Anda di halaman 1dari 11

Volume 17, Nomor 1, Juni 2008 ISSN 0215-191X

ZOO INDONESIA
Jurnal Fauna Tropika

KEANEKARAGAMAN MAMALIA KECIL DI HUTAN LINDUNG


GUNUNG LUMUT, KABUPATEN PASIR, KALIMANTAN TIMUR.
Agustinus Suyanto.............................................................................. 1

JENIS TUMBUHAN PAKAN DAN TEMPAT BERSARANG KUKANG


(Nycticebus coucang) DI HUTAN LINDUNG PEGUNUNGAN
MERRATUS. KALIMANTAN SELATAN. Hadi Dahrudin & Wirdateti...7

EKOLOGI MOLUSKA MANGROVE DELTA MAHAKAM. Heryanto. 15

PENGARUH JUMLAH INDIVIDU DALAM KANDANG


PENANGKARAN TERHADAP KONSUMSI PAKAN DAN NUTRISI
PADA BURUNG PERKICI PELANGI (Trichoglossus haematodus). Tri
Haryoko……………………………………………………………………21

NYAMUK (DIPTERA:CULICIDAE) TAMAN NASIONAL BOGANINANI


WARTABONE, SULAWESI UTARA: KERAGAMAN, STATUS DAN
HABITATNYA. Awit Suwito …………………………………………….27

Zoo Indonesia Volume 17 (1) 1-34 2008 ISSN 0215-191X


Ketua Redaksi

Dr. Dede Irving Hartoto (Limnologi)

Anggota Redaksi

Dr. Hagi Yulia Sugeha (Oseanologi)


Dr. Rosichon Ubaidillah (Entomologi)
Dr. Dewi Malia Prawiradilaga (Ornitologi)
Ir. Ike Rachmatika MSc. (Ikhtiologi)

Sekretaris Redaksi & Produksi

Rochmanah S.Kom

Mitra Bestari

Dr. Gono Semiadi


Dr. Hari Sutrisno
Ir. Maharadatunkamsi MSc.

Alamat Redaksi
Zoo Indonesia
Bidang Zoologi, Puslit Biologi LIPI
Gd. Widyasatwaloka
Jl. Raya Bogor-Jakarta KM. 46
Cibinong 16911

Telp. (021) 8765056


Fax. (021) 8765068
zooindonesia@yahoo.com

Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI) adalah suatu organisasi profesi dengan anggota
terdiri dari peneliti, pengajar, pemerhati dan simpatisan kehidupan fauna tropika,
khususnya fauna Indonesia. Kegiatan utama MZI adalah pemasyarakatan tentang
ilmu kehidupan fauna tropika Indonesia, dalam segala aspeknya, baik dalam bentuk
publikasi ilmiah, publikasi popular, pendidikan, penelitian, pameran ataupun
pemantauan.

Zoo Indonesia adalah sebuah jurnal ilmiah di bidang fauna tropika yang diterbitkan
oleh organisasi profesi keilmiahan Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI) sejak tahun
1983. Terbit satu tahun satu volume dengan dua nomor (Juni & Nopember). Memuat
tulisan hasil penelitian dan tinjauan ilmiah yang berhubungan dengan aspek fauna,
khususnya wilayah Indonesia dan Asia. Publikasi ilmiah lain adalah Monograph Zoo
Indonesia - Seri Publikasi Ilmiah, terbit tidak menentu.
NYAMUK (DIPTERA:CULICIDAE) TAMAN NASIONAL BOGANINANI WARTABONE,
SULAWESI UTARA: KERAGAMAN, STATUS DAN HABITATNYA . Zoo Indonesia 17(1):27-34.

NYAMUK (DIPTERA:CULICIDAE) TAMAN NASIONAL BOGANINANI


WARTABONE, SULAWESI UTARA: KERAGAMAN, STATUS DAN HABITATNYA

Awit Suwito

Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI


Jl. Raya Cibinong Km 46, Cibinong 16911

ABSTRAK

Suwito, A. 2008. Nyamuk (Diptera:Culicidae) Taman Nasional Boganinani


Wartabone, Sulawesi Utara: Keragaman, Status dan Habitatnya. Zoo Indonesia
17(1):27-34. Nyamuk membutuhkan habitat yang cocok untuk perkembangan
larvanya. Habitat larva nyamuk dipelajari pada tiga lokasi: Sungai Mauk-Molotong &
Mainakum di dalam Taman Nasional Boganinani Wartabone, dan Gunung Pukinya
yang berada di luar kawasan dekat Desa Pusian. Larva dikoleksi dari tunggul bambu,
lubang pohon tumbang dan genangan air pada batu di sungai, sedangkan bentuk
dewasa dikoleksi dengan menggunakan jaring serangga dan hasil pemasangan
perangkap cahaya (light trap), terutama di Gn. Pakinya. Jumlah total yang berhasil
diidentifikasi secara morfologi adalah 22 jenis nyamuk dari tujuh marga. Nyamuk jenis
Anopheles spp. dan Culex spp. terutama banyak dijumpai di Gn. Pakinya. Perubahan
lingkungan hutan menjadi lahan persawahan atau pemukiman diduga akan
menimbulkan habitat-habitat baru sebagai tempat perindukan nyamuk, yang akhirnya
akan mengubah sebaran dan komposisi jenis nyamuk.

Kata kunci: nyamuk, larva, habitat, tempat perindukan.

ABSTRACT

Suwito, A. 2008. The Mosquito (Diptera: Culicidae) of Boganinani Wartabone


National Park, North Sulawesi: Diversity, Status and Habitat. Zoo Indonesia
17(1):27-34. Mosquitoes need suitable habitats for the development of larvae. Larvae
habitats were identified and characterized at three locations: Mauk-Molotong River &
Mainakum in Boganinani Wartabone National Park, and Mount Pakinya near Pusian
Village out side from national park. Larvae were collected from bamboo stump, tree
holes or puddle on the stones, while adults were collected using insect net and light
trap especially in Mount Pakinya. Totally twenty two species of mosquitoes from seven
genera were identified morphologically. Species of Anopheles spp. and Culex spp.
were the most dominant in Mount Pakinya. The conversion of forest becomes padi
field and villages would rise new habitats of breeding sites, that finally would change
the distribution and composition of mosquitoes.

Keywords: mosquito, larvae, habitat, breeding site.

PENDAHULUAN 287 jenis. Ketiga marga tersebut lebih


mendapat perhatian karena umumnya
Jumlah jenis nyamuk yang pernah bersifat zoofilik atau anthrofilik, yang
dilaporkan dari Indonesia lebih dari akhirnya dapat berpotensi sebagai
457 jenis nyamuk dari 18 marga. vektor penyakit. Berbagai jenis virus,
Jenis-jenis tersebut terutama plasmodia atau filaria pernah
didominasi oleh marga dari Aedes, dilaporkan ditularkan oleh jenis-jenis
Anopheles dan Culex yang mencapai dari ketiga marga tersebut. Tetapi
NYAMUK (DIPTERA:CULICIDAE) TAMAN NASIONAL BOGANINANI WARTABONE,
SULAWESI UTARA: KERAGAMAN, STATUS DAN HABITATNYA . Zoo Indonesia 17(1):27-34.

bukan berarti jenis lain menjadi tidak daerah pesawahan yang berbatasan
penting, misalnya jenis- jenis yang dengan kawasan Taman Nasional.
bersifat fitofilik (menghisap cairan Kawasan Taman Nasional dibelah
tumbuhan). beberapa sungai yang bermuara ke
Laut Sulawesi.
Jenis nyamuk fitofilik jarang dijumpai
karena tidak menyerang manusia, Pengkoleksian nyamuk dilakukan
sehingga untuk mengkoleksinya perlu dengan penangkapan langsung
dipelihara dari bentuk larvanya. menggunakan jaring serangga atau
Edward (dalam Barraud, 1934) pencarian tempat perindukan nyamuk
menganjurkan untuk memeriksa di bebatuan, pohon berlubang dan
genangan air pada tempat-tempat ruas bambu di sekitar S. Mauk dan S.
spesifik, seperti ketiak (axil) daun, Malotong. Batang bambu tumbang
ruas bambu atau kantung semar, yang banyak terdapat di pinggiran
karena tempat-tempat ini biasanya sungai diperikasa satu per satu. Jika
diperoleh jenis-jenis yang jarang di dalam ruasnya terdapat air, maka
dijumpai atau belum teridentifikasi. air dikeluarkan dan ditampung dalam
Oleh sebab itu, kemungkinan wadah plastik. Sebagian larva atau
mendapatkan jenis baru atau catatan pupa dikembangkan hingga dewasa
baru (new record) untuk jenis tertentu dan sebagian lagi di awetkan dalam
cukup terbuka. alkohol dan selanjutnya dibuatkan
preparat larva. Selain itu dipakai
Khususnya di Pulau Sulawesi telah metode light trap khususnya di Gn.
tercatat 134 jenis nyamuk atau sekitar Pakinya. Terminologi morfologi dan
25% dari jumlah total seluruh penomoran ketotaksi mengikuti Belkin
Indonesia (O’Connor & Sopa 1981). et al. (1970). Penentuan marga
Informasi keanekaragaman fauna nyamuk menggunakan Kunci
nyamuk Taman Nasional Boganinani Identifikasi Marga dari Mattingly
Wartabone masih banyak yang belum (1971).
terungkap. Untuk itu dilakukan
penelitian ini dengan tujuan untuk HASIL & PEMBAHASAN
mengetahui keragaman jenis, status
dan tipe habitat yang biasa dipakai Dari pencarian tempat perindukan
tempat perindukan nyamuk di dalam nyamuk di S. Molotong berhasil
dan sekitar kawasan Taman Nasional. diperoleh tujuh tempat perindukan
Dari hasil studi ini diharapkan dapat pada cerukan batu dan satu tempat
mengetahui diversitas nyamuk dan perindukan dari pohon tumbang;
juga untuk melengkapi data distribusi delapan tempat perindukan pada ruas
nyamuk di Indonesia. atau tunggul bambu (sekitar 1 km
sebelah hilir camp); sedangkan di S.
MATERI & METODA Mauk hanya dua tempat perindukan
batu dan dua perindukan pohon
Survey dilakukan pada bulan Mei dan tumbang. Tempat perindukan nyamuk
Juni 2002 di S. Mauk dan S. Molotong pada batu terlihat lebih banyak
dan Muara Mainakum dalam kawasan ditemukan di Sungai Molotong. Hal ini,
Taman Nasional Boganinani kemungkinan disebabkan sungainya
Wartabone serta Gn. Pakinya sebelah tidak terlalu lebar, sehingga badan
selatan di luar kawasan Taman sungai menjadi relatif terlindung
Nasional, Sulawesi Selatan. Dua kanopi pepohonan yang tumbuh di
lokasi pertama termasuk dalam hutan bagian tepinya. Air hujan atau sisa
dataran rendah dengan ketinggian 300 banjir yang terjebak dalam cerukan
m – 450 m dari permukaan laut, bebatuan tidak terlalau cepat
topografinya berupa perbukitan yang menguap, karena kondisi sekitarnya
ditutupi hutan primer dan sekunder, lembab. Sebaliknya untuk bebatuan di
sedangkan Gn. Pakinya merupakan S. Mauk, yang memiliki badan sungai
NYAMUK (DIPTERA:CULICIDAE) TAMAN NASIONAL BOGANINANI WARTABONE,
SULAWESI UTARA: KERAGAMAN, STATUS DAN HABITATNYA . Zoo Indonesia 17(1):27-34.

lebih lebar dan terbuka, air akan lebih albopictus dan Cx. gellidus yang
cepat menguap. Pada umumnya masing-masing telah diketahui
nyamuk membutuhkan air sebagai sebagai vektor penyakit demam
tempat perindukannya. Penentuan berdarah dan Japanese B enceplalitis
tempat perindukan bergantung pada untuk kawasan Asia (Bram 1967).
jenis nyamuk dan faktor lingkungan
yang mendukung untuk pertumbuhan Bila dilihat dari jumlah jenis nyamuk
larva. Genangan air pada ruas bambu, yang diperoleh dari TN. Boganinani
pohon yang berlubang, pinggiran Wartabone, jumlahnya berada jauh di
sungai atau pesawahan serta faktor bawah jumlah jenis nyamuk yang
lingkungan yang cocok seperti diketahui terdapat di Sulawesi
pencahayaan dan kelembaban sudah (tercatat 134 jenis dalam O’Connor &
cukup untuk dijadikan tempat Sopa 1980). Walaupun demikian,
perindukan nyamuk. perolehan ini sangat penting untuk
tambahan koleksi nyamuk di museum
Sebanyak 288 larva diperoleh dari tiga dan juga untuk studi taxonomi nyamuk
tipe tempat perindukan, yaitu cerukan lebih lanjut. Penemuan beberapa jenis
pada batu, pohon tumbang dan ruas Anopheles, Culex dan Aedes perlu
bambu, terdiri atas jenis Aedes sp., diwaspadai, karena di tempat lain
Culex sp., Tripteroides sp., diketahui sebagai vektor suatu
Uranotaenia sp., dan Armigeres sp. penyakit.
Dari hasil rearing diperoleh 41 jenis
nyamuk dewasa Ae. notoscriptus, Cx. Uraian singkat mengenai ciri
(Lophoceraomyia) mammilifer group morfologi, biologi status vektor dan
dan Toxorhynchites sp. (Tabel 1). sebaran untuk beberapa jenis adalah
sebagai berikut:
Hasil tangkapan langsung di sekitar
Muara Mainakum diperoleh lima jenis, Marga Aedes
yaitu Mansonia sp., Aedes (Finlaya) 1. Ae. (Stegomyia) albopictus
sp1., Ae. (Stegomyia) albopictus, (Skuse), 1894
Ae.(Stegomyia) annandalei dan Cx.
(Culex) gellidus; sedangkan dari hasil Jenis albopictus termasuk dalam
tangkapan di Gn Pakinya dengan group scutellaris (subgroup
perangkap cahaya tercatat sebelas albopictus), merupakan salah satu
jenis nyamuk, yaitu: Anopheles jenis yang paling umum dijumpai di
(Anopheles) albotaeniatus, An. (Cellia) Asia Tenggara. Nyamuk dewasa
sp., An. (Anopheles) barbumbrosus, dibedakan dari jenis lain karena
An. (Cellia) kochi, An. (Cellia) memiliki ciri garis putih memanjang di
terselatus var. Orientalis, Culex tengah skutum dan bercabang di
(Culex) gellidus, Cx. daerah preskutelar; bagian samping
(Lophoceraomyia) rubithoracis, Cx. skutum sebelum pangkal sayap
(Culiciomyia) nigropunctatus dan terdapat sekelompok sisik putih yang
Mansonia sp. Tempat perindukan tebal.
nyamuk ini diduga di sungai yang Biologi: Larva terutama dapat
pinggirannya ditumbuhi rerumputan dijumpai di pohon berlubang, tunggul
dan pesawahan sekitar Gn. Pakinya. bambu, tempat penampungan air
buatan mirip dengan Ae. aegypti.
Intensitas kasus penyakit malaria di Nyamuk betina menyerang manusia
sekitar Gn. Pakinya mengalami pada siang hari.
penurunan setelah dilakukan Status vektor: Jenis ini sangat
penyemprotan. Hal ini perlu dilakukan penting dalam menularkan virus
penelitian lebih lanjut, apakah jenis demam berdarah, virus Japanese
Anopheles di atas diketahui sebagai encephalitis, Plasmodium spp.,
vektor malaria atau bukan. Selain itu, Dirofilaria spp., Wucheria bancrofti
perlu diwaspadai keberadaan Ae. (Basio 1971; Huang 1972).
NYAMUK (DIPTERA:CULICIDAE) TAMAN NASIONAL BOGANINANI WARTABONE,
SULAWESI UTARA: KERAGAMAN, STATUS DAN HABITATNYA . Zoo Indonesia 17(1):27-34.

Penyebaran: Filipina, Kep. Ryukyu, Biologi: Larva terutama ditemukan di


Hongkong, Cina, Viet Nam, Kamboja, tanggul bambu. Nyamuk betina
Thailand, Burma, Malaysia, India, menyerang manusia pada siang hari
Ceylon, Singapura, Nepal, Jepang, di hutan sekunder.
Kep. Hawai, Madagaskar, Indonesia Status vektor: Belum diketahui.
(Sumatera, Kalimantan, Kep. Sunda Penyebaran: Viet Nam, Thailand,
Kecil (Bali, NTT, NTB), Sulawesi, Burma, India, Taiwan, Indonesia
Maluku & Irian). (Sumatera, Jawa, Kep. Sunda Kecil
(Bali, NTT, NTB), Sulawesi, Maluku
dan Irian Jaya).
2. Ae. (Stegomyia) annandalei
(Theobald), 1910 Marga Culex

Ae. ananndalei termasuk dalam group Nyamuk Culex biasanya memilih


w-albus dan subgroup ananndalei. genangan air tanah sebagai tempat
Jenis ini dibedakan dari jenis lain perindukannya, seperti pada pohon
karena memiliki tanda bercak putih berlubang, ruas dan tunggul bambu
sampai pertengahan skutum dan dan tempat-tempat penampungan air
cuping tengah skutelum bersisik hitam lainnya. Bentuk larva ada yang
yang lebar, sedangkan dua cuping bersifat predator bagi larva jenis lain
disampingnya bersisik putih.

Tabel 1. Jenis nyamuk yang diperoleh dari tiga lokasi di TN. Boganinani Wartabone
dan sekitarnya.

Jenis Lokasi
S. MAUK & S. MAINAKUM G.PAKINYA
MOLOTONG (N) (LT)
(H, R)
Ae. (Aedimorphus) caecus (Theobald), 130L - -
1901
Ae. (Finlaya) alboniveus Barraud, 1934 15L 1♂ -
Ae.(Fin.) notoscriptus (Skuse), 1889 10♂6♀ - -
Ae.(Stegomyia) albopictus (Skuse), 1894 - 3♀ -
Ae.(Stg.) annandalei (Theobald), 1910 - 2♂1♀ -
Aedes sp. 42L - -
An. (Anopheles) barbumbrosus Strickland - - 1♀
& Chowdhury, 1927
An.(Ano.) albotaeniatus(Theobald), 1903 - - 1♂
An.(Cellia) kochi Doenitz, 1901 - - 1♂
An.(Cellia) tesselatus Theobald, 1901 - - 2♀
An.(Cellia) sp. - - 1♂
Armigeres sp. 30L - 1♂
Cx. (Culiciomyia) nigropunctatus Edwards, - - 2♀
1926
Cx.(Culex) gellidus Theobald, 1901 - 1♀ 3♂13♀
Cx.(Culiciomyia) sp. - - 1♀
Cx.(Lophoceraomyia)mammilifer 22♀(29L) - -
Cx.(Lop.) rubithoracics (Leicester), 1908 - - 2♀
Mansonia sp.1 - 1♂ -
Mansonia sp.2 - - 1♂
Toxorhynchites sp. 1♀ (5L) - -
Tripteroides sp. 20L - -
Uranotaenia sp. 7L - 1♂1♀
Keterangan: H: pencarian tempat perindukan; L: larva; R: hasil rearing; N: jaring serangga dan LT: perangkap
cahaya.
NYAMUK (DIPTERA:CULICIDAE) TAMAN NASIONAL BOGANINANI WARTABONE,
SULAWESI UTARA: KERAGAMAN, STATUS DAN HABITATNYA . Zoo Indonesia 17(1):27-34.

(anak marga Lutzia) atau arthropoda Penyebaran : Thailand, India, Ceylon,


kecil yang hidup dalam habitat yang Nepal, Malaya, Singapura, Filipina,
sama. Perilaku makan nyamuk Burma, Pakistan, New Guinea, Cina,
dewasa sangat bervariasi, Anak Jepang, Taiwan(?), Indonesia
marga Culex biasanya sebagai (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Kep.
penghisap darah mamalia dan burung, Sunda Kecil (Bali, NTT, NTB), Maluku,
sedangkan Lophoceraomyia dan Irian Jaya, Sulawesi).
Lutzia umumnya sebagai penghisap
darah unggas, dan Neoculex terutama 4. Cx.(Culiciomyia)
sebagai penghisap darah reptilia dan nigropunctatus Edwards, 1926
ampibi. Beberapa jenis Culex
diketahui sebagai penular sejumlah Nyamuk Anak marga Culiciomyia
organisme patogen di Asia Tenggara, mempunyai ciri ruas III palpus jantan
tetapi kemungkinan ini hanyalah bagian ventrolateral dilengkapi dengan
infeksi insiden saja. Dua jenis dari sisik lanelat. Jenis ini dibedakan dari
Anak marga Culex, yaitu Cx. gellidus jenis lainnya karena baik jantan
dan Cx. tritaeniorhynchus merupakan maupun betina pada bagian
vektor penting bagi penyakit Japanese intyegumen mesepimeron bagian atas
encephalitis di Asia Tenggara dan Cx. terdapat bercak hitam. Bagian ventral
pipiens quinquefasciatus sebagai tengah probosis jantan terdapat seta.
vektor penting untuk penularan Biologi: Bentuk dewasa diperoleh
penyakit urban filariasis yang dengan perangkap cahaya di Gn.
ditimbulkan oleh Wuchereria bancrofti. Pakinya. Daerah pesawahan dan
daerah rerumputan yang tergenang air
3. Cx.(Culex) gelidus Theobald, di sekitar Gn. Pakinya diduga sebagai
1901 tempat perindukannya. Tempat lain
yang pernah dilaporkan adalah
Marga Culex dikenal dengan adanya genangan air, kolam dengan
sekelompok sisik pada pleuron dan di rerumputan di sekitar pinggirannya,
tengah probosis terdapat cincin sisik rawa, lubang batu, kolam kecil,
putih. Dua per tiga skutum bagian genangan, sawah, jejak gajah, dan
depan nyamuk betina ditutupi sisik ruas bambu (Bram 1967). Menurut
putih yang rapat dan pada skutelum Colless (1959) nyamuk betina
tidak ada sisik perak. Sepintas diketahui suka menyerang burung,
nyamuk ini mirip dengan Cx. whitmori, tetapi dapat pula menyerang kambing
perbedaannya terletak pada sisik putih sebagai inang sekundernya. Sampai
pada skutum tidak mencapai ke saat ini belum pernah dilaporkan
bagian posterior preskutelum dan menyerang manusia.
skutelum. Status vektor: belum diketahui secara
Biologi: Nyamuk betina dikoleksi pasti.
pada siang hari waktu menyerang Penyebaran: Thailand, India, Ceylon,
manusia di Muara Mainakum dan juga Malaya, Singapura, Filipina, Kep.
diperoleh dari perangkap cahaya di Palau, P. Hainan, Ryukyu Retto, Kep.
Gn. Pakinya. Menurut Bram (1967) Caroline, Taiwan, Indonesia
stadium larva gelidus dapat dijumpai (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Irian
di berbagai habitat genangan air Jaya, Sulawesi).
tanah, baik yang bersifat sementara
maupun semi-permanen, seperti 5. Cx.(Lophoceraomyia)
kolam, genangan. Nyamuk betina rubithoracics (Leicester), 1908
hanya akan menyerang manusia bila
tidak terdapat inang utamanya. Virus Nyamuk dari anak marga
Japanese B encephalitis pernah Lophoceraomyia dibedakan dari anak
diisolasi dari nyamuk betina di Malaya. marga lainnya terutama berdasarkan
Status vektor : Berpotensi sebagai bentuk antena nyamuk jantannya,
vektor penyakit. pada flagelomer V-IX (selalu ada
NYAMUK (DIPTERA:CULICIDAE) TAMAN NASIONAL BOGANINANI WARTABONE,
SULAWESI UTARA: KERAGAMAN, STATUS DAN HABITATNYA . Zoo Indonesia 17(1):27-34.

pada ruas VII – VIII) bersisik dan cocok untuk tempat perindukannya
mempunyai seta yang berbentuk (Harrison & Scanlon 1975).
spesifik. Flagelomer V nyamuk jantan Biologi: Betina dewasa menyerang
rubithoracis terdapat sejumlah sisik manusia pada tempat dengan
sempit dan runcing pada bagian ketinggian 760-1.370 m dari
ujungnya. permukaan laut. Belum ada informasi
Biologi: Jenis ini dikatagorikan yang menyatakan bahwa jenis
sebagai nyamuk hutan (Macdonald & tersebut terlibat dalam penularan
Traub 1960). Bentuk dewasa suatu penyakit bagi manusia. Namun,
ditangkap di Gn. Pakinya-Dususn hasil penelitian Harinasuta et al. (1970
Pusian dengan perangkap cahaya. dalam Harrison & Scanlon 1975)
Bram (1967) melaporkan nyamuk melaporkan bahwa satu dari sembilan
dewasa jenis ini banyak dikoleksi nyamuk betina terinfeksi oleh larva
dengan light trap di Bangkok. Tempat Dirofilaria, sehingga keberadaannya
perindukannya kemungkinan di perlu kita waspadai.
pesawahan sekitar Gn. Pakinya. Status vektor: Belum diketahui.
Bentuk dewasa biasanya menyerang Penyebaran: Thailand, Malaysia,
mamalia dan burung (Colless 1965). Kamboja, Srilangka, Taiwan, India,
Status vektor: Belum diketahui. Nepal, Vietnam Selatan,
Penyebaran: Thailand, Singapura, Indonesia(Sumatera, Kalimantan,
India, Malaya, Jepang, Taiwan, Jawa, Sulawesi, Maluku).
Filipina, Indonesia: Kalimantan,
Sumatera, Jawa, Sulawesi. 8. An.(Cellia) kochi Doenitz, 1901

Marga Anopheles Biologi: Larva kemungkinan


6. An.(Anopheles) albotaeniatus mengambil tempat perindukan di
(Theobald), 1903 sawah atau genangan air tanah yang
berlumpur, terlindung atau terbuka
Nyamuk ini termasuk ke dalam dengan atau tanpa rerumputan.
species–group albotaeniatus yang Tempat istirahat nyamuk dewasa
beranggotakan enam jenis dan umumnya di tanaman sekitar
semuanya terdapat di Asia Tenggara pemukiman, tetapi pernah dijumpai di
(Harrison & Scanlon 1975). dalam rumah. Nyamuk betinan lebih
Biologi: Tempat perindukan jenis ini bersifat zoofilik.
terutama di hutan primer, hutan rawa, Status vektor: Belum diketahui
dan betinanya jarang menyerang sebgai vektor malaria, walaupun
manusia. Speces-group albotaeniatus secara eksperimen jenis ini mudah
diketahui bukan sebagai vektor diinfeksi dengan plasmodia.
penyakit malaria. Laporan Iyengar Kemungkinan di alam jenis ini
(1953) tentang perannya sebagai terinfeksi oleh plasmodia yang
vektor cacing Brugia malayi masih menyerang hewan, sehingga diduga
perlu dibuktikan lebih lanjut. bukan vektor penyakit bagi manusia
Status vektor: belum diketahui secara atau hewan (Basio 1971).
pasti, kemungkinan sebagai vektor Penyebaran: Filipina, Assam, Burma,
Brugia malayi. Siam, Indo-China, South China,
Penyebaran: Peninsular Malaysia, Malaya, Indonesia (Borneo, Sumatera,
Indonesia: Sumatera, Jawa, Borneo, Sulawesi dan Maluku).
Sulawesi.
9. An.(Cellia) tesselatus
7. An. (Anopheles) barbumbrosus Theobald, 1901
Strickland & Chowdhury, 1927
Biologi: Tempat perindukan nyamuk
Nyamuk ini termasuk salah satu ini dapat dijumpaidi berbagai tipe
nyamuk hutan dan diduga air bersih habitat, dari air tawar sampai payau.
yang sejuk merupakan tempat yang Nyamuk dewasa kadang-kadang
NYAMUK (DIPTERA:CULICIDAE) TAMAN NASIONAL BOGANINANI WARTABONE,
SULAWESI UTARA: KERAGAMAN, STATUS DAN HABITATNYA . Zoo Indonesia 17(1):27-34.

masuk ke dalam rumah untuk bercelah atau pecah), tetapi dapat


menyerang manusia, namun pula memanfaatkan lubang pohon,
sebenarnya jenis ini lebih tertarik batang tumbang, ketiak daun, kantung
kepada hewan ternak. semar, genangan air tanah atau
Status vektor: Belum diketahui tempat penampungan air seperti batok
sebagai vektor suatu penyakit, kelapa (Mattingly 1981). Larva
walaupun di Maldives dianggap diperoleh dari pohon berlubang dan
sebagai vektor sekunder Wucheria genangan air pada ceruk batu di
bancrofti dan dilaporkan berperan sungai Mauk-Molotong.
sebagai vektor penyakit malaria di Status vektor: Belum diketahui,
Thailand dan Viet Nam. kemungkinan bukan vektor suatu
Penyebaran: Filipina, Ceylon, penyakit.
Andaman, Maldives, Burma, Thailand, Penyebaran: Asia Tenggara,
Indo-china, China Selatan, Hongkong, Indonesia (Sumatera, Kalimantan,
Taiwan, Malaya, Viet Nam, New Jawa, Bali, NTT,NTB, Sulawesi, Irian
Guinea, Indonesia (Borneo, Sumatera, Jaya, Maluku).
Sulawesi, Maluku).
Marga Toxorhynchites
Larva Toxorhynchites umumnya
Marga Mansonia merupakan predator bagi larva
Larva dari maraga Mansonia sangat nyamuk lainnya dengan ukuran jauh
mudah dikenali karena memiliki sifon lebih besar dari nyamuk biasa. Pada
khusus yang telah teradaptasi untuk satu tempat perindukan biasanya
menusuk akar tanaman air untuk induk nyamuk hanya meletakkan satu
memperoleh oksigen. Oleh sebab itu telur, sehingga akan menjamin
syarat mutlak untuk tempat peridukan kelangsungan hidup larvanya.
nyamuk ini adalah sistem perairan Nyamuk jantan dan betina tidak
yang banyak ditumbuhi tanaman air menghisap darah, melainkan cairan
(rumput, kiambang, eceng gondok dan tumbuhan atau nectar.
sebagainya) seperti saluran irigasi, Status vektor: Belum diketahui,
sungai, danau, rawa, kolam atau lahan kemungkinan bukan vektor suatu
persawahan. Bentuk dewasa jenis penyakit.
Mansonia diperoleh di Mainakum dan Penyebaran: Asia Tenggara,
Gn. Pakinya dan secara morfologi Indonesia (Sumatera, Kalimantan,
berbeda jenisnya. Jawa, Bali, NTT,NTB, Sulawesi, Irian
Status vector: Beberapa jenis seperti Jaya, Maluku).
Mansonia uniformis, Ma. dives, Ma.
annulifera, Ma. indiana, Ma.bonneae, Marga Uranotaenia
dan Ma. annulata dapat berperan Larva diperoleh dari ruas bamboo,
sebagai vector penyakit filariasis pohon berlubang di S. Mauk-
(Wuchereria bancrofti dan Brugya Molotong. Nyamuk dewasa tidak
malayi) atau virus ensefalitis. menghisap darah manusia (Delfinado
Penyebaran: Terutama daerah 1966).
Oriental, Australia dan Afrika, Status vektor: Kemungkinan bukan
Indonesia (Sumatera, Kalimantan, vektor suatu penyakit.
Jawa, Sulawesi, Irian Jaya, Maluku). Penyebaran: Daerah tropis, Indonesia
(Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali,
Marga Tripteroides NTT, NTB, Sulawesi, Irian Jaya,
Pada umumnya nyamuk dewasa Maluku).
jarang menghisap darah manusia atau
hewan dan hanya dijumpai di KESIMPULAN
lingkungan hutan, terutama dari jenis
kompleks Tr. aranoides (MacDonald & Jenis nyamuk yang dijumpai di daerah
Traubi 1960). Tempat peridukan S. Mauk-Molotong dan Mainakum
utamanya adalah bambu (berlubang, umumnya nyamuk hutan. Sedangkan
NYAMUK (DIPTERA:CULICIDAE) TAMAN NASIONAL BOGANINANI WARTABONE,
SULAWESI UTARA: KERAGAMAN, STATUS DAN HABITATNYA . Zoo Indonesia 17(1):27-34.

yang dijumpai di daerah Gn. Pakinya (Diptera:Culicidae).


yang berdekatan dengan pemukiman Mem.Amer.Ent. Inst. 7, 252 pp.
dan lahan pesawahan lebih Harrison, B.A. & J.E. Scanlon. 1975,
didominasi oleh nyamuk yang bersifat Medical entomology studies -
anthrofilik (penghisap darah) dan II. The Anak marga Anopheles
beberapa jenis diantaranya berpotensi in Thailand (Diptera:Culicidae).
sebagai vector penyakit. Perubahan Contributions of the American
lingkungan hutan menjadi lahan Entomological Institute 12(1):
persawahan atau pemukiman diduga 1-307.
akan menimbulkan habitat-habitat Huang, Y.M. 1972. Contributions to
baru sebagai tempat perindukan the mosquito fauna of
nyamuk, yang akhirnya akan Southeast Asia. XIV. The Anak
mengubah sebaran dan komposisi marga Stegomyia of Aedes in
jenis nyamuk. Southeast Asia. I. The
scutellaris group of species.
DAFTAR PUSTAKA Contributions of the American
Entomological Institute
Barraud, P.J. 1934. The fauna of 12(1):71- 296.
British India, including Ceylon MacDonald, W.W & R. Traub, 1960.
and Burma. Diptera, Culicidae. Malaysian Parasites, XXXVII.
Tribes Megarhinini and Culicini. An introduction to ecology of
Vol. 5: 463 pp. mosquitoes of the lowland
Basio, R.B. 1971. The mosquito fauna dipterocarp forest of Selangor,
of the Philippines Malaya. Stud. Inst. Med. Res.
(Diptera:Culicidae). National Malaya No. 29: 79-109.
Museum of the Philippines. Mattingly, P.F. 1971. Contribution to
Monograph No. 4: 1-190. the mosquito fauna of
Belkin, J.N., Heinemann S.J & W.A. Southeast Asia, XII. Illustrated
Page. 1970. Mosquito studies keys to the genera of
(Diptera, Culicidae). XXI. The mosquitoes (Diptera,
culicidae of Jamaica. Contr. Culicidae). Contrib. Amer. Ent.
Ent. Inst. Amer. 6(1): Fig.1- Inst. 7(4): 1-82.
Fig.6. O’Connor, C.T. & T. Sopa, 1981. A
Delfinado, M.D. 1966. The culicine checklist of the mosquitoes of
mosquitoes of the Philippines, Indonesia. U.S. Naval Medical
tribe Culicini Research Unit No.2, Jakarta,
26 pp.

Anda mungkin juga menyukai