Anda di halaman 1dari 1

Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke 7. Dalam bahasa Sanskerta “Sri” artinya
bercahaya dan “wijaya” artinya kemenangan. Prasasti tertua berada pada abad ke 7 di
Palembang, yaitu Prasasti Kedukan Bukit, pada tahun 682 masehi.Kerajaan sriwijaya
merupakan kerajaan yang bergerak di sektor maritim. Kerajaan Sriwijaya merupakan
kerajaan maritim yang kuat, karena memiliki sebuah sistem yang disebut Sistem Mandala,
yaitu sistem koordinasi antar tiap-tiap kerajaan fasyal , bahkan kerajaan yang ada disekitar
kerajaan sriwijaya atau kerajaan aliansi mereka untuk saling melindungi apabila ada ancaman
dari luar. Kerajaan fasyal adalah kerajaan persemakmuran atau kerajaan bawahan dari
kerajaan Sriwijaya. Sebuah kerajaan yang bernaung di bawah bendera Kerajaan Sriwijaya
untuk keamanan mereka.

Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya membentang dari daerah Thailand, Kamboja,


Semenanjung Malaya, Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Piere-Yues
Manguin melakukan observasi tahun 1993 dan berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya
berada di wilayah Sungai Musi, yaitu antara Bukit Sabokingking dan Seguntang (wilayah
Sulawesi sekarang). Menurut Soekmono Pusat Kerajaan Sriwijaya di Sehiliran Batang Hari,
antara Muara Sabak sampai Muara Tembesi (Jakarta), namunMelayu tidak berada di wilayah
tersebut. Menurut Moens, pusat Sriwijaya berada di wilayah candi Muara Takus (Riau).

Berdasarkan Prasasti Tanjore, Kerajaan Sriwijaya beribu kota di Kadatau (kedah).


Dalam catatan I Tsing, kekaisaran Sriwijaya telah berdiri sejak 671 M. Pada abad ke 7 M
orang tionghoa mencatat terdapat dua kerajaan yang menjadi bagian kekuasaan dari kerajaan
Sriwijaya, yaitu Kedah dan Melayu. Sriwijaya sukses menguasai Selat Malaka, Laut cina,
Laut Jawa, Selat sunda, dan Selat Karimata. Kerajaan Sriwijaya melakukan expansi ke
Semenanjung Malaya dan Jawa sehingga menjadikan Kerajaan ini mengontrol dua pusat
perdagangan di Asia Tenggara.

Dalam hal agama, sriwijaya banyak menarik peziarah dan sarjana dari berbagai
negara, seperti I Tsing, merupakan pendeta dari Tiongkok yang sedang melakukan ekspansi
ke wilayah Sumatera. Pada abad ke 11, seorang sarjana dari Benggala ikut mengambil peran
dalam perkembangan agama budha. I Tsing melaporkan bahwa Kerajaan Sriwijaya
merupakan rumah bagi sarjana budha, sehingga Kerajaan Sriwijaya menjadib pusat untuk
melakukan pembelajaran agama budha.

Anda mungkin juga menyukai