Anda di halaman 1dari 4

Aplikasi Metode Elektromagnetik:

a. Hidrogeology
Dalam bidang hidrogeologi, salah satu objek yang dapat diidentifikasi oleh
metode elektromagnetik adalah penentuan posisi cebakan air tanah (akuifer). Metode
elektromagnetik sangat efektif untuk memisahkan objek yang memiliki perbedaan
konduktivitas yang signifikan terhadap lingkungan sekitarnya pada kondisi overburden
mass yang relatif dangkal. Dikarenakan akuifer merupakan objek yang memiliki
perbedaan konduktivitas yang signifikan terhadap lingkungannya, sehingga metode
elektromagnetik dapat digunakan untuk mendeteksi posisi akuifer.
Dalam salah satu studi kasus penelitian yang dilakukan Sampurno (2015), untuk
identifikasi posisi akuifer di Taman Universitas Tanjung, untuk mendapatkan acuan
dalam penentuan lokasi sumur bor, dimana diperlukan untuk sumber cadangan air dalam
proses pemeliharaan taman. Proses akuisisi data dilakukan menggunakan dua sistem
pengambilan data yaitu sistem lopp vertical coplanar (VCP) dan sistem loop horizontal
coplanar (HCP). Dari kedua sistem ini didapatkan dua buah distribusi konduktivitas,
dimana sistem HCP menghasilkan distribusi konduktivitas tanah pada kedalaman 6 meter,
sedangkan sistem VCP menghasilkan distribusi konduktivitas tanah pada kedalaman 3
meter.

Gambar 1. Distribusi konduktivitas pada kedalaman (kiri) 3 meter dan (kanan) 6 meter

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat satu buah akuifer yang sama yang
terdeteksi pada kedua variasi kedalaman (akuifer A). Dimana terlihat akuifer ini tersusun
dari tiga buah zona kecil dengan pusat akuifer di tengah. Nilai konduktivitas akuifer ini
diprediksi berada diantara 150 hingga 220 mS/m. Kemudian akuifer kedua terdeteksi
pada pengukuran kedalaman 6 meter. Akuifer ini cenderung membentuk cebakan yang
menyebar kearah utara dan timur. Dengan nilai konduktivitas akuifer ini diprediksi berada
diantara 150 hingga 220 mS/m. Dari kedua sebaran nilai konduktivitas tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa terdapat dua buah titik akuifer dengan nilai konduktivitas lebih
dari 150 mS/m. Berdasarkan nilai tersebut diduga terdapat 2 buah zona akuifer yaitu
akuifer dangkal dan akuifer dalam.
b. Earth’s crust
Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan maupun patahan/sesar. Dalam ilmu
geologi struktur hasil lipatan dikenal sebagai bentuk perlipatan batuan seperti sinklin dan
antiklin. Dan jenis-jenis patahan antara lain, patahan normal (normal fault), patahan mendatar
(strike slip fault) dan patahan naik atau reverse fault. Salah satu metode geofisika yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi struktur-struktur tersebut dibawah permukaan adalah
metode elektromagnetik menggunakan Ground Penetration Radar (GPR). GPR merupakan
salah satu metode geofisika yang digunakan untuk menentukan objek dan struktur batuan
yang berada di bawah permukaan dengan memanfaatkan penjalaran gelombang
elektromagnetik. Metode GPR sendiri bersifat non-destruktif dan mempunyai resolusi tinggi
terhadap kontras dielektrik material bumi dan mampu melakukan pendeteksian struktur
geologi yang relative dangkal dengan resolusi tinggi (Syam, et al. 2019).
Dalam studi kasus penelitian yang dilakukan Syam, dkk (2019), yaitu
mengidentifikasi struktur geologi sekunder menggunakan GPR di areal perumahan Puspita
Bukit Raharja, kecamatan Samarinda Ulu, kota Samarinda, Kalimantan Timur untuk
memberikan informasi tentang keberadaan dan jenis struktur geologi sekunder di lokasi
penelitian.

Gambar 2. Hasil penampang lintasan 4 dalam model 2D

Pada hasil penampang salah satu lintasan dari 6 lintasan pengukuran, dapat terlihat bahwa
terdapat 4 (empat) pola refleksi yang berbeda dimana pola refleksi tersebut diindikasikan
sebagai adanya kontak litologi antar batuan penyusun yang ada dibawah permukaan. Serta
dapat diinterpretasi berdasarkan pola refleksinya, adanya struktur patahan, pada jarak sekitar
16 meter diduga adanya struktur sesar turun (normal fault) berada pada kedalaman sekitar 1,6
m sampai dengan 3 m di bawah permukaan. Dan dari penelitian yang dilakukan didapatkan
kesimpulan bahwa struktur geologi daerah penelitian terdiri atas sesar turun. Dengan litologi
batuan terdiri dari batupasir, batubara,lempung, dan lanau.
c. Geothermal exploration
Dalam kegiatan eksplorasi panas bumi terbagi menjadi 2 bagian yaitu survey
pendahuluan dan penyelidikan rinci. Di dalam survei pendahuluan, terdapat 2 buah metode
eksplorasi yaitu, eksplorasi langsung dnegan metode geokimia untuk mengetahui kandungan
unsur kimia yang ada di sumber air panas, dan eksplorasi tidak langsung dengan melakukan
survei geofisika. Dimana survei geofisika ini bertujuan untuk mengetahui indikasi batuan cap
rock, temperatur fluida di kedalaman, dan struktur bawah permukaan tanah.
Salah satu metode geofisika yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan
metode magnetotellurik (MT). Metode MT diaplikasikan untuk mengetahui beberapa
komponen penting dalam sistem geothermal, seperti batuan cap rock, reservoir dan sumber
panas. Sturktur bawah permukaan dapat dianalisis dan ddidentifikasi sebagai komponen
panas bumi dengan mengacu pada hasil akhir yang berupa penampang sebaran tahanan jenis
semu bawah permukaan (Sulistio, et al. 2018).
Dalam studi kasus penelitian identifikasi reservoir geothermal yang dilakukan oleh
Sulisto, dkk (2018), berdasarkan hasil survei MT berupa model satu dimensi dari satu
lintasan terlihat adanya kontras tahanan jenis semua yang menunjukkan adanya
ketidakselarasan struktur.

Gambar 3. Distribusi konduktivitas pada kedalaman (kiri) 3 meter dan (kanan) 6 meter

Terdapat lapisan yang memiliki nilai tahanan jenis semu rendah (<20 Ωm) dengan
ketinggian 620-2500 meter. Lapisan ini diindikasikan berasosiasi dengan cap rock pada
sistem panas bumi. Dibawah lapisan yang diindikasikan sebagai batuan cap rock, terdapat
lapisan dengan nilai tahanan jenis semu sedang yang berkisar antara 60 Ωm –200 Ωm.
Lapisan ini diindikasikan sebagai lapisan reservoir pada sistem panas bumi. Sedangkan
lapisan yang memiliki nilai tahanan jensi semu >200Ωm diindikasikan sebagai sumber panas
bumi (heat sources) pada sistem panas bumi.
RERENSI
Sampurno, J. (2015). Aplikasi Metode Elektromagnetik Untuk Identifikasi Akuifer di Taman
Universitas Tanjungpura. Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat, hal 272-
278
Sulistio, I., Guntoro, D. & Sugianto, A. (2018). Aplikasi Metode Magnetotellurik Dalam
Kegiatan Eksplorasi Panas Bumi Di Daerah “X”. Prosiding Teknik Pertambangan, ISSN:
2460-6499
Syam, A., Lepong, P. & Supriyanto. (2019). Aplikasi Metode Georadar Untuk Identifikasi
Struktur Geologi di Jalan HM. Ardan Ring Road 1 Samarinda. Jurnal Geosains Kutai Basin,
vol. 2, no, 1

Anda mungkin juga menyukai