Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HUBUNGAN IMAN, IBADAH DAN AKHLAK


Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah
Teologi Islam
Dosen Pengampu : Samin Syahidin M.Pd.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
Wini Wapiroh (0106.2001.041)
Nining (0106.2001.032)
Nisa Nurhalimah (0106.2001.035)
Alvioni nadea (0106.2001.002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PIAUD)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DR KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH Subhaanahu Wata’aalaa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang di ajukan
untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah “Teologi Islam” di STAI Muttaqien
Purwakarta..

Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu
‘Alaihi Wasallam yang telah membimbing kita dari jaman jahiliah munuju ke zaman terang
yakni agama islam.

Dengan selesainya makalah ini dengan judul “Hubungan Iman, Ibadah Dan Akhlak”
penyusun mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat  :

1. Bapak.Samin Syahidin M.Pd. selaku Dosen Pembimbing  kami dalam pembuatan


Makalah ini. 
2. Serta teman-teman yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu dengan
kerendahan hati,kami mengharap kepada semua pihak segala kritik dan saran atas
kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya dengan syukur alhamdulilah atas selesainya masalah yang kami buat ini,
teriringi doa semoga bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

                                                                                                 Purwakarta, 15 April 2021

                                                                                                               

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................I
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan Masalah......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................2
A. Iman........................................................................................................................2
B. Ibadah.....................................................................................................................4
C. Akhlak....................................................................................................................8
D. Hubungan Iman, Ibadah Dan Akhlak....................................................................11
BAB III PENUTUP...........................................................................................................14
A. KESIMPULAN.......................................................................................................14
B. SARAN...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang           
Manusia diciptakan bukan sekedar hidup mendiami dunia ini dan kemudian
mengalami kematian tanpa adanya pertanggung-jawaban kepada penciptanya, melainkan
manusia itu diciptakan oleh Allah SWT untuk mengabdi kepada-Nya. Sebagaimana
dinyatakan dalam Al Qur’an surah al Bayyinah ayat 5 :
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
Dapat kita pahami dari ayat ini bahwa manusia diciptakan bukan sekedar sebagai
unsur pelengkap isi alam saja yang hidupnya tanpa tujuan, tugas dan tanggung-jawab.
Sebagai makhluk yang diciptakan paling sempurna, pada hakikatnya manusia diperintahkan
untuk mengabdi kepada penciptanya, Allah SWT.
Pada prinsipnya pengabdian manusia (ibadah) merupakan sari dari ajaran Islam yang
mempunyai arti penyerahan diri secara total pada kehendak Allah SWT. Dengan demikian,
hal ini akan mewujudkan suatu sikap dan perbuatan dalam bentuk ibadah. Apabila ini dapat
dicapai sebagai nilai dalam sikap dan perilaku manusia, maka akan lahir suatu keyakinan
untuk tetap mengabdikan diri kepada Allah SWT dan tentunya bila keyakinan itu kemudian
diwujudkan dalam bentuk amal keseharian akan menjadikan maslahah dalam kehidupan
sosial.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan iman ?
2.      Apa yang dimaksud dengan ibadah ?
3.      Apa yang dimaksud dengan Akhlak ?
4.      Bagaimana hubungan antara iman, ibadah dan Akhlak ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.     IMAN
1. Pengertian Iman
Dalam hakikattnya rukun iman ada 6 yaitu iman kepada allah, iman kepada malaikat-
malaikat allah, iman kepada kitab-kitab allah, iman kepada rosul-rosul allah , iman kepada
hari kiamat dan iman kepada qodo dan qadar (takdir allah )
Iman secara lughat atau secara bahasa berasal dari lafadz tashdiq yang artinya percaya
(baik percaya kepada yang benar atau kepada yang bathil atau campuran keduanya).1 
Pengertian iman Menurut menurut istilah :
“‫”التصديق القلبى بجميع ما جاء به النبي صلى هللا عليه وسلم مما علم من الدين باالضرورة‬
“Membenarkan hati kepada segala sesuatu yang di sampaikan oleh Nabi Muhammad
SAW dari segala sesuatu yang nyata yang dijelaskan dalam agama”.2
Sedangkan menurut syara’ iman adalah membenarkan dengan hati, mengikrarkan
dengan lisan serta mengamalkan dengan perbuatan. Yang dimaksud membenarkan dengan
hati yaitu mempercayai dan meyakini segala yang dibawa Rasulullah saw. Yang dimaksud
dengan mengikrarkan dengan lisan adalah mengucap dua kalimah syahadat. Sedangkan
maksud dari mengamalkan dengan perbuatan yaitu hati mengamalkan dalam bentuk
keyakinan dan badan mengamalkan dalam bentuk ibadah jika syarat – syarat diatas terpenuhi
maka seorang dapat dikatakan “Mukmin”.3

2. Konsep Iman Menurut Aliran-Aliran Teologi Islam


Konsep iman adalah  pokok yang mendasari keseluruhan pemikiran tentang keyakinan
dan kepercayaan dalam hal-hal keagamaan.
Konsep iman yang dikemukakan oleh aliran-aliran yang ada dalam teologi islam
kesemuanya memiliki perbedaan, meskipun terdapat sedikit persamaan. Berikut akan di
jelaskan konsep iman pada tiap aliran-aliran tersebut yaitu:
a) Konsep iman menurut asy’ariah

1
Fathul Mufid, Ilmu Tauhid/Kalam, Stain Kudus, Kudus; 2009, hal 82
2
Kitab Safinatun najja Ilmu fiqih Hal :8 oleh Syeh Muhammad Nawawi Al Banteni
3
http://jumadibismillahsukses.blogspot.com/2011/11/hubungan-iman-dengan-ibadah-dan-etika.html

2
Asy’ariah berpendapat bahwasanya akal manusia tidak dapat sampai kepada kewajiban
mengetahui Tuhan. Dan manusia mengetahuinya melalui wahyu. Menurut mereka iman
ialah at-tasdiqu billah, yaitu membenarkan kabar tentang adanya Allah. Dalam batasan
lengkapnya, iman ialah pengakuan dalam hati tentang ke-Esaan Allah dan tentang kebenaran
rasul serta segala apa yang yang mereka bawa. Menurut mereka iman bukan ma-rifat atau
amal.
b) Konsep iman menurut mu’tazilah
Mu’tazilah berpendapat bawa akal manusia bisa sampai mengetahui kepada kewajiban
mengetahui tuhan. Menirut mereka iman bukanlah tads(membenarkan) tetapi amal yang
timbul akibat dari mengetahui tuhan. Menurut mereka iman bukan hanya dengan pengakuan
dan ucapan lisan, tetapi juga direalisasikan oleh perbuatan-perbuatan.
c) Konsep iman menurut maturidiah Bukhara
Sama halnya dengan asy’ariah, maturidiah Bukhara berpendapat bahwa akal manusia
tidak bisa sampai  kewajiban mengetahui Tuhan. Menurut mereka iman tidak bisa mengambil
bentuk ma’rifah atau amal, tetapi haruslah merupakan tads. Dan menurut mereka iman
adalah kunci masuk surga dan amal akan menentukan tingkatan yang akan dimasuki
seseorang dalam surga.
d) Konsep menurut maturidiah Samarkand
Maturidiah samarkand sependapat dengan mu’tazilah, bahwa akal manusia akan sampai
mengetahui Tuhan dan iman bukanlah hanya sekedar tads malainkan ma’rifah atau amal.4

3. Tingkatan Iman
Tingkatan iman menurut syeh nawawi terbagi menjadi 5 yaitu :
1) iman taqlid artinya iman nya seorang hamba dari golongan awam yang
percaya akan allah dari seorang ‘alim
2) Iman Ilmu artinya seseorang yang percaya/ beriman kepada allah karena
ia menegtahui (berilmu)
3) Iman Al-‘iyanu artinya seseorang yang percaya/beriman kepada allah
dengan hati , tingkatan ini biasanya adalah tingkatan para auliya allah
(waliyullah)
4) Iman Haq artinya seseorang yang selalu menyangkut paut kan segala
sesuatu dengan allah, ia meyakini dengan hatinya “allah maha melihat

4
 http://sitimasrifah9.blogspot.com/2013/06/hubungan-antara-iman-ibadah-dan-ilmu.html

3
dan maha mengetahui” bahwa segala kejadian atau peristiwa adalah
campur tangan allah.
5) Iman Hakikat (seseorang yang pikirannya rusak/fana karna allah) artinya
seseorang yang seferti mabuk/gila karna begitu besar rasa cinta nya
kepada allah, tidak ada satu perkarapun yang ia lihat/ingat lagi selain
allah.5

4. Ciri-Ciri Orang Yang Beriman


Allah telah menjanjikan kepada manusia bahwa barang siapa yang menjalankan perintah
nya dan menjauhi larangan nya maka sesungguhnya surgalah tempatnya dan barang siapa
yang (munkar) meninggalkan perintahnya dan menjalankan larangan nya maka sesungguh
nya nerakalah tempatnya.6
Seferti firman allah dalam surat al-Imran ;
َ‫ت لِ ْل ٰكفِ ِر ْين‬
ْ ‫ار الَّتِ ْٓي اُ ِع َّد‬
َ َّ‫ۚ َواتَّقُوا الن‬

Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan bagi orang kafir. (QS. Ali 'Imran
Ayat 131)

۞ ‫ْۙن‬zََۙ ‫ت لِ ْل ُمتَّقِي‬ zُُۙ ْ‫ت َوااْل َر‬


ْ ‫ۙض اُ ِع َّد‬ ُ ْ‫ارع ُْٓوا اِ ٰلى َم ْغفِ َر ٍة ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو َجنَّ ٍة َعر‬
ُ ‫ضهَا السَّمٰ ٰو‬ ِ ‫َو َس‬

Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa (QS. Ali
'Imran Ayat 133)

Adapun ciri-ciri orang yang beriman adalah orang menjalankan perintah allah yaitu mengaji,
mencari ilmu, sholat, puasa, membayar zakat dan lain-lain juga menjauhi segala maksiat.
Orang yang beriman senantiasa mengikuti perjalanan orang-orang yang soleh dan
berakhlakul karimah.

B. IBADAH
1. Pengertian Ibadah
Kata ibadah dalam bahasa Arab merupakan bentuk mahsdar dari kata-kata ‘abdun  yang arti
generiknya menunjuk pada pengertian patuh dan tunduk, menghambakan dan  menghinakan diri.7

5
Kitab safinatun najja hal 28 (syekh muhammad nawawi al banteni)
6
Kitab “Adabul Insan “ hal : 3 oleh KH.Asep saepulallah bin ahmad dimiyati
7
Azyumardi Azra, Kajian Tematik Al-Qur’an Tentang Fiqih dan Ibadah, Angkasa, Bandung; 2008, hal 34

4
Secara umum pengertian ibadah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu ibadah dalam pengertian
umum dan ibadah dalam pengertian khusus. Ibadah dalam pengertian umum, ialah segala
aktivitas jiwa dan raga manusia (makhluk, yang diciptakan) yang ditujukan kepada Allah (al-
Khaliq, Sang Maha Pencipta), sebagai tanda ketundukkan dan kepatuhan hamba tersebut
kepada-Nya. Sedangkan ibadah dalam pengertian khusus, ialah semua kegiatan ibadah yang
ketentuannya telah digariskan oleh nash-nash al-Qur’an maupun hadis, yang ketentuan-
ketentuan itu tidak boleh ditambah, dikurangi atau diubah.8
Di dalam kata ibadah terkandung makna ketundukan yang mendalam, berasal dari getaran
jiwa yang merasakan kebesaran dari apa yang disembah (al-Ma’bud), dan dari keyakinan
tentang adanya suatu kekuatan tak terbatas yang dimilki apa yang disembah itu. Getaran jiwa
karena merasakan kemahaagungan yang disembah itu sendiri merupakan roh atau jiwa dari
suatu ibadah. Sebagaimana dikatakan oleh Al-Imam ibn Katsir dalam tafsir menjelaskan bahwa
“ Ibadah itu, ialah suatu pengertian yang mengumpulkan kesempurnaan cinta, tunduk dan
takut”.  Akan tetapi, tidak cukup sekadar demikian saja, suatu ibadah dalam Islam harus pula
dibarengi dengan perasaan kepasrahan mutlak kepada Allah, karena suatu ibadah yang tidak
disertai dengan penyerahan diri secara mutlak, sama dengan menentang tindakan ibadah itu
sendiri. Penyerahan diri itu mengandung arti yang seluas-luasnya, bahwa seseorang yang
melakukan ibadah menyatakan pengakuan diri sebagai makhluk (yang diciptakan) dan sebagai
hamba, yang disembah adalah al-Khaliq (Yang Mencipta) dan Tuhan. Kesadaran seperti inilah
yang melahirkan getaran jiwa, setiap kali seorang hamba mendengar nama Tuhan disebut dan
ayat-ayat Tuhan dibacakan. Sebagaimana firman Allah :
َ‫ت َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيتُهٗ زَ ا َد ْتهُ ْم اِ ْي َمانًا َّوع َٰلى َربِّ ِه ْم يَت ََو َّكلُوْ ۙن‬ ْ َ‫اِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُوْ نَ الَّ ِذ ْينَ اِ َذا ُذ ِك َر هّٰللا ُ َو ِجل‬
ْ َ‫ت قُلُوْ بُهُ ْم َواِ َذا تُلِي‬

  “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan   apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya,
bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal” (QS. Al-
Anfal, 8:2)9

Ibadah itu mensyukuri nikmat Allah SWT. Atas dasar inilah tidak diharuskan kita,
baik oleh yara’ maupun oleh akal, beribadah kepada selain Allah SWT. Karena

8
http://roicha-mufida.blogspot.com/2012/05/hubungan-iman-dengan-ibadah-dan-etika.html

9
Ibid., hal 41-43

5
Allah sendiri yang berhak menerimanya, lantaran Allah sendiri yang memberikan nikmat
yang paling besar kepada kita yaitu hidup, wujud dan segala yang berhubungan dengannya.
Kita meyakini benar bahwa Allah-lah yang memberikan nikmat kepada kita. Maka
mensyukuri “orang” yang memberikan nikmat itu wajib. Dan kita yakin pula bahwa Tuhan
menimbulkan bencana atas hamba-Nya yang enggan mengibadati-Nya didalam dunia ini dan
akan memberi balasan yang setimpal di akherat kelak kepada mereka yang taat dan yang
maksiat masing-masing menurut yang layak mereka peroleh.
Untuk mewujudkan ibadah hamba itu, Tuhan memerintahkan hamba beribadat kepada-
Nya. Tuhan mengeluarkan perintah-Nya ini, sebenarnya adalah suatu keutamaan-Nya yang
besar kepada kita. Jika kita renungi hakikat ibadah, kita pun yakin bahwa perintah beribadah
itu pada hakikatnya berupa peringatan, memperingatkan kita menunaikan kewajiban terhadap
“orang” yang telah melimpahkan karunia-Nya.
Diterima tidaknya ibadah-ibadah itu terkait kepada dua faktor yang penting:
·         Ibadah dilaksanakan atas dasar ikhlas.
Firman Allah SWT:

ُ ْ‫قل إني أمرت أن أعبد هللا مخلصا له الدين قُلْ ِإنِّ ٓى أُ ِمر‬
َ‫ت أَ ْن أَ ْعبُ َد ٱهَّلل َ ُم ْخلِصًا لَّهُ ٱل ِّدين‬

Artinya: “Katakan olehmu, bahwasanya aku diperintahkan menyembah Allah (beribadah


kepada-Nya) seraya mengikhlaskan taat kepada-Nya, dan diperintahkan supaya aku
merupakan orang pertama yang menyerahkan diri kepada-Nya”. (QS. Az-Zumar/39:11-12)

·         Ibadah dilakukan  secara yang sah (sesuai petunjuk syara’).


Firman Allah SWT:
َ ‫لْ َع َماًل‬zz‫ا َء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َم‬zzَ‫و لِق‬zz‫ي أَنَّ َما إِ ٰلَهُ ُك ْم إِ ٰلَهٌ َوا ِح ٌد ۖ فَ َم ْن َكانَ يَرْ ُج‬
‫ا َد ِة َربِّ ِه‬zzَ‫ ِر ْك بِ ِعب‬z‫الِحًا َواَل ي ُْش‬z‫ص‬ َّ َ‫قُلْ إِنَّ َما أَنَا بَ َش ٌر ِم ْثلُ ُك ْم يُو َح ٰى إِل‬
‫أَ َحدًا‬

Atrinya: “Barang siapa mengharap suoaya menjumpai Tuhannya, hendaklah ia


mengerjakan amal yang shalih. Dan janganlah ia mensyarikatkan seseorang dengan
Tuhannya dalam ibadahnya itu”. (QS. Al Kahfi/18:110)10
2. Bentuk – Bentuk Ibadah

10
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, KULIAH IBADAH “Ibadah Ditinjau dari Segi
Hukum dan Hikmah”, Pustaka Rizki Putra, Semarang;2000, hal 10-13.

6
Segala ibadah yag diperintahkan allah SWT adakalanya bersifat wajib/fardu dan ada
juga ibadah yang bersifat sunat. Ibadah Wajib/fardu di ibaratkan sebuah harta/modal dalam
perdagangan agar kita selamat dunia akhirat dan sunat adalah keuntungan yang kita dapat
dari perdagangan itu berupa kemenangan dan derajat yang tinggi diakhirat kelak.
Sabda Nabi Muhammad SAW
‫ه‬zz‫تى احب‬zz‫ل ح‬zz‫رب الي باانواف‬zz‫يقول هللا تبارك و تعالى ما تقرب الي المتقربون بمثل اداء ماافترضت عليهم واليزال العبد يتق‬
‫ي‬zz‫تي يمش‬zz‫ه ال‬zz‫فاءذاحببته كنت سمعه الذى يسمع به وبصره الذى يبصر به ولسانه الذى ينطق به ويده التي يبطش بها ورجل‬
‫بها وقلبه الذي يضمر به‬
Firman allah SWT dalam hadits qudsi “kami (allah) tidak akan dekat dengan mereka
(hamba) yang menuntut/ingin dekat kecuali dengan berbuat ibadah yang kami
wajibkan/fardu’kan kepada mereka dan senantiasa mereka dekat kepada kami dengan
mengerjakan ibadah sunat hingga kami berikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan
perkataan baik, tangan dan kakinya yang berbuat kebaikan juga hatinya yang selalu berfikir
baik.
Kita sebagai manusia sesungguhnya tidak akan kuasa berbidah kepada allah dengan
sungguh-sungguh memelihara hati, anggota badan dan nafsu kita disetiap waktu melainkan
dengan wirid dan ibadah dari pagi sampai malam.11

1) Ibadah wajib/fardu
Bentuk-bentuk Ibadah wajib seferti yang terdapat dalam rukun islam mengerjakan
sholat 5 waktu, membayar zakat, menjalankan puasa, dan naik haji bagi mampu (kondisi
ekonomi yang cukup).
Adapun pengertian wajib itu sendiri adalah “‫ه امتثال ويعقب على تركه‬zzz‫ا يثب على فعل‬zzz‫ ”م‬segala
sesuatu/perkara yang jika kita kerjakan akan mendapatkan pahala/imbalan dari allah dan jika
kita tinggalkan akan berdosa12

2) Ibadah Sunat
Bentuk-bentuk ibadah sunat yaitu :
a) menjalankan sholat sunat sferti sholat qobliyah ba’diyah, witir, tasbeh, unsi,
taubat,husoma, terawih dll,
b) berpuasa sunat, seferti senin kamis, tanggal 1 maulud, 1 rojab, 2-15 syawal, 1 asyuro
dll.

11
Kitab hidayatussalikin hal 28-29 oleh syeh abdu somad palembang
12
Kitab safinatun najja hal : 3 oleh syeh muahammad nawawi al banteni

7
c) membaca do,a sebelum melakukan kegiatanseferti ; Berdo’a sebelum/sesudah makan.
Sebelum/sesudah Minum. Masuk/keluar Ke kamar mandi, masuk/keluar rumah, naik
kendaraaan
Masih banyak lagi ibadah sunat yang dapat kita kerjakan.
Adapun pengertian sunat adalah “‫ ”ما يثب على فعله امتثال واليعقب على تركه‬segala sesuatu yang
jika kita kerjakan akan mendapat pahala/imbalan dari alllah dan jika ditinggalkan tidak akan
berdosa13

C.    AKHLAK
1. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, tabiat atau
peragai.
Secara istilah,akhlak yaitu sifat yang dimiliki seseorang, telah melakat dan biasanya akan
tercermin dari perilaku orang tersebut.
Kata akhlak telah disebutkan dalam (QS.Shad:46) berikut ini.
َ ِ‫إِنَّا أَ ْخلَصْ نَاهُ ْم بِخَال‬
ِ ‫ص ٍة ِذ ْك َرى ال َّد‬
‫ار‬

"Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka)


akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat." (QS Shad :
46).

Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa akhlak adalah salah satu sifat yang tertanam di dalam
jiwa manusia yang dapat menimbulkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan tanpa adanya
pertimbangan pemikiran lagi.
Secara terminologi, akhlak didefinisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
a.       Menurut prof. Dr. Muhammad Amin, akhlak adalah segla sesuatu kehendak yang terbiasa
dilakukan.
b.      Menurut ibnu maskawih, akhlak adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan.
c.       Menurut al-Gazali, akhlak adalah segala sifat yang tertanam dalam hati yang menimbulkan
kegiatan-kegiatan dengan ringan dan tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan

13
Kitab safinatun najja hal 3 oleh syekh muhammad nawawi al banteni

8
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian akhlak adalah suatu perbuatan sebagai
sebuah kebiasaan yang berpangkal dari dalam hati, jiwa dan kehendak yang timbul secara
spontan.14
2. Macam – Macam Akhlak
Secara singkat, akhlak adalah tingkah laku yang dilakukan berulang kali. Terdapat 2
macam akhlak yaitu akhlakul mahmudah dan akhlakul mazmumah.
a) Akhlak Terpuji (Akhlakul Mahmudah)
Akhlak terpuji atau akhlakul mahmudah yaitu golongan akhlak yang seharusnya dimiliki oleh
seorang muslim. Akhlakul mahmudah meliputi sifat sabar, juju, rendah hati, dermawan,
sopan, gigih, rela berkorban, adil, bijaksa, lembut dan santun, tawakal, dan masih banyak
lagi.

Seorang muslim yang memiliki akhlakul mahmudah, dalam kehidupan sehari-hari akan
menjaga tutur kata dan perbuatannya. Sebagai seorang muslim, sudah menjadi sebuah
keharusan untuk menjaga akhlakul mahmudah dalam kehidupan sehari-hari.

b) Akhlak Tercela (Akhlakul Mazmumah)

Akhlak tercela atau akhlakul mazmumah yaitu golongan akhlak atau tindakan buruk yang
harus dihindari oleh setiap manusia. Akhlak mazmumah ini harus dijauhi karena dapat
mendatangkan mudharat bagi diri sendiri maupun orang lain.

Beberapa contoh akhlakul mazmumah yaitu sifat sombong, iri, dengki, tamak, hasad, takabur,
ghibah, dan lain sebagainya. Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita menjauhi
akhlakul mazmumah. Hal ini karena akhlak ini sangat dibenci oleh Allah SWT.

c) Manfaat Akhlakul Mahmudah

Akhlakul mahmudah memiliki manfaat untuk kehidupan sehari-hari, di antaranya


sebagai berikut.
1) Dicintai oleh Rasulullah SAW
Keutamaan memiliki akhlak yang terpuji (akhlakul mahmudah) yaitu dicintai oleh Rasulullah
SAW. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Tirmizi, disebutkan bahwa seorang

14
http://sitimasrifah9.blogspot.com/2013/06/hubungan-antara-iman-ibadah-dan-ilmu.html

9
muslim yang memiliki sifat terpuji akan dekat dengan Rasulullah SAW. Sebagaimana dalam
hadist berikut ini, Rasulullah SAW bersabda:
"Orang yang paling saya cintai dan paling dekat dengan tempat saya kelak di hari kiamat
adalah mereka yang memiliki akhlak mulia. Sementara orang yang paling saya benci dan
tempatnya paling jauh dari saya kelak di hari kiamat adalah mereka yang keras dan rakus,
suka menghina dan sombong." (HR. Tirmizi).

2) Berat Timbangan di Hari Kiamat

Keutamaan memiliki sifat terpuji (akhlakul mahmudah) yang kedua yaitu berat timbangan di
hari kiamat. Seorang muslim yang memiliki sifat terpuji (akhlakul mahmudah) akan
diselamatkan oleh Allah SWT di hari akhir.
Tak hanya itu, seorang muslim yang memiliki akhlak terpuji juga dapat menggapai derajat
seperti orang yang berpuasa atau salat. Sebagaimana dalam hadist berikut ini, Rasulullah
SAW bersabda.
"Tidak ada sesuatu amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dari akhlak
yang mulia. Sesungguhnya orang yang berakhlaq mulia bisa menggapai derajat orang yang
rajin puasa danrajin shalat. "(HR. Tirmidzi).

d) Contoh Akhlakul Mahmudah dalam Kehidupan Sehari-hari


 Berbicara sopan dengan orang yang lebih tua.
 Selalu rendah hati dan tidak sombong.
 Membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan.
 Menjaga lisan untuk selalu berkata yang baik.
 Menjaga aib orang lain.
 Memberikan nasihat yang baik pada orang lain, dan masih banyak lagi.
e) Contoh Akhlakul Mazmumah dalam Kehidupan Sehari-hari

10
 Bersikap takabur, kikir, sombong, dengki.

 Mengingkari janji yang sudah dibuat.

 Mencuri barang atau mengambil barang yang bukan haknya.

 Berbicara kasar atau durhaka pada orang tua.

 Berprasangka buruk pada orang lain (suudzon), dan lain sebagainya.

D.    Hubungan antara Iman, Ibadah dan Akhlak


1. Hubungan Iman dengan Ibadah
Hubungan iman dan ibadah adalah sejauh mana keimanan dapat mempengaruhi ibadah
dan akhlak dan sebaliknya. Keimanan atau akidah adalah fondasi dari semua ajaran islam,
yaitu akidah, syariah dan akhlak. Seseorang yang telah beriman atau berakidah harus
mengimplentasikan keimanannya dengan syariah yaitu beribadah kepada Allah dan
bermuamalah dengan sesama manusia dan alam sekitar.
Akidah diwujudkan dalam pengucapan dua kalimat syahadat, diimani, diyakini, dan
dibenarkan dalam hatinya. Sebagai wujud keimanannya kepada Allah, dia harus
melaksanakan syariah berupa ibadah mahdah dan ibadah muamalah ghairu mahdah. Yang
mana ibadah madhah artinya penghambaan yang murni merupakan hubungan antara hamba
dengan Allah secara langsung seperti : menjalankan ibadah sholat. Sedangkan ibadah
muamalah ghairu madhah artinya segala amalan yang diizinkan oleh Allah, misalnya ibadah
ghairu madhah ialah belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya.
Orang yang beriman disebut mukmin. Sedangkan seorang mukmin yang telah
melakukan ibadah dan melakukan muamalah disebut muslim. Seorang mukmin belum
dikatakan muslim apabila dia belum melaksanakan ibadah, baik ibadah mahdah maupun
ibadah ghairu mahdah. Keimanan dan keislaman seseorang harus dilengkapi dengan ibadah
dalam rukun islam yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji (bagi yang mampu). 
Kualitas iman seseorang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ibadah orang tersebut.
Makin kuat iman seseorang semakin kuat dan tinggi frekuensi ibadahnya. Demikian pula
sebaliknya apabila semakin baik dan sempurna ibadah yang dilakukan seseorang, maka
semakin mantap keimanan didalam dirinya. Pelaksanaan ibadah yang yang di landasi iman
yang kuat memberikan dampak yang postif terhadap sikap dan perilaku seorang muslim.
2. Hubungan Iman dengan Akhlak
Keterkaitan iman dan akhlak dapat dilihat melalui beberapa analsis sebagai berikut:

11
a) Dilihat dari segi objek bahasannya
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, iman membahas masalah tuhan, baik dari Zat,
sifat dan perbuatan-Nya. Kepercayaan yang mantap kepada Tuhan yang demikian itu, akan
menjadi landasan untuk mengarahkan amal perbuatan yang dilakukan oleh manusia, sehingga
perbuatan manusia menjadi ikhlas dan keikhlasan ini merupakan salah satu akhlak yang
mulia’
Allah Swt berfirman:
َ ِ‫ص ْينَ لَهُ ال ِّد ْينَ ەۙ حُ نَفَ ۤا َء َويُقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َوي ُْؤتُوا ال َّز ٰكوةَ َو ٰذل‬
  ‫ك ِديْنُ ْالقَيِّ َم ۗ ِة‬ ‫هّٰللا‬
ِ ِ‫َو َمٓا اُ ِمر ُْٓوا اِاَّل لِيَ ْعبُدُوا َ ُم ْخل‬
Artinya: “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas mentaati-Nya
semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan
menunaikan zakat dan   yang itulah agama yang lurus”(QS.Al-Bayyinah:5)

b) Dilihat dari segi fungsinya


        Iman menghendaki seseorang tidak hanya cukup dengan menghafal rukun iman dan
dalil-dalilnya saja, tetapi yang terpenting adalah agar orang yang bertauhid itu meniru dan
menyontoh tehadap subjek yang ada dalam rukun iman itu. jika kita memiliki sifat-sifat
mulia, maka sebaiknya manusia yang bertauhid meniru sifat-sifat tuhan itu. Misalnya meniru
sifat Ar-Rahman, Ar-Rahim.
3. Hubungan Iman Ibadah dan Akhlak
Iman ibadah dan akhlak juga memiliki hubungan kausalitas (sebab akibat). Kualitas
iman seseorang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ibadah orang tersebut. Makin tinggi
kualitas ibadah seseoarang (misal shalat makin khusu’, mengurangi atau menghilangkan
syirik kepada Allah). Dan kuantitasnya ( misal menambah shalat wajib dengan shalat sunnah,
banyak bershadaqah) akan menambah dan mempertebal iman seseorang, makin mengurangi
dan mempertipis, bahkan dapat menghilangkan kualitas iman seseorang kepada Allah SWT.
Pelaksanaan ibadah yang dilandasi iman yang kuat memberikan dampak positif
terhadap sikap dan perilaku  atau akhlak seorang muslim.
Allah berfirman :

َ‫ب َواَقِ ِم الص َّٰلو ۗةَ اِ َّن الص َّٰلوةَ تَ ْن ٰهى َع ِن ْالفَحْ َش ۤا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر ۗ َولَ ِذ ْك ُر هّٰللا ِ اَ ْكبَ ُر َۗوهّٰللا ُ يَ ْعلَ ُم َما تَصْ نَعُوْ ن‬
ِ ‫ك ِمنَ ْال ِك ٰت‬
َ ‫اُ ْت ُل َمٓا اُوْ ِح َي اِلَ ْي‬
Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya

12
dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Ankabut
45)

Shalat itu mengandung dua hikmah, yaitu dapat menjadi pencegah diri dari perbuatan
keji dan perbuatan munkar. Maksudnya dapat menjadi pengekang diri dari kebiasaan
melakukan kedua perbuatan tersebut dan mendorong pelakunya dapat menghindarinya.
sehingga seeorang akan tunduk dan patuh kepada aturan-aturan Allah. Dengan demikianlah
sangat erat hubungan dan saling mempengaruhi antara iman dengan ibadah kepada Allah
SWT dalam mempengaruhi akhlak seseorang.15

15
http://sitimasrifah9.blogspot.com/2013/06/hubungan-antara-iman-ibadah-dan-ilmu.html

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :

Iman adalah membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan serta


mengamalkan dengan perbuatan. Yang dimaksud membenarkan dengan hati yaitu
mempercayai dan menyakini segala yang dibawa oleh Rasulullah. Yang dimaksud dengan
mengikrarkan dengan lisan adalah mengucap dengan dua kalimah syahadat. Sedangkan
maksud dari mengamalkan dengan perbuatan yaitu hati mengamalkan dalam bentuk
keyakinan dan badan mengamalkan dalam bentuk ibadah. Jika syarat-syarat diatas terpenuhi
maka seseorang akan dikatakan mukmin.
Iman dengan ibadah juga memiliki hubungan kasualitas (sebab-akibat). Kualitas iman
seseorang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ibadah orang tersebut. Makin tinggi kualitas
ibadah seseorang(misal : shalat makin khusu’, mengurangi atau menghilangkan syirik kepada
Allah ). Dan kuantitasnya (misal : menambah shalat wajib dengan dan shalt sunnah, banyak
bershadaqah) akan menambah dan mempertebal iman seseorang, makin mengurangi dan
mempertipis, bahkan dapat menghilangkan kualitas seseorang kepada Allah SWT.
Hubungan iman dengan ibadah dan akhlak seakan tidak pernah lepas, karena sejauh
mana keimanan dapat mempengaruhi ibadah dan akhlak. Misalnya :Seseorang apabila
imannya kuat dan tekun beribadahnya maka akhlak atau tingkah lakunya akan menjadi baik
karena merasa karena merasa tingkah lakunya akan slalu diawasi oleh Allah SWT.

B. SARAN

Dalam makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat
didalamnya, baik dari segi penulisan, susunan kata, bahan referensi, dan lainnya. Oleh karena
itu penulis mengharapkan masukan dari pihak pembaca sebagai pengetahuan untuk
mewujudkan perubahan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Demikianlah makalah yang sederhana ini saya susun semoga dapat bermanfaat bagi
penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Akhirnya saya merasa kerendahan
hati sebagai manusia yang mempunyai banyak sekali kekurangan. Oleh sebab itu kritik dan

14
saran–bahkan yang tidak membangun sekalipun- kami tunggu demi kesempurnaan makalah
selanjutnya. Semoga niat baik kita diridhai oleh Allah SWT. Amin.

15
DAFTAR PUSTAKA

 Kitab safinatun najja hal 28 (syekh muhammad nawawi al banteni)


 Kitab “Adabul Insan “ hal : 3 oleh KH.Asep saepulallah bin ahmad dimiyati
 Kitab hidayatussalikin hal 28-29 Oleh Syeh abdu somad palembang
 https://www.merdeka.com/quran/ali-imran/ayat-133#:~:text=QS.%20Ali%20'Imran
%20Ayat%20133&text=Dan%20bersegeralah%20kamu%20mencari
%20ampunan,Copy
 http://fitrianahadi.blogspot.com/2014/12/makalah-hubungan-ibadah-iman-dan-
etika.html?m=1
 https://www.merdeka.com/trending/pengertian-akhlak-dalam-islam-manfaat-serta-
macam-macamnya.html
 https://ibnothman.com/quran/surat-az-zumar-dengan-terjemahan-dan-tafsir/2

16

Anda mungkin juga menyukai