Anda di halaman 1dari 22

JENIS- JENIS HAMA, GEJALA SERANGAN, &

TEKNIK PENGENDALIAN HAMA TERPADU


(PHT)
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KELOMPOK MATA
KULIAH PERTANIAN ORGANIK

Disusun Oleh :
Agung Ambarita 19.062.111.013
Daniel Pandapotan Siregar 19.061.111.007
Rizky Alfizar 19.061.111.012
Royan Sagala 19.061.111.005

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DARMA AGUNG SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
pertanian organik dengan judul “Jenis-jenis Hama, Gejala Serangan & Teknik Pengendalian
Hama Terpadu (PHT)”

Dengan makalah ini penulis berharap lebih mengenal tentang Jenis-jenis Hama,
Gejala Serangan & Teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang di kaji dalam pertanian
organik. Dalam penyelesaian makalah ini penulis mengalami kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun berkat beberapa buku pedoman
dan sumber akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran
dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Dan penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

                                         Medan, 30 April 2021

                                                      Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan ...................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Pengertian , Jenis-jenis Hama pada Tanaman.......................................................3
2.2 Gejala-gejala Kerusakan Akibat Hama Pada Tanaman........................................11
2.3 Tekhnik Pengendalian Hama Terpadu (PHT).......................................................13

BAB III PENUTUP..............................................................................................................18


3.1 Kesimpulan............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan fauna. Kekayaan sumber daya
alam hayati itu baru sebagian yang sudah dimanfaatkan. Banyak tumbuhan liar lainnya yang
sampai saat ini merupakan sumber daya hayati tetapi belum diketahui manfaat maupun
kerugian yang mungkin ditimbulkanya (Kuncoro, 2006). Sejak mengenal bercocok tanam,
masyarakat sering mengalami gangguan yang bersifat menghambat, merusak,
menghancurkan, atau menggagalkan panen. Di alam ada 2 golongan besar pengganggu
tanaman yaitu biotik (gulma, penyakit tumbuhan, dan hama) dan abiotik (cuaca) (Sinaga,
2003).
Hama merupakan suatu organisme penyebab kerusakan pada tanaman. Hama tersebut
dapat berupa binatang misalnya molusca sawah, wereng, tikus, ulat, tungau, ganjur dan
belalang. Hama dapat merusak tanaman secara langsung maupun tidak langsung. Hama yang
merusak secara langsung dapat dilihat bekasnya, misalnya gerekan dan gigitan. Sedangkan
hama yang merusak tanaman secara tidak langsung melalui penyakit yang dibawa hama
tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari benih, pembibitan hingga pemanenan
tidak luput dari gangguan hama. Dari satu komoditi pertanian di Indonesia misalnya padi,
petani menderita kerugian karena gangguan hama. Demikian besarnya peran pengganggu
hama pada tanaman terhadap kehidupan.
Menurut hasil penelitian Djojosumarto (2008), salah satu cara pengendalian hama
adalah penggunaan pestisida. Pestisida bersifat racun maka dibuat, dijual, dan dipakai untuk
meracuni organisme pengganggu tanaman (OPT). Pestisida adalah semua zat atau campuran
zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah, atau menangkis gangguan
hama. Setiap racun pestisida berpotensi mengandung racun yang berbahaya. Pestisida kimia
atau anorganik mengandung senyawa kimia yang tidak mudah diuraikan oleh lingkungan.
Oleh karena itu penggunaan ketidakbijaksanaan pestisida pertanian dapat menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan.
Tumbuhan mempunyai banyak manfaat diantaranya sebagai pestisida organik (alami).
Pestisida organik dipandang lebih aman dibanding pestisida anorganik. Salah satu alternatif
untuk menjaga kestabilan ekosistem lingkungan sekitar adalah penggunaan pestisida organik.
Pengendalian hama harus mempertimbangankan ekologi, ekonomi dan sosiologi.
Pengendalian hama secara organik dipandang lebih aman dan menjadi trobosan baru di masa

1
mendatang. Dengan dikembangkan pemanfaatan pestisida organik oleh petani atau pengguna
dapat mempersiapkan sendiri dalam mengendalikan hama secara terpadu. Pembuatan
pestisida organik sangat mudah dan sederhana karena mengambil bahan-bahan hayati dari
alam. Pestisida organik dapat dibuat sendiri sehingga menekan biaya produksi.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
 Jelaskan pengertian hama pada tanaman?
 Jenis- jenis hama apa saja yang ada pada tanaman ?
 Apa saja gejala- gejala tanaman yang terserang hama?
 Bagaimana cara pengendalian hama terpadu (PHT) pada tanaman ?

1.3. Tujuan

Tujuan dari karya tulis ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis hama, gejala- gejala
serangan yang timbul dan mengetahui serta memahami cara pengendalian hama pada
tanaman.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1. Pengertian, Jenis- jenis Hama Pada Tanaman

Hama adalah organisme yang kehadirannya tidak diinginkan yang bersifat merugikan
pada tanaman. Hama tersebut dapat berupa binatang misalnya molusca sawah, wereng, tikus,
ulat, tungau, ganjur dan belalang. Hama dapat merusak tanaman secara langsung maupun
tidak langsung. Hama yang merusak secara langsung dapat dilihat bekasnya, misalnya
gerekan dan gigitan. Sedangkan hama yang merusak tanaman secara tidak langsung melalui
penyakit yang dibawa hama tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari benih,
pembibitan hingga pemanenan tidak luput dari gangguan hama. Pada bidang pertanian dan
perkebunan, hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang menyebabkan kerusakan
fisik. Sehingga sebutan hama tumbuhan lebih ditujukan untuk semua hewan yang merugikan
dalam kegiatan pertanian dan perkebunan.

Beberapa contoh kelompok hewan yang dapat berperan sebagai hama bagi tanaman,
antara lain:

1. Filum chordata.
 Klas mammalia: tikus, bajing, kelinci, babi hutan, gajah, kera.
 Klas aves (burung): burung pemakan biji-bijian.
2. Filum Arthropoda
 Klas Insekta: serangga
 Klas Arachnida: tungau
3. Filum Molusca
 Klas Gastropoda: bekicot, keong, siput
4. Filum Nematoda

1. Filum Chordata

Anggota filum ini meliputi kurang lebih 60.000 jenis, anggota filum ini yang
banyak berperan sebagai hama adalah Klas Mamalia (hewan menyusui) dan klas Aves
(burung). Ordo Rodentia (binatang mengerat) paling banyak menimbulkan kerusakan
pada tanaman, dan yang terpenting adalah Callosciurusnotatus BODD. atau bajing dan
Rattus argentiventer atau tikus sawah. Tikus dapat menyebabkan kerusakan tanaman padi
pada areal yang luassejak di persemaian hingga tanaman menjelang panen. Pada persemaian
terutama memakan bibit-bibit yang baru tumbuh, sedangkan pada saat menjelang panen

3
memotong batang padi dan memakan butir-butir pad Filum Chordata mempunyai banyak
anggota, namun tidak semuanya berperan sebagai hama tanaman. Sedangkan dari kelas aves
yang berperan sebagai hama misalnya burung pipit (Lonchura leucogastroides (Horsf. dan
Moore).

 Klas Mammalia

Dari klas mamalia, ordo Rodentia (binatang mengerat) merupakan ordo yang paling
merugikan, misalnya tupai (Callosciurus notatus) dan tikus sawah (Rattus rattus
argentiventer). Disamping itu kelelawar, musang, landak, dan satwa liar seperti gajah, kera,
babi hutan, rusa, dan beruang juga dapat berperan sebagai hama yang merugikan.

Tupai (Callosciurus notatus) Tikus (Rattus rattus argentiventer)

Landak (Hystrix javanica) Musang (Paradoxurus hermaphroditus)

 Klas Aves (Burung)

Binatang yang termasuk ke dalam golongan aves (burung) pada umumnya tubuhnya
ditutupi kulit dan berbulu, mempunyai paruh, serta kakinya bersisik. Anggota bagian depan
pada burung yang berupa sayap digunakan untuk terbang. Meskipun demikian, ada golongan
burung yang tidak bisa terbang, misalnya kasuari, kiwi, dan unta (Rukmana dan Saputra,
1997). Hama dari Klas Aves biasanya hewan pemakan biji-bijian seperti : Burung pipit haji
(Lonchura maja leucocephala Raffles), Burung peking (Lonchura punctata punctata (Horsf
dan Moore), Burung pipit bertungging putih (Lonchura striata Linnaeus).

4
Burung pipit haji (Lonchura maja leucocephala Raffles) Burung peking (Lonchura punctata punctata (Horsf dan Moore)

2. Filum Arthropoda

Filum Arthropoda merupakan filum yang terbesar di dunia binatang. Jumlahnya


kurang lebih 713.000 jenis, diantaranya tungau merah, lalat buah, ulat jeruk, belalang, artona,
penggerek batang, kumbang badak, kumbang moncong dan aphis. Lebih dari 75% binatang
yang hidup dibumi ini termasuk dalam filum arthropoda dan lebih kurang 90% dari
arthropoda termasuk dalam kelas Hexapoda (serangga). Dalam filum arthropoda ada dua
kelas yang menjadi hama pada tanaman yaitukelas Insecta dan kelas Arachnida. Arachnida
merupakan kelas terbesar kedua setelahHexapoda dari filum arthropoda. Kelas ini terdiri dari
dari ordo araneida dan acarina (tungaudan caplak). Ordo acarina ini sangat merugikan bagi
tanaman.

 Kelas Arachnida

Menurut Ananda (1983), anggota kelas Arachnida ada yang berperan sebagai hama
tanaman, dan adapula yang berperan sebagai predator hama tanaman. Salah satu contoh jenis
yang berperan sebagai hama tanaman adalah tungau merah Tetranichus bimaculatus yang
menyerang tanaman ketela pohon terutama pada musim kemarau.
Gejala yang ditimbulkannya berupa bercak-bercak kekuningan, karena cairan sel daun
diisapnya. Daun ini akhirnya kering dan rontok. Contoh yang berperan sebagai predator
adalah laba-laba. Ciri khas Arachnida adalah :
a. Kaki empat pasang yang terdiri atas tujuh ruas, yaitu coxa, trochanter, patela, femur,
tibia, metatarsus dan tarsus.
b. Tubuh terbagi menjadi dua bagian, yaitu gabungan kepala dan dada (cephalothorax)
serta abdomen.
c. Tidak bersayap dan memiliki alat tambahan berupa sepasang pedipalpus.

5
Tungau merah (Tetranichus bimaculatus) Caplak Ixodes scapularis

 Kelas Insecta atau Hexapoda

Anggota kelas insecta disebut juga hexapoda karena memiliki 6 kaki. Anggota kelas
ini menempati peringkat paling atas dalam hal peranannya sebagai hama tanaman. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan serangga sering menjadi hama yaitu:
a. Serangga merupakan kelompok terbesar di dalam dunia hewan yaitu kurang lebih 2/3
dari spesies hewan yang diketahui adalah serangga.
b. Serangga memiliki kemampuan daya adaptasi yang tinggi, misalnya serangga mampu
hidup di daerah lembah hingga puncak gunung, serangga mampu hidup di daerah
gurun pasir, daerah tropis, daerah tundra, bahkan daerah kutub bumi.
c. Serangga mempunyai jenis makanan yang beragam. Dengan adanya keragaman jenis
makanan maka kompetisi antar serangga untuk memperebutkan makanan menjadi
kecil. Dengan tidak adanya perebutan makanan tersebut maka serangga-serangga dari
berbagai jenis yang berbeda dapat saling hidup berdampingan.
d. Serangga mampu berkembang biak dengan cepat. Kemampuan serangga berkembang
biak dengan cepat menyebabkan serangga cepat pula menyesuaikan perubahan yang
terjadi di lingkungan.
e. Serangga termasuk hewan poikilotermik yaitu suhu tubuh serangga berubah
mengikuti perubahan suhu lingkungan sehingga lebih efisien dalam penggunaan
energi.
f. Serangga memiliki kerangka luar atau integumen untuk menjaga evaporasi.
Kemampuan menjaga evaporasi ini menyebabkan serangga hanya membutuhkan
sedikit air untuk menjaga keberlangsungan hidupnya.

Beberapa jenis ordo dari kelas insecta atau hexapoda yang menjadi hama penting adalah
sebagai berikut :

6
i. Ordo Orthoptera
Orthoptera berasal dari kata orthos yang berarti lurus dan pteron artinya sayap.
Golongan serangga ini pada waktu istirahat berperilaku khas, yaitu sayap belakangnya dilipat
lurus di bawah sayap depan. Alat mulut nimfa dan imagonya penggigit-pengunyah.
Perkembangan hidup hama ini termasuk tipe paurometabola (telur-nimfa-imago). Nimfa dan
imago hidup pada habitat yang sama. Stadium nimfa dan imago bersifat merusak tanaman.

Belalang kayu (Valanga nigricornis Burn.) Anjing tanah (Gryllotalpa africana Pal.)

Jangkerik (Gryllus mitratus Burn.) Belalang pedang (Sexava spp.)

ii. Ordo Hemiptera


Hemi berarti setengah dan pteron artinya sayap. Golongan serangga yang termasuk
ordo Hemiptera ini mempunyai sayap depan yang mengalami modifikasi sebagai hemelitron,
yaitu setengah bagian di daerah pangkal menebal, sedangkan sisanya berstruktur seperti
selaput, dan sayap belakangnya mirip selaput tipis (membran). Tipe perkembangan hidup
ordo Hemiptera adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Tipe alat mulut, baik nimfa
maupun imago pencucuk-pengisap, dan keduanya hidup dalam habitat yang sama. Stadium
serangga yang merusak tanaman adalah nimfa dan imago.

Kepik hijau (Nezara viridula) Walang sangit (Leptocorixa acuta)

7
iii. Ordo Homoptera
Homo artinya sama dan pteron berarti sayap. Serangga golongan ini mempunyai
sayap depan berstruktur sama, yaitu seperti selaput (membran). Sebagian dari serangga ordo
Homoptera ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap.
Misalnya, kutu daun Aphis sp. sejak menetas sampai dewasa tidak bersayap. Tetapi bila
populasinya tinggi sebagian serangga tadi membentuk sayap untuk memudahkan pindah dari
satu tempat ke tempat lain. Tipe perkembangan hidup ordo Homoptera adalah paurometabola
(telur-nimfa-imago). Kutu daun bersifat partenogenetik, yaitu embrio berkembang di dalam
imago betina tanpa pembuahan terlebih dahulu.

Wereng hijau (Nephotettix apicalis) Kutu putih pada tebu (Oregma lanigera Zehntn)

Wereng cokelat (Nilaparvata lugens) Kutu dompolan (Pseudococcus citri Risso)

iv. Ordo Lepidoptera


Lepidos berarti sisik dan pteron artinya sayap. Kedua pasang sayap ordo Lepidoptera
mirip membran yang penuh denagn sisik. Sisik-sisik ini sebenarnya merupakan modifikasi
dari rambut biasa. Bila sisik tersebut dipegang akan mudah menempel pada tangan. Serangga
dewasa dibedakan atas dua macam, yaitu kupu-kupu dan ngengat. Kupu-kupu aktif pada
siang hari, sedangkan ngengat aktif pada malam hari. Perkembangbiakan serangga ordo
Lepidoptera adalah holometabola (telur-larva/ulat-pupa/kepompong-imago). Alat mulut larva
tipe penggigit-pengunyah, sedangkan alat mulut imagonya bertipe pengisap. Srtadium
serangga yang sering merusak tanaman adalah larva, sedangkan imagonya hanya mengisap
nektar (madu) dari bunga-bungaan.

8
Ulat tanah (Agrotis ipsilon) Ulat penggulung daun pisang (Erionota thrax L.)

Penggerek batang jagung Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites)


(Ostrinia furnacalis Guenee)

Ulat peliang daun jeruk(Papilio memnon L.) Ulat daun kubis (Plutella xylostella)

v. Ordo Coleoptera
Coleoptera berasal dari kata coleos atau seludang dan pteron atau sayap. Serangga
dari ordo Coleoptera ini memiliki sayap depan yang mengalami modifikasi, yaitu mengeras
dan tebal seperti seludang. Sayap depan atau seludang ini berfungsi untuk menutupi sayap
belakang dan bagian tubuhnya. Sayap depan yang bersifat demikian disebut elitron,
sedangkan sayap belakang strukturnya tipis seperti selaput. Pada saat terbang kedua sayap
depan tidak berfungsi, namun pada waktu istirahat sayap belakang dilipat di bawah sayap
depan. Perkembangbiakan hidup serangga ordo Coleoptera adalah holometabola (telur-larva-
pupa-iamgo). Tipe alat mulut larva dan imago memiliki struktur yang sama, yaitu penggigit-
pengunyah. Coleoptera adalah ordo serangga yang paling besar di antara ordo-ordo serangga
hama. Oleh karena itu, ordo serangga ini banyak bentuknya. Sifat hidup serangga ordo
Coleoptera sebagian ada yang merusak tanaman, namun adapula yang bersifat predator.

9
kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.) Penggerek ubi jalar (Cylas formicarius)

vi. Ordo Diptera


”Di” artinya dua dan pteron berarti sayap. Diptera artinya serangga yang hanya
mempunyai sepasang sayap depan sebab sepasang sayap belakangnya telah berubah bentuk
menjadi bulatan (halter). Sayap ini berfungsi sebagi alat keseimbangan pada saat terbang, alat
untuk mengetahui arah angin, dan juga alat pendengaran. Stadium larva Diptera disebut
tempayak atau belatung atau set. Larva tidak mempunyai kaki, dan hidupnya menyukai
tempat-tempat yang lembab dan basah. Perkembangan hidup ordo Diptera adalah
holometabola (telur-larva-pupa-imago). Tipe alat mulut larva penggigit-pengunyah, sedang
imagonya memiliki tipe alat mulut penjilat-pengisap.

Lalat buah (Bactrocera spp.) Lalat penggerek batang padi(Atherigona exigua)

3. Filum Mollusca
Kelas Gastropoda merupakan salah satu kelas anggota filum Mollusca yang banyak
berperan sebagai hama tanaman. Tubuh anggota kelas Gastropoda ada yang dilindungi oleh
cangkang (shell), adapula yang tidak. Sebagai contoh yaitu bekicot (Achatina fullica Bowd.),
Semperula maculata, siput bugil (Parmarion pupillaris Humb.), dan Sumpil (Lamellaxis
gracilis Hutt.).

Bekicot (Achatina fullica Bowd.) Keong sawah (Pila ampullacea)

10
4. Filum Nematoda

Sastrosuwignyo (1990) menyatakan bahwa tidak semua anggota Nematoda


berperan sebagai hama tanaman atau bersifat parasitik, namun ada juga yang bersifat
saprofag yang tidak merugikan tanaman. Nematoda sering ditemukan pada tempat-
tempat atau habitat yang basah, misalnya dalam air, tanah, tanaman, binatang, dan
manusia. Nematoda berukuran sangat kecil, berbentuk silindris, tidak berwarna
(transparan), bilateral simetris, tidak beruas, mempunyai rongga tubuh semu
(pseudocoelomates), bagian kepala agak tumpul, sedangkan bagian ekornya agak
runcing. Selama hidupnya nematoda dapat mengalami pegantian kulit sebanyak empat
kali.
Nematoda parasitik ditandai dengan adanya stilet yang berfungsi mencucuk
dan mengisap jaringan tanaman. Sementara itu, nematoda saprofag tidak mempunyai
alat ini. Ada dua jenis stilet, yaitu Odontostilet dan Stomatostilet. Odontostilet adalah
stilet yang berbentuk seperti pisau tanpa knobb (pompa) pada bagian pangkal.
Sedangkan stomatostilet berbentuk seperti pisau dengan knobb pada bagian
pangkalnya. Tipe odontostilet terdapat pada ordo Dorylaimida, sedangkan tipe
stomatostilet terdapat pada ordo Tylenchida.

Pratylenchus sp

2.2. Gejala-gejala Kerusakan Akibat Hama Pada Tanaman

Gejala- gejala kerusakan yang diakibatkan oleh jenis- jenis hama yang diatas pada
tanaman ialah sebagai berikut:
i. Filum Chordata
 Gejala serangan hama bajing pada buah kelapa tampak terbentuknya lubang yang
cukup lebar dan tidak teratur dekat dengan ujung buah, sedang jika yang

11
menyerang tikus maka lubang yang terbentuk lebih kecil serta tampak lebih
teratur / rapi.
 Pada umumnya tikus menyerang tanpa mengenal tempat, sejak di persemaian,
pertanaman sampai ditempat penyimpanan. Tikus aktif menyerang tanaman pada
malam hari. Tikus yang lapar akan memakan hampir semua benda yang
dijumpainya. Jika makanan cukup tersedia, tikus akan memilih jenis makanan yang
paling disukai, seperti padi yang sedang bunting, dan jagung muda.
 Musang menyukai buah-buahan yang sudah tua atau masak. Disamping itu,
musang bersifat rakus, pemakan segala jenis tanaman atau hewan, antara lain
pemangsa anak ayam.
 Landak biasanya membuat sarang pada tebing-tebing berupa lubang-lubang atau
gua kecil seperti tikus. Aktif pada malam hari dan menyerang akar tanaman umbi-
umbian, dapat pula menyerang jagung, ketela pohon, nenas, dan tebu (Kalshoven,
1981).
 Burung pipit haji ini hidup berkelompok. Membuat sarang dari alang-alang, batang
padi atau rumput-rumputan lainnya. Dalam satu sarang terdapat lima ekor burung.
Kerusakan ditimbulkan oleh gerombolan burung pada saat padi sedang menguning.
Pada umumnya gerombolan burung ini terdiri atas kurang dari 50 ekor dan datang
berkali-kali
 Pada saat padi menguning burung pipit ini datang bergerombol berkali-kali untuk
makan padi yang sudah masak. DiJawa burung ini pernah menjadi hama padi yang
sangat potensial.

ii. Filum Arthropoda


 Menggigit mengunyah (mandibulata). Gejala kerusakannya berupa sobekan pada
daun, lubang-lubang pada daun, gerekan pada buah atau batang.
 Menusuk mengisap (haustelata). Gejala kerusakannya berupa bintik-bintik pada
daun, mengkerut, menguning, dan kering.
 Gejala serangan serangga hama yang menggulung dan menyatukan daun.

iii. Filum Mollusca


 Keong emas (Pomacea speciosa) menyerang tanaman padi dengan cara memakan
daun sehingga dalam waktu relatif singkat tanaman sudah gundul. Selain padi
muda, keong emas juga menyukai tanaman air seperti azola, eceng gondok,
kangkung, dan berbagai jenis sayuran lainnya. (Pitojo, 1996).
 Bekicot banyak merusak tanaman diantaranya adalah tanaman bunga bakung,
bunga dahlia, papaya, tomat, dan lain-lain. Selain itu,ia juga makan tanaman yang
telah mati.

12
iv. Filum Nematoda
 Menyerang dari dalam jaringan tanaman setelah dewasa nematoda meletakkan
sebagian tubuhnya ke dalam tanaman, telur dan larva berkembang dalam tubuh
tanaman, kemudian sebagian tubuhnya keluar dari jaringan tanaman
 Penyebab puru pada daun dan biji gandum.
 Menyebabkan pembengkakan batang dan pembusukan umbi lapis (bawang).
 Menyebabkan pucuk daun memutih pada tanaman padi.
 Menyebabkan perakaran membengkak pada famili Solanaceae, sehingga
pertumbuhan tidak normal.

2.3. Tekhnik Pengendalian Hama Terpadu (PHT)


Pengendalian hama terpadu (pht) adalah suatu konsep atau cara berpikir dalam upaya
pengendalian populasi atau tingkat serangan hama dengan menerapkan berbagai teknik
pengendalian yang dipadukan dalam satu kesatuan untuk mencegah kerusakan tanaman dan
timbulnya kerugian secara ekonomis serta mencegah kerusakan lingkungan dan ekosistem.
Dengan kata lain, pengendalian hama terpadu adalah pengendalian hama dan penyakit
tanaman dengan pendekatan ekologi yang bersifat multi-disiplin untuk mengelola populasi
hama dan penyakit dengan menerapkan berbagai teknik pengendalian yang kompatibel.
Prinsip dasar yang mencerminkan konsep pengendalian hama dan penyakit yang
berwawasan lingkungan serta mendorong penerapan pht secara nasional untuk pembangunan
pertanian yang berkelanjutan. empat prinsip dasar dalam penerapan pht tersebut adalah
sebagai berikut ;
a. Budidaya tanaman sehat, tanaman yang sehat memiliki daya tahan yang baik
terhadap serangan hama dan penyakit. tanaman sehat juga memiliki kemampuan
lebih cepat dalam mengatasi dan memulihkan dirinya sendiri dari kerusakan akibat
serangan hama dan penyakit tersebut. untuk memperoleh tanaman yang sehat perlu
memperhatiakn varietas yang akan dibudidayakan, penyemaian dengan cara yang
benar, serta pemeliharaan tanaman yang tepat.
b. Memanfaatkan musuh alami, musuh alami atau agens hayati terbukti mampu
menekan populasi hama dan menurunkan resiko kerusakan tanaman akibat serangan
hama dan penyakit. pengendalian hama dan penyakit dengan memanfaatkan musuh
alami yang potensial merupakan tolok ukur dalam sistem pht. pemanfaatan musuh
alami di dalam agroekosistem diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara

13
populasi hama dan populasi musuh alaminya. dengan demikian tidak akan terjadi
peledakan populasi hama yang melampaui ambang toleransi tanaman.
c. Pengamatan dan pemantauan rutin, dalam sistem pengendalian hama terpadu (pht),
pengamatan dan pemantauan perkembangan populasi hama merupakan bagian
terpenting yang harus dilakukan oleh setiap petani. pengamatan dan pemantauan
harus dilakukan secara rutin dan berkala, sehingga perkembangan populasi hama,
kondisi tanaman serta perkembangan populasi musuh alaminya dapat diketahui.
hasil pemantauan dan pengamatan digunakan sebagai dasar tindakan yang akan
dilakukan.
d. Petani sebagai ahli pht, sistem pengendalian hama terpadu (pht) sebaiknya
dikembangkan oleh petani sendiri, karena penerapan pht harus disesuaikan dengan
keadaan ekosistem setempat. setiap wilayah atau daerah memiliki ekosistem yang
berbeda-beda, sehingga suatu sistem pht yang dikembangkan pada wilayah tertentu
belum tentu cocok jika diterapkan pada wilayah lainnya. agar setiap petani mampu
menerapkan pht diwilayahnya masing-masing, maka setiap petani harus proaktif
untuk mempelajari konsep pht. dalam hal ini peran aktif instansi terkait dalam
memasyarakatkan pht sangat diperlukan.

Komponen dalam penerapan pengendalian hama terpadu (pht), yaitu sebagai berikut;
 Pengendalian secara fisik
Pengendalian hama secara fisik merupakan upaya atau usaha dalam memanfaatkan
atau mengubah faktor lingkungan fisik sehingga dapat menurunkan populasi hama dan
penyakit. tindakan pengendalian hama secara fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu ; pemanasan, pembakaran, pendinginan, pembasahan, pengeringan, lampu perangkap,
radiasi sinar infra merah, gelombang suara dan penghalang/pagar/barier.
 Pengendalian secara mekanik
Pengendalian hama dan penyakit secara mekanik yaitu pengendalian yang dilakukan
secara manual oleh manusia. pengendalian secara mekanik dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana, membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan waktu yang lama, efektifitas dan
efesiensinya rendah, tetapi tidak berpengaruh negatif terhadap lingkungan. beberapa contoh
tindakan secara mekanik dalam pengendalian hama antara lain sebagai berikut :
a. pengumpulan hama dan telurnya menggunakan tangan,
b. rogesan, yaitu pemotongan pucuk tebu yang terserang penggerek pucuk tebu
(schirpophaga nivella),

14
c. memangkas cabang, ranting atau bagian tanaman lainnya yang terserang hama atau
penyakit,
d. rampasan, yaitu pengumpulan seluruh buah ketika terjadi serangan berat penggerek
buah kopi (stephanoderes hampei),
e. gropyokan, yaitu perburuan hama tikus disuatu daerah yang luas secara serentak,
f. pemasangan perangkap hama,
g. pembungkusan buah
 Pengendalian kultur teknik
Pengendalian hama dan penyakit secara kultur teknik yaitu pengendalian hama dan
penyakit melalui sistem atau cara dalam bercocok tanam. beberapa tindakan dalam cara
bercocok tanam yang dapat mengurangi atau menekan populasi dan serangan hama antara
lain sebagai berikut ;
a. mengurangi kesesuaian ekosistem hama dengan melakukan sanitasi, modifikasi inang,
pengelolaan air, dan pengolahan lahan,
b. mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan hidup hama, yaitu dilakukan dengan
cara pergiliran tanaman, pemberoan dan penanaman serempak pada suatu ilayah yang
luas,
c. pengalihan populasi hama menjauhi pertanaman, misalnya dengan menanam tanaman
perangkap,
d. pengurangan dampak kerusakan oleh hama dengan cara mengubah toleransi inang.

 Pengendalian dengan varietas tahan


Mengurangi atau menekan populasi hama, serangan dan tingkat kerusakan tanaman
dengan menanam varietas yang tahan hama ataupun penyakit. teknik ini sudak sejak lama
diterapkan oleh petani. keuntungan teknik ini adalah tidak membutuhkan biaya yang mahal,
efektif dan aman bagi lingkungan. Akan tetapi pengendalian dengan varietas tahan juga
memiliki kelemahan dan kekurangan, yaitu harga benih/bibit yang mahal. jika ditanam dalam
jangka waktu yang panjang, sifat ketahanannya patah.

 Pengendalian secara hayati


Pengendalian secara hayati adalah pengendalian hama atau penyakit dengan
memanfaatkan agens hayati (musuh alami) yaitu predator, parasitoid, maupun patogen hama.
contohnya adalah sebagai berikut ;
a. Predator (binatang yang ukuran tubuhnya lebih besar sebagai pemangsa yang
memakan binatang yang lebih kecil sebagai mangsa) ; contohnya memanfaatkan ular
sebagai predator hama tikus atau kumbang coccinelid sebagai pemangsa kutu daun.

15
b. Parasitoid (binatang yang hidup diatas atau didalam tubuh binatang lain yang lebih
besar yang merupakan inangnya) ; contoh trichoderma sp, sebagai parasit telur
penggerek batang padi.
c. Patogen hama (mikroorganisme penyebab penyakit organisme hama), organisme
tersebut meliputi nematoda, protozoa, rikettsia, bakteri atau virus ; contoh
paecilomyces sp. jamur patogen telur nematoda puru akar.

 Pengendalian dengan peraturan / regulasi / karantina


Pengendalian dengan peraturan perundangan yaitu pencegahan penyebaran /
perpindahan dan penularan organisme pengganggu tanaman melalui kebijakan perundangan
yang ditetapkan oleh pemerintah. dasar hukum pencegahan dengan peraturan adalah sebagai
berikut ;
a. uu no. 16 th 1992 : karantina hewan, ikan dan tumbuhan
b. 2. pp no. 6 th 1995 : perlindungan tanaman
c. 3. pp no. 14 th 2000 : karantina tumbuhan
Contoh pengendalian hama dengan peraturan adalah pelarangan pengiriman benih
kentang dari batu, malang ke daerah lain yang belum terserang nematoda sista kentang
(globodera rostochiensis).

 Pengendalian secara kimiawi


Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara kimiawi menggunakan pestisida
sintetis kimia adalah alternatif terakhir apabila cara-cara pengendalian yang lain tidak mampu
mengatasi peningkatan populasi hama yang telah melampaui ambang kendali. tujuan
penggunaan pestisida merupakan koreksi untuk menurunkan populasi hama atau penyakit
sampai pada batas keseimbangan. penggunaan pestisida juga harus tepat sasaran, tepat dosis
dan tepat waktu.

Cara pengendalian hama secara pengendalian hama terpadu (PHT), yaitu:


 Pengendalian Hama Terpadu untuk filum Chordata

1. Tanam dan panen serempak


2. Sanitasi habitat
3. Penanaman tanaman perangkap
4. Linier Trap Barrier System (LTBS)
5. Pengomposan (fumigasi)
6. Pengumpanan
7. Gropyokan (umpan + rodentisida)
8. Konservasi dan pemanfaatan musuh alami

16
 Pengendalian Hama Terpadu untuk filum Arthropoda

1. Kurangi Pupuk N (ganti urea dengan NPK dan pupuk organik)


2. Keringkan sawah
3. Kurangi kelembaban sawah
4. Konservasi musuh alami (Parasitoid dan patogen)

 Pengendalian Hama Terpadu untuk filum Mollusca

1. Pemasangan perangkap telur


2. Pengambilan keong secara berkala
3. Pemberian umpan perangkap
4. Pemasangan kawat kasa disaluran antar petakan
5. Menurunkan tinggi air didalam kotakan
6. Membuat parit- parit didalam kotakan yang dikeringkan
7. Pelepasan itik diareal sawah
8. Penggunaan moluskisida (botanis dan sintesis)

 Pengendalian Hama Terpadu untuk filum Nematoda

1. Mengurangi daya rusak dan menghindari investasi OPT lain : Cara pengendalian ini
dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan pestisida (kimia, nabati,hayati), atau
bahan organik. Dengan cara tersebut nematoda terbunuh oleh senyawa toksik dari
pestisida, atau senyawa yang dihasilkan oleh bahan organik selama proses
dekomposisi (Sayre, 1980a ; Schmitt, 1985).
2. Mengurangi daya rusak melalui pendekatan genetik untuk meningkatkan daya tahan.
Cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan varietas tahan atau toleran. Dengan
menggunakan varietas tahan, nematoda tidak dapat berkembang biak, atau
perkembangbiakannya terhambat. Dengan menggunakan varietas tahan faktor
reproduksi lebih kecil dari satu (Pf/Pi <1), di mana Pf = populasi akhir, dan Pi =
populasi awal (Pinochet, 1992).
3. Mengurangi daya rusak dan kerugian melalui pendekatan fisiologis dan recovery:
Cara ini dapat dilakukan secara terpadu dengan menggunakan varietas tahan (toleran),
penggunaan pestisida dan teknik budidaya (pemupukan, pergiliran tanaman). Dengan
pengendalian terpadu selain populasi nematoda dapat ditekan, secara fisiologis
tanaman tumbuh normal, sehingga potensi produksi tanaman tersebut tercapai karena
kebutuhan hara terpenuhi.

17
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Hama merupakan suatu organisme penyebab kerusakan pada tanaman. Hama dapat
merusak secara langsung maupun tidak langsung, adapun beberapa kelompok hewan yang
dapat menjadi hama yaitu:
1. Filum Chordota
 Klas mammalia : tikus, bajing, landak, musang, gajah
 Klas aves (burung) : burung pemakan biji-bijian
2. Filum Arthropoda
 Klas insecta : serangga
 Klas Arachinda : tungau
3. Filum Molusca
 Klas Gastropoda : bekicot, keong, siput
4. Filum Nematoda

Sistem PHT (pengendalian hama terpadu) merupakan solusi yang dapat mencegah
kerusakan tanaman dan timbulnya kerugian secara ekonomis serta mencegah kerusakan
lingkungan dan ekosistem akibat jenis- jenis hama tersebut. Dengan menerapkan prinsip-
prinsip PHT (pengendalian hama terpadu) yang terdiri dari:
1. Budidaya tanaman sehat
2. Memanfaatkan musuh alami
3. Pengamatan dan pemantauan secara rutin
4. Petani sebagai ahli PHT

18
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Icha. 2018. Hama dan Penyakit Tanaman.
https://id.scribd.com/presentation/376590445/Hama-Dan-Penyakit-Tanaman
Faperta. 2017. Organisme Pengganggu Tanaman.
http://organisme-pengganggu.blogspot.com/2012/04/organisme-
pengganggutanamanopt_6854.html?m=1
Masnur. 2018. Perlindungan Tanaman (Bagian1). Surakarta : UIBS.
Semangun H. (2001). Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sinaga, MS. (2003). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Jakarta Penebar Swadaya.
Untung K. 1993. Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Yogyakarta: Andi Offset.
Untung K. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Wagiman, F.X. 2003. Hama Tanaman : Cemiri Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan.
Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah
Mada. Yogayakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai