Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Penyakit

Penyakit Gagal Ginjal Kronik (Chronic Kidney Diseases) adalah suatu gangguan pada
ginjal ditandai dengan abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3
bulan. PGK ditandai dengan satu atau lebih tanda kerusakan ginjal yaitu albuminuria, abnormalitas
sedimen urin, elektrolit, histologi, struktur ginjal, ataupun adanya riwayat transplantasi ginjal, juga
disertai penurunan laju filtrasi glomerulus. CKD ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
tidak dapat pulih kembali (irreversible). Penyakit gagal ginjal kronik diklasifikasikan menjadi
atas dasar derajat (stage) dan atas dasar etiologi.

Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR (Glomerulo
Filtration Rate). Stadium-stadium gagal ginjal kronis didasarkan pada tingkat GFR yang tersisa.
Dan mencakup:

a. Penurunan cadangan ginjal, yang terjadi apabila GFR turun 50% dari normal.
b. Insufisiensi ginjal, yang terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35% dari normal. Nefron-
nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban
yang mereka terima.
c. Gagal ginjal, yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal. Semakin banyak nefron
yang mati.
d. Penyakit ginjal stadium-akhir, yang terjadi apabila GFR menjadi kurang dari 5% dari
normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan
jaringan parut dan atrofi tubulus.

Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtrasi Glomerolus)
dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73 m2 . Berikut adalah klasifikasinya:
2.2 Faktor Resiko Penyakit

Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal kronik seperti
hipertensi, diabetes melitus, pertambahan usia, ada riwayat keluarga penyakit gagal ginjal
kronik, obesitas, penyakit kardiovaskular, berat lahir rendah, penyakit autoimun seperti lupus
eritematosus sistemik, keracunan obat, infeksi sistemik, infeksi saluran kemih, batu saluran
kemih dan penyakit ginjal bawaan. Gaya hidup yang bersifat negatif seperti merokok,
mengkonsumsi alkohol, dan tidak beraktivitas dapat memicu timbulnya berbagai penyakit
diantaranya gagal ginjal kronik Semakin meningkatnya umur dan ditambah dengan penyakit
kronis seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) atau diabetes, maka ginjal cenderung akan
menjadi ru Ddan tidak dapat dipulihkan kembali.

2.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada penderita gagal ginjal kronik, antara lain:

- Gastrointestinal: ulserasi saluran pencernaan dan pendarahan.


- Kardiovaskular: hipertensi, perubahan EKG, perikarditis, efusi pericardium, tamponade
pericardium.
- Respirasi: edema paru, efusi pleura, pleuritis.
- Neuromuskular: lemah, gangguan tidur, sakit kepala, letargi, gangguan muskular,
neuropati perifer, bingung, dan koma.
- Metabolik/endokrin: inti glukosa, hiperlipidemia, gangguan hormon seks yang
menyebabkan penurunan libido, impoten dan amenore.
- Cairan dan elektrolit: gangguan asam basa menyebabkan kehilangan sodium sehingga
terjadinya dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipermagnesemia, hipokalemia.
- Dermatologi: pucat, hiperpigmentasi, pleuritis, ekimosis, uremia frost.
- Abnormal skeletal: osteodistrofi ginjal menyebabkan osteomalasia.
- Hematologi: anemia, defek kualitas flatelat, pendarahan meningkat.
- Fungsi psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku serta gangguan proses kognitif

2.4 Patofisiologi Penyakit

Pada penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) akan mengalami penurunan fungsi ginjal atau
penuruna masa ginjal. Pengurangan masa ginjal menyebabkan hipertrofi struktur dan fungsi dari
nefron. Hipertrofi ini diperantarai oleh molekul sitokin, dan growth factor sehigga akan
meningkatkan produsi renin, angiotensin, dan aldosterone. Hal ini mengakibatkan terjadinya
hiperfiltrasi yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses
adaptasi ini berlangsung singkat dan diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang
masih tersisa. Proses ini menyebabkan penurunan fungsi nefron yang progresif. Beberapa hal
yang juga berperan terhadap progresifitas penyakit ginjal kronik adalah albuminuria, hipertensi,
hiperglikemia, dan dislipidemia (Smeltzer et al, 2001).

2.5 Tatalaksana Diet

Diet yang diberikan pada pasien biasanya adalah Diet Gagal Ginjal Kronik atau Diet
Protein Rendah dengan tujuan mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan
memperhitungkan sisa fungsi ginjal, mencegah dan menurunkan kadar uremia darah, ,mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit, dan mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal,
dengan memperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus.

Diet yang diberikan pada pasien sesuai kasus yang ada adalah Diet Hemodialisis Rendah
Natrium dengan tujuan meningkatkan asupan oral, mempertahankan berat badan pasien,
memperlambat tingkat keparahan kerja dan fungsi ginjal, dan mengatur keseimbangan air dan
elektrolit. Pemberian makanan dilakukan dalam porsi kecil dan frekuensi sering. Tekstur
makanan yang diberikan adalah makanan saring karena pasien mengalami disfagia. Kebutuhan
energi pada kasus ini sebesar 30 kkal/kgBB (1161 kkal), kebutuhan protein tinggi sebesar 1.2
g/kgBB (31 g), kebutuhan lemak 20% dari kebutuhan energi (26 g), kebutuhan karbohidrat
cukup 64% dari kebutuhan energi (186 g). Kebutuhan natrium rendah sebesar 1 mEq/kgBB/hari.
Sumber protein hendaknya 50% bernilai biologis tinggi seperti telur, susu, ikan, dan ayam.
Asupan lemak jenuh <7% total energi, asupan asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA) <10% total
energi, selebihnya berasal dari asam lemak tidak jenuh tunggal. Pembatasan kolesterol <200
mg/hari. Pemberian cairan dibatasi sebesar 500 ml. Menghindari makanan dan daging yang
sudah diproses atau kalengan karena kadar natrium dan fosfor yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai