 2013 prevalensi dari pemberian ASI eksklusif di
bawah enam bulan hanya 38%. Di Indonesia pada tahun 2012 pemberian ASI
eksklusif dalam waktu 1 jam dari lahir 49,3% dan 66,3% dalam 1 hari kelahiran
(Susiloretni et al., 2015). Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan
di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 54,3%, sedikit meningkat bila dibandingkan
Barat yaitu sebesar 84,7%, Bengkulu yaitu sebesar 78,5%, dan Nusa Tenggara
terendah terdapat di Provinsi Jawa Barat sebesar 21,8% , Papua Barat sebesar
Persentase bayi yang diberi ASI eksklusif dari tahun 2004-2012 cenderung
sebesar 10,33% dibandingkan tahun 2007. Pencapaian pada tahun 2012 sebesar
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
apakah ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan insidensi ISPA pada bayi
hubungan pemberian ASI eksklusif dengan ISPA pada bayi di Puskesmas Polonia
Kota Medan.
Medan?
penelitian dimasa yang akan datang dan dapat sebagai sumber data untuk
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
pernapasan atas dan bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,
mengenai struktur saluran pernafasan diatas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai saluran pernafasan atas dan bawah secara simultan atau berurutan.
Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri (Nelson, 2016).
Saluran pernapasan atas (jalan napas atas) terdiri dari hidung, faring
dan laring. Saluran pernapasan bawah terdiri dari bronkus, bronkiolus, dan alveoli
(Nelson, 2016).
diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory Infection (ARI). Istilah
ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran pernapasan, dan akut.
menimbulkan gejala penyakit, saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
hingga alveoli, infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit
yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dadapat berlangsung lebih dari 14
bakteri, virus, dan jamur. Bakteri yang dimaksud yaitu escheria coli, streptococus
respiratorik syncytial virus, dan beberapa virus lain, sedangkan Jamur yaitu
parau pada waktu mengeluarkan suaranya misalnya pada waktu berbicara atau
menangis), pilek (mengeluarkan lendir dari hidung), demam (suhu badan anak
lebih dari 37ºC), 2) ISPA sedang dengan gejala yaitu jika dijumpai gejala-gejala
seperti ISPA ringan dan disertai dengan gejala: pernafasan lebih dari 50x/menit
(anak umur kurang dari 1 tahun) dan lebih dari 40x/menit (anak umur lebih dari 1
tahun), suhu lebih dari 39ºC, tenggorokan berwarna merah, 3) ISPA berat jika
seorang anak dijumpai gejala -gejala seperti ISPA ringan atau sedang ditambah
dengan gejala: bibir atau kulit membiru, pernafasan cuping hidung, anak tidak
sadar atau kesadarannya menurun, bunyi nafas gargling atau snoring, nadi cepat
dan lemah > 160x/menit (anak umur < 1 tahun), tenggorokan berwarna merah.
pneumonia, mycoplasma pneumoniae, dan beberapa bakteri lain dan virus yaitu
melalui partikel udara (droplet infection), kuman ini akan melekat pada sel epitel
hidung, dengan mengikuti proses pernapasan maka kuman tersebut bisa masuk ke
bronkus dan masuk ke saluran pernapasan, yang mengakibatkan batuk, pilek, sakit
kepala, demam dan sebagainya, disamping itu terdapat juga cara penularan
langsung yaitu melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat
batuk, bersin dan berbicara kepada orang di sekitar penderita, transmisi langsung
berdasarkan letak anatominya yaitu infeksi saluran pernafasan bagian atas dan
menyerang mulai dari hidung, faring dan laring. Infeksi saluran pernapasan akut
bagian atas yang perlu diwaspadai adalah radang saluran tenggorokan atau
2016).
bronkiolus dan alveoli. Contoh ISPA bawah adalah Bronchiolitis dan pneumonia
bagian, yaitu sebagai berikut: 1) Kelompok umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun
didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran adanya napas cepat sesuai
umur, yaitu 40 kali permenit atau lebih. Bukan pneumonia yaitu apabila hanya
terdapat gejala batuk dan/ atau sukar bernapas, 2) Kelompok umur kurang dari 2
bulan, dibagi atas pneumonia berat dan bukan pneumonia. Pneumonia berat,
ditandai dengan adanya napas cepat, yaitu sebanyak 60 kali permenit atau lebih,
atau adanya tarikan dinding dada yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke
ditemukan tarikan dinding dada pada bagian bawah dan napas tidak cepat (Simoes
et al., 2016).
rumah, ventilasi rumah, kepadatan hunian rumah, umur anak, berat badan lahir,
status gizi, pemberian ASI eksklusif, status imunisasi, pendidikan orang tua, status
Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak
b. Ventilasi rumah
atau dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi ventilasi
adalah mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang
polusi dalam rumah yang telah ada. Kepadatan hunian rumah menurut keputusan
d. Umur anak
pernapasan oleh virus melonjak pada bayi dan usia dini anak-anak. Insiden ISPA
kematian yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal, karena
pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena
penyakit infeksi.
f. Status gizi
Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA
dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh yang
kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu
efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan gizi dan memberikan perlindungan
bayi dari serangan infeksi khususnya ISPA. ASI mengandung banyak faktor
ASI di awal kelahiran bayi hingga berusia 6 bulan. Salah satu faktor kekebalan
yang banyak ditemukan pada saluran cerna dan saluran nafas adalah
imunoglobulin A (igA).
h. Status imunisasi
berkembang dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteri,
mortalitas ISPA, diupayakan imunisasi lengkap. Bayi dan balita yang mempunyai
orang tua terhadap penyakit ISPA menyebabkan sebagaian kasus ISPA tidak
lain, misalnya lingkunga, nutrisi. Anak yang memiliki kondisi sosial ekonomi
ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi pada 6 bulan pertama
vitamin, dan mineral sudah tercukupi dari ASI (Wong, 2016). ASI awal
mengandung zat kekebalan tubuh dari ibu yang dapat melindungi bayi dari
penyakit penyebab kematian bayi di seluruh dunia seperti diare, ISPA dan radang
dilahirkan sampai bayi berusia 6 bulan, tanpa tambahan makanan atau minuman
eksklusif, yaitu: hanya pemberian ASI sampai usia 6 bulan, menyusui dimulai
< 30 menit setelah lahir, tidak memberikan makanan prelaktan seperti air tajin, air
gula, madu dan sebagainya kepada bayi baru lahir (WHO, 2013).
hari ketiga atau keempat setelah bayi lahir. Warnanya kekuningan yang
dihasilkan sel alveoli payudara ibu, cairannya lebih kental. Kasiat kolostrum
adalah sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap
untuk menerima makanan, mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama
mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai
penyakit infeksi, 2) Air Susu Transisi/Peralihan adalah ASI yang keluar setelah
kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10.
Pada masa ini, ASI transisi mengandung lemak dan kalori yang lebih tinggi dan
protein yang lebih rendah daripada kolostrum, 3) Air Susu Matur merupakan ASI
yang dihasilkan mulai hari kesepuluh dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna
1) Laktosa (Karbohidrat)
berperan penting sebagai sumber energi. Laktosa (gula susu) merupakan satu-
satunya karbohidrat yang terdapat dalam ASI murni. Laktosa berperan penting
2) Lemak
komponen zat gizi yang sangat bervariasi. Lemak dalam ASI lebih mudah dicerna
dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi karena ASI
mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak. Lemak ASI lebih banyak
mengandung asam lemak tak jenuh, sedangkan lemak susu sapi lebih banyak
mengandung asam jenuh dan rantai panjang. Penyerapan asam lemak tak jenuh
lebih cepat di bandingkan dengan asam lemak jenuh oleh bayi. ASI yang pertama
keluar mengandung sekitar 1-2% lemak dan terlihat encer. ASI berikutnya
3) Protein
pada ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Rasio perbandingan
antara kandungan whey dengan casein merupakan salah satu keunggulan ASI
dibandingkan dengan susu sapi, ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65%
sedangkan susu sapi hanya 35%. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih
mudah diserap dibandingkan dengan susu sapi, sedangkan kandungan casein pada
ASI adalah 20% dan susu sapi sebanyak 80%, sehingga ASI lebih mudah diserap
oleh tubuh (Depkes, 2013). ASI mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap
dibandingkan susu sapi. Salah satunya adalah taurin, dimana asam amino jenis ini
4) Mineral
rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi
dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sanagt stabil dan mudah diserap
5) Vitamin
Manfaat ASI bagi bayi terdiri dari beberapa aspek antara lain:
a. Aspek Nutrisi
benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi
normal sampai dengan usia enam bulan. Setelah usia enam bulan, bayi harus
mulai diberi makanan padat, tetapi ASI masih dapat diteruskan sampai dua tahun
atau lebih.
benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi
normal sampai dengan usia enam bulan. Setelah usia enam bulan, bayi harus
mulai diberi makanan padat, tetapi ASI masih dapat diteruskan sampai dua tahun
atau lebih.
genetik atau faktor bawaan yang menentukan potensi genetik atau bawaan yang
diturunkan oleh orangtua. Faktor ini tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa, (2)
faktor lingkungan, adalah faktor yang menentukan apakah faktor genetik akan
dapat tercapai secara optimal. Faktor ini mempunyai banyak aspek dan dapat
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan
merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama
karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak
dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi
dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri
selam hamil, akan segera kembali mendekati berat semula. Naiknya hormon
otot-otot uterus. Karena hal ini berlangsung terus-menerus, nilainya hampir sama
memperkecil ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil dan dengan menyususi atau
banyaknya darah yang keluar dari tubuh ibu saat proses melahirkan. Pemberian
ASI segera setelah lahir memicu involusi uterus. Hal ini dikarenakan isapan bayi
payudara sehingga terjadi kontraksi dan retraksi uterus yang dapat mencegah
alami yang efektif dengan beberapa ketentuan, yaitu Bayi berusia kurang dari 6
bulan, bayi diberi ASI eksklusif dengan frekuensi minimal 10 kali/hari, ibu belum
menstruasi kembali.
antara lain adalah terjadinya perubahan sosial budaya yaitu Ibu-ibu bekerja atau
dalam memproduksi ASI, adanya tekanan batin, perubahan fisik ibu misalnya Ibu
yang sakit, kurangnya pengetahuan ibu terhadap keunggulan ASI dan fisiolog
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
Konsep adalah abstarksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan
sebagai berikut:
Medan.
3.3 Hipotesis
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif untuk
dan efek hubungan (Polit & Beck, 2012). Desain ini mengidentifikasi hubungan
pemberian ASI eksklusif dengan insidensi ISPA pada bayi di Puskesmas Polonia
Kota Medan.
ditentukan peneliti (Polit & Beck, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu yang membawa bayi usia 6-12 bulan ke Puskesmas Polonia Kota
Medan.
4.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang membawa bayi
berusia (6-12 bulan) berkunjung atau berobat ke Puskesmas Polonia Kota Medan
sampel dari populasi. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini dengan
teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel (Polit & Beck, 2012). Jumlah sampel penelitian ini
adalah 50 orang.
pertimbangan lokasi mudah dijangkau oleh peneliti, lokasi ini juga belum pernah
penelitian, hak asasi manusia dan perilaku normal. Pertimbangan etik ini meliputi
Fakultas Keperawatan Sumatera Utara, 2) ijin dan rekomendasi dari Fakultas Ilmu
Keperawatan Sumatera Utara dan ijin dari Kepala Puskesmas Polonia Kota
dari semua kerugian (Nonmalefience) baik material, nama baik dan bebas dari
Prosedur yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data yaitu pada tahap
dikirim ke Dinas Kesehatan Kota Medan kemudian permohonan izin dari Dinas
Kota Medan dan melapor kepada kepala Puskesmas. Peneliti meminta ijin kepada
pihak puskesmas untuk melihat data rekam medik terkait tentang jumlah bayi
yang berkunjung ke Puskesmas Polonia Kota Medan serta jumlah bayi yang
Setelah itu responden yang bersedia akan diminta untuk mengisi kuesioner dan
diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami.
Responden akan diminta untuk mengisi pertanyaan atau mengisi kuesioner yang
telah diberikan peneliti. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti juga
akan memeriksa kelengkapan data responden dan jika ada data yang kurang dapat
dibutuhkan dalam penelitian ini, maka proses pengumpulan data telah selesai
didasarkan pada tinjauan pustaka. Instrumen penelitian terdiri dari kuesioner data
demografi, kuesioner tentang pemberian ASI eksklusif, data rekam medik bayi
data demografi ibu dan bayi yang meliputi: nomor responden, umur ibu,
nama anak dan umur anak. Data demografi ini bertujuan untuk mengetahui
pada bayi, peneliti menggunakan rekam medik dan untuk kuesioner tentang
pemberian ASI eksklusif terdiri dari tiga pertanyaan yaitu untuk mengetahui
apakah ibu memberikan ASI eksklusif pada bayi atau tidak. Kuesioner ini
untuk pemberian ASI eksklusif yang digunakan sudah sesuai dengan pedoman
pemberian ASI eksklusif yang ada pada Profil Kesehatan Indonesia (2012) dan
sudah sesuai dengan ketetapan dalam pemberian ASI eksklusif yang ada pada
4.7.2 Reliabilitas
alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap
instrumen penelitian pemberian ASI eksklusif yang dilakukan kepada ibu yang
tersebut adalah responden yang berbeda dengan sampel penelitian tetapi memiliki
penelitian ini sebesar 0,90 dan menurut Arikunto (2013) yang menyatakan bahwa
instrumen dikatakan reliable bila nilai KR 20 lebih besar dari 0,70. Dengan
kuesioner yang telah diisi oleh responden, meliputi kelengkapan isian dan
kejelasan jawaban dan tulisan, 2) Coding, proses merubah data yang berbentuk
huruf menjadi data yang berbentuk angka. Hal utama yang harus dilakukan pada
kegiatan ini adalah memberikan kode untuk jawaban yang diberikan responden
dalam tabel, 5) Cleaning, yaitu apabila semua data dari setiap sumber data atau
1. Analisis Univariat
dari suatu variabel yang bertujuan untuk suatu hasil penelitian (Arikunto, 2013).
Pada penelitian ini analisis data dengan metode statistik univariat akan digunakan
variabel dependen yaitu insidensi ISPA pada bayi serta data demografi meliputi
usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan, penghasilan keluarga, usia anak, jenis
kelamin anak.
2. Analisis Bivariat
antara dua variabel yaitu untuk melihat hubungan antara variabel independen dan
nominal dan variabel dependen mengunkan skala nominal juga maka hubungan
antara dua variabel akan diuji dengan uji statistik Chi-Square dengan taraf
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan di uraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
hubungan pemberian ASI eksklusif dengan insidensi ISPA pada bayi (6-12 bulan)
di Puskesmas Polonia, Medan. Responden dalam penelitian ini adalah ibu dari
Jumlah responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang.
Penyajian data hasil penelitian meliputi hasil analisis univariat yang mencakup
distribusi data demografi ibu, data demografi anak, distribusi status pemberian
ASI eksklusif, distribusi insidensi ISPA dan analisis bivariat yaitu hubungan
Puskesmas Polonia, Medan didapatkan dari penelitian ini responden lebih banyak
memiliki rentang usia 24-31 tahun (46,0%), responden lebih banyak memiliki
responden lebih banyak memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (IRT) yaitu
sebanyak 50 orang. Dapat diketahui bahwa bayi lebih banyak berusia 9 bulan
yaitu sebanyak 17 bayi (34,0%) dan dapat diketahui juga bahwa bay lebih banyaki
lebih rendah dibandingkan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif, dengan
rincian:: ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayi sebeanyak 6 orang
(12,0%) dan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi sebanyak 44
orang (88,0%).
sedangkan yang tidak mengalami ISPA sebanyak 17 bayi (38,60%). Bayi yang
diberi ASI eksklusif lebih banyak yang tidak mengalami ISPA yaitu 5 bayi
Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara
pemberian ASI eksklusif dengan insidensi ISPA pada bayi usia 6-12 bulan. Data
bayi (56,0%) yang mengalami ISPA sedangkan 22 (44,0%) bayi lainnya tidak
mengalami ISPA. Dari 6 bayi yang diberi ASI eksklusif yang mengalami ISPA
sebanyak 1 bayi (16,70%) dan tidak mengalami ISPA sebanyak 5 bayi (83,30%).
Sedangkan dari 44 bayi yang tidak diberi ASI ekslusif ada 27 bayi (61,40%)
(p<0,05), maka Ho ditolak yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pemberian ASI eksklusif dengan insidensi ISPA pada bayi di Puskesmas
Polonia, Medan.
5.3 Pembahasan
Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas tujuan dari penelitian yaitu
ISPA pada bayi dan hubungan pemberisan ASI eksklusif dengan insidensi ISPA
responden tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya yaitu 88,0% dan yang
psikologis ibu yaitu ketidak yakinan ibu dalam memproduksi ASI, perubahan fisik
misalnya ibu yang sakit, kurangnya dukungan keluarga dan kurangnya dukungan
bahwa dari 105 orang responden didapatkan 73,30% tidak memberikan ASI
eksklusif kepada bayi dan hanya 26,70% yang memberikan ASI eksklusif kepada
bayi.
sebelum bayi berusia 6 bulan. Tingginya prevalensi bayi yang tidak mendapatkan
ASI eksklusif menunjukkan bahwa ibu-ibu di daerah penelitian ini masih belum
pendidikan ibu. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa, pendidikan terakhir ibu
paling banyak adalah berpendidikan sekolah menengah atas (SMA) namun dari
hasil penelitian juga didapatkan masih ada ibu yang tidak tamat sekolah dasar
(SD), hal ini lah yang menyebabkan rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif
berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tentang manfaat atau
2012). Hal ini sesuai dengan penelitian Muslikha (2012), yang didapati hubungan
pendidikan ibu yang rendah meningkatkan risiko tidak memberikan ASI ekslusif.
Ibu harus selalu dianjurkan menyusui bayinya bila bayi dan ibunya
untuk tidak menyusui. Ibu memberikan ASI secara eksklusif selama 0 –6 bulan
pertama karena dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang.
ASI eksklusif dapat memberikan perlindungan kepada bayi dari penyakit infeksi
terutama ISPA. ASI juga kaya akan antibodi yang dapat melindungi bayi dari
bahwa 28 bayi (56,0%) mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan
yang tidak mengalami ISPA sebanyak 22 bayi (44,0%). Menurut data Profil
Kesehatan Sumatera Utara tahun 2014 menunjukkan persentasi kasus ISPA yang
ISPA di Puskesmas Polonia, Medan dengan jumlah bayi yang terkena ISPA
sebulan terakhir yaitu, 28 bayi dengan persentase 56,0%, maka angka ini cukup
tinggi.
menderita ISPA yaitu 79,0%. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Gulo (2008) dengan judul Faktor yang berhubungan dengan
Gunungsitoli Kabupaten Nias didapatkan bahwa insidensi ISPA pada bayi sebesar
70,90%.
faktor seperti karakteristik responden meliputi pendidikan ibu dan usia bayi. Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa, pendidikan terakhir ibu paling banyak adalah
berpendidikan sekolah menengah atas (SMA) namun dari hasil penelitian juga
didapatkan masih ada ibu yang tidak tamat sekolah dasar (SD), hal ini lah yang
yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih
Penelitian ini dilakukan pada bayi berusia 6-12 bulan dan didapatkan
jumlah penderita ISPA tertinggi pada bayi usia 9 bulan yaitu jumlah responden
yang berusia 9 bulan adalah 17 bayi dan yang mengalami ISPA sebenyak 11 bayi
(64,70%) dan yang tidak mengalami ISPA sebanyak 6 bayi (35,30%). Suatu Teori
yang menyatakan bahwa usia bayi merupakan usia anak dalam masa
pertumbuhan, oleh sebab itu anak dibawah 5 tahun akan lebih rentan terkena
ISPA jika status gizinya buruk (Nelson, 2016). Penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Khairil Akbar (2013) yang meneliti tentang faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Pulau
manusia. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi yang terutama
mengenai struktur saluran pernafasan diatas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai saluran pernafasan atas dan bawah secara simultan atau berurutan.
Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri (Nelson, 2016).
melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan
berbicara kepada orang di sekitar penderita, transmisi langsung dapat juga melalui
pernapasan penderita dan bisa juga melalui virus ataupun bakteri kedalam tubuh
ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan bayi yang paling sempurna,
bersih dan sehat serta praktis karena mudah diberikan setiap saat. ASI dapat
mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dengan normal sampai
berusia 6 bulan. ASI mengandung gizi yang cukup lengkap dan mengandung
Kategori bayi yang diberi ASI eksklusif adalah bayi yang tidak
mendapatkan makanan tambahan selain ASI seperti nasi tim, susu formula, pisang
madu. Berdasarkan hasil penelitian antara pemberian ASI (kategori ASI eksklusif
dan tidak ASI eksklusif) dengan insidensi ISPA (kategori ISPA dan tidak ISPA)
dari 50 jumlah bayi (responden) yang berusia 6-12 bulan menunjukkan insidensi
ISPA tertinggi pada bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif yaitu 61,4% dan
terendah pada bayi yang mendapatkan ASI eksklusif yaitu sebesar 16,70%.
Sedangkan insidensi tidak ISPA tertinggi pada bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif yaitu 83,30% dan terendah pada bayi yang tidak mendapatkan ASI
hitung p value= 0,039 (p< α=0,05). Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa Ho
ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pemberian ASI eksklusif dengan insidensi ISPA pada bayi di Puskesmas Polonia,
dengan angka kejadian ISPA yaitu memperoleh p value 0,001. Hal ini juga sesuai
terdapat hubungan pemberian ASI eksklusif dengan insidensi ISPA pada bayi
insidensi ISPA, hal ini disebabkan karena didalam ASI terdapat kandungan
antibodi yang dapat melindungi bayi dari berbagai macam infeksi bakteri, virus,
dan alergi serta mampu merangsang perkembangan sistem kekebalan bayi itu
sendiri sehingga bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif lebih rentan
mengalami ISPA.
anak dari lahir sampai usia 2 tahun yang dikenal dengan Golden standart Infant
feeding (standart emas makanan bayi). Standart ini terdiri dari Inisiasi menyusui
dini (IMD), ASI Ekslusif sampai 6 bulan, berikan MP-ASI sejak bayi berusia 6
bulan dan teruskan ASI sampai 2 tahun. MP-ASI dini dan makanan pralaktal akan
mengakibatkan resiko ISPA pada bayi. Pemberian ASI secara eksklusif dapat
meningkatkan daya tahan tubuh dan dapat memberikan perlindungan kepada bayi
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kota Medan dengan jumlah responden sebanyak 50 orang dan dibahas dalam bab
sebelumnya dapat diambil kesimpulan yaitu, pemberian ASI eksklusif pada bayi
di Puskesmas Polonia Kota Medan sebesar 12,0% sedangkan yang tidak diberi
ASI eksklusif sebesar 88,0%, insidensi ISPA pada bayi di Puskesmas Polonia
Kota Medan sebesar 56,0% sedangkan bayi yang tidak mengalami ISPA sebesar
44,0%, berdasarkan hasil uji statistik hubungan antara pemberian ASI eksklusif
dengan insidensi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada bayi diperoleh nilai
p= 0,039 (p < α=0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pemberian
6.2 Saran
yang berbeda
3. Bagi masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
2016 2017
No. Uraian Kegiatan
Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust
1. Mengajukan judul penelitian
2. Menyusun Bab 1
3. Menyusun Bab 2
4. Menyusun Bab 3
5. Menyusun Bab 4
6. Menyerahkan proposal penelitian
7. Sidang proposal penelitian
8. Revisi proposal penelitian
9. Uji etik penelitian
10. Uji reliabilitas instrumen
11. Analisis hasil ujian reliabilitas
12. Pengumpulan data responden
13. Analisis data
14. Penyusunan laporan
15. Sidang akhir penelitian
14. Perbaikan laporan akhir
15. Penyusunan manuskrip
Penyerahan laporan dan manuskrip
16.
yang telah disetujui pembimbing
dengan insidensi ISPA pada bayi di Puskesmas Polonia. Penelitian ini merupakan
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi responden
dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan ibu mengisi kuesioner
dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar
Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga ibu bebas
untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa adanya sanksi apapun. Identitas pribadi
ibu dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan
Medan,
Peneliti Responden
Suryati Sitorus ( )
INSTRUMEN PENELITIAN
Kode Responden :
Petunjuk Pengisian :
responden.
Data Ibu
1. Inisial :
2. Usia :
( ) SMA ( ) DIPLOMA ( ) S1
( ) S2
4. Pekerjaan :
( ) IRT ( ) BURUH
( ) PETANI ( ) PNS
( ) WIRASWASTA
( ) ≤Rp. 2.030.000
( ) ≥ Rp. 2.030.000
Data Anak
1. Nama anak :
2. Usia anak :
( ) Perempuan
PETUNJUK PENGISIAN
Ya Tidak
madu, pisang, air putih, air tajin, bubur, susu formula sebelum usia 6 bulan?
Ya Tidak
Statistics
jenis
pendidikan pekerjaan penghasilan usia kelamin status status
usia ibu terkahir ibu ibu keluarga bayi bayi ASI ISPA
N Valid 50 50 50 50 50 50 50 50
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
usia ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
penghasilan keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pekerjaan ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
status ASI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
status ISPA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
status ISPA
11 Bulan Count 4 4 8
6 Bulan Count 3 2 5
7 Bulan Count 3 2 5
9 Bulan Count 11 6 17
Total Count 28 22 50
status ISPA
Total Count 28 22 50
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,64.
Lampiran
NO Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan kelurga Usia anak Jenis Kelamin P1 P2 P3 STATUS ASI Status ISPA
1 25 SMP IRT ≤ Rp.2.030.000 11 Bulan Perempuan 1 1 1 ASI eksklusif Tidak ISPA
2 33 SMP IRT ≤ Rp.2.030.000 8 Bulan Perempuan 1 1 1 ASI eksklusif Tidak ISPA
3 27 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 6 Bulan Laki-laki 1 1 1 ASI eksklusif Tidak ISPA
4 39 Tidak Sekolah IRT ≤ Rp.2.030.000 8 Bulan Laki-laki 1 1 1 ASI eksklusif Tidak ISPA
5 24 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 9 Bulan Laki-laki 1 1 1 ASI eksklusif Tidak ISPA
6 24 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 9 Bulan Laki-laki 1 1 1 ASI eksklusif ISPA
7 20 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 7 Bulan Perempuan 1 1 0 Tidak ASI eksklusif Tidak ISPA
8 33 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 9 Bulan Laki-laki 1 1 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
9 25 SMA IRT ≥ Rp.2.030.000 9 Bulan Perempuan 1 1 0 Tidak ASI eksklusif Tidak ISPA
10 31 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 6 Bulan Laki-laki 1 1 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
11 33 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 9 Bulan Laki-laki 1 0 0 Tidak ASI eksklusif Tidak ISPA
12 22 SMA IRT ≥ Rp.2.030.000 9 Bulan Laki-laki 1 0 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
13 36 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 8 Bulan Perempuan 1 0 0 Tidak ASI eksklusif Tidak ISPA
14 30 Diploma IRT ≥ Rp.2.030.000 7 Bulan Laki-laki 1 1 0 Tidak ASI eksklusif Tidak ISPA
15 35 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 9 Bulan Perempuan 1 0 0 Tidak ASI eksklusif Tidak ISPA
16 32 SMA IRT ≥ Rp.2.030.000 10 Bulan Laki-laki 1 0 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
17 23 SMA IRT ≥ Rp.2.030.000 11 Bulan Laki-laki 1 1 0 Tidak ASI eksklusif TidakISPA
18 38 SMA IRT ≥ Rp.2.030.000 10 Bulan Laki-laki 1 0 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
19 16 SMP IRT ≤ Rp.2.030.000 8 Bulan Laki-laki 1 1 0 Tidak ASI eksklusif Tidak ISPA
20 28 SMA IRT ≥ Rp.2.030.000 10 Bulan Laki-laki 1 1 0 Tidak ASI eksklusif Tidak ISPA
21 28 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 8 Bulan Laki-laki 1 0 0 Tidak ASI eksklusif Tidak ISPA
22 28 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 6 Bulan Laki-laki 1 0 0 Tidak ASI eksklusif Tidak ISPA
23 32 SMA IRT ≥ Rp.2.030.000 9 Bulan Laki-laki 1 1 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
24 22 SMA IRT ≥ Rp.2.030.000 11 Bulan Perempuan 1 1 0 Tidak ASI eksklusif Tidak ISPA
25 39 SMP IRT ≤ Rp.2.030.000 9 Bulan Laki-laki 1 0 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
26 19 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 8 Bulan Perempuan 1 0 0 Tidak ASI eksklusif Tidak ISPA
27 31 S1 PNS ≥ Rp.2.030.000 6 Bulan Laki-laki 1 1 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
Universitas Sumatera Utara
28 28 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 11 Bulan Laki-laki 1 1 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
29 32 SMA Wiraswasta≤ Rp.2.030.000 7 Bulan Laki-laki 1 0 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
30 27 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 11 Bulan Laki-laki 1 1 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
31 30 SMA IRT ≥ Rp.2.030.000 9 Bulan Perempuan 1 1 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
32 20 SMP IRT ≤ Rp.2.030.000 9 Bulan Laki-laki 1 1 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
33 34 SMA IRT ≥ Rp.2.030.000 9 Bulan Perempuan 1 0 0 Tidak ASI eksklusif Tidak ISPA
34 35 SMA IRT ≥ Rp.2.030.000 9 Bulan Perempuan 1 1 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
35 37 S1 IRT ≤ Rp.2.030.000 6 Bulan Laki-laki 1 0 0 Tidak ASI eksklusif Tidak ISPA
36 21 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 10 Bulan Laki-laki 1 1 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
37 23 SMA Wiraswasta≥ Rp.2.030.000 10 Bulan Perempuan 1 0 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
38 27 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 7 Bulan Perempuan 1 0 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
39 38 SD IRT ≥ Rp.2.030.000 9 Bulan Laki-laki 1 1 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
40 36 SMP IRT ≥ Rp.2.030.000 7 Bulan Perempuan 1 0 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
41 37 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 9 Bulan Perempuan 1 0 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
42 25 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 11 Bulan Perempuan 1 1 0 Tidak ASI eksklusif Tidak ISPA
43 24 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 8 Bulan Perempuan 1 0 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
44 32 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 9 Bulan Laki-laki 1 0 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
45 26 SMA IRT ≥ Rp.2.030.000 11 Bulan Laki-laki 1 1 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
46 30 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 9 Bulan Laki-laki 1 1 0 Tidak ASI eksklusif Tidak ISPA
47 29 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 10 Bulan Perempuan 1 1 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
48 28 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 11 Bulan Perempuan 1 0 0 Tidak ASI eksklusif ISPA
49 29 Diploma Wiraswasta≥ Rp.2.030.000 10 Bulan Laki-laki 1 0 0 Tidak ASI eksklusif Tidak ISPA
50 25 SMA IRT ≤ Rp.2.030.000 10 Bulan Laki-laki 1 0 0 Tidak ASI eksklusif Tidak ISPA
Total Rp 199.500,-
RIWAYAT HIDUP
Pekerjaan : Mahasiswi
E-mail : suryasitorus26@gmail.com
Riwayat Pendidikan :