Fullpaper Naspub Baru
Fullpaper Naspub Baru
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan oleh:
Ahmad Riyadi
F.100100149
FAKULTAS PSIKOLOGI
2015
RISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA REMAJA DITINJAU DARI
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan oleh:
Ahmad Riyadi
F.100100149
FAKULTAS PSIKOLOGI
2015
RISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA REMAJA DITINJAU DARI
Ahmad Riyadi
Eny Purwandari
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
riyadiahmad911@gmail.com
Abstrak
Kasus penyalahgunaan NAPZA pada remaja di Indonesia semakin memprihatinkan, generasi
penerus bangsa yang seyogyanya memupuk karakter positif dan memampukan diri pada
keilmuan serta soft-skill guna mewujudkan cita-cita bangsa dan negara yakni membangun
dan mensejahterakan masyarakat Indonesia secara umum tetapi tidak sedikit remaja laki-laki
maupun perempuan yang terlibat pada penyalahgunaan NAPZA. Tujuan penelitian ini adalah
guna mengetahui perbedaan risiko penyalahgunaan NAPZA pada remaja laki-laki dan
perempuan, selain itu juga untuk mengetahui risiko penyalahgunaan NAPZA pada remaja
yang tinggal bersama orangtua, sanak saudara dan kost/sewa/kontrak, penelitian ini dilakukan
juga dengan adanya tujuan untuk mengetahui perbedaan risiko penyalahgunaan NAPZA pada
remaja ditinjau dari status orangtua. Secara garis besar untuk mengetahui peranan jenis
kelamin, status tinggal dan status orangtua dalam kontribusinya pada risiko penyalahgunaan
NAPZA. Metode pendekatan menggunakan kuantitatif. Pengambilan data dengan
menggunakan skala kepada 333 remaja yang sebelumnya dilakukan sreening terlebih dahulu
sesuai dengan kriteria yang ditentukan peneliti yakni, remaja yang berusia 15-18 tahun dan
berisiko penyalahgunaan NAPZA. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik
statistik parametrik yakni analisis uji t atau indepentent sample t-test dan Anava. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara risiko penyalahgunaan
NAPZA pada subjek laki-laki dan perempuan dimana remaja laki-laki lebih berisiko pada
penyalahgunaan NAPZA dibandingkan remaja perempuan. Hasil yang berbeda didapatkan
dari variabel status tinggal. Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
remaja yang tinggal bersama orangtua, sanak saudara maupun kost/sewa/kontrak. Hasil
serupa didapatkan pada risiko penyalahgunaan NAPZA pada remaja dengan orangtua utuh
atau tunggal.
Keyword: risiko penyalahgunaan NAPZA, remaja, jenis kelamin, status tinggal, status
orangtua
10
hanya itu, aparat juga menemukan cenderung lebih mudah tergiur iming-
pengguna narkoba di tingkat sekolah iming zat-zat adiktif (Grudem, 1996).
menengah pertama (SMP) sebanyak 143
Berdasarkan pada latar belakang
kasus dan 363 kasus pada sekolah
masalah yang telah dipaparkan di atas
menengah atas (Kompas, 2011). Selain itu
maka dapat dibuat rumusan masalah
Survei Nasional Perkembangan
“Apakah jenis kelamin, status tinggal dan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
status orang tua memiliki keterkaitan
Narkoba Pada Kelompok Pelajar dan
dengan risiko penyalahgunaan NAPZA
Mahasiswa di 16 Provinsi di Indonesia
pada remaja?”. Untuk dapat menjawab
Tahun 2011 menunjukkan bahwa 4,3%
rumusan masalah tersebut maka penulis
pelajar/mahasiswa Indonesia pernah
tertarik untuk mengkaji secara emperik
menggunakan Narkoba. Bahkan remaja
dengan mengadakan penelitian yang
Indonesia saat ini tidak hanya berstatus
berjudul “Risiko Penyalahgunaan
sebagai pemakai tetapi juga pengedar
NAPZA pada Remaja ditinjau dari
(Okezone, 2013). Hal demikian adalah
Jenis Kelamin, Status Tinggal dan
bukti adanya kemrosotan moral dan etika
Status Orangtua”.
pada remaja dewasa ini (BNN, 2011).
Tujuan dari penelitian ini adalah
Survei Nasional perkembangan
untuk mengetahui perbedaan risiko
penyalahgunaan dan peredaran gelap
penyalahgunaan NAPZA pada remaja laki-
Nakoba pada kelompok pelajar/mahasiswa
laki dan perempuan, remaja yang tinggal
di Indonesia Tahun 2011 disebutkan
bersama orangtua, sanak saudara, dan
bahwa, sebagian besar pelajar/mahasiswa
remaja yang tinggal di kost/sewa/kontrak.
mulai menyalahgunaan narkoba pertama
Kemudian juga untuk mengetahui risiko
kali dengan alasan coba-coba, untuk
penyalahgunaan NAPZA pada
bersenang-senang, bujukan teman,
remajadengan status orangtua utuh dan
masalah keluarga, dan masalah di sekolah.
tunggal.
Remaja dengan status orang tua
METODE PENELITIAN
seperti ini menimbulkan permasalahan
Penelitian ini menggunakan
internal diri seperti, perasaan anak yang
pendekatan metode penelitian kuantitatif,
kurang percaya diri, kurang sukses di
dengan variabel tergantung risiko
pendidikan atau pergaulan, pemarah, suka
penyalahgunaan NAPZA dan tiga variabel
mencela diri sendiri, mudah frustasi, dan
bebas yakni jenis kelamin, status tinggal
3
dan status orangtua. Subjek penelitian ini berjenis kelamin laki-laki dan perempuan,
meliputi 6 Sekolah Menengah Atas (SMA) dimana rerata pada laki-laki sebesar 16, 71
dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sedangkan pada perempuan sebesar 10, 72.
di Kabupaten Sragen, dengan kriteria Selisih skor risiko antara laki-laki dan
remaja berusia 15-18 tahun dan berisiko perempuan adalah 7.956. Hasil ini sesuai
penyalahgunaan NAPZA. Alat pengumpul dengan teori yang dikemukakan oleh
data yang digunakan berupa skala risiko Afandi, dkk (2009), faktor penyalahgunaan
penyalahgunaan NAPZA serta form NAPZA salah satunya dipengaruhi oleh
informasi umum. Estimasi alat ukur jenis kelamin. Hal senada diungkapkan
menggunakan daya beda aitem dan pula oleh Ruminiati (2010) bahwa remaja
reliabilitas. Data yang diperoleh dari laki-laki lebih ambisius dan memiliki
subjek penelitian kemudian diskorig tingkat agresi yang lebih tinggi
berdasarkan aitem favourable dan dibandingkan dengan remaja perempuan.
unfavourable selanjutnya dianalisis Afandi (2009) juga menegaskan bahwa
menggunakan teknik statistik parametrik jenis kelamin laki-laki lebih berisiko
yakni uji-t atau independent sample t-test terhadap penyalahgunaan NAPZA.
menggunakan program Statistical Product Diperkuat oleh pendapat yang
and Service Solution (SPSS) 19,0 For dikemukakan oleh Kartono (2010) bahwa
Window. Penelitian ini merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
penilitian payung yang telah di lakukan kenakalan pada remaja adalah jenis
pada bulan Agustus- Desember 2013. kelamin. Hawari (2009) menyatakan
bahwa pada masyarakat Jawa dan Sunda,
HASIL DAN PEMBAHASAN dalam sudut pandang orangtua serta
Berdasarkan hasil analisis dengan masyarakat umum menjadi hal yang wajar
menggunakan Independent Sample t-test ketika anak laki-laki melakukan kesalahan
dan Anava yang telah dilakukan, dan kenakalan, berbeda dengan anak
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perempuan yang diharuskan untuk lebih
yang signifikan risiko penyalahgunaan banyak berdiam di dalam rumah dan tidak
NAPZA ditinjau dari jenis kelamin. Hal ini ditolerir untuk melakukan hal-hal seperti
dapat diketahui dari hasil skor p=0,000, yang dilakukan oleh anak laki-laki seperti
dimana p <0,05 sehingga H0 ditolak Ha kenakalan. Menurut Erikson (Santrock,
diterima yang artinya bahwa terdapat 2002), bahwa laki-laki dan perempuan
perbedaan yang signifikan antara risiko memiliki kepribadian yang berbeda
penyelahgunaan NAPZA pada subjek dimana hal tersebut dipengaruhi oleh
4
struktur jenis kelamin. Laki-laki lebih suka Papalia, 2014) bahwa remaja yang tinggal
mengganggu dan agresif, sedangkan bersama orang tua yang utuh cenderung
perempuan lebih inklusif dan pasif memiliki masalah perilaku yang lebih
sehingga laki-laki lebih banyak mengalami sedikit daripada remaja dengan status
permasalahan dengan lingkungan tinggal orang tua tunggal, keluarga tanpa
sosialnya. Dengan demikian maka pernikahan, atau keluarga tiri.
hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Remaja yang tinggal bersama
Berbeda dengan jenis kelamin, orangtua, sanak saudara, atau kost/sewa
risiko penyalahgunaan NAPZA pada sama-sama memiliki risiko
remaja ditinjau dari status tinggal. Remaja penyalahgunaan NAPZA. Walaupun
yang tinggal bersama orangtua, bersama banyak teori dan penelitian lain yang
sanak saudara maupun tinggal di kost atau menyebutkan bahwa remaja yang tinggal
kontrak rumah sendiri tidak memliki tidak bersama orangtua lebih cenderung
perbedaan yang signifikan. Demikian melakukan kenakalan dan penyalahgunaan
dapat diketahui dari nilai p=0,569 dimana NAPZA akan tetapi perlu dilihat bahwa
p <0,05. Rerata pada remaja dengan status keluarga yang memiliki intensitas
tinggal bersama orangtua mendapat skor komunikasi yang intim akan berpengaruh
14,19, pada remaja yang tinggal bersama pada pembentukan kepribadian dan
sanak saudara 16,00 serta kost/sewa rumah karakter anak. Remaja yang tinggal
13, 67. Jika dilihat dari hasil rerata pada bersama orangtua akan tetapi tidak terjadi
masing-masing status tinggal tersebut, interaksi yang positif akan menimbulkan
terdapat perbedaan hanya saja nilai banyak konflik. Penelitian yang dilakukan
tersebut tidak cukup berarti. Berdasarkan oleh Brena, Updegraff, & Taylor (2012)
hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa menyebutkan bahwa pada keluarga
hipotesis yang peneliti ajukan tidak Meksiko, orangtua yang terlalu
diterima. mengekang dan sering mengendalikan
Hasil analisa ini tidak sesuai dengan anak akan terjadi konflik di antara mereka
pendapat yang dinyatakan oleh Afandi, padahal anak ingin terlepas dari pengaruh
dkk (2009) yang melaporkan bahwa orang tua. Remaja dengan lingkungan
remaja/siswa yang tidak tinggal bersama keluarga yang mengekang atau otoriter
orang tua (kost/sewa/saudara) lebih cenderung kurang bahagia, mudah
berisiko untuk terjerumus dalam tersinggung, dan tidak bersahabat (Lestari,
penyalahgunaan NAPZA. Hal serupa 2012). Akibat yang ditimbulkan oleh
diungkapkan oleh Carlson, 2006 (dalam pengekangan ini adalah rasa kekecewaan
5
yang mendalam pada remaja sehingga remaja dengan status orangtua yang
seringkali membuat anak atau remaja bercerai menunjukkan masalah
menunjukkan kekecewaannya tersebut multidimensional seperti masalah
dengan berbagai bentuk kenakalan seperti, akademis, psikologis, dan permasalahan
remaja menjadi tidak termotivasi dalam perilaku menyimpang lainya. Silalahi &
belajar, kehilangan gairah untuk Santoso (2000) juga menyebutkan bahwa
bersekolah yang seringkali berakhir pada anak dengan korban perceraian
drop out dan dimungkinkan juga akan menimbulkan permasalahan kurang
terjerumus pada penyalahgunaan NAPZA percaya diri, kurang sukses di pendidikan
(Mu’tadin, 2002). dan pergaulan, pemarah, suka mencela diri
Serupa dengan risiko sendiri, selalu menyembunyikan
penyalahgunaan NAPZA pada remaja perasaannya dan mudah frustasi. Pada
dengan status tinggal, risiko penelitian ini dapat dinyatakan bahwa
penyalahgunaan NAPZA pada remaja status orangtua tidak dapat menentukan
dengan status orangtua utuh maupun seseorang lebih berisiko terhadap
tunggal juga tidak memiliki perbedaan penyalahgunaan NAPZA, hasil rerata
yang signifikan. Hasil komparasi yang menunjukkan bahwa remaja dengan status
didapatkan bernilai p=0,755. Dimana p orangtua tunggal memiliki risiko yang
<0,05 maka H0 diterima Ha ditolak. Hal lebih rendah sehingga orangtua tunggal
ini dapat diartikan bahwa tidak ada juga mampu memberikan pengasuhan
perbedaan risiko penyalahgunaan NAPZA yang baik sehingga dapat menghindarkan
pada subjek dengan orangtua utuh maupun remaja dari risiko penyalahgunaan
dengan status orangtua tunggal. NAPZA.
Hasil analisa ini tidak sesuai dengan Secara umum, orangtua tunggal
teori yang dicetuskan oleh Hawari (2009) mengalami hal-hal yang negatif dan
yang menyebutkan bahwa salah satu faktor dipandang oleh lingkungan sosialnya
remaja melakukan penyalahgunaan sebagai hal yang negatif pula sehingga
NAPZA adalah keutuhan keluarga dimana seringkali memberi dampak yang kurang
remaja dengan status orangtua tunggal baik pada perkembangan anak. Menurut
baik karena bercerai maupun karena Rimm (dalam Nurjanah, 2015) orangtua
meninggal lebih cenderung melakukan tunggal juga memiliki kesempatan untuk
penyalahgunaan NAPZA itu sendiri. membentuk kondisi pengasuhan yang baik
Grudem, (1996) dan Sun, (2001) dalam dan ideal dengan syarat (1) memiliki karir
Papalia, (2014) menyebutkan bahwa yang jelas (2) terdapat orangtua kedua
6
untuk mendukung orangtua tunggal (3) kuat dan memiliki hubungan kasih sayang
tersedia pengasuhan anak yang teratur dan antara orangtua dan anak dapat menjadi
dapat diandalkan (4) orangtua diharuskan faktor protektif penyalahgunaan NAPZA,
mampu dalam mempertahankan hidup hal ini berlaku baik pada keluarga yang
sosial yang positif. Hawari (2009) utuh maupun tunggal. Faktor protektif
menyebutkan bahwa kesibukan orangtua adalah kondisi yang dapat menghambat
dan hubungan interpersonal antar anggota pada terjadinya penyalahgunaan NAPZA.
keluarga sebagai salah satu faktor yang Hubungan kasih sayang dan kekeluargaan
berkontribusi pada risiko penyalahgunaan yang kuat akan terjalin komunikasi yang
NAPZA pada remaja. Artinya, walaupun baik di antara anggota keluarga yang akan
remaja dengan pengasuhan orangtua berlanjut pada kelekatan antara anak dan
tunggal akan tetapi memiliki hubungan orangtua. Kelekatan (attachment) terjalin
serta komunikasi yang baik antar dengan beberapa unsur diantaranya adalah
anggotanya maka hal tersebut mampu rasa percaya, interaksi timbal balik,
memberikan proteksi pada anak untuk stimulasi, sikap positif, kehangatan,
terhindar dari penyalahgunaan NAPZA. penerimaan, dukungan emosional (Papalia,
Kesibukan orangtua juga ikut berpengaruh 2008). Lebih terperinci pendapat yang
dan sebaiknya menjadi perhatian, remaja disampaikan Martono dkk (2008) dimana
dengan kesibukan orangtua yang padat faktor protektif dari penyalahgunaan
akan tetapi mampu menyediakan waktu NAPZA yang dapat dilakukan orangtua
dan memiliki komunikasi yang positif meliputi: (1) memantau kegiatan dan
seperti yang dijelaskan di atas maka pergaulan anak (2) mengenal teman-teman
penyalahgunaan NAPZA pada remaja anak dengan baik (3) menerapkan aturan
dapat ditekan. Hal demikian berlaku yang tegas dan konsisten dilaksanakan (4)
sebaliknya, pada remaja yang memiliki menjadi teladan yang baik bagi anak (5)
orangtua utuh akan tetapi anak tidak orangtua melibatkan diri dalam kehidupan
mendapatkan perhatian yang dibutuhkan (6) bersikap terbuka dan ramah. Menjadi
karena kesibukan orangtua dan secara penting untuk meningkatkan faktor
otomatis tidak terjalinnya komunikasi protektif dalam keluarga sehingga dapat
yang baik di antara anggota keluarga, hal menghindarkan anak dari risiko
tersebut dapat memicu anak untuk penyalahgunaan NAPZA, baik pada
melakukan penyalahgunaan NAPZA. orangtua utuh maupun tunggal.
Afiatin (2008) menambahkan bahwa
keluarga dengan ikatan kekeluargaan yang
7