Anda di halaman 1dari 7

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang IGD dan ICU RSUD Dayaku Raja

Kota Bangun. Lokasi RSUD Dayaku Raja berada di Kecamatan Kota Bangun

tepatnya di Jalan Poros Kota Bangun-Tenggarong dengan jumlah 394 pegawai.

Rumah sakit yang terletak di jalan poros Kota Bangun-Tenggarong ini merupakan

rumah sakit yang di proyeksikan menjadi rumah sakit kelas C hingga saat ini

RSUD masih mengusung konsep tanpa tarif dan kelas, sama seperti konsep awal

ketika memulai operasinya (data Sekunder dari Bagian Kepegawaian, 2017.

5.1.2 Karakteristik Responden

Gambaran karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada table 5.1

sebagi berikut

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat

Pendidikan di RSUD Dayaku Raja Kota Bangun (n=30)

Karakteristik Frekuensi (f) Presentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki 20 66,7%

Perempuan 10 33,3%

Tingkat D-III Keperawatan 27 90%

Pendidikan SI-Ners 3 10%


Sumber : Data Primer (2018)

Tabel 5.1 menunjukan jumlah responden laki-laki sebanyak 20 orang

(66,7%) dan responden perempuan sebanyak 10 orang (33,3%). Data tersebut

menunjukan bahwa mayoritas resonden adalah laki-laki. Dan tabel diatas menunjukan

jumlah responden dengan pendidikan terakhir D-III Keperawatan sebanyak 27 orang

(90%) dan responden S-I Ners sebanyak 3 orang (10%). Data tersebut menunjukan

bahwa mayoritas responden adalah lulusan D-III Keperawatan.

5.1.3 Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Bantuan Hidup Dasar

(BHD)

Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di RSUD

Dayaku Raja Kota Bangun dapat dilihat pada table 5.2 sebagai berikut

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Bantuan Hidup

Dasar (BHD) di RSUD Dayaku Raja Kota Bangun (n=30)

Variabel Frekuensi (f) Presentase (%)


Tingkat Kurang 9 30%

Pengetahuan Cukup 13 43,3%

Baik 8 26,7%
Sumber: Data Primer (2018)

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan tingkat pengetahun perawat terhadap bantuan

hidup dasar. Perawat yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 8 orang (26,7%), pengetahun

cukup sebanyak 13 orang (43,3%) dan pengetahuan kurang sebanyak 9 orang (30%). Data

tersebut menunjukan mayoritas responden memiliki pengetahuan cukup.


5.1.4 Gambaran Sikap Perawat tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Gambaran Sikap Perawat tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di RSUD Dayaku Raja

dapat dilihat pada table 5.3 sebagai berikut

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi berdasarkan Sikap tentang Bantuan Hidup Dasar di RSUD Dayaku

Raja Kota Bangun (n=30)

Variabel Frekuensi (f) Presentase (%)


Sikap Cukup 10 33,3%

Baik 20 66,7%
Sumber: Data Primer (2018)

Berdasarkan Tabel menunjukan sikap perawat terhadap bantuan hidup dasar.

Mahasiswa yang memiliki sikap baik sebanyak 20 orang (66,7%) dan sikap cukup

sebanyak 10 orang (33,3%). Data tersebut menunjukan mayoritas responden memilikii

sikap baik.

5.2 Pembahasan

5.2.2 Karakteristik Responden

Hasil penelitian ini menggambarkan mayoritas responden adalah laki-laki.

Jumlah responden laki-laki sebanyak 20 orang (66,7%) dan responden perempuan

sebanyak 10 orang (33,3%). Analisis peneliti menunjukan bahwa untuk kebutuhan

perawat sangat dibutuhkan untuk tenaga laki-laki karena bekerja di unit darurat dan

kritis sangat membutuhakan banyak tenaga, apalagi jika dalam satu waktu langsung

terdapat pasien yang membutuhkan tindakan gawat darurat.Selain itu peneliti berasumsi
bahwa karena perempuan dianggap lemah pada saat melakukan tindakan medis yang

bersifat gawat darurat pada pasien kritis.

Hasil penelitian ini menunjukan mayoritas responden merupakan lulusan D-III

Keperawatan. Dengan rincian pendidikan terakhir D-III Keperawatan sebanyak 27

orang (90%) dan responden S-I Ners sebanyak 3 orang (10%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dahlan, dkk.

(2014) yang mengungkapkan bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan

DIII Keperawatan sebanyak 23 responden (46%). Pendidikan adalah suatu proses

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun luar sekolah.

Pendidikan akan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan maka

semakin mudah untuk mendapatkan informasi sehingga pengetahuan bisa bertambah.

5.2.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Tingkat pengetahuan perawat tentang bantuan hidup dasar di RSUD Dayaku Raja

terbanyak pertama adalah cukup sebanyak 13 orang (43,3%), kedua adalah kurang

sebanyak 9 orang (30%), dan terakhir adalah baik sebanyak 8 orang (26,7%). Dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

perawat tentang bantuan hidup dasar memiliki kategori cukup. Peneliti berasumsi

bahwa pengetahuan cukup yang di miliki oleh responden dapat dikarenakan oleh

pelatihan BHD terakhir yang dilakukan perawat di ruang IGD dan ICU yaitu terakhir

pelatihan BHD dua tahun terakhir. Dan peneliti berasumsi jumlah responden dengan

pendidikan terakhir D3 sebanyak 27 responden (90%) sedangkan pendidikan terakhir


S1-Ners sebanyak 3 (10%) itu di karenakan masih di butuhkannya tenaga vokasi di

rumah sakit.

Hasil tersebut sesuai dengan Benner (1982) yaitu seorang perawat itu memiliki 5

tingkat atau tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi meliputi Novice, yaitu secara

umum level ini di aplikasikan untuk mahasiswa keperawatan, tetapi Benner bisa

mengklasifikasikan perawat pada level yang lebih tinggi ke novice jika ditempatkan

pada area atau situasi yang tidak familiar dengannya. Advance Beginner, yaitu

mempunyai pengalaman yang cukup untuk memgang suatu situasi, situasi klinis di

tunjukan oleh perawat pada level advance beginner sbagai ujian terhadap

kemempuannya dan permintaan terhadap situasi pada pasien yang membutuhkan dan

responnya. Competent, yaitu perawat competent dapat menunjukan responsibilitas yang

lebih pada respon pasien, lebih realistis dan dapat menampilkan kemampuan kritis pada

dirinya. Proficient, pada tahapan ini menunjukan kemampuan baru untuk melihat

perubahan yang relevan pada situasi. Expert, pada tingkatan ini perawat mempunyai

pegangan intuitiv dari situasi yang terjadi sehingga mampu mengidentifikasi area dari

masalah tanpa kehilangan pertimbangan waktu untuk membuat diagnosa alternatif dan

penyelesaian.

Pengetahuan perawat tentang penanganan pasien gawat darurat sangatlah penting

untuk dikuasai karena tidak mungkin seseorang dapat memberikan tindakan yang cepat

tepat dan akurat kalau tidak menguasai ilmunya. Keterlambatan dalam semenit saja

sangat mempengaruhi prognosis seseorang karena kegagalan sistem otak dan jantung

selama 4-6 menit dapat menyebabkan kematian biologi sementara kematian klinis dapat

terjadi setelahnya, Rankin, A., et al. (2013).


5.2.3 Gambaran Sikap tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Sikap perawat tentang BHD didapatkan hasil sebagian besar responden

memiliki sikap baik tentang BHD yaitu sebanyak 20 orang ( 66,7%), cukup sebanyak

10 orang (33,3%). Hal ini ditandai dari pengisian kuesioner responden, yaitu sebanyak

20 orang responden masih banyak yang beranggapan bahwa tindakan BHD penting

bagi dirinya. Atau dalam tingkatan sikap para responden masuk dalam tingkatan

menerima (receiving). Menerima dapat di artikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). Dan juga berdasarkan sifatnya

mayoritas sikap responden besikap positif. Sikap positif adalah kecenderungan untuk

mendekati, menyenangi, dan mengharapkan obyek tertentu. Akan tetapi masih

ditemukan responden dengan sikap cukup sebanyak 10 orang (33,3%) dikarenakan

masih ada yang menganggap tidak penting 3A pada awal dari BHD.

Menurut peneliti tingkat pengetahuan akan mempengaruhi sikap seseorang

dalam melakukan suatu tindakan. pengetahuan yang baik tentang bantuan hidup dasar

akan mengoptimalkan sikap perawat dalam pemberian BHD. Penelitian yang dilakukan

oleh Supratman (2011) bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan

sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual.

Hal ini terjadi karena responden masih ada responden yang belum memiliki

sikap positif terhadap pernyataan-pernyataan didalam kuesioner. Pembentukan sikap

tidak terlepas dari pengetahuan yang dimiliki seseorang maka akan semakin positif

seseorang itu bersikap karena dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang


akhirnya seseorang akan bertindak sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya

(Notoatmojo, 2007).

Anda mungkin juga menyukai