Anda di halaman 1dari 16

TUGAS INDIVIDU MK KD 1

“KONSEP DAN PRINSIP KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN”

DOSEN PENGAMPU

DEWI NURHANIFAH Ns, M.Kep

NAMA : SHALMA AGUSTIN

NIM : 2014201110016

SEMESTER/KELAS : 1/A
A. Pengertian Rasa Aman
Aman mempunyai arti bebas dari ancaman bahaya, gangguan dan terlindungi, dan
terhindar dari rasa takut (artikata.com, 2013). Sedangkan rasa aman menurut
Potter dan Perry mengatakan kondisi dimana seseorang bebas dari cedera fisik dan
psikologis dan dalam kondisi aman dan tentram (Potter dan Perry, 2006). Dalam
pemenuhan rasa aman diharuskan terpenuhinya kebutuhan rasa aman. Kebutuhan
rasa aman harus dilihat dalam arti luas, tidak sebatas pada keamanan fisik,
melainkan juga keamanan yang menyangkut psikologisnya yang didalamnya
berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas sistem yang menghindarkan
manusia dari rasa cemas, khawatir dan berbagai hal lainnya Kretch dkk (dalam
Krochin, 1976).

Pengertian rasa nyaman atau kenyamanan


Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan
transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
Kenyamanan harus dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu:
1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
3. Psikososial, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang
meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.
4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia
seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya (Wahyudi &
Abd.Wahid, 2016).

B. Faktor yang mempengaruhi


1. Emosi
Kondisi psikis dengan kecemasan, depresi, dan marah akan mudah
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
2. Status
Mobilisasi Status fisik dengan keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan
otot, dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko cedera.
3. Gangguan Persepsi Sensori
Adanya gangguan persepsi sensori akan mempengaruhi adaptasi
terhadaprangsangan yang berbahaya seperti gangguan penciuman dan
penglihatan
4. Keadaan Imunitas
Daya tahan tubuh kurang memudahkan terserang penyakit
5. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran yang menurun, pasien koma menyebabkan responterhadap
rangsangan, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
6. Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi dapat menimbulkan informasi tidak diterima dengan
baik.
7. Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya.
8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok
9. Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit
tertentu.
10. Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anakanak
dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
11. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon
nyeri dan tingkat kenyamanannya.
12. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri.
C. Fisiologi nyeri
Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi,
sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik,
reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan
dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri : tranduksi,
transmisi, modulasi, dan persepsi.
Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan
stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif,Ada tiga tipe
serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu serabut A-beta, A-delta, dan C.
Serabut yang berespon secara maksimal terhadap stimulasi non noksius
dikelompokkan sebagai serabut penghantar nyeri, atau nosiseptor. Serabut ini
adalah A-delta dan C. Silent nociceptor, juga terlibat dalam proses transduksi,
merupakan serabut saraf aferen yang tidak bersepon terhadap stimulasi eksternal
tanpa adanya mediator inflamasi.
Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis
medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron aferen
primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi.
Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya berhubungan
dengan banyak neuron spina.
Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related neural
signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan
mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor opioid seperti mu,
kappa, dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga
mempunyai jalur desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area
otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya menuju
medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau
bahkan penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.
Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil
dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan
karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi
untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor
nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap
stimulus kuat yang secaara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga
Nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada yang bermiyelin dan
ada juga yang tidak bermiyelin dari syaraf aferen. (Anas Tamsuri, 2006).

D. Faktor penyebab nyeri


Nyeri berhubungan dengan banyak penyakit. Banyak penyakit yang dapat
menimbulkan rasa nyeri di persarafan, seperti infeksi HIV, herpes, cedera, kanker,
diabetes, penyakit autoimun,penekanan akar saraf di tulang belakang, diabetes,
kekurangan vitamin B6, B12, dsb.
Definisi nyeri saraf adalah nyeri akibat serabut saraf yang rusak, cedera atau
mengalami gangguan fungsi. Rasa nyeri timbul akibat respon saraf yang
menerima rasa nyeri baik dari dalam maupun dari luar tubuh lalu membawa
sensasi tersebut ke dalam otak. Nyeri saraf tidak selalu disertai nyeri yang hebat,
namun hampir selalu disertai tingkat kepekaan nyeri yang tidak normal berupa
ketidaknyamanan terus menerus hingga nyeri yang tidak tertahankan
Rasa tidak nyaman tersebut dapat berupa mati rasa, panas, geli, nyeri seperti
tertusuk,seperti sengatan listrik,rangsangan ringan mencetuskan rasa nyeri,
kesemutan. Selain akibat kerusakan saraf tepi, kerusakan dan cedera pada otak dan
sumsum tulang belakang juga menyebabkan nyeri saraf.Jenis nyeri saraf juga
dilihat dari tipe saraf yang terkena.
Definisi nyeri akut adalah sensasi jangka pendek yang menyadarkan kita akan
adanya cedera. Seringkali nyeri diabaikan dan hanya dianggap sebagai gejala,
bukan sebagai penyakit yang harus diobati sehingga menjadi nyeri kronis. Nyeri
kronis adalah nyeri yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Sistem saraf anda menerima sinyal rasa sakit dan nyeri yang konstan dari tubuh
selama berbulan bulan bahkan bertahun tahun. Nyeri kronis dapat menimbulkan
rasa terbakar, mati rasa, rasa seperti diiris atau ditusuk. Hal ini terjadi karena
kerusakan pada saraf.Nyeri jangka panjang dapat menyebabkan kegelisahan,
depresi,ketergantungan obat penghilang nyeri, gangguan tidur, gangguan
konsentrasi, sakit kepala. Hal ini dapat menghambat aktivitas sehari hari.
E. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri dapat berdasarkan waktu, yaitu: nyeri akut dan kronis dan dapat
berdasarkan etiologi, yaitu: nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik.
a. Nyeri Akut dan Nyeri Kronik
Nyeri akut terjadi karena adanya kerusakan jaringan yang akut dan tidak
berlangsung lama. Sedangkan nyeri kronik, tetap berlanjut walaupun lesi
sudah sembuh. Ada yang memakai batas waktu 3 bulan sebagai nyeri kronik.
b. Nyeri Nosiseptif dan Nyeri Neuropatik
Nyeri secara patofisiologi dapat dibagi menjadi nosiseptif dan
nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptif adalah nyeri inflamasi yang dihasilkan
oleh rangsangan kimia, mekanik dan suhu yang menyebabkan aktifasi
maupun sensitisasi pada nosiseptor perifer (saraf yang bertanggung jawab
terhadap rangsang nyeri). Nyeri nosiseptif biasanya memberikan respon
terhadap analgesik opioid atau non opioid.
Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang ditimbulkan akibat
kerusakan neural pada saraf perifer maupun pada sistem saraf pusat yang
meliputi jalur saraf aferen sentral dan perifer, biasanya digambarkan
dengan rasa terbakar dan menusuk. Pasien yang mengalami nyeri neuropatik
sering memberi respon yang kurang baik terhadap analgesik
opioid
F. Pengkajian Nyeri (Data Subjektif Dan Data Objektif, PQRST) Kebutuhan
Rasa Aman dan Nyaman

 P (Provokatif/Paliatif) adalah faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya


nyeri.
1. Apa kira-kira penyebab timbulnya rasa nyeri?
2. Apakah karena terkena ruda paksa / benturan..? Akibat penyayatan.

 Q ( Qualitiy) bias dikaji dari nyeri itu sendiri, seperti apakah nyeri tersebut apakah
Seperti tertusuk, tertekan / tertimpa benda berat, diris-iris.

 R (Region) yaitu daerah perjalanan nyeri.


1. Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan / ditemukan ?
2. Apakah juga menyebar ke daerah lain / area penyebarannya ?

 S (Severity) yaitu keparahan atau intensitas nyeri


1. Skala kegawatan dapat dilihat menggunakan GCS (Glasgow’s Come Scale)
untuk gangguan kesadaran.
2. Skala nyeri / ukuran lain yang berkaitan dengan keluhan.
Skala Nyeri Tipe Nyeri
10 Nyeri sangat berat
7–9 Nyeri berat
4–6 Nyeri sedang
1–3 Nyeri ringan

 T (Timing) yaitu lama atau waktu serangan atau frekuensi nyeri


1. Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan / dirasakan ?
2. Seberapa sering keluhan nyeri tersebut dirasakan / terjadi ?
3. Apakah terjadi secara mendadak atau bertahap ? akut atau kronis.

G. Asuhan Keperawatan (Diagnosa Nyeri) Untuk Intervensi Nyeri Kebutuhan Rasa


Aman dan Nyaman

Dengan gangguan sistem pencernaan : pre operasi Hernia Inguinalis Irreponible diruang
Teratai RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN.

I. DATA SUBJEKTIF

A. IDENTITAS

1. Identitas Pasien

Nama : Sdr. T
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Alamat : Klirong, Kebumen
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa, Indonesia
Pendidikan : Sd Tidak Tamat
Pekerjaan : Pengangkut, Pasir
No RM : 312444
Dx Medis : Hernia Inguinalis Irreponible
Tanggal MRS : 26 September 2016 Pukul
00.30 WIB

2. Penangguang Jawab

Nama : Ny.T
Umur : 55 Tahun
Jenis : Perempuan
Kelamin
Alamat : Klirong,
Kebumen
Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga
Hubunga : Ibu
n Kandung

B. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Keluhan Utama

Klien mengatakan nyeri

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien Sdr.T (23 th) datang ke IGD RSUD r. SOEDIRMAN KEBUMEN pada tanggal 29
mei 2016 pukul 00.30 wib dengan keluhan nyeri pada benjolan di scrotum sejak sore
sebelum dibawa ke RS.
Nyeri dirasakan memberat ± 20 hari sebelum masuk RS, di igd klien dilakukan
pemeriksaan TTV > TO : 140/80 mmHg N : 90x/menit S : 36,5ºC RR : 20x/menit.
Pengambilan darah, EKG, klien dipasang infus Nacl 16 tpm terapi diazepam 10 mg, NGT
dan kateter.

Saat dikaji pada tanggal 30 mei 2016 pukul 12.30 wib sebelum operasi hernia klien
mengatakan nyeri pada selangkangan kanan.

P : nyeri bertambah saat melakukan gerakan dan beraktivitas serta berkurang saat tiduran

Q : nyeri seperti tertusuk tusuk

R : nyeri dibagian selangkangan kanan

S : skala nyeri 5 (lima)

T : nyeri hilang timbul

Klien tampak menahan nyeri, klien meringis kesakitan saat disuruh miring kanan dan kiri,
klien dan keluarga bertanya tentang penyakitnya dan minta dijelaskan hasil TTV TD :
130/80 mmHg N : 84x/menit S : 36,4 ºC RR : 20x/menit klien masih terpasang infus Nacl
16 tpm, NGT dan terpasang kateter. Dr. memberikan instruksi untuk mengobservasi
selama 3 hari sebelum operasi.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat dirumah sakit, klien mengatakan
tidak mempunyai riwayat alergi obat, binatang maupun makanan.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga klien mengatakan didalam anggota keluarganya ada yang menderita seperti
klien yaitu ayahnya. Keluarga klien mengatakan juga ayahnya dioperasi karena penyakit
turun berok.
C. Pengkajian Pola Pemenuhan Kebutuhan Dan Virginia Handerson

1. pola oksigenasi

Sebelum sakit : klien mengatakan bernapas normal dan tidak pernah sesak napas
Saat dikaji : klien bernafas normal, tidak menggunakan alat bantu
pernapasan

2. Pola nutrisi

Sebelum sakit : Klien mengatakan makan 3x dalam sehari, porsi cukup dan
minum air putih 5 – 7 gelas/hari tidak ada keluhan dalam makan
dan minum
Saat dikaji : Klien mengatakan makan dari RS tidak pernah habis dan minum
3 – 4 gelas perhari, tetapi tidak ada keluhan dalam makanan dan
minum. Tanggal 31 mei 2016 NGT dilepas karena klien
mengatakan sakit pada hidungnya

3. Pola eliminasi

Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB lancar 1x dalam sehari sengan


konsistensi feses lunak BAK 4-5 kali dalam sehari warna jernih
bau khas
Saat dikaji : Klien mengatakan belum BAB, BAK melalui selang kateter
sehari keluarga biasanya membuang urin yang sudah penuh 1-2x
per hari

4. Pola Aktivitas

Sebelum sakit : Klien mengatakan aktivitas biasa, keseharian bekerja mengangkut


pasir bersama ayahnya
Saat dikaji : Klien mengatakan hanya berbaring ditempat tidur, dan semua
kativitas dibantu keluarga dan petugas kesehatan
5. Pola istirahat tidur

Sebelum sakit : Klien mengatakan istirahat cukup, tidur 6-7 jam dalam sehari
Saat dikaji : Klien mengatakan istirahat cukup, tidur 7-8 jam dalam sehari

6. Pola berpakaian

Sebelum sakit : Klien mengatakan menggunakan pakaian secara mandiri 2x ganti


dalam sehari
Saat dikaji : Klien mengatakan pakaian dibantu keluarga dan 1 hari sekali
ganti

7. Pola menjaga suhu tubuh

Sebelum sakit : Klien mengatakan akan memakai pakaian tebal jika udara dingin
dna sebaliknya akan memakai pakaian tipis jika udara panas
Saat dikaji : Klien mengatakan suhu tubuh klien 36,4ºC

8. Pola personal hygiene

Sebelum sakit : Klien mengatakan mandi 2x sehari, sikat gigi 2x sehari


Saat dikaji : Klien mengatakan hanya diseka keluarga 2x dalam sehari

9. pola rasa aman dan nyaman

Sebelum sakit : Klien mengatakan merasa aman dan nyaman dengan


kehidupannya
Saat dikaji : Klien mengatakan lelah sering dengan posisi kaki lebih atas
kanan bawah dari kepala untuk mengurangi nyeri di perut sebelah

10. Pola komunikasi

Sebelum sakit : Klien mengatakan dalam sseharinya menggunakan bahasa jawa


komunikasi dengan keluarga baik.
Saat dikaji : Klien mengatakan berkomunikasi dengan normal

11. Pola spiritual

Sebelum sakit : Klien mengatakan menjalankan sholat 5 waktu teratur


Saat dikaji : Klien mengatakan sholat dengan tidur dan bersuci dengan
tayamum dank lien mengatkan sakitnya adalah cobaan

12. Pola rekreasi

Sebelum sakit : Klien mengatakan pergi rekreasi 1 tahun sekali saat lebaran
Saat dikaji : Klien mengatakan hanya tiduran ditempat tidur ditemani ibu dan
adik perempuannya

13. Pola bekerja

Sebelum sakit : Klien mengatakan bekerja mengangkut pasir sejak usia 9 tahun
membantu ayahnya karena sudha putus sekolah
Saat dikaji : Klien mengatakan istirahat di ruang teratai RSUD Dr.
SOEDIRMAN Kebumen dan tidak bekerja

14. Pola belajar

Sebelum sakit : Klien mengatakan klien dan keluarga mendapat informasi dari tv
dan radio serta tetangga sekitar namun belum tahu tentang
penyakitnya
Saat dikaji : Klien mengatakan mendapatkan informasi dari perawat dan
dokter namun ketika ditnaya perawat tentang penyakitnya klien
dan keluarga mengatakan belum tahu, keluearga pun bertanya
pada perawat tentang penyakit hernia, penyebab, pencegahan,
dan pengobatan
II. DATA OBJEKTIF

A. Pemeriksaan Umum

keadaan umum : baik

kesadaran : composmentis (cm) E4 M6 V5

TTV TD : 130/80 mmHg N : 84x/menit

S : 36,4ºC RR : 20x/menit

B. Pemeriksaan Head To Toe

Kepala : Bentuk mesocepal, rambut hitam, tidak ada benjolan, tidak ada
bekas luka jahit
Mata : Fungsi penglihatan normal, konjungtiva ananemis, skela aniktetik
Hidung : Fungsi penciuman baik, simetris, tidak ada polip
Mulut : Fungsi pengecapan normal, gigi lengkap, mukosa bibir lembab
Telinga : Fungsi pendengaran normal tidak ada lesi, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Dada/Tharak
Paru - Paru → Inspeksi : Simetris, Tidak Ada Lesi
Palpasi : Tidak Ada Nyeri Tekan
Perkusi : Bunyi Sonor
Auskultasi : Vesikuler, Tidak Ada Tambahan Bunyi Napas
Jantung → Inspeksi : Iktus Cordis Tidak Tampak Pada Ics Ke V
Palpasi : Iktus Cordis Teraba Di ICS Ke V Midclankula
Sinistra
Perkusi : Bunyi Pekak
Auskultasi : S1 S2 Reguler
Abdomen → Inspeksi : Tidak Ada Lesi, Supel, Simetri
Palpasi : Ada Nyeri Tekan Perut Bagian Bawah Kanan
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Suara Bising Usus 10x/Menit
Genetalia : Terpasang Be
Ekstermitas
Atas : Tidak Ada Udema, Kekuatan Otot 5
Bawah : Tidak Ada Udema, Kekuatan Otot 5
C. Program Terapi

Infus Nacl 16 tpm

- ketoraloc

- ranitidine

- ceptriaxone

D. Program Diit

Diit TKTP

III. ANALISIS DATA

No Tanggal/Jam Data Fokus Problem Etiologi


1 27 September Ds : klien mengatakan nyeri pada Nyeri Agen cidera
2016 / 12.30 selang tangan kanan akut biologis
wib
P : nyeri bertambah saat melakukan
gerakan dan beraktivitas serta
berkurang saat tiduran

Q : nyeri seperti tertusuk tusuk

R : nyeri dibagian selangkangan


kanan

S : skala nyeri 5

T : nyeri hilang timbul

Do :
- klien tampak menahan nyeri

- klien menangis kesakitan saat


disuruh miring kanan kiri

- ada nyeri tekan perut bagian bawah


kanan pada pemeriksaan abdomen

- hasil

TTV TD : 130/80 mmHg N :


84x/menit

S : 36,4ºC RR :
20x/menit

- Dx medis hernia inguinalis


irreponible pre op hari ke 1
2 27 September Ds : klien mengatakan hanya tiduran Hambata Nyeri
16 / 12.30 ditempat tidur karena nyeri n
wib mobilita
- klien mengatakan semua aktivitas
s fisik
di bantu keluarga dna petuga
kesehatan

- klien mengatakan belum bisa


berjalan

Do :

- klien tampak terbaring ditempat


tidur

- klien tampak tidak nyaman

- klien tampak menahan nyeri

TTV TD : 130/80 mmHg N :


84x/menit

S : 36,4ºC RR :
20x/menit

Terpasang Dc
27 September Ds : klien mengatakan tidak tau apa Definisi Kurang infomasi
16 / 12.40 itu hernia, klien bertanya kepada pengetah penyakit hernia
wib perawat apa itu penyakit hernia, uan
penyebab, dan cara pencegahannya
serta pengobatan

Do : ketika ditanya klien dan


keluarga tidak mampu menjawab
dan Nampak bingung, klien antusias
bertanya kepada perawat tentang
penyakit hernia. Klien tidak
berpendidikan karena sd tidak tamat

IV. PRIORITAS DIAGNOSE KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

3. defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi penyakit hernia

Anda mungkin juga menyukai