Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN

KEDELAI ( Glycine max L. )

Oleh:
ELMIRA SEPTIA HIDAYATI
170310022

AET AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. atas rahmat dan hidayah yang telah
dilimpahkan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Analisis
Pertumbuhan Tanaman. Selanjutnya shalawat dan salam saya sanjungkan kepada
Rasulullah saw. beserta keluarga dan para sahabat Beliau. Karena Beliaulah kita
menjadi manusia yang berakal, berilmu dan berakhlak mulia.
Akhirnya tersusunlah Makalah Analisis Pertumbuhan Tanaman. Makalah
ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah ini. Makalah ini telah
saya susun dengan sistematik dan sebaik mungkin.
Dengan selesainya makalah ini, maka saya mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan tugas
ini, khususnya kepada Bapak Dr. Ir Jamidi Nurdin, M.P. selaku dosen pengampu
matakuliah ini.
Semoga makalah ini dapat diterima dengan baik dan bermanfaat bagi
semua yang membaca. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Kisaran, 27 Januari 202

Elmira Septia Hidayati


Nim. 170310022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
1. PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kedelai......................................................3
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai........................................................................
2.3 Manfaat dan Nilai Gizi Kedelai...........................................................................
3. PEMBAHASAN...................................................................................................
3.1 Pengamatan Morfologi Tanaman Kedelai...........................................................
3.2 Pengamatan Tinggi Tanaman Kedelai.................................................................
3.3 Luas Daun Tanaman Kedelai...............................................................................
3.4 Berat Basah dan Berat Kering Tanaman Kedelai.................................................
4. PENUTUP.............................................................................................................
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................
4.2 Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

ii
iii
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kedelai adalah komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi
dan jagung. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting
dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan
murah harganya. Kedelai dapat diolah sebagai bahan industri olahan pangan
seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tauco, snack dan sebagainya. (Wahyudin,
2017)
Kedelai merupakan sumber protein nabati paling populer bagi masyarakat
indonesia pada umumnya. Konsumsi utamanya dalam bentuk tempe dan tahu
yang merupakan lauk pauk vital bagi masyarakat indonesia. Bentuk lain kedelai
adalah kecap, tauco dan susu kedelai. Produk ini sebagian besar di konsumsi oleh
masyarakat kita. Indonesia merupakan produsen tempe terbesar di dunia dan
menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2014
yang dirilis BPS, konsumsi tempe rata-rata per orang pertahun di Indonesia
sebesar 6,95 kg dan tahu 7,068 kg. (Nuryati dkk., 2015)
Analisis pertumbuhan merupakan suatu cara untuk mengikuti dinamika
fotosintesis yang diukur oleh produksi bahan kering. Pertumbuhan tanaman dapat
diukur tanpa mengganggu tanaman, yaitu dengan pengukuran tinggi tanaman atau
jumlah daun, tetapi sering kurang mencerminkan ketelitian kuantitatif. Akumulasi
bahan kering sangat disukai sebagai ukuran pertumbuhan. Akumulasi bahan
kering mencerminkan kemampuan tanaman dalam mengikat energi cahaya
matahari melalui proses fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor-faktor
lingkungan lainnya (Sumarsono, 2008).
Kurangnya produktifitas kedelai tersebut sebagian besar disebabkan
karena berkurangnya lahan tanam yang beralih fungsi menjadi lahan pertanian dan
industri. Selain itu, iklim dan cuaca juga sangat mempengaruhi pertumbuhan
kedelai sehingga berdampak pada hasil produksi nasional kedelai. Cuaca
merupakan keadaan atmosfer yang dinyatakan dengan nilai berbagai parameter,
antara lain suhu, tekanan, angin, kelembaban dan berbagai fenomena hujan di

1
2

suatu tempat atau wilayah selama kurun waktu yang pendek (menit, jam, hari,
bulan, musim, tahun) (Gibbs, 1987). Sedangkan iklim merupakan kejadian cuaca
selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk
menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya
(World Climate Conference, 1979). Perubahan iklim merupakan berubahnya
kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang
membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2001).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknik pengukuran tinggi tanaman kedelai
2. Bagaimana teknik pengukuran diameter pangkal batang tanaman kedelai?
3. Bagaimana teknik pengukuran luas daun dan ketebalan daun kedelai?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui teknik
pengukuran tinggi tanaman, diameter pangkal batang, luas daun, dan
ketebalan daun tanaman kedelai.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kedelai


Adapun sistematika tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merr.) yaitu :
Kingdom : Plantae
Divisio : Tracheophyta
Subdivisio : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merr. (Irwan, 2006).
Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan
oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan
antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai
juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang,
Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di
Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai
yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-
pulau lainnya. Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu
Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama
botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merrill.
Tanaman kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur dan kaya akan
humus atau bahan organik. Nilai pH ideal bagi pertumbuhan kedelai dan bakteri
rhizobium adalah 6,0-6,8. Apabila pH diatas 7,0 tanaman kedelai akan mengalami
klorosis sehingga tanaman menjadi kerdil dan daunnya menguning. Tanaman
kedelai memerlukan kondisi lingkungan tumbuh yang optimal.Tanaman kedelai
sangat peka terhadap perubahan faktor lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan
iklim. Kebutuhan air sangat tergantung pada pola curah hujan yang turun selama
pertumbuhan, pengelolaan tanaman, serta umur varietas yang ditanam. Tanaman
kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang optimal
dalam proses perkecambahan yaitu 30 ºC. Curah hujan berkisar antara 150 mm–

3
4

200 mm perbulan, dengan lama penyinaran matahari 12 jam/hari, dan kelembaban


rata-rata (RH) 65% (Tulus, 2012). Morfologi tanaman kedelai secara lengkap
dijelaskan sebagai berikut:
Akar tanaman kedelai terdiri atas akar tunggang, akar lateral dan akar
serabut. Pada tanah yang gembur, akar ini dapat menembus tanah sampai
kedalaman kurang lebih 1,5 m. Pada akar lateral terdapat bintil-bintil akar yang
merupakan kumpulan bakteri rhizobium pengikat nitrogen dari udara. Bintil akar
ini biasanya akan terbentuk 15-20 hari setelah tanam (Hanifiah et al., 2000).
Cabang akan muncul di batang tanaman. Jumlah cabang tergantung dari
varietas dan kondisi tanah, tetapi ada juga varietas kedelai yang tidak bercabang.
Jumlah cabang bisa menjadi sedikit bila penanaman dirapatkan dari 250.000
tanaman/hektar menjadi 500.000 tanaman/hektar. Jumlah cabang tidak
mempunyai hubungan yang signifikan dengan jumlah biji yang diproduksi.
Artinya, walaupun jumlah cabang banyak, belum tentu produksi kedelai juga
banyak (Irwan, 2006).
Daun kedelai ada dua bentuk, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate).
Bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Daerah yang mempunyai
tingkat kesuburan tanah yang tinggi sangat cocok untuk varietas kedelai yang
mempunyai bentuk daun yang lebar. Daun mempunyai stomata yang berjumlah
antara 190-320 buah/m2 (Adisarwanto, 2005). Daun kedelai mempunyai bulu
dengan warna cerah dan jumlah yang bervariasi. Tebal tipisnya bulu pada daun
kedelai berkaitan dengan tingkat toleransi varietas kedelai terhadap serangan jenis
hama tertentu (AAK, 1989). Daun sebagai organ fotosintesis sangat berpengaruh
pada fotosintat berupa gula reduksi. Fotosintat berupa gula diproduksi sebagai
sumber energi untuk tanaman (akar, batang, daun) serta diakumulasikan dalam
buah, biji atau organ penimbun lain (sink), hasil fotosintesis yang tertimbun dalam
bagian vegetatif sebagian dimobilisasikan ke bagian generatif (polong). Hasil
fotosintesis di bagian vegetatif tersimpan dalam berat kering biji tanaman
(Budiastuti, 2000).
Tanaman kedelai mulai berbunga antara umur 30-50 hari, tergantung dari
varietas dan iklim. Semakin pendek penyinaran dan semakin tinggi suhu
5

udaranya, akan semakin cepat berbunga. Bunga kedelai berbentuk kupu-kupu,


berwarna ungu atau putih dan muncul diketiak daun (Fachrudin, 2000).
Biji kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 1–4 biji. Biji umumnya
berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji berkisar antara
6 – 30 g/100 biji, ukuran biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu biji kecil (6–
10 g/100 biji), biji sedang (11–12 g/100 biji) dan biji besar (Fachruddin, 2000).
Biji – biji kedelai berkeping dua terbungkus kulit biji (lesta). Embrio terbentuk di
antara keping biji (Lamina, 1989). Polong dan biji kedelai pertama kali terbentuk
sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar
1 cm. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat
beragam, antara 1-10 buah dalam setiap kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah
polong dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan. Di dalam polong terdapat
biji yang berjumlah 2-3 biji. Setiap biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi,
mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang (10-13 g/100 biji), dan besar (>13
g/100 biji). Biji kedelai terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan
janin (embrio) (Irwan, 2006).
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai
1. Iklim
Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan
ketinggian 0,5 -300 m di atas permukaan laut (dpl). Sedangkan varietas kedelai
berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Di atas
ketinggian lebih dari 500 m dpl tidak dapat tumbuh dengan baik. Suhu yang
dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 o C, akan tetapi suhu optimum bagi
pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 o C. Pada proses perkecambahan benih
kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 o C. Saat panen kedelai yang
jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan karena
berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil.
Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama
penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman “hari pendek”.
Artinya, tanaman kedelai tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas
kritis, yaitu 15 jam perhari. Oleh karena itu, bila varietas yang berproduksi tinggi
dari daerah subtropik dengan panjang hari 14 – 16 jam ditanam di daerah tropik
6

dengan rata- rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami
penurunan produksi karena masa bunganya menjadi pendek, yaitu dari umur 50 –
60 hari menjadi 35 – 40 hari setelah tanam (Irwan, 2006).
2. Tanah
Toleransi keasaman tanah (pH) tanah bagi kedelai adalah 5,8-7,0. Namun,
pada pH 4,5 kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya
sangat terhambat karena keracunan alumunium. Pertumbuhan bakteri bintil dan
proses nitrifikasi akan berjalan kurang baik. Pada tanah podsolik merah kuning
dan tanah yang banyak mengandung pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang
baik, kecuali jika tanah diberi tambahan pupuk organik dalam jumlah cukup.
Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah, namun
demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal,
kedelai harus ditanam pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat
berpasir. Upaya program pengembangan kedelai bisa dilakukan dengan
penanaman di lahan kering masam dengan pH tanah 4,5 – 5,5 yang sebenarnya
termasuk kondisi lahan kategori kurang sesuai (Irwan, 2006). Tanaman kedelai
dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi tanah yang
cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan tanaman. Tanaman kedelai
dapat tumbuh baik pada tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol atau andosol.
Pada tanah yang kurang subur (miskin unsur hara) dan jenis tanah podsolik
2.4 Manfaat dan Nilai Gizi Kedelai
Kedelai mempunyai banyak efek menguntungkan bagi kesehatan bila
dikonsumsi. Kacang kedelai merupakan sumber protein tercerna yang sangat baik.
Kedelai kaya akan kandungan vitamin (vitamin A, E, K dan beberapa jenis
vitamin B) dan mineral (K, Fe, Zn dan P), namun rendah dalam kandungan asam
lemak jenuh, dengan 60% kandungan asam lemak tidak jenuhnya terdiri atas asam
linoleat dan linolenat, yang keduanya diketahui membantu kesehatan jantung.
Kacang kedelai tidak mengandung kolesterol. Bahan makanan dari kedelai juga
bebas laktosa, sehingga cocok bagi konsumen yang menderita lactose intoleran
(Slavin, 1991).
Kedelai mempunyai banyak efek menguntungkan bagi kesehatan bila
dikonsumsi. Kacang kedelai merupakan sumber protein tercerna yang sangat baik.
7

Kedelai kaya akan kandungan vitamin (vitamin A, E, K dan beberapa jenis


vitamin B) dan mineral (K, Fe, Zn dan P), namun rendah dalam kandungan asam
lemak jenuh, dengan 60% kandungan asam lemak tidak jenuhnya terdiri atas asam
linoleat dan linolenat, yang keduanya diketahui membantu kesehatan jantung.
Kacang kedelai tidak mengandung kolesterol. Bahan makanan dari kedelai juga
bebas laktosa, sehingga cocok bagi konsumen yang menderita lactose intoleran
(Slavin, 1991).
Kedelai relatif lebih tinggi kandungan asam lemak linolenat yang
merupakan asam lemak essensial sekaligus tergolong asam lemak omega-3 dan
sumber asam lemak omega-3 yaitu asam linolenat yang baik, dan sumber asam
lemak omega-3 dari nabati lainnya sangat jarang. Satu ukuran saji tahu (sepotong
tahu) akan memberikan asam lemak LA yang cukup dan LNA yang hampir cukup
terhadap kebutuhan asam lemak esensial per hari (Anderson dkk, 1979).
Asam lemak omega-3, terutama asam lemak omega-3 rantai panjang, yaitu
asam eikosapentaeroat (EPA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA) mempunyai
kemampuan dalam menurunkan penyakit kronis seperti penyakit jantung dan
penyakit kanker. Kandungan DHA yang cukup sangat penting bagi bayi, karena
mempengaruhi tingkat kemampuan belajar bayi. Rasio asam lemak omega-6 dan
asam lemak omega-3 berkisar antara 10:1 sampai 5:1. Asam lemak LNA dapat
dikonversi menjadi EPA dan EPA menjadi DHA (Simopoulos, 1991).
3. PEMBAHASAN

3.1 Pengamatan Morfologi Tanaman Kedelai


Pengamatan morfologi kedelai dilakukan dengan teknik observasi lapang
dan pengamatan langsung keragaman morfologi berdasarkan parameter sebagai
berikut:
1. Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran terhadap tinggi tanaman dilakukan setelah panen, dengan
mengukur bagian pangkal batang sampai ujung batang atau titik tumbuh
menggunakan penggaris berukuran 30 cm (Herdiawan et al., 2012).
2. Luas daun tanaman (cm2)
Luas daun ditetapkan dengan metode gravimetri, yaitu dengan cara daun
digambar dan ditaksir luasnya pada sehelai kertas dengan mengukur perbandingan
berat replika daun dengan berat total kertas dengan rumus sebagai berikut :

3. Berat basah dan berat kering tanaman (g)


Tanaman pada tiap-tiap perlakuan cekaman diambil kemudian dibersihkan
dengan menggunakan aquades untuk memisahkan dari tanah yang masih melekat
pada tanaman dan untuk menghindari pembusukan. Tanaman yang telah dicuci
ditimbang bobot basahnya menggunakan neraca analitik. Tanaman dibungkus
dengan kertas aluminum foil kemudian dioven selama kurang lebih 2 hari pada
suhu 100°C (Herdiawan et al., 2012).
3.2 Pengamatan Tinggi Tanaman Kedelai
Pertumbuhan merupakan hasil dari proses pembelahan, pembesaran, dan
pemanjangan sel. Perkembangan merupakan hasil dari pertumbuhan karena
adanya pembelahan, pembesaran, dan diferensiasi sel. Pertumbuhan merupakan
penambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat kembali. Suatu tanaman
akan terus tumbuh dan berkembang sampai pada batasan tertentu, dimana tingkat
pertumbuhan dan perkembangannya tergantung pada jenis spesies dan perbedaan
genotip (varietas) dalam spesies (Amzeri, 2009).

8
9

Proses pertumbuhan tanaman sangat membutuhkan air, baik untuk


kebutuhan menjaga turgiditas sel maupun untuk melangsungkan metabolisme,
khususnya untuk fotosintesis. Proses fotosintesis membutuhkan air sebagai bahan
baku dalam pembentukan fotosintat, khususnya karbohidrat, dimana CO2+H2O
dengan bantuan cahaya akan membentuk C6H12O6. Air terutama dibutuhkan
pada fase cahaya sebagai sumber elektron untuk membentuk energi kimia dalam
bentuk NADPH2 dan ATP. Energi kimia tresebut akan digunakan untuk
mereduksi CO dalam fase gelap untuk menghasilkan C6H12O6 + O2. Tanaman
yang mengalami cekaman air, maka laju fotosintesis terus menurun karena tidak
mampu membentuk NADPH2 dan ATP yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
energi dalam mereduksi CO (Sarawa, 2009).
Tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan maupun sebagai
parameter yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui pengaruh perlakuan
yang diterapkan dalam percobaan atau sebagai indikator untuk mengetahui
pengaruh lingkungan. Pertambahan tinggi tanaman merupakan bentuk
peningkatan pembelahan sel-sel akibat adanya asimilat yang meningkat (Harjanti
dkk, 2014). Menurut Sitompul dan Guritno (1995) bahwa tinggi tanaman
merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat sehingga dapat
diamati dengan melakukan perbedaan pengamatan pertumbuhan terhadap tinggi
tanaman pada kondisi normal ataupun ketika berada dalam kondisi tercekam.
Tinggi tanaman dianalisis dengan ANOVA One Way.
3.3 Luas Daun Kedelai
Daun merupakan organ tubuh tanaman yang penting, karena pada daun
terdapat komponen dan sekaligus tempat berlangsungnya proses fotosintesis,
respirasi, dan transpirasi yang menentukan arah pertumbuhan dan perkembangan
suatu tanaman. Luas daun merupakan salah satu parameter penting dalam analisis
pertumbuhan tanaman. Indeks luas daun, laju tumbuh relatif, dan laju fotosintesis
merupakan parameter yang erat terkait dengan luas daun ( Santoso dan Hariyadi,
2008).
Daun mempunyai peranan yang penting dalam penyerapan radiasi surya
dan variasi pengaruhnya terhadap pertumbuhan dapat dikaji melalui indeks luas
daun (Muhadjir, 1988). Tanaman budidaya harus dapat menghasilkan indeks luas
10

daun yang cukup dengan cepat untuk menyerap sebagian besar cahaya guna
mencapai produksi berat kering maksimum. Menurut Heddy (1987), indeks luas
daun yang tinggi biasanya akan meningkatkan proses fotosintesis dan penyerapan
unsur hara serta hasil bahan kering tanaman.
Luas daun berperan penting dalam proses fotosintesis, semakin tinggi luas
daun maka semakin besar cahaya yang diserap daun dalam proses fotosintesis,
fotosintesis yaitu pembentukan karbohidrat. Karbohidrat merupakan energi yang
dibutuhkan untuk metabolisme dalam tanaman (Salisbury dan Ross, 1992) dalam
(Mustamu, 2009). Luas daun yang semakin tinggi menyebabkan proses
evapotranspirasi daun meningkat sehingga pengambilan air dan unsur hara juga
ikut meningkat karena berhubungan dengan daya kohesi dan adhesi pengangkutan
air di dalam tubuh tumbuhan.
3.4 Berat Basah dan Berat Kering Tanaman Kedelai
Penggenangan menyebabkan pori tanah terisi air dan jenuh air, sehingga
mengakibatkan oksigen (O2) yang tersedia menjadi terbatas. Keadaan dimana O2
tersedia kurang dari kebutuhan tanaman (hypoxia) atau tidak ada sama sekali
(anoxia) akan menghambat terhadap respirasi perakaran tanaman, sehingga terjadi
respirasi secara anaerob. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury dan Ross
(1995) yang menyatakan bahwa tanaman pada kondisi kekurangan oksigen akan
mengubah lintasan respirasi menjadi lintasan anaerob/fermentasi. Respirasi
anaerob (fermentasi) kurang efisien dalam mengkonversi ADP menjadi ATP bila
dibandingkan dengan respirasi aerobik. Ketersediaan energi metabolik yang
terbatas ini akan menghambat beberapa proses pada tanaman diantaranya dalam
pembelahan sel, serapan air, serapan ion-ion (unsur hara), translokasi fotosintat
dan berbagai proses metabolisme lainnya. Apabila pembelahan sel terhambat
maka proses pembesaran sel pada tanaman kedelai juga terhambat sehingga akan
menekan pertambahan jumlah daun, pembesaran diameter pangkal batang, jumlah
akar primer dan volume akar. Menurut Pezeshki (1994), kondisi tanah yang
anaerob mengakibatkan dampak negatif bagi tanaman diantaranya gangguan pada
membran sel, terhambatnya serapan hara, gangguan pada pertumbuhan,
mengurangi laju fotosintesis dan dapat mengakibatkan kematian bagi tanaman.
4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Analisis pertumbuhan merupakan suatu cara untuk mengikuti dinamika
fotosintesis yang diukur oleh produksi bahan kering.
2. Tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui pengaruh perlakuan yang
diterapkan dalam percobaan atau sebagai indikator untuk mengetahui
pengaruh lingkungan.
3. Luas daun berperan penting dalam proses fotosintesis, semakin tinggi luas
daun maka semakin besar cahaya yang diserap daun dalam proses fotosintesis.
4.2 Saran
Sebaiknya saat melakukan pengukuran tinggi tanaman, luas daun,
ketebalan daun dan diameter pangkal batang kedelai dilakukan secara teliti agar
data yang didapat lebih akurat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrazak, Hatta,M. Dan Marliah, A. 2013. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman


Mentimun (Cucumis sativus L.) Akibat Perbedaan Jarak Tanam dan
Jumlah Benih per Lubang Tanam. Jurnal Agrista Vol. 17 No. 2, 2013.
Pertanian Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh

Adisarwanto. T. 2005. “Kedelai”. Jakarta: Penebar Swadaya

Allwar, Pranata N E. 2013. Pemanfaatan Urine Ternak Dalam Pembuatan Pupuk


Cair Untuk Menambah Nilai Guna Pada Limbah. Jurnal Inovasi dan
Kewirausahaan. Volume 2 No. 1 Hal 68-72. ISSN: 2089-3086. Urusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Islam Indonesia

Alim A S, Sumarni T, Sudiarso. 2017. Pengaruh Jarak Tanam dan Defoliasi Daun
Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glicyne soja.). ISSN
2527-8452. Jurnal produksi Tanaman. Vol 5 No 2. Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang

Anwar A., Handayani Rambe R.D. dan Bahar M. 2017. Pengaruh Kombinasi
Pupuk NPK Dan Urine KambingTerhadap Tanaman Terung (Solanum
melongena. L) Pada Fase Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Di Polybag.
Wahana Inovasi. Volume 6.No.2. ISSN : 2089-8592

Hani. A dan Geraldine L.V. 2016. Pengaruh Jarak Tanam Dan Pemberian Pupuk
Cair Urin Kambing Terhadap Pertumbuhan Awal Manglid (Magnolia
champaca (L.) Baill. Ex Pierre). Jurnal WASIAN Vol.3 No.2 :51-58

Hasbi, N. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen, Fosfor Dan Kalium


Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Rumput Benggala (Panicum
Maximum). Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar

Kurniawan E, Ginting Z, dan Nurjannah P. 2017. Pemanfaatan Urine Kambing


Pada Pembuatan Pupuk Organik Cair Terhadap Kualitas Unsur Hara
Makro (NPK). ISSN : 2407 – 1846. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus Bukit Indah, Muara Satu,
Lhokseumawe Aceh.

Mangera Y. 2014, Analisis Pertumbuhan Tanaman Gandum Pada Beberapa


Kerapatan Tanaman Dan Imbangan Pupuk Nitrogen Anorganik Dan
Nitrogen Kompos. Fakultas Pertanian, Universitas Musamus Merauke.

Marliah A, Hidayat T, dan Husna N. 2012. Pengaruh Varietas Dan Jarak Tanam
Terhadap Pertumbuhan Kedelai (Glycine soja). Jurnal Agrista Vol. 16 No.
1. Program Studi Agroteknologi

12

Anda mungkin juga menyukai