Anda di halaman 1dari 15

RISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA REMAJA DITINJAU DARI

JENIS KELAMIN, STATUS TINGGAL DAN STATUS ORANGTUA

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan

dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh:

Ahmad Riyadi

F.100100149

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015
RISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA REMAJA DITINJAU DARI

JENIS KELAMIN, STATUS TINGGAL DAN STATUS ORANGTUA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakart Untuk

Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh:

Ahmad Riyadi

F.100100149

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015
RISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA REMAJA DITINJAU DARI

JENIS KELAMIN, STATUS TINGGAL DAN STATUS ORANGTUA

Ahmad Riyadi
Eny Purwandari

Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
riyadiahmad911@gmail.com

Abstrak
Kasus penyalahgunaan NAPZA pada remaja di Indonesia semakin memprihatinkan, generasi
penerus bangsa yang seyogyanya memupuk karakter positif dan memampukan diri pada
keilmuan serta soft-skill guna mewujudkan cita-cita bangsa dan negara yakni membangun
dan mensejahterakan masyarakat Indonesia secara umum tetapi tidak sedikit remaja laki-laki
maupun perempuan yang terlibat pada penyalahgunaan NAPZA. Tujuan penelitian ini adalah
guna mengetahui perbedaan risiko penyalahgunaan NAPZA pada remaja laki-laki dan
perempuan, selain itu juga untuk mengetahui risiko penyalahgunaan NAPZA pada remaja
yang tinggal bersama orangtua, sanak saudara dan kost/sewa/kontrak, penelitian ini dilakukan
juga dengan adanya tujuan untuk mengetahui perbedaan risiko penyalahgunaan NAPZA pada
remaja ditinjau dari status orangtua. Secara garis besar untuk mengetahui peranan jenis
kelamin, status tinggal dan status orangtua dalam kontribusinya pada risiko penyalahgunaan
NAPZA. Metode pendekatan menggunakan kuantitatif. Pengambilan data dengan
menggunakan skala kepada 333 remaja yang sebelumnya dilakukan sreening terlebih dahulu
sesuai dengan kriteria yang ditentukan peneliti yakni, remaja yang berusia 15-18 tahun dan
berisiko penyalahgunaan NAPZA. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik
statistik parametrik yakni analisis uji t atau indepentent sample t-test dan Anava. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara risiko penyalahgunaan
NAPZA pada subjek laki-laki dan perempuan dimana remaja laki-laki lebih berisiko pada
penyalahgunaan NAPZA dibandingkan remaja perempuan. Hasil yang berbeda didapatkan
dari variabel status tinggal. Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
remaja yang tinggal bersama orangtua, sanak saudara maupun kost/sewa/kontrak. Hasil
serupa didapatkan pada risiko penyalahgunaan NAPZA pada remaja dengan orangtua utuh
atau tunggal.

Keyword: risiko penyalahgunaan NAPZA, remaja, jenis kelamin, status tinggal, status
orangtua
10

PENDAHULUAN taraf pendidikan Perguruan Tinggi (PT)


Data yang dihimpun oleh berjumlah 4.868 tersangka. Total
Direktorat Tindak pidana Narkoba di keseluruhan ada 189.294 tersangka. Kasus
Indonesia menyebutkan bahwa kasus teratas terdapat pada tingkat pendidikan
penyalahgunaan NAPZA (Narkoba, Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni
Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif) 61,9% dari total kasus. (Direktorat Tindak
semakin bertambah dari tahun ke tahun Pidana Narkoba Bareskrim Polri dan
jumlah. Kasus narkoba di Indonesia BNN, Maret 2012). Sudah tiba saatnya
mengalami kenaikan tajam, rata-rata naik bagi Indonesia untuk bersikap tegas atas
51, 3% atau 3100 kasus pertahun (BNN, tindak kejahatan Narkoba. Tahun 2015
2006). Kriminolog Muhammad Mustofa, keputusan kontroversial diambil oleh
menjelaskan kasus yang dihimpun Badan Presiden Republik Indonesia yakni Joko
Narkotika Nasional ini bukan angka riil Widodo dengan memberlakukan hukuman
yang terjadi dilapangan, karena masih mati bagi terpidanan dengan kejahatan
banyak kasus yang belum diketahui NAPZA, keputusan ini juga didukung
(Tempo, 2006). penuh oleh dua organisasi keagamaan
Kabagbin Opsnal Dirnarkoba Polda tersebesar di Indonesia yakni Nahdlatul
Jawa Tengah AKBP Bambang Hidayat Ulama (NU) dan juga Muhammadiyah.
menyebutkan bahwa di Jawa Tengah
Remaja menjadi target
sendiri terdapat sepuluh kabupaten/kota
penyalahgunaan NAPZA karena masa
yang rawan penyalahgunaan NAPZA
remaja adalah pencarian identitas diri,
sehingga perlu kiranya untuk dilakukan
perasaaan penasaran dan ingin mencoba
pengawasan yang lebih ketat lagi. Sepuluh
hal yang baru sangat besar (Razak, 2006).
kabupaten/kota tersebut meliputi Kota
Survei yang dilakukan Departemen
Semarang, Solo, Kabupaten Banyumas,
Kesehatan (Depkes) Republik Indoneisa
Cilacap, Magelang, Sragen, Jepara,
pada tahun 2007 saja, menyebutkan bahwa
Batang, Pemalang, dan Wonosobo
70% pengguna narkoba adalah anak-anak
(Widodo, 2012).
sekolah atau pelajar (detiknews, 2009).
Tahun 2007 hingga tahun 2011
Kasus lain yang tidak kalah mengejutkan,
tercatat jumlah tersangka kasus Narkoba
di Bekasi aparat Badan Narkotika kota
pada tingkat pendidikan sekolah dasar
Bekasi mendapati sebanyak 95 siswa
(SD) berjumlah 22.402, Sekolah
sekolah dasar terlibat dalam penggunaan
Menengah Pertama 44.878 tersangka,
narkotika dan obat-obatan terlarang. Tidak
Sekolah Menegah Atas 117.147, dan pada
1
2

hanya itu, aparat juga menemukan cenderung lebih mudah tergiur iming-
pengguna narkoba di tingkat sekolah iming zat-zat adiktif (Grudem, 1996).
menengah pertama (SMP) sebanyak 143
Berdasarkan pada latar belakang
kasus dan 363 kasus pada sekolah
masalah yang telah dipaparkan di atas
menengah atas (Kompas, 2011). Selain itu
maka dapat dibuat rumusan masalah
Survei Nasional Perkembangan
“Apakah jenis kelamin, status tinggal dan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
status orang tua memiliki keterkaitan
Narkoba Pada Kelompok Pelajar dan
dengan risiko penyalahgunaan NAPZA
Mahasiswa di 16 Provinsi di Indonesia
pada remaja?”. Untuk dapat menjawab
Tahun 2011 menunjukkan bahwa 4,3%
rumusan masalah tersebut maka penulis
pelajar/mahasiswa Indonesia pernah
tertarik untuk mengkaji secara emperik
menggunakan Narkoba. Bahkan remaja
dengan mengadakan penelitian yang
Indonesia saat ini tidak hanya berstatus
berjudul “Risiko Penyalahgunaan
sebagai pemakai tetapi juga pengedar
NAPZA pada Remaja ditinjau dari
(Okezone, 2013). Hal demikian adalah
Jenis Kelamin, Status Tinggal dan
bukti adanya kemrosotan moral dan etika
Status Orangtua”.
pada remaja dewasa ini (BNN, 2011).
Tujuan dari penelitian ini adalah
Survei Nasional perkembangan
untuk mengetahui perbedaan risiko
penyalahgunaan dan peredaran gelap
penyalahgunaan NAPZA pada remaja laki-
Nakoba pada kelompok pelajar/mahasiswa
laki dan perempuan, remaja yang tinggal
di Indonesia Tahun 2011 disebutkan
bersama orangtua, sanak saudara, dan
bahwa, sebagian besar pelajar/mahasiswa
remaja yang tinggal di kost/sewa/kontrak.
mulai menyalahgunaan narkoba pertama
Kemudian juga untuk mengetahui risiko
kali dengan alasan coba-coba, untuk
penyalahgunaan NAPZA pada
bersenang-senang, bujukan teman,
remajadengan status orangtua utuh dan
masalah keluarga, dan masalah di sekolah.
tunggal.
Remaja dengan status orang tua
METODE PENELITIAN
seperti ini menimbulkan permasalahan
Penelitian ini menggunakan
internal diri seperti, perasaan anak yang
pendekatan metode penelitian kuantitatif,
kurang percaya diri, kurang sukses di
dengan variabel tergantung risiko
pendidikan atau pergaulan, pemarah, suka
penyalahgunaan NAPZA dan tiga variabel
mencela diri sendiri, mudah frustasi, dan
bebas yakni jenis kelamin, status tinggal
3

dan status orangtua. Subjek penelitian ini berjenis kelamin laki-laki dan perempuan,
meliputi 6 Sekolah Menengah Atas (SMA) dimana rerata pada laki-laki sebesar 16, 71
dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sedangkan pada perempuan sebesar 10, 72.
di Kabupaten Sragen, dengan kriteria Selisih skor risiko antara laki-laki dan
remaja berusia 15-18 tahun dan berisiko perempuan adalah 7.956. Hasil ini sesuai
penyalahgunaan NAPZA. Alat pengumpul dengan teori yang dikemukakan oleh
data yang digunakan berupa skala risiko Afandi, dkk (2009), faktor penyalahgunaan
penyalahgunaan NAPZA serta form NAPZA salah satunya dipengaruhi oleh
informasi umum. Estimasi alat ukur jenis kelamin. Hal senada diungkapkan
menggunakan daya beda aitem dan pula oleh Ruminiati (2010) bahwa remaja
reliabilitas. Data yang diperoleh dari laki-laki lebih ambisius dan memiliki
subjek penelitian kemudian diskorig tingkat agresi yang lebih tinggi
berdasarkan aitem favourable dan dibandingkan dengan remaja perempuan.
unfavourable selanjutnya dianalisis Afandi (2009) juga menegaskan bahwa
menggunakan teknik statistik parametrik jenis kelamin laki-laki lebih berisiko
yakni uji-t atau independent sample t-test terhadap penyalahgunaan NAPZA.
menggunakan program Statistical Product Diperkuat oleh pendapat yang
and Service Solution (SPSS) 19,0 For dikemukakan oleh Kartono (2010) bahwa
Window. Penelitian ini merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
penilitian payung yang telah di lakukan kenakalan pada remaja adalah jenis
pada bulan Agustus- Desember 2013. kelamin. Hawari (2009) menyatakan
bahwa pada masyarakat Jawa dan Sunda,
HASIL DAN PEMBAHASAN dalam sudut pandang orangtua serta
Berdasarkan hasil analisis dengan masyarakat umum menjadi hal yang wajar
menggunakan Independent Sample t-test ketika anak laki-laki melakukan kesalahan
dan Anava yang telah dilakukan, dan kenakalan, berbeda dengan anak
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perempuan yang diharuskan untuk lebih
yang signifikan risiko penyalahgunaan banyak berdiam di dalam rumah dan tidak
NAPZA ditinjau dari jenis kelamin. Hal ini ditolerir untuk melakukan hal-hal seperti
dapat diketahui dari hasil skor p=0,000, yang dilakukan oleh anak laki-laki seperti
dimana p <0,05 sehingga H0 ditolak Ha kenakalan. Menurut Erikson (Santrock,
diterima yang artinya bahwa terdapat 2002), bahwa laki-laki dan perempuan
perbedaan yang signifikan antara risiko memiliki kepribadian yang berbeda
penyelahgunaan NAPZA pada subjek dimana hal tersebut dipengaruhi oleh
4

struktur jenis kelamin. Laki-laki lebih suka Papalia, 2014) bahwa remaja yang tinggal
mengganggu dan agresif, sedangkan bersama orang tua yang utuh cenderung
perempuan lebih inklusif dan pasif memiliki masalah perilaku yang lebih
sehingga laki-laki lebih banyak mengalami sedikit daripada remaja dengan status
permasalahan dengan lingkungan tinggal orang tua tunggal, keluarga tanpa
sosialnya. Dengan demikian maka pernikahan, atau keluarga tiri.
hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Remaja yang tinggal bersama
Berbeda dengan jenis kelamin, orangtua, sanak saudara, atau kost/sewa
risiko penyalahgunaan NAPZA pada sama-sama memiliki risiko
remaja ditinjau dari status tinggal. Remaja penyalahgunaan NAPZA. Walaupun
yang tinggal bersama orangtua, bersama banyak teori dan penelitian lain yang
sanak saudara maupun tinggal di kost atau menyebutkan bahwa remaja yang tinggal
kontrak rumah sendiri tidak memliki tidak bersama orangtua lebih cenderung
perbedaan yang signifikan. Demikian melakukan kenakalan dan penyalahgunaan
dapat diketahui dari nilai p=0,569 dimana NAPZA akan tetapi perlu dilihat bahwa
p <0,05. Rerata pada remaja dengan status keluarga yang memiliki intensitas
tinggal bersama orangtua mendapat skor komunikasi yang intim akan berpengaruh
14,19, pada remaja yang tinggal bersama pada pembentukan kepribadian dan
sanak saudara 16,00 serta kost/sewa rumah karakter anak. Remaja yang tinggal
13, 67. Jika dilihat dari hasil rerata pada bersama orangtua akan tetapi tidak terjadi
masing-masing status tinggal tersebut, interaksi yang positif akan menimbulkan
terdapat perbedaan hanya saja nilai banyak konflik. Penelitian yang dilakukan
tersebut tidak cukup berarti. Berdasarkan oleh Brena, Updegraff, & Taylor (2012)
hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa menyebutkan bahwa pada keluarga
hipotesis yang peneliti ajukan tidak Meksiko, orangtua yang terlalu
diterima. mengekang dan sering mengendalikan
Hasil analisa ini tidak sesuai dengan anak akan terjadi konflik di antara mereka
pendapat yang dinyatakan oleh Afandi, padahal anak ingin terlepas dari pengaruh
dkk (2009) yang melaporkan bahwa orang tua. Remaja dengan lingkungan
remaja/siswa yang tidak tinggal bersama keluarga yang mengekang atau otoriter
orang tua (kost/sewa/saudara) lebih cenderung kurang bahagia, mudah
berisiko untuk terjerumus dalam tersinggung, dan tidak bersahabat (Lestari,
penyalahgunaan NAPZA. Hal serupa 2012). Akibat yang ditimbulkan oleh
diungkapkan oleh Carlson, 2006 (dalam pengekangan ini adalah rasa kekecewaan
5

yang mendalam pada remaja sehingga remaja dengan status orangtua yang
seringkali membuat anak atau remaja bercerai menunjukkan masalah
menunjukkan kekecewaannya tersebut multidimensional seperti masalah
dengan berbagai bentuk kenakalan seperti, akademis, psikologis, dan permasalahan
remaja menjadi tidak termotivasi dalam perilaku menyimpang lainya. Silalahi &
belajar, kehilangan gairah untuk Santoso (2000) juga menyebutkan bahwa
bersekolah yang seringkali berakhir pada anak dengan korban perceraian
drop out dan dimungkinkan juga akan menimbulkan permasalahan kurang
terjerumus pada penyalahgunaan NAPZA percaya diri, kurang sukses di pendidikan
(Mu’tadin, 2002). dan pergaulan, pemarah, suka mencela diri
Serupa dengan risiko sendiri, selalu menyembunyikan
penyalahgunaan NAPZA pada remaja perasaannya dan mudah frustasi. Pada
dengan status tinggal, risiko penelitian ini dapat dinyatakan bahwa
penyalahgunaan NAPZA pada remaja status orangtua tidak dapat menentukan
dengan status orangtua utuh maupun seseorang lebih berisiko terhadap
tunggal juga tidak memiliki perbedaan penyalahgunaan NAPZA, hasil rerata
yang signifikan. Hasil komparasi yang menunjukkan bahwa remaja dengan status
didapatkan bernilai p=0,755. Dimana p orangtua tunggal memiliki risiko yang
<0,05 maka H0 diterima Ha ditolak. Hal lebih rendah sehingga orangtua tunggal
ini dapat diartikan bahwa tidak ada juga mampu memberikan pengasuhan
perbedaan risiko penyalahgunaan NAPZA yang baik sehingga dapat menghindarkan
pada subjek dengan orangtua utuh maupun remaja dari risiko penyalahgunaan
dengan status orangtua tunggal. NAPZA.
Hasil analisa ini tidak sesuai dengan Secara umum, orangtua tunggal
teori yang dicetuskan oleh Hawari (2009) mengalami hal-hal yang negatif dan
yang menyebutkan bahwa salah satu faktor dipandang oleh lingkungan sosialnya
remaja melakukan penyalahgunaan sebagai hal yang negatif pula sehingga
NAPZA adalah keutuhan keluarga dimana seringkali memberi dampak yang kurang
remaja dengan status orangtua tunggal baik pada perkembangan anak. Menurut
baik karena bercerai maupun karena Rimm (dalam Nurjanah, 2015) orangtua
meninggal lebih cenderung melakukan tunggal juga memiliki kesempatan untuk
penyalahgunaan NAPZA itu sendiri. membentuk kondisi pengasuhan yang baik
Grudem, (1996) dan Sun, (2001) dalam dan ideal dengan syarat (1) memiliki karir
Papalia, (2014) menyebutkan bahwa yang jelas (2) terdapat orangtua kedua
6

untuk mendukung orangtua tunggal (3) kuat dan memiliki hubungan kasih sayang
tersedia pengasuhan anak yang teratur dan antara orangtua dan anak dapat menjadi
dapat diandalkan (4) orangtua diharuskan faktor protektif penyalahgunaan NAPZA,
mampu dalam mempertahankan hidup hal ini berlaku baik pada keluarga yang
sosial yang positif. Hawari (2009) utuh maupun tunggal. Faktor protektif
menyebutkan bahwa kesibukan orangtua adalah kondisi yang dapat menghambat
dan hubungan interpersonal antar anggota pada terjadinya penyalahgunaan NAPZA.
keluarga sebagai salah satu faktor yang Hubungan kasih sayang dan kekeluargaan
berkontribusi pada risiko penyalahgunaan yang kuat akan terjalin komunikasi yang
NAPZA pada remaja. Artinya, walaupun baik di antara anggota keluarga yang akan
remaja dengan pengasuhan orangtua berlanjut pada kelekatan antara anak dan
tunggal akan tetapi memiliki hubungan orangtua. Kelekatan (attachment) terjalin
serta komunikasi yang baik antar dengan beberapa unsur diantaranya adalah
anggotanya maka hal tersebut mampu rasa percaya, interaksi timbal balik,
memberikan proteksi pada anak untuk stimulasi, sikap positif, kehangatan,
terhindar dari penyalahgunaan NAPZA. penerimaan, dukungan emosional (Papalia,
Kesibukan orangtua juga ikut berpengaruh 2008). Lebih terperinci pendapat yang
dan sebaiknya menjadi perhatian, remaja disampaikan Martono dkk (2008) dimana
dengan kesibukan orangtua yang padat faktor protektif dari penyalahgunaan
akan tetapi mampu menyediakan waktu NAPZA yang dapat dilakukan orangtua
dan memiliki komunikasi yang positif meliputi: (1) memantau kegiatan dan
seperti yang dijelaskan di atas maka pergaulan anak (2) mengenal teman-teman
penyalahgunaan NAPZA pada remaja anak dengan baik (3) menerapkan aturan
dapat ditekan. Hal demikian berlaku yang tegas dan konsisten dilaksanakan (4)
sebaliknya, pada remaja yang memiliki menjadi teladan yang baik bagi anak (5)
orangtua utuh akan tetapi anak tidak orangtua melibatkan diri dalam kehidupan
mendapatkan perhatian yang dibutuhkan (6) bersikap terbuka dan ramah. Menjadi
karena kesibukan orangtua dan secara penting untuk meningkatkan faktor
otomatis tidak terjalinnya komunikasi protektif dalam keluarga sehingga dapat
yang baik di antara anggota keluarga, hal menghindarkan anak dari risiko
tersebut dapat memicu anak untuk penyalahgunaan NAPZA, baik pada
melakukan penyalahgunaan NAPZA. orangtua utuh maupun tunggal.
Afiatin (2008) menambahkan bahwa
keluarga dengan ikatan kekeluargaan yang
7

KESIMPULAN dimiliki dapat tersalurkan. Selain itu,


Berdasarkan hasil analisis dan perlu kiranya dari remaja laki-laki
pembahasan dapat diambil kesimpulan untuk mempersempit lingkup sosialnya
sebagai berikut: kepada lingkungan yang positif
1. Terdapat perbedaan risiko sehingga tidak masuk dalam
penyalahgunaan NAPZA pada remaja lingkungan negatif dimana dapat
ditinjau dari jenis kelamin. Remaja menjadi faktor terjadinya kenakalan
laki-laki lebih berisiko pada dan penyalahgunaan NAPZA.
penyalahgunaan NAPZA dibandingkan b. Remaja perempuan
remaja perempuan. Pada remaja perempuan untuk dapat
2. Tidak terdapat perbedaan yang membawa diri baik di lingkungan
signifikan risiko penyalahgunaan keluarga, sekolah hingga lingkungan
NAPZA pada remaja dengan status sosial yang lebih luas. Menjaga tata
tinggal bersama orangtua, sanak krama dan sopan santun, bertutur serta
saudara (om/tante, pak dhe/bu dhe, bertindak sesuai norma budaya
eyang), maupun remaja yang tinggal di ketimuran. Tetap menjunjung tingi
kost/sewa. nama baik diri sendiri dan keluarga.
3. Tidak ada perbedaan yang signifikan Selain itu juga menjadi penting bagi
risiko penyalahgunaan NAPZA pada remaja perempuan untuk
remaja dengan status orangtua utuh meningkatkan kemampuan terkait
ataupun tunggal. pengetahuan tentang NAPZA dan
segala sesuatu yang berhubungan
Saran dengan hal tersebut sehingga mampu
1. Kepada remaja membentengi diri dari risiko
a. Remaja laki-laki penyalahgunaan NAPZA.
Laki-laki dengan tingkat agresivitas c. Remaja dengan status tinggal
yang lebih tinggi dibandingkan bersama orangtua, sanak saudara,
perempuan, egosentrisme yang tinggi kost/kontrak/sewa. Remaja yang
dan tingkat pergaulan yang lebih luas tinggal bersama orangtua, sanak
maka disarankan bagi remaja laki-laki saudara maupun kost/kontrak/sewa
untuk memperbanyak kegiatan- sama-sama memiliki risiko pada
kegiatan yang mengarah pada manfaat, penyalahgunaan NAPZA, maka dari
seperti mengikuti ekstrakurikuler itu remaja diharapkan mampu dalam
sekolah sehingga minat bakat yang membawa diri di setiap aktivitasnya,
8

bergaul dengan positif di lingkungan untuk mengaktualisasikan diri akan


sosialnya, serta terus-menerus tetapi hal tersebut menjadi motivasi
membentengi diri dengan untuk berkembang ke arah yang lebih
pembelajaran serta pengamalan nilai- baik.
nilai kepribadian dan karakter yang 2. Kepada orangtua
positif. Menjalin komunikasi yang Bagi orangtua atau sanak
berkualitas dan memberikan atmosfer saudara yang berperan sebagai
yang kondusif di dalam keluarga. pengganti orangtua dalam menemani,
d. Kepada remaja dengan status memimbing serta mengarahkan anak
orangtua utuh, disarankan agar tetap dari kecil hingga dewasa. Disarankan
menjaga siklus keluarga yang positif agar menerapkan pola pengasuhan
dengan menjalin interkasi dan yang tepat serta menjalin komunikasi
komunikasi pada setiap anggota yang kuat dan positif. Komunikasi
keluarga khususnya ayah dan ibu yang baik antara remaja dengan
sebagai rekan dalam bertukar pikiran orangtua akan menjadi faktor protektif
dan berbagi cerita. Dengan demikian remaja pada penyalahgunaan NAPZA.
maka orangtua dapat memberikan Orangtua dengan remaja laki-laki
masukan-masukan yang sesuai dengan untuk lebih intens dalam menjalin
permasalahan atau kesulitan yang komunikasi dan dapat memberikan
sdeang dialami. Kepada remaja arahan-arahan yang dapat diterima
dengan status orangtua tunggal untuk secara logis oleh remaja laki-laki
tidak berkecil hati dan patah arang, sebagai upaya preventif dan protektif
sebisa mungkin untuk tetap tegar, dari risiko penyalahgunaan NAPZA.
bertahan dan menunjukkan bakat Orangtua utuh maupun tunggal
dengan prestasi-prestasi yang diharapkan dapat memampukan diri
membanggakan karena tidak jarang untuk menjadi sahabat dekat bagi anak
anak-anak yang lahir dan berkembang dan bagi teman-teman anak, dengan
pada keluarga atau orangtua tunggal demikian anak akan merasa diterima,
juga mampu menunjukkan nyaman, aman, dan merasa didukung
eksistensinya dengan prestasi yang dalam setiap aktivitasnya. Selain itu,
positif pada berbagai bidang, baik orangtua akan dengan mudah
akademik dan non akademik. Bahwa memantau anak ketika berada diluar
lahir dan tumbuh bersama orangtua rumah tanpa harus menginterogasi
tunggal bukan sebagai penghalang anak, karena salah satu faktor yang
9

menjadikan anak berisiko pada terutama pada remaja. Selain itu,


penyalahgunaan NAPZA adalah faktor penyuluhan terkait pengetahun tentang
lingkungan dan teman sebayanya. pola asuh yang tepat, menghadirkan
3. Kepada peneliti selanjutnya. atmosfer positif dalam rumah tangga,
Bagi peneliti selanjutnya, hasil dan cara untuk menjadikan keluarga
penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebagai tempat yang kondusif bagi
referensi guna mengetahui perbedaan setiap anggota keluarga juga dirasa
risiko penyalahgunaan NAPZA pada perlu dan penting untuk dilakukan.
remaja ditinjau dari jenis kelamin,
status tinggal dan status orangtua. Daftar Pustaka
Diharapkan peneliti selanjutnya untuk Afandi, D., Chandra, F., Novitasari, D.,
memperdalam penelitian ini atau Riyanto, I., Kurniawan, L. (2009).
Tingkat Penyalahgunaan Obat dan
meninjau kembali pada variabel status Faktor Risiko di Kalangan Siswa
tinggal dan status orangtua dimana Sekolah Menengah Umum. Majalah
Kedokteran Indonesia (Vol. 59,
hasil yang didapatkan tidak sesuai Nomor 6)
dengan teori-teori yang telah ada, dapat Afiatin, T. (2008). Pencegahan
pula peneliti selanjutnya Penyalahgunaan Narkoba Dengan
Program Aji. Yogyakarta: Gadjah
menambahkan variabel lain yang lebih
Mada University Pers.
beragam agar dapat memperoleh hasil
Agung, (2 Agusutus 2006). Kasus
yang lebih komprehensif. Narkoba di Indonesia Naik Tajam.
4. Kepada pemerintah BNN. Diperoleh dari
http://www.bnn.go.id/portal/index.
Bagi pemerintah, khususnya Badan php/konten/detail/deputi-
Narkotika Nasional (BNN), dari hasil pemberantasan/data-kasus-
narkoba/4409/kasus-narkoba-di-
penelitian ini diharapkan dapat indonesia-naik-tajam.
dijadikan salah satu acuan dalam upaya Bagus, M. (4 februari 2013). Pelajar SMP
BNN menekankan pencegahan atau berdagang Narkoba di Sekolah.
Okezone Online. Diperoleh dari
upaya preventif risiko penyalahgunaan http://surabaya.okezone.com/read/2
NAPZA pada remaja dengan berbagai 013/02/04/521/756027/pelajar-
smp-berdagang-narkoba-di-
media. Iklan televisi, iklan radio, sekolah.
seminar dan sosialisasi-sosialisasi
sejenisnya dimana remaja dan orangtua
serta masyarakat dipahamkan akan
perilaku-perilaku yang menjurus pada
risiko penyalahgunaan NAPZA
10

Badan Narkotika Nasiona (BNN). (2012). Remaja. Online. http://www.e-


Data Tindak Pidana Narkoba psikologi.com/remaja/250602.htm.
Provinsi Jawa Tengah Tahun Diakses pada 04 Juni 2015.
2007-2011.
http://103.3.70.3/portal/index.php/k Nurjannah, Ida. (2014). Hubungan antara
onten/detail/deputi- Kelekatan Orangtua dengan Risiko
pemberantasan/data-kasus- Penyalahgunaan NAPZA pada
narkoba/10247/data-tindak-pidana- Remaja dan ditinjau dari Struktur
narkoba-provinsi-jawa-tengah- Keluarga. Skripsi. Universitas
tahun-2007-2011. Diakses 17 april Muhammadiyah Surakarta.
2014.
Papalia, D.E & Fieldman, R.D (2008).
Brena, N.J.P., Updegraff, K.A. dan Taylor, Human Development:
A.J.U. (2012). Father and Mother Perkembangan Manusia. (10th ed).
Adolescent Decision Making in Diterjemahkan oleh Brian
Mexican Origin Families. Journal Marswendy.
Youth Adolescence. 41:460-473.
______(2014). Experience Human
Grudem, W. (1996). What are the Development (12th ed).
Consequences of Divorce?. Illinois Diterjemahkan oleh Herarti, F.W.
University, USA.
Razak, A., Sayuti, W. (2006). Remaja dan
Hawari, D. (2009). Penyalahgunaan dan Bahaya Narkoba. Jakarta: Prenada Media
Ketergantungan NAZA (Narkotika, Group.
Alkohol dan Zat Adiktif). Jakarta:
Santrock, J.W. (2002). Life-Span
Badan Penerbit FKUI.
Development (Perkembangan Masa
Kartono, K. (2010). Patologi Sosial II: Hidup) Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Kenakalan Remaja. Cet. 9 Jakarta: Silalahi, T.P.A. (2000). Penyalahgunaan
Rajagrafindo Persada.
Narkoba Di Kalangan Remaja:
Joewono, N., B. (Ed). (20 Januari 2011). Suatu Perspektif. Jurnal
95 Siswa SD Terlibat Penggunaan Kriminologi (Vol.1, No. 1).
Narkoba. Kompas Online.
Widodo, Joko. (2012). 10 Kabupaten/Kota
Diperoleh dari
di Jawa Tengah Rawan Peredaran
http://nasional.kompas.com/read/2
Narkoba. Antara Jateng News
011/01/20/22541115/95.Siswa.SD.
(online). Diperoleh dari
Terlibat.Penggunaan.Narkoba-7.
www.antarajateng.com/detail.index
Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga. .php?id=71559
Jakarta: Prenada Media Group.
Martono, L. H & Joewana, S. (2008).
Peran Orang Tua dalam Mencegah
dan Menanggulangi
Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta:
Balai Pustaka.
Mu’tadin, Z. (2002). Kemandirian sebagai
Kebutuhan Psikologis pada

Anda mungkin juga menyukai