Anda di halaman 1dari 42

KEPERAWATAN MATERNITAS I

SISTEM REPRODUKSI

OLEH:

KELOMPOK 1

Nama Kelompok :

1. Agus Triana Putra (18.321.2828)


2. I Nyoman Bagus Yudistira.K.P (18.321.2832)
3. Kadek Sri Wahyuni (18.321.2840)
4. Ni Luh Putu Sinta Dewi P.A.P (18.321.2842)
5. Ni Made Candra Dewi Sudana (18.321.2844)
6. Ni Made Juni Anggraeni (18.321.2846)
7. Ni Putu Gintan Dyah Pratiwi (18.321.2854)
8. Ni Putu Lia Widya Suryani (18.321.2855)
9. Ni Putu Tasya Dikayani (18.321.2856)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR

      Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah SISTEM REPRODUKSI .

Adapun makalah SISTEM REPRODUKSI ini telah kami usahakan


semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya.Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil


hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Denpasar , Februari 2020

Penyususn

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul

Kata pengantar ………………………………………………………………..ii

Daftar isi ……………………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………....1


1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………...2
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi System Reproduksi Wanita ……………………...3


2.2 Anatomi Fiaiologi System Reproduksi Pria ………………………....10
2.3 Siklus Reproduksi Wanita …………………………………………...14
2.4 Menopause Dan Perimenopause……………………………………...29
2.5 Seksualitas Manusia ………………………………………………...33

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan ……………………………………………………………38

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem reproduksi merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung


jawab terhadap kelangsungan hidup suatu generasi. Sistem reproduksi tidak
bersifat vital artinya tanpa adanya proses reproduksi makhluk hidup tidak
mati. Akan tetapi bila makhluk tidup tidak dapat bereproduksi maka
kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam punah, karena tidak
dapat dihasilkan keturunan (anak). Sistem reproduksi manusia tentunya
berbeda pada pria dan wanita. Sistem reproduksi wanita sangat
bertanggungjawab terhadap adanya generasi selanjutnya karena di dalam
rahimnya terjadi perkembangan janin hasil fertilisasi. Hal tersbut didukung
dengan adanya organ-organ penyusun sistem reproduksi yang mempunyai
fungsi penting.
Struktur organ reproduksi wanita terdiri organ reproduksi eksternal dan
organ reproduksi internal. Sistem reproduksi eksterna terdiri dari mons
veneris, labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum dan
perineum), sedangkan sistem reproduksi interna terdiri atas vagina, uterus,
serviks, tuba fallopii dan ovarium (Hani dkk, 2011). Masing-masing organ
reproduksi tersebut memiliki fungsi spesifik bagi sistem reproduksi. Proses
fisiologi yang terjadi dalam organ reproduksi tersebut juga spesifik. Salah satu
proses fisiologi yang berperan penting dalam sistem reproduksi adalah
pembentukan ovum melalui proses oogenesis. Oogenesis atau pembentukan
ovum pada wanita telah dimulai sejak dalam kandungan ibunya. Setelah bayi
lahir, dalam tubuhnya telah ada sekitar satu juta oosit primer. Sebagian oosit
primer mengalami degenerasi sehingga ketika memasuki masa puber jumlah
tersebut menurun hingga tinggal sekitar 200 ribu pada tiap ovariumnya. Oosit

1
primer ini mengalami masa istirahat (dorman), kemudian proses oogenesis
akan dilanjutkan setelah wanita memasuki masa puber.
Masa pubertas pada wanita merupakan masa yang ditandai dengan adanya
menstrusi atau peluruhan dinding rahim. Masa pubertas dapat dikatakan
sebagai masa produktif  yaitu masa untuk mendapat keturunan, yang
berlangsung kurang lebih 40 tahun. Pada masa ini hormon-hormon reproduksi
berkembang baik sehingga dapat menghasilkan keturunan.Berdasarkan uraian
di atas, maka penting untuk mengenal anatomi dan fisiologi organ reproduksi.
Dengan mengetahui anatomi dan memahami fisiologi reproduksinya maka
seorang wanita tak perlu merasa cemas dan gelisah terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi pada masa remaja dan itu adalah suatu hal yang
normal. Oleh karena itu, perlu disusun makalah ini guna mengetahui anatomi
dan fisiologi sistem reproduksi wanita.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi fisologi system reproduksi wanita ?
2. Bagaimana anatomi fisisologi system reproduksi pria ?
3. Bagaimana siklus reproduksi wanita ?
4. Apa yang di maksud dengan menopause dan perimenopause ?
5. Bagaimana seksualitas manusia ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui bagaimana anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita
2. Unttuk mengetahui bagaiamana anatomi sistem reproduksi pria
3. Untuk mengetahui bagaimana siklus reproduksi wanita
4. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan menopause dan
perimenopause
5. Untuk mengetahui bagaimana seksualitas manusia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu:


alat reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis,
dan alat reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.

1. Alat genitalia wanita bagian luar

1. Mons Pubis

Mons Pubis atau Mons Veneris. Mons pubis, atau yang juga disebut
dengan mons veneris merupakan bagian terluar dari organ reproduksi pada
perempuan. Bagian ini berbentuk segitiga yang melindung tulang kemaluan

3
(Simfisis pubis). Pada bagian ini juga terdapat jaringan kulit, jaringan lemak,
jaringan ikat, kelenjar keringat dan juga akar rambut.

2. Labia Mayor

Labia mayor disebut juga sebagai bibir kemaluan. Bagian ini berupa
lipatan yang menyerupai bibir yang merupakan kelanjutan dari mons pubis.
Labia mayor dibedakan menjadi dua berdasarkan letaknya, yaitu permukaan
luar dan permukaan dalamnya. Pada bagian luar labia mayora ini dilapisi sel
epitel bertanduk serta terdapat akar rambut. Sedangkan pada bagian labia
mayora sebelah dalam, atau yang menghadap ke labia minora tampak licin
karena banyak terdapat jaringan lemak, tidak mempunyai kelenjar sebacea,
folikel rambut dan kelenjar keringat

3. Labia Minor

Labia minora atau yang biasa disebut sebagai bibir kecil kemaluan berada
disebelah dalam, tepatnya setelah labia mayora dan sebelum vagina. Pada
dasarnya labia minora sama dengan labia mayora, yang membedakan hanya
pada labia minora tidak terdapat akar rambut dan memiliki banyak pembuluh
darah.

4. Klitoris

Klitoris pada organ reproduksi perempuan memeiliki struktur yang sama


dengan penis pada organ reproduksi laki laki. Struktur penis yang juga
terdapat pada klitoris yakni corpora cavernosa .Yang membedakan adalah
pada organ reproduksi perempuan bagian ini mengalami pertumbuhan yang
tidak sempurna sehingga terjadi rudimenter atau mengecil. Organ ini memiliki
sifat yang sasma dengan penis, yaitu bersifat ekertil. Klitoris terletak didalam
lania minora dan sebelah atas dari vagina. Permukaan klitoris diselaputi oleh
epitel berlapis pipih tak bertanduk, banyak juga ditemukan pembuluh darah
serta ujung-ujung saraf sensorik.

5. Hymen /Selaput Dara

4
Lubang vagina tertutup oleh membran tipis yang disebut Hymen atau
selaput dara. Pada organ ini terdapat lubang kecil sebagai jalan keluar darah
saat menstruasi. Hymen biasanya dijadikan acuan atau sebagai penanda
keperawanan seseorang.  Hal ini disebabkan karena hymenmemeiliki struktur
yang tipis dan mudah sobek.

6. Vestibulum

Vestibulum merupakan rongga kemaluan, yang terletak di labia minora


dan merupakan muara dari saluran uretra serta lubang vagina atau intruitus
vagina. Maka dari itu struktur ini disebut juga sebagai struktur terluar dari
bagian luar organ reproduksi perempuan.

7. Kelenjar bartholini

Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan
mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.

5
2. Alat genetalia bagian dalam

1. Vagina

Jika diperhatikan secara anatominya, vagina berada diantara rectum dan


kandung kemih. Vagina terbagi menjadi 3 berdasarkan strukturnya, lapisan
pertama berupa selaput lender, kedua lapisan muscular, dan ketiga lapisan
paling dalam.

Pada lapisan pertama berupa selaput lendir, walaupun vagina tidak


memiliki kelenjar lendir vagina akan selalu basah karena selalu dibasahi oleh
cairan yang berasal dari rahim. Pada saat bersenggama dan melahirkan,
dinding mukosa yang berhimpitan akan terbuka, namun saat vagina tidak
terjadi rengsangan apapun maka bagian ini akan tertutup rapat. Lapisan kedua
merupakan lapisan muscular yang tersusun dari otot-otot yang berasal dari

6
sphincter ani atau otot anus. Lapisan ketiga adalah lapisan paling dalam,
tersusun dari jaringan ikat.

2. Uterus

Menempelnya embrio hasil pembuahan sperma pada ovum sampai tumbuh


dan berkembang menjadi janin yang siap dilahirkan berada di uterus. Uterus
mempunyai rongga dengan bagian atas lebih lebar. Pada kondisi tidak sedang
hamil dan atau setelah melahirkan, uterus memiliki masa sebesar 30 gram
dengan bentuk menyerupai buah pir. Uterus Pada anak anak berukuran 2-3
cm, pada kondisi nullipara atau belum pernah hamil dan melahirkan berukuran
6-8 cm, pada kondisi multipara 8-9 cm.

Uterus terdiri dari lapisan-lapisan otot yang kuat dan elastic, yang mampu
menyesuaikan diri ketika terjadi fase kehamilan. Struktur penyusun uterus
lapisan otot juga terdapat jaringan ikat serta ligament, hal ini berfungsi
mempertahankan posisinya. tiga lapisan yang menyusun dinding uterus
dijelaskan sebagai berikut

 Peritoneum tersusun dari jaringan ikat, pembuluh limfe serta saraf.


Perimetrium, bagian terluar uterus yang bersinggungan langsung dengan
rongga perut.
 Myometrium, merupakan bagian tengah dan paling tebal. Lapisan -lapisan
otot polos serta dilengkapi oleh pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf
mendominasi bagian myometrium. Otot-otot polos pada myometrium
memiliki fungsi penting saat proses kontraksi-relaksasi saat persalinan.
Ketika terjadi kehamilan, otot-otot pada uterus juga akan bertambah tebal.
 Endometrium, Endomentrium merupakan bagian yang menebal ketika
terjadi ovulasi, Penebalan ini terjadi dalam rangka mempersiapkan diri
untuk menerima embrio yang telah dibuahi. Namun dinding
Endomentrium akan meluruh saat tidak ada pembuahan atau
menstruasi.hal ini terjadi karena Endomentrium yang mengandung banyak

7
pembuluh darah serta lapisan epitel, guna mendukung tumbuh dan
berkembangnya embrio selama proses kehamilan.

Secara anatomi-histologi, organ uterus juga dibagi menjadi beberapa kuadran;

 Pada bagian atas terdapat corpus uteri, cervix uteri, dan fundus uteri
 Itsmus, adalah daerah sempit yang merupakan peralihan corpus menjadi
cervix
 Portio vaginalis, merupakan penonjolan daerah cervix ke dalam vagina.
Bagian lain pada rahim akan mengalami perubahan struktur saat pra
ovulasi maupun pasca ovulasi , sedangkan bagian ini tidak mengalaminya.

3. Oviduk

oviduk  atau Tuba fallopi, Oviduk merupakan sepasang saluran yang


menghubungkan antara ovarium dengan uterus. Oviduk mempunyai fungsi
yang cukup banyak dan penting. Pertama yaitu untuk menangkap telur hasil
ovulasi dari ovum, lalu sebagai tempat terjadinya fertilisasi oleh sperma dan
ovum, sebagai tempat pertumbuhan atau pembelahan embrio sementara
sebelum akhirnya melekat pada endometrium. Organ ini memiliki panjang
mulai dari 8 cm hingga 20 cm dengan diameter yang berbeda-beda
disepanjang bagiannya.

Bagian-bagian oviduk dapat dibagi menjadi;

 Infundibulum merupakan bagian dari tuba fallopi yang terletak paling


ujung atau paling dekat dengan ovarium. Infundibulum berfungsi untuk
menangkap ovum yang telah keluar dari jaringan ovarium, ini sebabnya
mengapa Infundibulum Memiliki lubang masuk yang lebar dan berbentuk
seperti corong. Pada sisi-sisi tepinya terdapat lipatan-lipatan mukosa yang
disebut fimbrae.
 Ampulla adalah bagian terpanjang yang mencapai 2/3 panjang tuba fallopi,
memiliki karakteristik dinding yang tipis serta saluran yang lebar,

8
 Itsmus adalah saluran tuba fallopi dengan diameter yang lebih sempit.
Pada bagian Dindingnya dilengkapi lapisan otot yang cukup tebal.
 Intra mural memiliki saluran yang sempit juga seperti itsmus, serta
menembus dinding uterus.

4. Ovarium

Ovarium adalah indung telur yang berfungsi sebagai organ penghasil sel
kelamin pada wanita. Organ ini berjumlah dua buah dan terletak di sisi kanan
dan kiri dari rahim dan  berbentuk bulat lonjong.

Ovarium dibedakan menjadi dua bagian;

 Cortex ovarium – Pada bagian inilah akan dihasilkan folikel ovarium atau
calon ovum beserta sel yang mengelilinginya, corpus luteum, dan corpus
albican. Bagian cortex pada ovarium tersusun oleh jaringan ikat padat,
sabut-sabut retikuler, tunika albiginea, serta ditutup oleh epitel permukaan.
 Medula ovarium –Bagian medula terdiri dari jaringan ikat kendor dan
memiliki banyak pembuluh darah. pada medulla juga terdapat pembuluh
limfe, saraf, serta otot polos. Medula terletak lebih dalam daripada bagian
cortex.

Ovarium juga merupakan kelenjar endokrin. Sebgai kelenjar endokrin


ovarium berfungsi sebagai penghasil hormone. Dibawah ini merupakan
hormone yang disekresikan oleh ovarium.

 Hormon Estrogen –Berperan sebagai stimulant pada indung telur untuk


memproduksi dan mematangkan sel telur, membantu mempersiapkan
rahim sebelum janin melekat. Estrogen juga mempengaruhi kelenjar
mammae dalam mempersiapkan asi.
 Hormon Progesteron – Hormon ini merangsang sekresi dari kelenjar
uterine. Hormone ini membantu menguatkan jaringan rahim untuk
persiapan penempelan sel telur yang sudah dibuahi, Pemeliharaan

9
endometrium selama kehamilan, Mencegah indung telur menghasilkan sel
telur selama kehamilan. Hormone ini memiliki peranan yang penting
dalam tubuh perempuan.
 Glandula Mammae (Kelenjar Payudara) – Glandula mammae sangat
berkaitan erat dengan sistem reproduksi wanita. Pertumbuhan dan
perkembangan kelenjar payudara dipengaruhi oleh keberadaan hormon
yang dihasilkan oleh ovarium. kelenjar payudara akan berkembang dengan
cepat seiring masa pubertas. Hal ini disebabkan bertambahnya jaringan
ikat dan lemak. Sedangkan kelenjarnya sendiri baru akan berfungsi ketika
terjadi kehamilan.

2.2 Anatomi Fisiologi System Reproduksi Pria

Alat repduksi pada pria terdiri dari penis, skrotum, testis, epididimis, vas
deference, dan kelenjar kelamin yang akan membantu saluran pada alat
reproduksi pria.

1. Penis

Menurut bahasa penis berasal dari kata Phallus yang memiliki arti sebagai
ekor. Penis adalah organ bagian luar dari alat reproduksi, karena penis berada
dibagian luar, penis dapat di lihat dengan mata tanpa bantuan alat apapun. Pada
bagian reproduksi penis ini memilki jaringan erektil yang cukup besar. Jaringan

10
tersbut terdiri dari tiga jaringan, disetiap jaringan mengandung pembuluh darah
yang jumlahnya cukup besar dan beranastomosa.

Di dalam penis terdapat beberapa bagian yang lain :

 Korpus kavernosa – yaitu jaringan ini merupakan kumpulan jaringan


erektil dorsal yang terdiri dari dua kumpulan itu terdapat jembatan dengan jenis
jaringan yang dapat dibilang sama.
 Korpus spongiosum – Jaringan ini merupakan jaringan vertal yang lebih
kecil di bandingkan jaringan yang lain. Jaringan ini terletak mengelilingi urerta
dan juga jaringan ini berfungsi untuk melindungi uretra, karena kompenen
pada jaringan ini membungkus uretra.
 Gland penis – Gland penis adalah bagian penis yang terletak di ujung
penis.

Sedangkan pada kavernosa, pada bagian badan kavernosa juga dikelilingi


oleh jaringan yang padat, jaringan itu adalah jaringan penyambung yang disebut
tunika albuginea. Sedangkan pada uretra dalam penis juga dikelilingi oleh
jaringan erektil yang memiliki banyak rongga-rongga yang mengandung banyak
pembuluh darah. Darah pada penis ini akan di terima oleh arteria penis dan akan
dibentuk cabang untuk membentuk arteria dorsal dan juga arteri pada bagian
dalam yang memiliki pasangan atau berpasangan. Pada bagian penis ia memiliki
darah yang melimpah, karena penis merupakan organ yang mempunyai suplai
darah yang cukup melimpah pada urat saraf spinal, parasimpatik dan juga pada
saraf simpatik, serta pada organ ujung sensoris lainnya

Fungsi Penis :

 Sebagai sarana untuk jalur air seni di buang – Penis merupakan saluran,
seperti hal nya sebuah pipa, ia akan digunakan untuk membuang kotoran
yang berada di dalam. Melalui penis, kotoran atau air seni dapat disalurkan
keluar agar tidak terjadi penyakit di dalamnya

11
 Dapat digunakan untuk alat senggama

2. Skrotum

Skrotum merupakan alat yang digunakan untuk membungkus testis. Letak


skrotum yaitu diantara penis dan juga anus. Skrotum terletak di depan perineum.
Skrotum ada dua, atau sepasang, ada skrotum kanan dan skrotum kiri pada bagian
ini krotum dibatasi oleh jarignan ikat dan juga otot dartos. Otot ini memiliki
fungsi sebagai alat gerak bagi skrotum hingga skrotum dapat mengendur dan juga
dapat mengerut. Pada bagian skrotum juga memiliki serat-serat yang berasal dari
penerusan otot luring dari dinding perut atau biasa disebut dengan otot kremaster

Fungsi dari skrotum

1. Memberikan lingkungan pada testis yang memiliki suhu dingin antara 1-


80C lebih dingin bila dibandingkan dengan suhu pada tubuh
2. Mengatur suhu pada testis agar tetap terjaga
3. Memberi ruang untuk testis agar dapat bergerak. Baik bergerak menjahui
tubuh maupun bergerrak mendekati tubuh.

3. Testis

Testis adalah organ reproduksi pria yang berada di dalam organ reproduksi,
testis ini memiliki bentuk oval dan juga testis terletak di bagian daalam skrotum,
seperti telah dijelaskan diatas tadi bahwa skrotum adalah alat yang digunakan
untuk menjaga testis agar tetap memiliki suhu yang sesuai dengan suhu pada
lingkungannya.

Fungsi testis

1. Digunakan untuk alat penghasil spermatozoa atau sel kelamin jantan


2. Sebagai alat untuk menghasilkan hormone seks testrosteron
3. Menjaga suhu agar spermatogenesis tetap terjadi

12
4. Epididimis

Bagian ini adalah bagian organ pada alat reproduksi yang memilki bentuk
sebagai saluran yang berkelok kelok, saluran epdidimin berada pada skrotum dan
juga berada diluar testis. Apabila dilihat epdidimis ini berbentuk hampir seperti
huruf C

Fungsi epididimis 

1. Digunakan sebagai lat penyimpanan


2. Bagian saluran epdidimis merupakan alat untuk pengangkutan
3. Epdidimis merupakan tempat untuk pematangan sperma

5. Vas deferens

Vas deferens merupakan saluran organ reproduksi, vas deferens biasa


berbentuk seperti layaknya tabung.

Fungsi vas deferens 

1. Saluran sebagai jalannya sperma ke veskula


2. Tempat untuk menampung sperma
3. Tempat untuk proses pematangan sperma

6. Kelenjar kelamin

Kelenjar kelamin merupakan organ pada kelamin pria. Kelenjar kelamin


memiliki tiga bagian yaitu bagian vesikula seminalis atau disebut kantung air
mani, kelenjar prosta, dan juga kelenjar bulbouretra. Tiga bagian itu

13
1. Vesikula seminalis atau kandung mani merupakan organ yang berfungsi
ungtuk mensekresikan cairan dalam tubuh yang memiliki sifat basa, selain
itu vesikula seminalis ini berjumlah sepasang yaitu kanan dan kiri
2. Kelenjar prostat adalah organ reproduksi pria yang berada dibawah
kandung kemih. Kelenjar ini berfungsi untuk mensekresikan cairan yang
berada dalam kelenjar ini. Cairan ini dan juga cairan pada seminalis
bermanfaat untuk tempat ruang gerak sperma
3. Kelenjar bulboutetra adalah kelenjar yang juga memiliki jumlah sepasang,
kelenjar ini memiliki fungsi untuk menghasilkan lender pada saluran
ejakulasi yang memiliki sifat basa. Kelenjar bulboutetra ini beradi di bawah
kelenjar prostat.
4. Saluran ejakulasi

saluran ini memiliki fungsi menghubungkan uretra dengan vesikula


seminalis merupakan bagian dari penis yang memiliki fungsi untuk tempat
keluar sperma dan air mani. Jaadi saluran ini berfungsi untuk meneluarkan
airmani disaat melakukan hubungan seksual, dengan adanya air mani yang
berhasil menuju indung telur baru akan terjad masa kehamilan.

2.3 Siklus Reproduksi Wanita


A. Siklus Menarche

Menarche didefinisikan sebagai pertama kali menstruasi, yaitu keluarnya


cairan darah darialat kelamin wanita berupa luruhnya lapisan dinding dalam
rahim yang banyak mengandung pembuluh darah. Periode awal biasanya terjadi
beberapa tahun setelah pertumbuhan rambut kemaluan, pembesaran payudara,
dan pertumbuhan yang cepat yang dikenal sebagai “growth spurt” atau laju
pertumbuhan. Menarche umumnya terjadi pada usia antar 11 hingga 14 tahun.
Normal terjadi lebih dini di usia 9 tahun atau lama di usia 15 tahun. Jika
anak kita tidak mendapatkan periode menstruasinya di usianya 15 tahun,
sebaiknya orang tua segera membawa anak ke dokter untuk konsultasi lebih
lanjut.

14
Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya penurunan usia
menarche yang diduga berhubungan dengan faktor endogen yaitu genetik dan
faktor eksogen, yaitu status sosial ekonomi keluarga, status gizi, keadaan
keluarga, tempat tinggal, kegiatan fisik dan keterpaparan terhadap media massa
orang dewasa . Sebagian menerangkan bahwa lingkungan rumah tangga;
lingkungan pendidikan formal dan lingkungan per kelompok berpengaruh
terhadap usia menarche.

B. Siklus Menstruasi

Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedkit-
sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya
lama haid itu tetap.

Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 6 hari. Pada wanita yang lebih tua
bisanya darah yang kelua lebih banyak. Pada wanita dengan anemia defisiensi
besi jumah darah haidnya juga lebih banyak. Jumlah darah yang lebih dari 80 cc
dianggap patologik. Darah haid tidak membeku; ini mungkin disebabkan
fibrinolisis.

Fase menstruasi hanya terjadi dalam beberapa hari saja (4–7hari).


Menstruasi menyebabkan dinding uterus menjadi tipis seperti semula. Setelah
1–2 minggu, dinding uterus kembali menebal. Proses ini terjadi pada fase
proliferasi. Fase terakhir dari siklus menstruasi adalah fase sekretori. Fase
sekretori berlangsung selama dua minggu. Pada fase ini, endometrium semakin
menebal, kaya akan pembuluh darah. Apabila tidak terjadi implantasi embrio
pada endometrium, maka endometrium akan luruh. Hal ini akan mengawali
terjadinya kembali siklus menstruasi.

15
Kompleks Hipotalamus-Hipofisis-Ovariuum

1) Siklus Menstruasi Normal

Sikuls menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu,


siklus ovarium (indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur
terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus folikular dan siklus luteal,

16
sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi (pertumbuhan) dan
masa sekresi.

Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan


hormonal. Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim),
miometrium (lapisan otot rehim, terletak di bagian tengah), dan endometrium
(lapisan terdalam rahim). Endometrium adalah lapisan yangn berperan di dalam
siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut desidua fungsionalis yang
terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai desidua basalis.

Pada saat terjadi siklus menstruasi, berlangsung pula siklus


ovarium. Siklus ini, terdiri atas tiga fase, yaitu fase folikular, fase ovulasi, dan
fase sekresi .

1. Fase Proliferasi/fase Folikuler ditandai dengan menurunnya hormone


progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH
dan merangsang folikel dalam ovarium, serta dapat membuat hormone
estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de
Graaf yang masak dan menghasilkan hormone estrogern yang
merangsangnya keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat
sekersei FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek.

2. Fase Ovulasi/fase Luteal ditandai dengan sekresi LH yang memacu


matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah mentruasi 1. Sel ovum yang
matang akan meninggalkan folikel dan folikel aka mengkerut dan berubah
menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungs

untuk menghasilkan hormone progesteron yang berfungsi untuk


mempertebal dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah.

4. Fase pasca ovulasi/fase Sekresi ditandai dengan Corpus luteum yang


mengecil dan menghilang dan berubah menjadi Corpus albicans yang
berfungsi untuk menghambat sekresi hormone estrogen dan progesteron
sehingga hipofisis aktif mensekresikan FSH dan LH. Dengan terhentinya
sekresi progesteron maka penebalan dinding endometrium akan terhenti

17
sehinggamenyebabkan endometrium mengering dan robek. Terjadilah
fase pendarahan/menstruasi.

Siklus menstruasi dan siklus ovarium sangat dipengaruhi oleh hormon.


Hormon tersebut berpengaruh terhadap perkembangan folikel, ovulasi, dan
penebalan dinding rahim. Terdapat lima jenis hormon yang berperan dalam
siklus menstruasi dan siklus ovarium. Kelima hormon tersebut adalah
Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), Follicle Stimulating Hormone
(FSH), Luteinizing Hormone (LH), estrogen, dan progesteron.

Pada fase folikular dari siklus ovarium, hipotalamus akan mengeluarkan


GnRH yang akan merangsang sekresi hormon FSH dan LH. FSH akan
merangsang perkembangan folikel yang akan menyekresikan estrogen. LH
sendiri menyebabkan terjadinya ovulasi dan pembentukan corpus luteum.
Corpus luteum akan menyekresikan hormon estrogen dan progesteron. Kadar
estrogen akan meningkat pada hari ke-12 siklus. Hal ini akan menyebabkan
peristiwa ovulasi pada hari ke-14 siklus.

Produksi estrogen dan progesteron akan mencapai puncaknya pada hari


ke-22 siklus. Apabila tidak terjadi pembuahan, kadar estrogen dan
progesteron yang tinggi akan menghambat produksi FSH dan LH. Turunnya
kadar LH akan menyebabkan luruhnya corpus luteum sehingga kadar
estrogen dan progesteron pun menurun. Hal ini mengawali siklus
menstruasi yang baru. Kejadian seperti ini akan terjadi berulang-ulang, lalu
berhenti untuk sementara waktu pada saat terjadinya kehamilan, lalu akan
terjadi lagi setelah kelahiran.

Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus


luteum tersebut dipertahankan.

Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:

18
Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu
endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan
hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah

Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14.


Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi
pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk empersiapkan rahim untuk
perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara
hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur
(disebut ovulasi)

Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi.


Hormon progesterone dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan
endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi
(perlekatan janin ke rahim)

2) Perubahan Histologik Pada Ovarium Dalam Siklus Haid

Ovarium mengalami perubahan-perubahan dalam besar, bentuk, dan


posisinya sejak bayi dilahirkan hingga masa tua seorang wanita. Di
samping itu, terdapat perubahan-perubahan histologik yang disebabkan
oleh rangsangan berbagai kelenjar endokrin. Pada masa

ovarium. Rata-rata hanya 300-400 ovum yang dilepaskan selama


masa pubertas ovarium berukuran 2,5-5 cm panjang, 1,5-3 cm lebar dan
0,6-1,5 tebal. Pada salah satu pinggirnya terdapat hilus, tempat keluar
masuknya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf. Ovarium
dihubungkan oleh mesovarium dengan ligamentum latum, dan oleh
ligamentum ovarii proprium dengan uterus. Permukaan ovarium ditutupi
oleh satu lapis sel kuboid yang disebut epitel germinativum. Di bawahnya
terdapat tunika albugenia yang kebanyakan terdiri dari serabut-serabut
jaringan ikat.

19
Pada garis besarnya ovarium terbagi atas dua bagian, yaitu korteks
dan medulla. Korteks terdiri atas stroma yang padat, dimana terdapat
folikel-folikel dengan sel telurnya. Folikel dapat dijumpai dalam berbagai
tingkat perkembangan, yaitu folikel primer, sekunder, dan folikel yang
masak (folikel de Graaf). Juga ada folikel yang telah mengalami degenerasi
yang disebut atresia folikel. Dalam korteks juga dapat dijumpai korpus
rubrum, korpus luteum dan korpus albikans.

Makin muda usia wanita makin banyak folikel dijumpai. Pada bayi
baru lahir terdapat ±400.000 folikel pada kedua reproduksi. Pada masa
pascamenopause sangat jarang dijumpai folikel karena kebanyakan telah
mengalami atresia. Dalam medulla ovarium terdapat pembuluh-pembuluh
darah, serabut-serabut saraf, dan jaringan ikat elastis.

Pada masa kanak-kanak, ovarium boleh dikatakan masih beristirahat dan


baru pada masa pubertas mulai menunaikan faalnya. Perubahan-perubahan
yang terdapat pada ovarium dalam siklus haid ialah sebagai berikut. Di
bawah pengaruh FSH beberapa folikel mulai berkembang; akan tetapi
hanya satu yang terus tumbuh sampai menjadi matang. Pada folikel ini
mula-mula sel-sel di sekitar ovum berlipat ganda dan kemudian di antara
sel-sel itu timbul suatu rongga yang berisi cairan disebut liquor folikuli.
Ovum sendiri terdesak ke pinggir dan terdapat di tengah tumpuka sel yang
menonjol ke dalam rongga folikel. Tumpukan sel dengan ovum di dalamnya
itu disebut kumulus oophorus. Antara ovum dan sel-sel sekitarnya terdapat
zona pellusida. Sel-sel lainnya yang membatasi ruangan folikel disebut
membrana granulosa. Dengan tumbuhnya folikel, jaringan ovarium di sekitar
folikel tersebut terdesak ke luar dan membentuk dua lapisan, yaitu teka
interna yang banyak mengandung pembuluh darah dan teka eksterna
terdiri dari jaringan ikat yang padat. Dengan bertambah matang folikel
hingga akhirnya matag benar dan oleh karena pembentukan cairan folikel
makin bertambah, maka folikel makin terdesa ke permukaan ovarium,
malahan menonjol ke luar. Sel-sel pada permukaan ovarium menjadi tipis

20
dan pada suatu waktu oleh mekanisme yang belum jelas betul, folikel pecah
dan keluarlah cairan dari folikel bersama-sama vum yang dikelilingi sel
kumulus ooforus.

Peristiwa ini disebut ovulasi. Sel-sel granulosa yang mengelilingi


ovum yang telah bebas itu disebut kororna radiata.

Sel-sel dari membrana granulosa dan teka interna yang tinggal pada
ovarium membentuk korpus rubrum yang berwarna merah oleh karena
perdarahan waktu ovulasi dan yang kemudian menjadi korpus luteum.
Korpus luteun berwarna kuning karena mengandung zat kuning yang disebut
lutein; ia mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen.jika tidak terjadi
pembuahan (konsepsi), setelah 8 hari korpus luteum mulai berdegenarasi dan
setelah 14 hari mengalami atrofi menjadi korpus albikans (Jaringan parut).
Korpus luteum tadi disebut korpus luteum menstruasionis. Jika terjadi
konsepsi, korpus luteum dipelihara oleh hormon chorionic gonadotropin
(hCG) yang dihasilkan oleh sinsitiotrofoblas dari korion. Ini
dinamakan korpus luteum graviditas dan berlangsung hingga 9-10
minggu.

Pada manusia, ovulasi biasanya terjadi hanya dari satu ovarium,


walapun kadang- kdang lebih dari satu folikel dapat pecah pada satu waktu
yang dapat menghasilkan kehamilan kembar dizigotik. Ovum yang
dilepaskan berukuran kira-kira 150m dan cepat mengalami degenerasi
kecuali jika terjadi fertilisasi.

Fertilisasi biasanya terjadi dalam tuba dekat dengan fimbrium-


fimbrium. Perjalanan ovum di tuba memakan waktu selama 3 hari dan
implantasi blastokist pada uterus biasanya terjadi 6-7 hari setelah fertilisasi.

3) Perubahan Histologik Pada Endometrium DalamSiklus Haid

21
Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lendir
uterus mengalami perubahan-perubahan siklik yang berkaitan erat dengan
aktivitas ovarium. Dapat dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus haid, yaitu.

a. Fase menstruasi atau deskuamasi

Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus


disertai perdarahan. Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah
haid mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah
dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang
mengalami desintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, serviks,
dan kelanjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3-4 hari.

b. Fase pascahaid atau fase regenerasi

Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan


sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh
selaput lendir baru yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium.
Pada waktu ini tebal endometrium ± 0,5 mm. Fase ini telah mulai
sejak fase menstruasi dan berlangsung ± 4 hari.

c. Fase intermenstruum tau fase proliferasi

Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm.


Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus
haid. Fase proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu:

Fase proliferasi dini (early proliferation phase)

Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke-4 samapi hari


ke-7. fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan

22
adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar-
kelenjar kebanyakan lurus, pendek dan sempit. Bentuk kelenjar
ini merupakan ciri khas fase proliferasi; sel-sel kelenjar
mengalami mitosis. Sebagian sediaan masih menunjukkan
suasana fase menstruasi di manaterlihat perubahan-perubahan
involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboid. Stroma
padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel-selnya
berbentuk bintang dan dengan tonjolan-tonjolan anastomosis.
Nukleus sel stroma relatif besar sebab sitoplasma relatif sedikit.

Fase proliferasi madya (mid proliferation phase)

Fase ini berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-


10. fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari
epitel permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Kelenjar
berlekuk-lekuk dan bervariasi. Sejumlah stroma mengalami
edema. Tempak banyak mitosis dengan inti berbentuk
telanjang (naked nucleusus)

Fase proliferasi akhir (late prolieration phase)

Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14.


fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata
dan dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk
pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan padat.

 Fase prahaid atau fase sekresi

Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14
sampai ke-28 pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya,
tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berlekuk-lekuk dan
mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Daam
endometrium telah tertimbun glikogen dan kapuk yang kelak
diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. Memang

23
tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium
menerima telur yang dibuahi. Fase sekresi dibagi atas:

Fase sekresi dini

Dalam fase ini endometrium lebih tipis daripada fase sebelumnya


karena kehilangan cairan. Pada saat ini dapat dibedakan beberapa lapisan,
yakni:

1. Stratum basale, yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang


berbatasan dengan lapisan miometrium; lapisan ini tidak aktif, kecuali
mitosis pada kelenjar.

2. Stratum spongiosum, yaitu lapisan tenga berbentuk anyaman seperti


spons. Ini disebabkan oleh banyaknya kelenjar yang melebar dan
berkeluk-keluk dan hanya sedikit stroma di atasnya.

3. Stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat. Saluran-saluran


kelenjar sempit, lumennya berisi sekret dan stromanya edema.

Fase sekresi lanjut

Endometrium dalam fase ini tebalnya 5-6 mm. Dalam fase ini terdapat
peningkatam dari fase sekresi dini, dengan endometrium sangat banyak
mengandung pembuluh darah yang berkeluk-keluk dan kaya dengan
glikogen. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum.
Sitoplasma sel- sel stroma bertambah. Sel stroma menjadi sel desidua jika
terjadi kehamilan.

4) Vaskularisasi Endometrium Dalam Siklus Haid

Cabang-cabang besar arteria uterina berjalan terutama dalam stratum


vaskulare miometrium. Di sini sejumlah arteria radialis itu berjalan langsung
ke endometrium dan membentuk arteria spiralis. Pembuluh-pembuluh
darah ini memelihara stratum fungsional endometrium yang terdiri dari
stratum kompaktum dan sebagian stratum spongiosum. Stratum basale

24
dipelihara oleh arteriola-arteriola miometrium di dekatnya. Mulai dari fase
proliferasi terus ke fase sekresi pembuluh-pembuluh darah dalam
endometrium berkembang dan menjadi lebih berkeluk-keluk, dan segera
mencapai permukaan membentuk jaringan kapiler yang banyak. Pada
miometrium kapiler-kapiler mempunyai endotel yang tebal dan lumen yang
kecil. Vena-vena yang berdinding tipis membentuk pleksus dan pada lapisan
yang lebih dalam dari lamina propria mukosa, dan membentuk jaringan
anastomosis yang tidak teratur dengan sinusoid-sinusoid pada semua
lapisan.

Pleksus lainnya dari vena-vena yang besar tanpa katup terdapat di stratum
vaskulare dari miometrium. Hampir sepanjang siklus haid pembuluh-
pembuluh darah menyempit dan melebar secara ritmis, sehingga permukaan
endometrium memucat dan berwarna merah karena penuh dengan
darah, berganti-ganti. Bila tidak terjadi pembuahan, korpus luteum
mengalami kemunduran yang menyebabkan kadar progesteron dan
estrogen menurun. Penurunan kadar hormon ini mempengaruhi keadaan
endometrium ke arah regresi, dan pada satu saat lapisan lapisan fngsionalis
endometrium terlepas dari stratum basale yang di bawahnya. Peristiwa ini
menyebabkan pembuluh- pembuluh darah terputus, dan terjadilah
pengeluaran darah yang disebut haid.

Jika terjadi kehamilan, maka terjadilah perubahan-perubahan yang


menetap pada pembuluh-pembuluh darah. Pada dinding uterus dekat
dengan plasenta, dinding pembuluh darah menunjukkan penebalan dari
lapisan intimanya dengan pembentuka otot-otot polos baru, sedangkan
pada lapisan tengah otot-otot ditunjang oleh jaringan elastis yang cukup
banyak.

5) Dating Endometrium

25
Biopsi endometrium adalah cara terbaik untuk menentukan secara
tidak langsung adanya ovulasi dan menilai efek progesteron terhadap
perkembangan endometrium. Untuk ini, diperlukan kemahiran mengenali
ciri-ciri permukaan endometrium, stroma, dan¾terutama sekali¾ kelenjar-
kelenjar endometrium dan sel yang membatasinya pada waktu tertentu dari
siklus haid. Dengan demikian, dapat ditentukan hari yang tepat dari siklus
haid tersebut; hal ini disebut dating endometrium. Untuk dapat dilakukan
dengan tepat pada masa sekresi, oleh karena berbeda dari fase proliferasi fase
ini menunjukkan perubahan-perubahan yang nyata setiap harinya dengan
perubahan morfologi tertentu.

Jika diambil panjang siklus haid 28 hari dengan perkiraan ovulasi


terjadi pada hari ke-14m maka 36-48 jam setelah ovulasi belum terlihat
perubahan yang menonjol pada endometrium. Karena itu, dating hari ke-14
dan ke-15 tidak berguna untuk dilakukan, dan sebaiknya baru dimulai pada
hari ke-16

26
o Hari ke-16: Vakuola basal subnukleus terlihat banyak kelenjar. Hari ini ialah
hari terakhir pseudostratifikasi barisan inti. Terlihat mitosis pada kelenjar-
kelenjar dan stroma.

o Hari ke-17: Nukleus dari kelenjar-kelenjar tersusun dalam satu garis,


dengan sitoplasma yang homogen di atasnya dan vakuola yang besar-besar
di bawahnya. Pseudostratifikasi menghilang, mitosis di kelenjar dan stroma
jarang.

o Hari ke-18 : sebagian vakuola mengecil karena sebagian isinya dilepaskan


ke arah sitoplasma sekitar lumen, dan kemudian termasuk ke dalam lumen.
Karena vakuola subnukleus ini mengecil, maka nukleus mendekati basis
dari sel. Tidak terlihat mitosis pada hari ini.

o Hari ke-19 : hanya sebagian kecil vakuola terlihat. Sepintas lalu


gambarannya menyerupai hari ke-16, tetapi pada hari ke 19 ini dapat dilihat
sekresi intraluminal, dan tidak terdapat pseudostratifikasi dan mitosis.

o Hari ke-20: vakuola subnukleus hanya satu-satu terlihat. Sekresi


intraluminal yang asidofil tampak jelas. Hingga waktu ini, yang jelas
terlihat adalah perubahan- perubahan pada epitel kelenjar.

o Hari ke-21 : Mulai terlihat perubahan-perubahan pada stroma. Sel-sel


stroma mempunyai nukleus yang gelap dan padat dengan sitoplasma seperti
serabut. Mulai adanya edema stroma.

o Hari ke-22 : edema stroma mencapai maksimum. Sel-sel stroma


tampak kecil, padat, inti hampir telanjang dan sitoplasmanya seperti di
atas. Mulai terlihat arteriola spiralis dengan dindingnya yang tipis. Sekresi
intraluminal aktif, tetapi mulai berkurang.

27
o Hari ke-23 : edema stroma menetap. Perubahan yang khas ialah kondensasi
stroma di sekitar arteriola spiralis. Hal ini terjadi karena pembesaran inti
stroma dan bertambahnya sitoplasma, dan disebut sel pradesidua. Dapat
juga dijumpai mitosis.

o Hari ke-24 : Kumpulan sel-sel pradesidua tampak jelas di sekeliling


arteriola.

Mitosis stroma aktif, tetapi edema berkurang. Endometrium akan mulai


mengalami involusi, kecuali apabilaterjadi kehamilan.

o Hari ke-25 : sel-sel pradesidua mulai terdapat di bawah sel-sel epitel


permukaan.

Sedikit edema terdapat di sekitar arteriola. Sedikit infiltrasi limfosit terlihat


pada stroma.

o Hari ke-26 : sel-sel pradesidua mulai tampak mengelompok di seluruh


stroma, disertai infiltrasi sel-sel leukosit polinuklear.

o Hari ke-27 : Pradesidua menonjol sekitar pembuluh darah dan di bawah


epitel permukaan. Jelas adanya infiltrasi sel-sel leukosit polinuklear.

o Hari ke-28 : Mulai terlihat daerah dengan nekrosis (focal nekrosis) dan
daerah- daerah kecil dengan perdarahan dalam stroma. Sel-sel stroma
berkumpul bersama- sama. Infiltasi sel-sel leukosit polinuklear sangat
banyak. Kelenjar-kelenja keluhatan mengalami secreory exhaust.

C. Control Hormone Dalam Siklus Hidup

Berjalannya sistem reproduksi wanita tidak terjadi dengan sendirinya, namun


dipengaruhi oleh beberapa hormon. Hipotalamus akan menyekresikan hormon
gonadotropin. Hormon gonadotropin merangsang kelenjar pituitari untuk

28
menghasilkan hormon FSH. Hormon FSH merangsang pertumbuhan dan
pematangan folikel di dalam ovarium.

Pematangan folikel ini merangsang kelenjar ovarium


mensekresikan hormon estrogen. Hormon estrogen berfungsi membantu
pembentukan kelamin sekunder seperti tumbuhnya payudara,
panggul membesar, dan ciri lainnya. Selain itu, estrogen juga membantu
pertumbuhan lapisan endometrium pada dinding ovarium.
Pertumbuhan endometrium memberikan tanda pada kelenjar pituitari agar
menghentikan sekresi hormon FSH dan berganti dengan sekresi hormon LH.
Oleh stimulasi hormon LH, folikel yang sudah matang pecah
menjadi korpus luteum. Saat seperti ini, ovum akan keluar dari folikel
dan ovarium menuju uterus (terjadi ovulasi). Korpus luteum yang
terbentuk segera menyekresikan hormon progesteron. Progesteron
berfungsi menjaga pertumbuhan endometrium seperti pembesaran
pembuluh darah dan pertumbuhan kelenjar endometrium yang
menyekresikan cairan bernutrisi.

Apabila ovum pada uterus tidak dibuahi, hormon estrogen akan berhenti.


Berikutnya, sekresi hormon LH oleh kelenjar pituitari juga berhenti. Akibatnya,
korpus luteum tidak bisa melangsungkan sekresi hormon progesteron. Oleh
karena hormon progesteron tidak ada, dinding rahim sedikit demi sedikit
meluruh bersama darah. Darah ini akan keluar dari tubuh dan kita biasa
menamakannya dengan siklus menstruasi. 

2.4 Menopause dan Perimenopause

A. Menopause

Menopause adalah berakhirnya siklus menstruasi secara alami, yang biasanya


terjadi saat wanita memasuki usia 45 hingga 55 tahun. Seorang wanita dikatakan
sudah menopause bila tidak mengalami menstruasi lagi, minimal 12 bulan.

29
Tidak hanya berhenti menstruasi, banyak perubahan lain terjadi dalam tubuh
wanita yang menopause, mulai dari penampilan fisik, kondisi psikologis, hasrat
seksual, hingga kesuburan. Wanita yang sudah menopause tidak bisa hamil lagi.

Perubahan ini bisa terjadi secara bertahap atau tiba-tiba, dan disebut sebagai
gejala menopause. Masa terjadinya perubahan tersebut dinamakan masa
perimenopause, yang dapat berlangsung selama beberapa tahun sebelum
menopause, dan umumnya dimulai saat usia 40 tahun atau bisa juga lebih awal.

. Gejala Menopause

Gejala menopause terjadi dalam masa perimenopause, yaitu beberapa


bulan atau beberapa tahun sebelum menstruasi berhenti. Durasi dan tingkat
keparahan gejala yang timbul berbeda-beda pada tiap orang. Gejala atau tanda-
tanda menopause dapat berupa:

Perubahan siklus menstruasi

 Menstruasi menjadi tidak teratur, kadang terlambat atau lebih awal dari
biasanya (0ligomenorea).
 Darah yang keluar saat menstruasi dapat lebih sedikit atau justru lebih
banyak.

Perubahan penampilan fisik

 Rambut rontok.
 Kulit kering.
 Payudara kendur.
 Berat badan bertambah.

30
3. Perubahan psikologis

 Suasana hati berubah-ubah atau moody.


 Sulit tidur.
 Depresi

4. Perubahan seksual

 Vagina menjadi kering.


 Penurunan libido (gairah seksual).

Perubahan fisik

 Merasa panas atau gerah, sehingga mudah berkeringat. Kondisi ini


disebut hot flashes.
 Berkeringat di malam hari.
 Pusing.
 Jantung berdebar.
 Infeksi berulang pada saluran kemih.

Selain mengalami berbagai perubahan di atas, wanita yang telah menopause


menjadi lebih berisiko mengalami penyakit jantung dan osteoporosis.

Penyebab Menopause

Menopause merupakan proses alami yang terjadi saat seorang wanita


bertambah tua. Seiring bertambahnya usia, indung telur akan semakin sedikit
memproduksi hormon kewanitaan. Akibatnya, indung telur tidak lagi melepaskan
sel telur dan menstruasi akan berhenti.

Namun, menopause juga dapat terjadi lebih dini, yaitu sebelum usia 40
tahun. Menopause dini dapat terjadi akibat:

31
 Primary ovarian insufficienc

Kondisi ini terjadi akibat kelainan genetik atau penyakit autoimun, yang


membuat indung telur berhenti berfungsi.

 Operasi pengangkatan rahim (histerektomi)

Setelah histerektomi, seorang wanita memang tidak akan langsung


mengalami menopause, namun cenderung akan mengalami menopause
lebih awal. Menopause dapat langsung terjadi setelah histerektomi bila
indung telur ikut diangkat.

 Pengobatan kanker
Kemoterapi atau radioterapi untuk mengatasi kanker rahim dapat merusak
indung telur, sehingga memicu menopause dini.

B. Perimenopause

Perimenopause adalah periode transisi yang dialami wanita saat akan


memasuki masa berakhirnya menstruasi (menopause). Pada periode
perimenopause, wanita dapat mengalami beberapa gejala, seperti siklus menstruasi
yang tidak teratur dan hot flashes.

Perimenopause dapat berlangsung selama 4-10 tahun sebelum menopause


terjadi. Kondisi ini umumnya dimulai pada usia 30-40 tahun, namun dapat
juga muncul lebih awal, misalnya karena penyakit tertentu atau memang ada
riwayat menopause dini dalam keluarga.

Saat melalui fase perimenopause, wanita akan mengalami beberapa gejala


akibat perubahan kadar hormon di dalam tubuh. Gejala utama perimenopause
adalah siklus menstruasi tidak teratur. Ketidakteraturan siklus ini bisa berupa:

 Menstruasi tiba lebih cepat atau lebih lambat


 Menstruasi berlangsung lebih singkat atau lebih lama

32
Semakin mendekati menopause, menstruasi akan semakin jarang, hingga
beberapa bulan sekali.

Selain gangguan menstruasi, gejala lainnya yang dapat terjadi pada


perimenopause atau menjadi tanda-tanda menopause sudah dekat adalah:

 Hot flashes atau sensasi gerah atau kepanasan yang muncul secara


mendadak.
 Gangguan tidur, yang bisa disertai dengan atau tanpa keringat malam.
 Perubahan mood, misalnya mudah tersinggung. Kondisi ini dapat
menyebabkan peningkatan risiko terjadinya depresi.
 Gangguan kognitif, misalnya sulit berkonsentrasi dan mudah lupa.
 Sakit kepala di masa awal perimenopause.
 Nyeri saat berhubungan seksual, karena berkurangnya cairan pelumas
vagina.
 Penurunan gairah seksual dan kesuburan.
 Pengeroposan tulang yang dapat meningkatkan risiko
terkena osteoporosis.
 Perubahan kadar kolesterol, yaitu meningkatnya kadar kolesterol jahat
(LDL) dan menurunnya kadar kolesterol baik (HDL).

Penyebab dan Faktor Risiko Perimenopause

Perimenopause terjadi karena kadar hormon estrogen dan progesteron di


dalam tubuh wanita mengalami penurunan seiring pertambahan usia. Kondisi ini
dapat terjadi pada wanita memasuki usia 30-40 tahun.

Perimenopause merupakan kondisi normal yang dialami setiap wanita.


Namun, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan wanita memasuki fase
perimenopause lebih cepat, yaitu:

33
 Histerektomi

Pengangkatan rahim atau histerektomi akan meningkatkan risiko


seseorang mengalami menopause lebih cepat, terutama jika kedua indung
telur (ovarium) juga ikut diangkat.

 Faktor keturunan
Wanita yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat menopause dini akan
lebih berisiko untuk mengalami kondisi serupa.
 Merokok
Wanita yang memiliki kebiasaan merokok dapat mengalami menopause 1-2 tahun
lebih awal daripada wanita yang tidak merokok.
 Pengobatan kanker
Kemoterapi atau radioterapi pada daerah panggul dapat menyebabkan menopause
dini.

2.5 Seksualitas manusia


A. Pengertian seksualitas

Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang


berhubungan dengan alat reproduksi. Sedangkan menurut WHO dalam Mardiana
(2012) seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang kehidupannya dan
meliputi seks, identitas dan peran gender, orientasi seksual, erotisme, kenikmatan,
kemesraan dan reproduksi.

Seksualitas adalah komponen identitas personal individu yang tidak terpisahkan


dan berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu. Seksualitas
tidak sama dengan seks. Seksualitas ialah interaksi faktor-faktor biologis, psikologi
personal, dan lingkungan. Fungsi biologis mengacu pada kemampuan individu untuk
memberi dan menerima kenikmatan dan untuk bereproduksi. Identitas dan konsep
diri seksual psikologis mengacu pada pemahaman dalam diri individu tentang
seksualitas seperti citra diri, identifikasi sebagai pria atau wanita, dan pembelajaran
peran-peran maskulin atau feminin. Nilai atau aturan sosio budaya membantu dalam

34
membentuk individu berhubungan dengan dunia dan bagaimana mereka memilih
berhubungan seksual dengan orang lain.

B. Kesehatan Seksualitas
Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan
fisik, mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari
ekspresi yang bebas namun bertanggung jawab dalamkehidupan pribadi dan
sosialnya misalnya dalam menjaga hubungan dengan teman atau pacar dalam
batasan yang diperbolehkan oleh norma dalam masyarakat atau agama. Bukan
hanya tidak adanya kecacatan, penyakit atau gangguan lainnya. Kondisi ini
hanya bisa dicapai bila hak seksual individu perempuan dan laki-laki diakui
dan dihormati (BKKBN, 2006).
C. Pertumbuhan Dan Perkembangan Seks Manusia
Pertumbuhan dan perkembangan seks manusia disebut libido. Terdiri dari
beberapa tahap yaitu:
1. Tahap oral: Sampai mencapai umur sekitar 1-2 tahun, tingkat kepuasan
seks dengan menghisap puting susu ibu, dot botol, menghisap jari tangan,
Dengan bayi baru dapat tidur setelah disusui ibu, menghisap botol atau
tidur sambil menghisap jarinya. Oleh karena itu perilaku demikian tidak
perlu dilarang.
2.    Tahap anal: Kepuasan seks anak didapat melalui rangsangan anus saat
buang air besar, antara umur 3-4 tahun sering duduk lama ditoilet,
sehingga kepuasannya tercapai.
3. Tahap falik: Terjadi sekitar umur 4-5 tahun, dengan jalan mempermainkan
alat kelaminnya.
4. Tahap laten: Terjadi sekitar umur 6-12 tahun. Tingkah laku seksual
 

seolah-olah terbenam, karena mungkin lebih banyak bermain, mulai


masuk sekolah, dan adanya pekerjaan rumah dari sekolah, Sehingga anak-
anak cepat lelah dan lekas tertidur, untuk siap bangun pagi dan pergi ke
sekolah.
5.      Tahap genital: Umur anak sekaitar 12-15 tahun. Tanda seks sekunder
mulai berkembang dan keinginan seks dalam bentuk libido mulia tampak

35
dan terus berlangsung sampai mencapai usia lanjut. Suara mulai berubah,
keinginan dipuja dan memuja mulai muncul, keingian dicumbu dan
mencumbu pun mulai tampak. Saat ini masa yang sangat berbahaya,
sehingga memerlukan perhatian orang tua. Pada wanita telah mulai dating
bulan (menstruasi) dan pria mulai mimpi basah sehingga dapat
menyebabkan kehamilan atau hamil bila mereka melakukan hubungan
seksual. Karena kematangan jiwa dan jasmani belum mencapai tingkat
dewasa, sehingga bila terjadi kehamilan yang tidak dihendaki,
memberikan dampak kejiwaan yang sangat menyedihkan. (chandranita :
2009)

Berkembangnya seksualitas dan pertalian seksual:


1.  Remaja
Pada awal masa remaja, sebagian besar seksualitas berkaitan dengan
penegasan identitas gender dan harga diri. Pada saat awitan pubertas
terjadi perubahan-perubahan di tubuh yang berlangsung tanpa dapat
diduga sementara perubahan-perubahan hormon menimbulkan dampak
pada reaktivitas emosi.
2.      Pasangan dan awal perkawinan
Setelah perkawinan dimulai, tantangannya adalah membangun rasa aman
dalam pertalian seksual yang juga mulai kehilangan pengaruh “pengalaman
barunya”. Pada tahap inilah membangun komunikasi yang baik menjadi sangat
penting untuk kelanjutan perkembangan pertalian seksual. Apabila pasangan
tidak mengembangkan cara-cara yang memungkinkan pasangannya
mengetahui apa yang mereka nikmati dan apa yang tidak menyenangkan maka
akan muncul masalah yang seharusnya dapat dihadapi dan dipecahkan.
3.      Awal menjadi orang tua
Kehamilan, dan beberapa bulan setelah kelahiran, menimbulkan
kebutuhan lebih lanjut akan penyesuaian seksual. Wanita besar
kemungkinannya mengalami penurunan keinginan seksual dan kapasitas untuk
menikmati seks menjelang akhir kehamilnya karena terjadinya perubahan-

36
perubahan fisik dan mekanis. Periode pascanatal, karena berbagai alasan
merupakan salah satu periode saat munculnya kesulitan-kesulitan seksual yang
apabila pasangan obesitas belum mengembangkan metode-metode yang sesuai
untuk mengatasinya, dapat menimbulkan kesulitan berkepanjangan. Masalah
jangka panjang yang paling sering dalam hali ini adalah hilangnya gairah
seksual pihak wanita.
4.      Usia paruh baya
Seksualitas pada hubungan yang sudah terjalin lama biasanya
menghadapi hambatan yang berbeda-beda. Pada tahap ini sesuatu yang baru
dalam hubungan seksual telah lama hilang. Bagi banyakorang halini tidak
menimbulkan masalah. Mereka telah mengembangkan bentuk kenyamanan
intimasiseksual lain yang tetap menjadi bagian integral dari hubungan mereka.
Tetapi bagi yang lain, kualitas hubungan seksual yang rutin ini akan memakan
korban. Pada keadaan seperti ini stress di tempat kerja misalnya akan mudah
menyebabkan kelelahan dan memadamkan semua antusiasme spontan untuk
melakukan aktivitas seksual. Hubungan intim menjadi jarang dilakukan dan
sebagai konsekuensinya dapat timbul ketegangan dalam hubungan pasangan
tersebut.
Pada kelompok yang lebih tua lagi masalah seksual yang kita hadapi
terutama adalah masalah ereksi pada pria dan hilangnya minat seksual pada
wanita. Proses penuaan memang menimbulkan dampak pada seksualitas tetapi
tentu tidak selalu negatif. Pasangan pada usia ini lebih kecil kemungkinannya
meminta pertolongan dalam konteks keluarga berencana atau kesehatan
reproduksi.

37
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

  Anatomi sistem reproduksi wanita dan pria terdiri dari dua bagian yaitu
organ reproduksi eksterna dan interna. 
Menstruasi merupakan peristiwa meluruhnya dinding rahim. Ada beberapa
fase yang terjadi yaitu fase menstruasi, fase proliferasi, fase sekresi/luteal dan
fase iskemi/premenstrual di mana fase-fase tersebut berhubungan dengan
sekresi hormon estrogen, progesteron dan LH serta FSH.
Menopause adalah masa setelah satu tahun berhentinya menstruasi/haid
yang disebabkan oleh menurunnya produksi hormon estrogen dan progesteron
di  ovarium  dan berakhirnya masa reproduksi seorang wanita.

38
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irine. 2004. Buku Saku Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC


Dr. Yahya N, Dipl. CIBTAC. 2011. Kesehatan Reproduksi Pranikah. Solo: PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Glasier, A., & Gebbie, A. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi
(Edisi 4). Cet. Pertama. Jakarta : EGC. 2006
Hani, Ummi. dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan
Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika
https://www.slideshare.net/mobile/rifkamarwani/kehidupan-reproduksi-wanita-
mulai-dari-masa-menstruasi-sampai-menupouse (diakses pada tanggal 21
februari 2020)
https://id.scribd.com/document/433813571/Makalah-Menopause-Dan-
Perimenopause (di akses pada tanggal 22 februari 2020 )

39

Anda mungkin juga menyukai