Anda di halaman 1dari 14

PERANAN KARBOHIDRAT DAN PROTEIN

PADA FASE PEMULIHAN PASCA-LATIHAN

Dian Rahadianti
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar
Jl. Unizar No.20 Turida Mataram

ABSTRAK
Fase berakhirnya latihan atau periode pemulihan pasca-latihan (post exercise recovery)
merupakan salah satu bagian dari latihan yang dapat diatur dalam memperbaiki performa latihan
endurance melalui strategi nutrisi pasca-latihan untuk pemulihan latihan yang optimal. Gambaran dan
diskusi beberapa penelitian dengan fokus pada efek pemberian karbohidrat dan kombinasi karbohidrat-
protein setelah latihan pada fase pemulihan dihubungkan dengan tingkat glikogen otot dan onset
kelelahan menunjukkan hasil yang bervariasi pada performa latihan. Meskipun demikian penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa asupan karbohidrat maupun kombinasi
karbohidrat-protein merupakan suatu pedoman yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengelolaan
adaptasi selama latihan untuk meningkatkan kapasitas dan kepatuhan dalam berpartisipasi dalam
latihan/olahraga.

Kata Kunci : Karbohidrat, Protein, Pemulihan Pasca Latihan, Endurance

PENDAHULUAN latihan/olahraga. Penurunan glikogen otot


Periode pemulihan pasca-latihan(post selama awal latihan yang berkelanjutan
exercise recovery) merupakan fase merupakan faktor utama dalam timbulnya
berakhirnya latihan atau kontraksi otot kelelahan dan dengan demikian pengisian
disertai dengan perubahan metabolisme simpanan glikogen sangat penting untuk
yang berlawanan dibandingkan pada pemulihan pasca-latihan. Ketersediaan
saat/selama latihan. Pada periode glikogen otot pada akhir pemulihan
pemulihan terjadi transisi dari fase latihan menentukan kapasitas untuk latihan yang
masuk ke fase istirahat dalam mencapai berulang sehingga penipisan glikogen otot
homeostasis. Proses ini terjadi dalam terbukti menjadi penentu utama kelelahan.
hitungan menit hingga beberapa jam diikuti Konsumsi protein setelah latihan diketahui
atau bersamaan dengan pengisian kembali meningkatkan sintesis protein otot di luar
sumber energi dan fungsi rekonstruksi periode pasca-latihan akut dan dengan
khususnya struktur seluler dan sistem enzim demikian memodulasi adaptasi latihan yang
(Viru, 1999). diinduksi oleh olahraga. Namun, apakah
Nutrisi pemulihan pasca-latihan konsumsi protein pasca latihan
adalah bagian integral dari rejimen meningkatkan besarnya adaptasi latihan
pelatihan pada atlet dan individu aktif yang endurance masih belum jelas.
fundamental dalam meningkatkan performa Metabolisme adalah istilah yang

643
digunakan untuk menggambarkan banyak Performa endurance telah dilaporkan
reaksi kimia yang terlibat dalam dapat diperbaiki dengan menjaga kondisi
pemanfaatan nutrisi dalam tubuh. euglikemia selama tahap akhir latihan yang
Metabolisme terdiri dari dua kategori yaitu panjang dan atau dengan menghemat
yang dikenal sebagai anabolisme penyimpanan glikogen otot yang diduga
(membangun senyawa yang lebih kompleks menunda terjadinya kelelahan dan
dari senyawa yang sederhana hasil dari mempertahankan intensitas latihan selama
pencernaan) dan katabolisme (memecah lebih dari 45 menit dengan suplementasi
senyawa kompleks ini untuk menghasilkan karbohidrat (Vandenbogaerde et al., 2000).
energi yang berperan pada fungsi tubuh Oleh karena itu, strategi nutrisi pasca-
normal). latihan telah menjadi tujuan dari beberapa
Nutrien utama atau substrat yang penelitian untuk pemulihan latihan yang
digunakan saat istirahat dan selama berlatih optimal. Tulisan ini akan memberikan
yaitu simpanan karbohidrat (glikogen), gambaran dan diskusi beberapa penelitian
glukosa darah, simpanan lipid. Energi dari dengan fokus pada efek pemberian
substrat ini dimanfaatkan dengan masuk ke karbohidrat dan protein setelah latihan pada
dalam jalur metabolisme dan digunakan fase pemulihan.
untuk menghasilkan adenosin trifosfat
(ATP). Pada saat istirahat, ATP disediakan HASIL DAN PEMBAHASAN
melalui pemecahan lemak dan karbohidrat. Sumber Energi Selama Latihan Tipe
Dengan bertambahnya intensitas latihan Endurance
dari intensitas rendah ke tinggi, maka a. Adenosin Trifosfat (ATP)
terjadi pergeseran penggunaan karbohidrat Fisiologi olahraga merupakan bidang
semakin tinggi dan lebih banyak studi yang berfokus pada respons tubuh
dibandingkan pemakaian lemak. Protein terhadap olahraga dan jenis kegiatan fisik
atau asam amino membantu sebagai kunci lainnya. Dalam mempelajari studi ini proses
enzimatik pada setiap tahapan metabolisme metabolik yang penting yaitu bagaimana sel
tetapi memberikan kontribusi minimal otot mengubah bahan makanan dengan atau
dalam sintesis protein. Namun, pada situasi tanpa oksigen menjadi suatu energi kimiawi
latihan yg ekstrem, misalnya pada latihan (dalam bentuk adenosin trifosfat, ATP)
aerobik durasi panjang, protein dapat untuk melaksanakan aktivitas fisik.
dipecah membentuk energi (Ehrman et al., Pergerakan yang terjadi oleh sistem
2017). neuromuskular tidak bisa tanpa adanya

644
produksi ATP. Hal ini merupakan dengan konstan mensintesis kembali ATP.
kebutuhan dalam hidup organisme terutama Tiga proses dalam sintesis ATP yaitu
manusia demi kelangsungan hidup. Hampir interaksi antara ADP dengan kreatin fosfat,
semua energi yang dihasilkan respirasi anaerob pada sitoplasma sel dan
membutuhkan adanya oksigen, sehingga respirasi aerob di mitokondria sel. Otot
metabolisme sangat bergantung pada sistem yang istirahat mengandung kreatin fosfat
kardiorespirasi (Plowman dan Smith, lebih banyak daripada ATP untuk
2013). regenerasi ATP, namun pada otot yang
Adenosina trifosfat adalah suatu bekerja, simpanan kreatin fosfat ini habis
molekul berenergi tinggi, yaitu ketika dalam 15-30 detik (Widmaier et al., 2013).
gugus fosfat dihilangkan, energi akan b. Respirasi Seluler
ditransfer. ATP terdiri dari basa nitrogen Respirasi seluler adalah proses
berkarbon (adenin), ribosa, dan 3 gugus transfer energi dalam sel dari makanan
fosfat yang terikat dengan ikatan kimia. membentuk ATP yang bergantung pada
Reaksi energi ATP bersifat bolak-balik. ketersediaan oksigen oleh sistem respirasi.
Sintesis dari ADP (adenin+ribosa) dan Respirasi seluler dapat terjadi dengan
fosfat memerlukan energi. Penambahan ketersediaan oksigen yang disebut respirasi
gugus fosfat ini disebut fosforilasi, aerob dan tanpa oksigen yang disebut
sedangkan hidrolisis proses sebaliknya respirasi anaerob.
yang melepaskan energi dengan Beberapa pokok dasar dapat
berpasangan pada reaksi kimia lain menjelaskan proses respirasi seluler.
(coupled reaction). Oleh karena itu, ATP Karbohidrat, lemak dan protein yang
merupakan sumber energi segera yang semuanya merupakan tiga nutrisi makanan
dibutuhkan semua sel (Ehrman et al., 2017; utama sebagai penyedia bahan bakar atau
Widmaier et al., 2013). substrat untuk produksi ATP melalui kerja
Otot skeletal hanya mengandung enzim. Bentuk substrat yang penting dan
ATP yang cukup untuk kontraksi maksimal segera dapat digunakan yaitu glukosa, asam
selama 3 detik, dan ATP total dalam tubuh lemak dan asam amino. Metabolisme
sekitar 0.1 kg, yang hanya cukup untuk karbohidrat, lemak dan protein akan
memenuhi kebutuhan fungsi fisiologis membentuk substansi intermediet universal,
tubuh selama beberapa menit. Hal ini yaitu asetil koenzim A (asetil KoA).
terjadi jika ATP tidak dibentuk kembali Meskipun glikolisis menghasilkan ATP
setelah digunakan. Oleh karena itu, tubuh dalam jumlah sedikit seperti asetil KoA,

645
kedua proses beta oksidasi dan deaminasi mekanisme yang bertanggung jawab atas
oksidatif atau transaminasi merupakan penurunan kinerja oleh aktivitas yang
tahapan persiapan sederhana dari asam memberikan tekanan yang berat pada
lemak dan asam amino dikonversi menjadi beberapa sistem organ, jaringan dan sel
asetil KoA sebagai substrat universal untuk (Kitani, 2011).
proses metabolisme selanjutnya. Proses Rantai komando dari
akhir lanjutan yaitu jalur metabolisme kemauan/kesadaran dalam melakukan suatu
primer dari siklus Krebs, sistem transport gerakan sampai kekuatan yang dapat
elektron (ETS) dan fosforilasi oksidatif terukur merupakan rantai yang panjang.
(OP). Jalur ini umum sama untuk semua Selama latihan, perubahan terjadi pada
tipe prekursor makanan (Maughan, 2008). semua langkah/tahapan/rantai yang
Fosforilasi oksidatif merupakan jalur menghasilkan gerakan yaitu dari korteks
aerobik yang bergantung dengan adanya motorik hingga ke miofibril. Hampir semua
oksigen untuk produksi ATP dari kasus kelelahan otot terjadi pada
pemecahan karbohidrat dan lemak. Semua neuromuscular junction yang disebut juga
reaksi terjadi di mitokondria yang berlokasi sebagai kelelahan perifer, sedangkan yang
pada sitosol dekat dengan unit kontraktil. terjadi pada bagian proksimal
Kecepatan produksi energi jalur ini lebih neuromuscular junction disebut sebagai
lambat dibandingkan ATP-fosfokreatin dan kelelahan sentral. Kelelahan sentral
sistem glikolisis, tetapi jumlah ATP lebih merupakan penurunan kekuatan yang
besar. Oleh karena itu lebih aktif selama disebabkan berkurangnya frekuensi letupan
latihan aerob intensitas ringan hingga motorneuron yang terlibat, sedangkan
moderat. kelelahan perifer terjadi penurunan
kekuatan meskipun dengan pengaktifan
Kelelahan serabut otot oleh motorneuron (Boyas,
Kelelahan merupakan sensasi yang 2010)
dialami individu segera setelah inisiasi Mekanisme muskular dan sentral
aktivitas intens, seperti yang diamati diduga menentukan performa fisik selama
dengan pengurangan kemampuan kelelahan fisik. Mekanisme muskular yaitu
menghasilkan kekuatan. Kelemahan yang berkurangnya glikogen dan fosfokreatin
berkelanjutan setelah aktivitas, bisa sebagai sumber energi. Mekanisme sentral
bertahan selama berhari-hari atau bahkan merupakan bagian dari kelelahan sentral
berminggu-minggu. Terdapat beragam pada tingkat supraspinal berupa sinyal

646
inhibisi ke korteks selama kelelahan Penipisan substrat intraselular yaitu
(Taylor et al., 2000). Terdapat beragam glikogen dapat terjadi akibat aktivitas
mekanisme yang bertanggung jawab atas intensitas tinggi yang berulang juga
penurunan kinerja oleh aktivitas yang merupakan indikasi adanya kelelahan.
memberikan tekanan yang berat pada Kelelahan mudah terlihat saat sumber daya
beberapa sistem organ, jaringan dan sel. seluler habis, karena glikogen adalah bahan
Pada tingkat sel otot, penggunaan ATP bakar fundamental yang digunakan untuk
meningkat secara dramatis dalam upaya menopang glikolisis dan fosforilasi
untuk mengatasi kebutuhan energi dalam oksidatif.
proses utama yang terlibat dalam eksitasi Intensitas dan durasi latihan
+ +
dan kontraksi, yaitu pertukaran Na /K dihubungkan dengan kecepatan degradasi
pada sarcolemma, sequestrasi kalsium glikogen otot, yang meningkat dengan
retikulum sarcoplasmic dan siklus intensitas dan menurun dengan durasi
aktomiosin (Green, 1997) (Graham et al., 2001). Penggunaan
Transfer fosfat berenergi tinggi, glikogen bergantung pada ketersediaan
glikolisis dan fosforilasi oksidatif direkrut substrat ini sebelum latihan sehingga
dalam upaya mempertahankan kadar ATP. ketersediaan glikogen sebelum latihan
Tingkat produksi ATP tidak dapat dapat memodulasi metabolisme glikogen
menyesuaikan tingkat pemakaian ATP pada selama latihan berikutnya (Hargreaves,
aktivitas intens, dan pengurangan ATP 2004).
terjadi disertai akumulasi berbagai produk Penelitian sebelumnya menunjukkan
sampingan metabolik seperti ion hidrogen, adanya suatu hubungan yang erat antara
anorganik fosfat, AMP, ADP dan IMP. konsentrasi glikogen otot dan kapasitas
Produk samping selektif ini diyakini latihan yang menunjukkan kelelahan terjadi
mengganggu keseimbangan Na+/K+, siklus bersamaan dengan simpanan glikogen otot
Ca2+ dan interaksi aktomiosin, yang yang sangat rendah (Bergstrom and
akhirnya mengakibatkan kelelahan. Hultman, 1967). Hal ini memberikan suatu
Penghentian aktivitas dan normalisasi gambaran akan peningkatan glikogen otot
potensial energi seluler menyebabkan sebelum latihan akan menentukan
pemulihan kekuatan yang cepat. Kelelahan kemampuan untuk melakukan latihan
jenis ini sering disebut sebagai metabolism intensitas sedang-tinggi dengan durasi yang
(Green, 1997). lama.

647
Intervensi nutrisi berbasis bukti glikogen hepar dipecah menjadi glukosa
melalui pengaturan resintesis glikogen yang dan dilepaskan ke sirkulasi untuk menjaga
dihubungkan dengan kelelahan dan kadar glukosa darah. Kira-kira 2000 kkal
performa/kapasitas latihan dan pemulihan (500 g) disimpan sebagai glikogen otot dan
setelah latihan/olahraga, dapat dilakukan 500 kkal (125 g) sebagai glikogen hepar
melalui manipulasi beberapa variabel (Widmaier et al., 2013).
nutrisi yang berbeda seperti komposisi Beberapa fakta mengenai karbohidrat
nutrisi, kuantitas, waktu konsumsi nutrien, sebagai bahan bakar selama latihan
dll. berdasarkan American College of Sport
Medicine (2009) dan American Dietetic
Peranan Karbohidrat Selama Fase Association (1987) bahwa semakin tinggi
Pemulihan Pasca-Latihan intensitas latihan (baik continous atau
Karbohidrat merupakan senyawa intermitten, aerobik, anaerobik, atau
yang tersusun dari kombinasi karbon, aerobik-anaerobik), semakin penting
hidrogen, dan atom oksigen dengan formula glikogen sebagai sumber energi; tubuh
CnH2nOn sebagai salah satu sumber utama hanya dapat menyimpan karbohidrat dalam
bahan bakar pembentukan energi. jumlah yang terbatas, tetapi latihan dapat
Karbohidrat menyediakan kira-kira 4 kkal meningkatkan kemampuan menyimpan
energi/g. Pada saat istirahat kira-kira karbohidrat dan menghemat karbohidrat.
setengah sumber energi berasal dari Meskipun demikian, setelah latihan
karbohidrat, dan sisanya dari lemak. Setelah endurance yang berat selama 60-90 menit,
makan, hampir semua karbohidrat masuk penyimpanan glikogen berkurang dan habis
ke dalam aliran darah melalui traktus dalam 120 menit. Glikogen otot juga dapat
gastrointestinal sebagai molekul glukosa 6 berkurang dalam 15-30 menit latihan
karbon yang akan ditransport ke semua dengan intensitas maksimal-supramaksimal.
jaringan. Proses pemakaian glukosa ke Kelelahan dan keletihan berhubungan
dalam otot skeletal atau hepar memiliki dua dengan kekurangan glikogen selama
tujuan akhir, yaitu masuk ke jalur aktivitas durasi panjang dengan intensitas
metabolisme sintesis ATP (glikolisis) atau tinggi, sehingga asupan yang adekuat
penyimpanan di sitoplasma sel sebagai terhadap glikogen otot dibutuhkan untuk
glikogen. Glikogen otot skeletal akan mencegah kelelahan dan diisi ulang
dipecah dan digunakan untuk sintesis ATP sebelum aktivitas yang lebih berat
selama latihan yang intens, sedangkan dilakukan lagi (Plowman dan Smith, 2013).

648
Konsumsi makanan/minuman setelah penyusun monomernya (glukosa, fruktosa
latihan dibandingkan tanpa konsumsi dan /galaktosa). Proses ini telah terjadi
makanan/minuman terhadap perbaikan pada dimulai dari kerja enzim amilase di rongga
fase pemulihan pasca-latihan terbukti mulut dan sebagian besar oleh enzim
efektif.8Beberapa studi telah meneliti amilase di usus halus serta enzim yang
metode dalam meningkatkan kecepatan berlokasi pada membran luminal sel epitel
sintesis glikogen kembali setelah latihan, usus halus (brush border). Monosakarida
karena sintesis glikogen komplit terjadi ini kemudian akan ditransport melewati
dalam 24 jam. Suplementasi karbohidrat 1- epitel intestinal ke dalam darah. Fruktosa
1,5 g/kg sebaiknya dikonsumsi segera masuk ke dalam sel epitel melalui difusi
setelah latihan dan dilanjutkan setiap 2 jam terfasilitasi via transporter glukosa (GLUT),
selama 6 jam setelah latihan akan sedangkan glukosa dan galaktosa masuk
memaksimalkan resintesis glikogen otot. melalui transport aktif sekunder
Sintesis glikogen sebaliknya akan menurun berpasangan Na+ via sodium-glucose
jika asupan karbohidrat ditunda selama 2 transporter (SGLT). Setelah meninggalkan
jam (Ivy et al,1988). sel epitel dan masuk ke cairan interstisial
Diet karbohidrat terdapat dalam melalui protein GLUT pada membran
berbagai bentuk, terdiri dari monosakarida basolateral sel epitel, monosakarida
seperti glukosa, fruktosa dan galaktosa; berdifusi ke dalam darah melalui por-pori
disakarida seperti maltosa, sukrosa dan kapiler (Widmaier et al., 2013).
laktosa; dan polisakarida seperti Proses pencernaan dan penyerapan
maltodekstrin dan pati. Tingkat pencernaan, ini menjadi faktor yang mempengaruhi
penyerapan usus dan metabolisme hati sintesis glikogen otot setelah konsumsi
karbohidrat merupakan penentu utama karbohidrat setelah latihan. Sintesis
pengiriman karbohidrat ke jaringan otot glikogen otot menjadi lebih efektif pada
rangka.Oleh karena itu, faktor-faktor ini suplementasi karbohidrat dengan interval
penting dipertimbangkan saat memilih pemberian yang lebih singkat (15-60 menit)
strategi nutrisi untuk mengoptimalkannya dibandingkan dengan bolus karbohidrat
pengiriman karbohidrat selama dan setelah dengan jumlah besar dan studi terbaru
berolahraga/latihan. menyebutkan bahwa peningkatan sintesis
Sebelum diserap ke seluruh usus dan glikogen otot tidak optimal jika diberikan
memasuki sirkulasi sistemik, karbohidrat dengan interval 2 jam, karena resintesis
harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi yang cepat terjadi dalam 2 jam pertama

649
setelah latihan (Jentjens et al, 2003;Ivy et kapan waktu interval pemberian. Perbedaan
al, 2002; Zawadzki et al, 1992). ini kemungkinan disebabkan oleh
Pola bifasik tampak pada resintesis perbedaan proses pencernaan karbohidrat
glikogen setelah latihan (Maehlum et al., dan kinetika selama latihan dan pemulihan
1977). Pada fase awal, terdapat peningkatan pasca-latihan. Uptake glukosa oleh sel otot
resintesis glikogen yang cepat yang tidak yang dimediasi oleh insulin menjadi faktor
bergantung pada konsentrasi insulin dan penting yang menentukan kecepatan
berlangsung selama 30-60 menit setelah resintesis glikogen otot (Jentjens and
latihan (Jentjens and Jeukendrup, 2003). Jeukendrup, 2003). Peningkatan respon
Kecepatan resintesis ini akan cepat insulin terhadap karbohidrat dengan indeks
menurun jika tidak disertai dengan asupan glikemik yang tinggi berdampak pada
karbohidrat oleh karena hal ini sejalan percepatan sintesis glikogen otot
dengan peningkatan uptake glukosa setelah dibandingkan dengan indeks glikemik yang
latihan oleh peningkatan translokasi rendah, terutama pada fase akut (< 6 jam
GLUT4 dua kali lipat segera setelah latihan fase pemulihan) (Walton dan Rhodes,
sebelum akhirnya menurun secara bertahap 1997). Glukosa adalah penyusun sebagian
(Goodyear et al., 1990). Hal ini juga diduga besar disakarida dan polisakarida dan juga
terjadi saat kadar glikogen yang sangat merupakan bahan bakar seluler utama
rendah pada akhir latihan (Jentjens and sumber di hampir semua jaringan manusia.
Jeukendrup, 2003; Maehlum et al., 1977). Respon insulin terhadap glukosa umumnya
Pada fase kedua resintesis glikogen terjadi lebih besar dibandingkan fruktosa. Hal ini
pada kecepatan yang lebih rendah (80% disebabkan metabolisme fruktosa sebagian
lebih rendah) dan ditandai oleh afinitas besar terjadi di hepar, sedangkan mayoritas
uptake glukosa otot dan stimulasi insulin glukosa akan melewati hepar dan masuk ke
(Danforth, 1965). Insulin diduga meningkat sirkulasi sitemik untuk disimpan dan atau
dengan asupan karbohidrat pada fase ini dioksidasi oleh otot. Respon insulin ini
yang meningkatkan kecepatan sintesis berimplikasi pada penyimpanan glikogen
glikogen meskipun lebih rendah pada fase pemulihan pasca-latihan. Ketika
dibandingkan pada fase awal (Ivy et al., fruktosa diinfuskan ke dalam darah akan
1988). menghasilkan empat kali lebih besar pada
Tipe karbohidrat yang dikonsumsi simpanan glikogen hepar dibandingkan
juga mempengaruhi kecepatan sintesis glukosa, namun kecepatan simpanan
glikogen otot pasca-latihan seperti juga glikogen pada otot skeletal lebih besar

650
setelah pemberian glukosa dibandingkan kemungkinan penyimpanan glikogen
fruktosa (Gonzales et al., 2017). tampaknya sama seperti glikogen hepar,
Kapasitas untuk melakukan latihan selain itu ditunjukkan pula dengan performa
intensitas menengah hingga tinggi dapat diperbaiki 1-9% lebih besar dapat
ditentukan selain oleh pemulihan cepat terjadi dengan konsumsi kombinasi
simpanan glikogen otot tetapi juga glukosa-fruktosa jika sejumlah besar
simpanan glikogen hati. Oleh karenanya karbohidrat dicerna (> 1,4 g/menit)
beberapa studi menunjukkan bahwa (Gonzales et al., 2017).
konsumsi glukosa bersama fruktosa
meningkatkan kecepatan pengisian Peranan Protein Selama Fase Pemulihan
glikogen hepar dua kali lebih cepat Pasca-Latihan
dibandingkan konsumsi glukosa saja. Hal Kualitas dan kuantitas massa otot
ini dikarenakan tingkat ketersediaan skeletal bergantung pada asupan protein
glukosa yang telah dikonsumsi dalam yang dikonsumsi. Performa atau kinerja
sirkulasi tampaknya dibatasi oleh kapasitas latihan meningkatkan remodelling protein
transporter intestinal. Karena penyerapan otot dengan merangsang tingkat sintesis
fruktosa usus menggunakan transporter protein selama beberapa jam setelah
yang berbeda, maka mekanisme latihan, yang dapat dioptimalkan dengan
menggabungkan konsumsi fruktosa dan mengkonsumsi protein selama periode
glukosa mengambil keuntungan dari kedua pemulihan pasca-latihan.
mekanisme transportasi tersebut, sehingga Total penggunaan energi selama
meningkatkan kapasitas total untuk latihan endurance sebesar 5-15%
menyerap karbohidrat. Namun hasil yang disediakan oleh protein, yang jumlah ini
berbeda didapatkan pada glikogen otot kurang jika dibandingkan kontribusi
setelah latihan tidak mempercepat karbohidrat. Peningkatan kebutuhan akan
pengisian kembali simpanan glikogen pada produksi ATP dapat meningkatkan
pemberian kombinasi glikosa-fruktosa. penggunaan asam amino sebagai bahan
Meskipun demikian, mayoritas penelitian bakar otot. Kerusakan struktural sel otot
menunjukkan insulinemia yang lebih dapat terjadi pada latihan yang berat dan
rendah selama pemulihan pasca-latihan membutuhkan sintesis protein untuk
dengan konsumsi glukosa-fruktosa perbaikannya. Kelompok asam amino yang
dibandingkan glukosa saja. Adanya dapat digunakan langsung sebagai bahan
insulinemia yang lebih rendah maka bakar adalah kelompok branch chain amino

651
acids (BCAA) seperti leusin, isoleusin dan sehingga meningkatkan deposit glukosa
valin. Hal ini tampak dengan menurunnya otot (van Loon et al., 2000). Namun hasil
konsentrasi BCAA dalam darah dan ini tidak ditemukan perbedaan pada
meningkatnya kadar enzim yang penelitian oleh Carrithers et al. (2000)
memetabolisme BCAA selama latihan setelah pemberian pasca latihan minuman
endurance. Studi menunjukkan konsumsi eukalori antara minuman berkarbohidrat,
karbohidrat menurunkan pemecahan kombinasi karbohidrat dan protein serta
protein. Meningkatnya ketersediaan minuman karbohidrat dengan asam amino
glikogen otot atau hormon yang responsif setiap 30 menit selama 4 jam pada fase
terhadap karbohidrat seperti insulin pemulihan setelah deplesi glikogen dengan
memediasi efek ini. Selama latihan pada sepeda ergometer. Berbeda dengan Ivy et
kondisi rendah karbohidrat, BCAA lebih al. (2002), terjadi peningkatan resintesis
banyak dipecah untuk menyediakan glikogen otot pada awal pasca latihan
kerangka karbon yang digunakan hepar setelah bersepeda pada 70%VO2max
untuk proses glukoneogenesis. Meskipun selama 2,5 jam yang mengkonsumsi
demikian, protein hanya menyediakan tidak minuman mengandung karbohidrat dan
lebih dari 15% pada total energi bahkan protein dibandingkan dengan
pada saat simpanan karbohidrat rendah mengkonsumsi minuman tinggi karbohidrat
(Rankin, 1999). saja dan minuman karbohidrat rendah saja.
Peningkatan resintesis glikogen Konsentrasi insulin pada tiga kelompok ini
selama 6 jam fase pemulihan pasca-latihan tidak ada perbedaan namun konsentrasi
dan peningkatan respon insulin tampak glukosa plasma lebih rendah pada
pada pemberian kombinasi karbohidrat dan kelompok minuman kombinasi karbohidrat
protein (Berardi et al, 2006). Betts et al. dan protein. Hal ini diduga akibat
menyebutkan bahwa beberapa faktor peningkatan uptake glukosa dan relokasi
diduga berhubungan dengan kelelahan akan pembuangan glukosa intrasellular 15 serta
mempengaruhi performa seperti kandungan konsumsi karbohidrat di bawah ambang (<
protein, frekuensi pemberian/suplementasi 1 g/kg) pasca latihan yang menguntungkan
dan lainnya seperti asidosis. pada penyimpanan maksimal glikogen otot
Penambahan protein pada minuman (Bishop, 2008).
berkarbohidrat pasca-latihan meningkatkan Peningkatan anabolisme protein dan
sintesis glikogen diduga melalui kerja menurunnya kerusakan otot tampak dengan
sinergis dalam meningkatkan kadar insulin penambahan protein pada

652
makanan/minuman selama fase pemulihan dari fase pemulihan sehingga penelitian
pasca-latihan (Saunders et al., 2007). sebelumnya berfokus pada efek intervensi
Peningkatan marker enzimatik kerusakan nutrisi untuk memaksimalkan ketersediaan
otot selama latihan endurance intensitas substrat ini. Meskipun demikian,
tinggi dan lama seperti kreatin kinase, jumlah/atau komposisi nutrisi yang tepat
mioglobin, kortisol dan laktat masih menjadi perdebatan dan pedoman atu
dehidrogenase dihubungkan dengan petunjuk nutrisi untuk memperbaiki
menurunnya performa (White et al., 2008). kapasitas latihan melalui peningkatan
Berdasarkan beberapa penelitian tingkat glikogen otot belum diikuti dengan
sebelumnya yang telah dipaparkan penelitian mengenai metabolisme glikogen
menunjukkan minuman mengandung otot selama latihan intensitas sedang-tinggi
protein yang dikonsumsi selama pemulihan yang berulang.
pasca-latihan efektif memperbaiki proses Kombinasi konsumsi makanan/
pemulihan. Hal ini dapat disebabkan minuman mengandung karbohidrat dan
kandungan kalori yang lebih tinggi pada protein mengambil banyak perhatian dari
karbohidrat dan protein, dengan kalori peneliti, namun beberapa faktor perancu
tambahan protein sebagai substrat seperti kandungan kalori dan adanya
tambahan untuk resintesis glikogen melalui nutrien lain menyulitkan dalam melihat
glukoneogenesis sehingga meningkatkan peranan yang tepat dari protein terhadap
perbaikan pada fase pemulihan (Ivy et al., resintesis glikogen. Mekanisme fisiologis
1988). Penelitian terbaru menunjukkan bagaimana penambahan protein pada
bahwa 20 - 25 g protein kualitas tinggi karbohidrat dalam memperbaiki kapasitas
dengan pemberian tunggal optimal untuk latihan yang berkelanjutan masih
perbaikan fase pemulihan. Penelitian dieperdebatkan dan harus diteliti lebih
terhadap tipe protein, waktu pemberian dan lanjut. Variabel lain seperti asupan
efek distribusi protein selama pemulihan makanan sehari-hari, pola tidur perlu
perlu dilakukan di masa mendatang (Bishop dilakukan kontrol sehingga tidak
et al., 2008). mempengaruhi hasil penelitian. Jenis
kelamin juga perlu diperhatikan untuk
KESIMPULAN menyusun pedoman nutrisi bagi laki-laki
Hubungan antara glikogen otot dan perempuan yang mungkin tidak bisa
selama latihan intensitas sedang-tinggi dan diberlakukan kepada keduanya karena jenis
onset kelelahan merupakan bagian sentral kelamin mempengaruhi perbedaan dalam

653
penggunaan simpanan karbohidrat endogen Carrithers, J.A., Williamson, D.L.,
Gallagher, P.M., Godard, M.P.,
yang lebih sedikit pada wanita
Schulze, K.E., Trappe, S.W., 2000.
dibandingkan laki-laki (Tarnopolsky et al., Effects of postexercise carbohydrate-
protein feedings on muscle glycogen
1990).
restoration. J.Appl. Physiol.
88:1976-1982.
DAFTAR PUSTAKA Danforth, W.H., 1965. Glycogen Synthetase
activity in skeletal muscle.
American College of Sports Medicine,
Interconversion of two forms and
American Dietetic Association, and
control of glycogen synthesis.
Dietitians of Canada, 2009. Nutrition
J.Biol.Chem. 240: 588-593.
and Athletic Performance. Joint
Position Statement of the American Ehrman, J.K., Kerrigan, D.J., Keteyian,
Dietetic Association, Dietitians of S.J., 2017. Advanced Exercise
Canada, and the Medicine and Physiology: Essential Concepts and
American College of Sports Applications. Human Kinetics:
Medicine. Med. Sci. Sports Champaign
Exerc.109:509-527. Goodyear, L.J., Hirshman, M.F., King,
Berardi, J.M., Price, T.B., Noreen, E.E., P.A., Horton, E.D., Thompson, C.M.,
Lemon, P.W.R., 2006. Postexercise Horton E.S., 1990. Skeletal muscle
muscle glycogen recovery enhanced plasma membrane glucose transport
with a carbohydrate-protein and glucose transporters after
supplement. Med. Sci. Sports Exerc. exercise. J.Appl. Physiol. 68:193-
38:1106-1113. 198.
Bergstrom, J., Hermansen, L., Hultman, E., Graham, T.E., Adamo, K.B., Shearer, J.,
Saltin, B., 1967. Diet, muscle Marchand, I., Saltin, B., 2001. Pro-
glycogen and physical performance. and macroglycogenolysis:
Acta Physiologica Scandinavica 71, relationship with exercise intensity
140-150. and duration. J. Appl.Physiol. 90:
873-879.
Betts J.A., Williams, C., 2010. Short-Term
Recovery from Prolonged Exercise Gonzales, J.T., Fuchs, C.J., Betts, J.A., van
Exploring the Potential for Protein Loon, L.J., 2017. Glucose plus
Ingestion to Accentuate the Benefits fructosa ingestion for Post- Exercise
of Carbohydrate Supplements. Sports recovery- greater than the sum of its
Med 40: 941-959. part?. Nutrients 9(4):E344.
Bishop, P.A., Jones, E., Woods, K., 2008. Green, H.J., 1997. Mechanisms of muscle
Recovery from Training: A Brief fatigue in intense exercise. J.Sport
Review. J. Strength Cond. Res. Science 15(3): 247-256.
229(3):1-10. Hargreaves, M., 2004. Muscle glycogen and
Boyas, S., Guevel, A., 2010. metabolic regulation. The
Neuromuscular fatigue in healthy Proceedings of the Nutrition Society
muscle: underlying factors and 63:217-220.
adaptation mechanisms. Ivy, J.L., Katz, A.L., Cutler, C.L., 1988.
Ann.Phys.Rehabil.Med. 54:88-108. Muscle glycogen synthesis after
exercise:effect of time of

654
carbohydrate ingestion. J. Appl. Taylor, J.L., Allen, G.M., Butter, J.E.,
Physiol. 64(4):1480-1485. Gandevia, S.C., 2000. Supraspinal
fatigue during intermittent maximal
Ivy, J.L., Goforth, H.W., Damon, B.M.,
voluntary contractions of the human
McCauley, T.R., Parsons, E.C.,
elbow flexors. J.Appl.Pjysiol.
Price, T.B., 2002. Early postexercise
89:303-313.
muscle glycogen recovery is
enhanced with a carbohydrate- Tarnopolsky, L.J., MacDougall, J.D.,
protein supplement. J. Appl. Atkinson S. A., Tarnopolsky M. A.
Physiol.93:1337-1344. & Sutton J. R. (1990) Gender
differences in substrate for
Jentjens, R.L., Venables, M.C., Jeukendrup,
endurance exercise. J. Appl. Physiol.
A.E., 2004. Oxidation of exogenous
68:302-308.
glucose, sucrose, and maltoseduring
prolonged cycling exercise. J. Appl. Van Loon, L.J., Saris, W.M.,
Physiol. 96:1285-1291. Ruijshoopanda, M.K., Wagenmakers,
A.M., 2000. Maximizing
Jentjens, R.L., Jeukendrup, A.E., 2003.
Determinants of post-exercise postexercise muscle glycogen synthesis:
glycogen synthesis during short term Carbohydrate supplementation and
recovery. Int. J. Sport Nutr. Exerc. the application of amino acid or
Metab.33(2):117-144. protein hydrolysate. Am. J. Clin.
Nutr. 72:106-111.
Maehlum, S., Hostmark, A.T., Hermansen,
L., 1977. Synthesis of muscle Vandenbogaerde, T.J., Hopkins, W.G.,
glycogen during recovery after 2011. Effects of acute carbohydrate
prolonged severe exercise in diabetic supplementation on endurance
and non-diabetic subjects. Scan. performance: A meta-analysis.
J.Clin.Lab.Invest. 37:309-316. Sports Med. 41:773–792.
Kitani, T., 2011. Term Comitte of Japanese Viru, A., 1999. Postexercise recovery
Society of Fatigue Science. Nihon period: carbohydrate protein
Hirougakkasishi (in japanese) 6:1. metabolism. Scand. J. Med. Sri.
Sports 6: 2-14.
Maughan, R.J., 2008. Nutrition in Sport.
John Wiley & Sons Walton, P., Rhodes, E.C., 1997. Glycaemic
index and optimal performance.
Plowman, S.A., Smith, D.L., 2013.
Sports Med. 23(3):164-72.
Exercise Physiology for Health
Fitness and Performance Lippincott White, J.P., Wilson, J.M., Austin, K.G.,
Williams & Wilkins: Philadelphia Greer, B.K., St. John, N., Panton,
L.B., 2008. Effect of a carbohydrate-
Rankin, J.W., 1999. Role of protein in
protein supplement timing on acute
exercise. Clin. Sports Med.
exercise-induced muscle damage.
18(3):499-511.
J.Int. Soc. Sports Nutr. 5:5.
Saunders, M.J., Luden, N.D., Herrcick, J.E.,
Widmaier, E., Raff, H., Strang, K., 2013.
2007. Consumption of an oral
Human Physiology: The Mechanisms
carbohydrate- protein gel improves
of Body Function. McGraw-Hill,
cycling endurance and prevents
Boston.
postexercise muscle damage. J.
Strength Cond. Res, 21(3):678-684. Zawadzki, K.M., Yaspelkis, B.B., Ivy, J.L.,
1992. Carbohydrate-protein complex
increases the rate of muscle glycogen

655
storage after exercise. J. Appl.
Physiol. 72:1854-1859.

656

Anda mungkin juga menyukai