Anda di halaman 1dari 20

PSIKOLOGI BELAJAR MATEMATIKA

PSIKOLOGI KOGNITIF
Dosen Pengampu: Titis

Disusun oleh:
NAMA:
1. Sri Endah Mianti
2. Vika Apriyanti
3. Nurjanah
4. Ibnu Sidiq Ertanto
5. Irma Nurhayati
6. Tarista Dara Anggita
KELAS: A2/SEMESTER 2

PRODI PENDIDKAN MATEMATIKA


PSIKOLOGI KOGNITIF

A. Pendahuluan
Psikologi kognitif mulai diperkenalkan pada akhir abad ke-19, yaitu
dengan lahirnya teori belajar Gestalt, dan salah satu tokoh psikologi Gestalt
adalah Mex Wertheimer, di mana ia meneliti tentang pengamatan dan
problem solving. Kemudian dilanjutkan oleh Kurt Kaffka yang mencoba
untuk menguraikan secara terperinci hukum-hukum pengamatan. Tokoh yang
lain adalah Wolfgang Kohler yang meneliti tentang insight pada simpanse.
Hasil penelitian tokoh tersebut telah memunculkan “Psikologi Gestalt” yang
mengutamakan pembahasan pada masalah konfigurasi, struktur, dan
pemetaan dalam pengalaman.
Para penganut Gestaltis berpendapat bahwa pengalaman itu
berstruktur dan terbentuk dalam suatu keseluruhan. Berarti orang yang sedang
belajar, akan mengamati stimulus secara keseluruhan yang terorganisasi dan
bukan dalam bagian-bagian yang terpisah.
Selanjutnya, Kohler dalam penelitiannya menemukan adanya insight
pada seekor simpanse, dengan cara menghadapkannya pada masalah
bagaimana cara memperoleh pisang yang terletak di luar kandang.
Wertheimer selanjutnya berpendapat bahwa dalam proses belajar,
tidaklah tepat mempergunakan metode menghafal, tetapi lebih baik bila
murid belajar dengan pengertian atau pemahaman. Oleh karena itu, para ahli
jiwa dari aliran kognitif berpebdapat bahwa tingkah laku seseorang senantiasa
didasarkan pada kognisi yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di
mana tingkah laku itu terjadi.
Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum
dan mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental sejauh
berkaitan dengan cara manusia berpikir dalam memperoleh pengetahuan,
mengolah kesan-kesan yang masuk melalui indra, pemecahan masalah,
menggali ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Pengertian Psikologi Kognitif
Inteligesi berasal dari kata intelligere yang berati menghubungkan
atau menyatukan satu sama lain. Menurut Stern, inteligansi ialah daya
menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan mempergunakan alat-alat
berpikir menurut tujuannya. Menurut Piaget, inteligensi adalh sejumlah
struktur psikologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus.
Psikologi kognitif adaah salah satu cabang dari psikologi dengan
pendekatan kognitif untuk memahami perilaku manusia. Psikologi kognitif
mempelajari tentang cara manusia menerima, mempersepsi, mempelajari,
menalar, mengingat dan berfikir tentang suatu informasi.
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang melibatkan
pengetahuan dan pengembangan intelektual siswa ( Blom, 1956 ). Secara
tidak langsung kemampuan ini pasti dimiliki oleh siswa. Namun, tingkat
kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa berbeda tergantung bagaimana
dan sejauh mana kemapuan dilatihkan.
C. Perkembangan Psikologi Kognitif
Fase-fase jalur belajar pengaturan kegiatan kognitif:
1. Fase motivasi: untuk mendapat motivasi siswa harus memeras otaknya
sendiri.
2. Fase konsentrasi: anak harus mengamati dengan cermat, jika penyelesaian
masalah memerlukan pengamatan.
3. Fase pengolahan: anak harus menggali dari ingatannya terhadap siasat
yang pernah digunakan untuk mengatasi hal serupa, yang cocok untuk
suatu problem.
4. Fase umpan balik: konfirmasi tepat dan tidaknya penyelesaian yang
ditempuh.

Perkembangan inteligensi anak menurut Piaget mengandung tiga


aspek, yaitu structure, content, dan function. Jadi, inteligensi anak yang
sedang mengalami perkembangan, struktur (structure) dan content
inteligensinya berubah atau berkembang.
Tahap-tahap perkembangan menurut Piaget ialah kematangan,
pengalaman fisik atau lingkungan, transmisi sosial, dan equilibrium atau self
regulation.
Selanjutnya Piaget membagi tingkat perkembangan sebagat tahap:
sensori motorik, berpikir praoperasional, berpikir operasional konkret,
berpikir operasional formal.
D. Macam-macam Teori Belajar Kognitif
Yang termasuk teori belajar kognitif adalah:
1. Teori Gestalt
Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar
gestalt. Peletak dasar teori Gestalt adalah Max Wertheimer ( 1880-1943 )
yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Sumbangannya
diikuti oleh Koffka ( 1886-1941 ) yang menguraikan secara terperinci
tentang hukum-hukum pengamatan, kemudian Wolfgang Kohler (1887-
1959) yang meneliti tentang insight pada simpanse. Konsep penting dalam
psikologi gestalt adalah insight yaitu pengamatan atau pemahaman
mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian di dalam suatu
situasi permasalahan.
Esensi dari teori gestalt adalah bahwa pikiran adalah usaha-usaha
untuk mengimtrepetasikan sensasi dari pengalaman-pengalaman yang
masuk sebagai keseluruhan yang terorganisir berdasar sifat tertentu dan
bukan kumpulan unit data yang terpisah-pisah. Sensasi atau informasi
harus dipandang secara menyeluruh, karena bila dipersepsi secara terpisah
atau bagian demi bagian maka strukturnya tidak jelas.

Menurut pandangan psikologi gestalt bahwa seseorang


memperoleh pengetahuan melalui informasi dengan melihat strukturnya
secara menyeluruh kemudian menyusun kembali dalam struktur yang lebih
sederhana sehingga lebih mudah dipahami.
2. Teori belajar Kontruktivisme
Teori belajar Kontruktivisme memandang bahwa:
 Belajar berarti mengkontruksikan makna atas informasi dari masukan
yang masuk ke dalam otak
 Peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan informasi
kompleks ke dalam dirinya sendiri.
 Peserta didik sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru
yang berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi
prinsip-prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak bisa digunakan
lagi.
 Peserta didik mengkontruksikan pengetahuannya sendiri melalui
interaksi dengan lingkungannya.
Teori Kontruktivisme menetapkan 4 asumsi tentang belajar, yaitu:
 Pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh peserta didik yang
terkibat dalam belajar aktif.
 Pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh peserta didik yang
membuat representa atas kegiatannya sendiri.
 Pengetahuan secara sosial dikonstruksikan oleh peserta didik yang
menyampaikan maknanya kepada orang lain.
 Pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan oleh peserta didik yang
mencoba menjelaskan objek yang tidak benar-benar dipahaminya.
E. Faktor yang Mempengaruhi Inteligensi
1. Faktor pembawaan, dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa
sejak lahir.
2. Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana mengarahkan perbuatan
kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
3. Faktor pembentukan, di mana pembentukan adalah segala keadaan di luar
diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.
4. Faktor kematangan, di mana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami
pertumbuhan dan perkembangan.
5. Faktor kebebasan, yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu
dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
F. Peran Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif dianggap penting karena :
1. Kognisi/proses mental merupakan masalah pokok dalam studi psikologi.
Artinya dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tak akan terlepas dari
aspek kognisi, seperti misalnya persepsi, atensi terhadap stimulasi tertentu,
ingatan, pengetahuan, dll.
2. Pandangan Psikologi Kognitif banyak berpengaruh pada bidang-bi-dang
psikologi lain. Sebagai contoh, pendekatan Psikologi Kognitif ten-tang
aspek kognisi banyak dipergunakan dalam Psikologi Sosial (misal per-
sepsi masyarakat terhadap pathologi sosial), Psikologi Konseling (misal
mengubah cara berpikir yang salah), Psikologi Pendidikan (misal fungsi
ingatan dan intelegensi terhadap prestasi), dan Psikologi Konsumen (misal
upaya membentuk persepsi konsumen).
3. Melalui prinsip kognisi, seseorang dapat menangani dan memproses
informasi secara efesien dan terorganisasi dengan baik. Dengan me-
mahami aspek kognisi serta proses-proses yang terkait, manusia menjadi
lebih tahu dan mampu menciptakan cara-cara mengolah informasi agar
ber-manfaat bagi diri dan lingkungannya secara le-bih baik. Misal :
mencip-takan komputer untuk mempermudah pekerjaan dan komunikasi
dengan orang lain, berbicara secara lebih efektif dan efisien, menciptakan
kode/ digit angka untuk bantuan mengingat nomor telephone atau KTP
secara lebih cepat.
G. Aspek Kognitif
1. Kematangan → Semakin bertambahnya usia, maka semakin bijaksana
seseorang.

2. Pengalaman → hasil interaksi dengan orang lain.

3. Transmisi sosial → hubungan sosial dan komunikasi yang sesuai dengan


lingkungan.

4. Equilibrasi → perpaduan dari pengalaman dan proses transmisi sosial.


Ada 2 sistem yang mengatur kognitif :
1. Skema → antar sistem yang terpadu dan tergabung

2. Adaptasi, terdiri dari asimilasi dan akomodasi.

o Asimilasi terjadi pada objek yang meliputi biologis (refleksi,


keterbatasan kemampuan dll) dan kognitif (menggabungkan sesuatu
yang sudah diperoleh).

o Akomodasi terjadi pada subjek.


H. Konsep-konsep Dasar Psikologi Kognitif Berkaitan dengan Informasi
Ada dua konsep dasar psikologi kognitif, yaitu kognisidan pendekatan
kognitif.
1. Kognisi
Dalam istilah kognisi, maka psikologi kognitif dipandang sebagai
cabang psikologi yang mempelajari proses-proses mental atau aktivitas
pikiran manusia, misalnya proses-proses persepsi, ingatan, bahasa,
penalaran dan pemecahan masalah.
Contoh-contoh yang berkaitan dengan informasi :
a. Proses-Proses persepsi
Ada seorang karyawan baru yang bekerja di suatu perusahaan
yang tingkat profesionalismenya kurang. Di situ, baik karyawan yang
rajin maupun yang malas mendapat gaji yang sama. Setelah lama
beradaptasi di kantor itu, karyawan beru tersebut memiliki persepsi
bahwa dia tidak perlu bekerja dengan sungguh-sungguh karena tidak
akan berpengaruh pada gajinya.
b. Ingatan
Kemampuan mengingat informasi dari membaca tentunya akan
lebih lama dari hanya sekedar mendengar. Karena dengan membaca,
pikiran / otak kita akan bekerja lebih keras untuk memahami dan
menyimpan informasi tersebut. Sedangkan dengan mendengar, kita
hanya mengandalkan telinga, asalkan kita hafal. Bahkan kadang-kadang
tanpa pemahaman.
c. Bahasa
Informasi akan lebih mudah kita pahami dan kita mengerti,
apabila bahasa yang digunakan sesuai dengan bahasa kita, maka
informasi itu akan lebih maksimal kita gunakan. Karena otak / pikiran
kita mampu mencerna inti informasi tersebut.
d. Penalaran
Seseorang yang memiliki penalaran secara baik akan dapat
memperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah tersebut, tidak
hanya dari satu sisi saja. Tapi dapat diperoleh dari bagian lain, karena
suatu masalah biasanya yang hanya memiliki indikasi.
e. Persoalan
Sikap dan perilaku manusia dapat mencerminkan masalah yang
sedang dihadapi. Sikap dan perilaku ini, apabila digabungkan dengan
informasi yang sudah ada, maka dapat menciptakan suatu solusi.
2. Pendekatan Kognisi
Sebagai suatu pendekatan maka psikologi kognitif dapat dipandang
sebagai cara tertentu di dalam mendekati berbagai fenomena psikologi
manusia. Konsep ini menekankan pada peran-peran persepsi, pengetahuan,
ingatan, dan proses-proses berpikir bagi perilaku manusia.
Contoh yang berkaitan dengan informasi:
a. Peran-Peran persepsi
Orang yang berpersepsi / berpikir bahwa kegagalan adalah
sukses yang tertunda, dia akan selalu berusaha untuk mencoba lagi,
walaupun dia ridak tahu kapan dia akan berhasil. Karena dipikirannya
semakin dia mencoba, semakin banyak informasi yang didapat, maka
tingkat kesalahan dapat diminimalisir / dihindari. Hal ini
menjadikannya sebagai pribadi yang sabar dan ulet.
b. Pengetahuan
Orang yang banyak pengetahuan, biasanya lebih mengerti dan
dapat mengelola informasi dengan cepat, karena dia tahu bagaimana
cara mendapatkan informasi yang cepat, tepat, murah dan efisien.

c. Proses-Proses Berpikir
Jenjang pendidikan, lingkungan sekitar serta cara hidup
mempengaruhi proses-proses dan pola berpikir kita. Orang yang
berpendidikan tinggi, hidup di lingkungan berpendidikan dan cara
hidup yang modern, biasanya akan mencari suatu informasi dengan cara
yang berbasis teknologi yang lebih cepat dan praktis. Ini karena mereka
telah dibentuk menjadi pribadi yang modern dengan cara berpikir yang
cepat.
I. Asumsi-asumsi dalam Psikologi Kognitif
1. Proses Kognitif lebih bersifat aktif daripada pasif.
Psikologi kognitif mendasarkan pandangannya pada kenyataan
bahwa ma-nusia adalah aktif/tidak pasif. Artinya, manusia selalu berupaya
mencari in-formasi, memperoleh pengetahuan, dan mengikuti
perkembangan pengeta-huan baru. Pandangan ini berbeda dengan
behavioristik yang memandang manusia itu pasif (merespon hanya jika
ada stimulus).
2. Proses Kognitif terjadi secara sangat efisien dan akurat.
Dalam perkembangan berbahasa seseorang manusia, dari sekedar
kata-kata tak berarti sampai dapat mengucapkan kalimat panjang dengan
bahasa yang beraneka macam, sebenarnya dilandasi dengan kemampuan
kognitif manusia untuk mengenal kata-kata baru, struktur bahasa yang
kompleks dan menyimpannya banyak informasi yang terkait dalam
memori. Oleh karena itu manusia mampu memanfaatkan kemampuannya
tersebut secara efisien dan akurat. Kalau terjadi kesalahan dalam
pemanfaatan informasi yang tersimpan, maka ini terjadi karena
ketidaktepatan penggunaan strategi dalam mengenal dan menyimpan
informasi ke dalam kognitifnya.
3. Proses Kognitif cenderung lebih baik apabila berkaitan dengan infor-masi
yang positif dari pada informasi yang negatif.
Artinya individu akan lebih mudah memahami bentuk kalimat
pernyataan yang positif dari pada kalimat yang negatif.
Misal :
a. “Amin adalah anak yang jujur” lebih mudah dipahami dari pada “Amin
bukan anak yang tidak jujur”.
b.“Mahatir merupakan perdana menteri yang tangguh” lebih mudah
dipahami dari pada “Mahatir bukan merupakan perdana menteri yang
tidak tangguh”.
Kebanyakan orang yang cenderung lebih akurat dalam mengingat
informasi positif dari pada informasi negatif. Artinya, dalam membentuk
konsep, kinerja pikiran lebih baik dalam memilih contoh-contoh konsep
yang positif daripada contoh konsep yang negatif. Termasuk dalam tugas
penalaran, lebih mudah bila berhubungan dengan informasi positif dari
pada negatif.
Contoh :
a. “Kera, kerbau, sapi, kangguru, adalah mamalia” merupakan konsep
yang lebih mudah diingat dari pada konsep ‘Kupu-kupu, ikan, siput
bukan contoh binatang mamalia”
b. Pernyataan : “Individu yang puas terhadap pekerjaannya akan memiliki
motivasi kerja lebih baik daripada mereka yang tidak puas” lebih
mudah dinalar dari pada pernyataan : “Seseorang tidak akan memiliki
motivasi kerja lebih baik kecuali ia merasa puas dengan pekerjaannya
daripada orang lain”
4. Umumnya Proses Kognitif tidak dapat diamati secara langsung.
Kita tidak dapat melihat apa yang terjadi dalam pikiran seseorang
yang sedang menghafal, membuat keputusan/memecahkan masalah.
Sehingga agak sulit untuk menerangkan proses kognitif secara langsung.
Untuk itu sering digunakan 2 atau 3 teori dalam menerangkan serta
menggunakan cara men-terjemahkan proses kognitif tersebut kedalam
respon-respon tertentu yang dapat diamati dan diukur.
5. Proses Kognitif saling berkaitan antara unit satu dengan yang lain, dan
tidak bisa bekerja secara terpisah.
Persepsi, sebagai salah satu yang melibatkan proses kognitif,
bukanlah semata-mata pemrosesan stimulus dari luar (bottom-up
processing), tapi yang melibatkan pengolahan pengetahuan yang tersimpan
dalam ingatan (top-down processing).
Contoh :
Saat menghadapi ujian/tes, seseorang akan melewati tahapan :
 Identifikasi kata-kata dalam soal dan memahaminya
 Memeriksa memori untuk mencari jawaban
 Jika jawaban ditentukan dalam memori, maka diinformasikan dalam
suatu rencana untuk memunculkannya dalam kata-kata.
 Mentransformasi jawaban ke dalam jawaban nyata.
Dalam suatu aktivitas mental ada serangkaian perintah atau proses
yang saling berhubungan, antara lain : identifikasi, pemberian arti,
penggunaan ingatan, dll. Artinya, karateristik penting dari proses analisa
informasi adalah melibatkan jejak rangkaian perintah untuk mengaktifkan
proses mental terhadap suatu in-formasi yang berwujud suatu kegiatan
kognitif yang khas.
J. Tokoh Teori Belajar Kognitif
1. Kemampuan Kognitif menurut Revisi Taksonomi Bloom
Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu dalam dirinya telah
terjadi perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan terjadi. Jadi hasil
belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai
produk dari proses belajar.
Selain ranah afektif dan psikomotorik, hasil belajar yang perlu
diperhatikan adalah dalam ranah kognitif. Dalam Taksonomi Bloom yang
direvisi oleh David R. Krathwohl di jurnal Theory into Practice, aspek
kognitif dibedakan atas enam jenjang yang diurutkan sebagai berikut:
Hieraki Ranah Kognitif Menurut Revisi Taksonomi Bloom
a. Mengingat (remembering)
Mengingat merupakan proses kognitif paling rendah tingkatannya.
Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar
bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek
pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan
terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu
mengenali (recognizing) dan mengingat. Kata operasional mengetahui
yaitu mengutip, menjelaskan, menggambar, menyebutkan, membilang,
mengidentifikasi, memasangkan, menandai, menamai.
b. Memahami (understanding).
Pertanyaan pemahaman menuntut siswa menunjukkan bahwa
mereka telah mempunyai pengertian yang memadai untk
mengorganisasikan dan menyusun materi-materi yang telah diketahui.
Siswa harus memilih fakta-fakta yang cocok untuk menjawab
pertanyaan. Jawaban siswa tidak sekedar mengingat kembali informasi,
namun harus menunjukkan pengertian terhadap materi yang
diketahuinya. Kata operasional memahami yaitu menafsirkan,
meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan,
membeberkan.
c. Menerapkan (applying).
Pertanyaan penerapan mencakup penggunaan suatu prosedur guna
menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu,
mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun
tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan
prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif
yaitu menjalankan dan mengimplementasikan. Kata oprasionalnya
melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan,
mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan,
mendeteksi.
d. Menganalisis (analyzing).
Pertanyaan analisis menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke
unsur-unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan
antar unsur-unsur tersebut. Kata oprasionalnya yaitu menguraikan,
membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur,
mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan,
menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan.
e. Mengevaluasi (evaluating).
Mengevaluasi membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria
dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup
dalam kategori ini adalah memeriksa dan mengkritik. Kata
operasionalnya yaitu menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi,
menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan.
f. Mencipta (creating).
Membuat adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu
bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam
kategori ini yaitu membuat, merencanakan, dan memproduksi. Kata
oprasionalnya yaitu merancang, membangun, merencanakan,
memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan,
memperkuat, memperindah, mengubah.
2. Teori Jean Pieget (1896-1980)
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat
susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne,l976: 71).
Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan
perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf.
Salah satu teori yang berpengaruh dalam menjelaskan perkembangan
kognitif ini adalah teori Piaget.
Jean Piaget, yang hidup dari tahun 1896 sampai tahun 1980, adalah
seorang ahli biologi dan psikologi berkebangsaan Swiss. Ia merupakan
salah seorang yang memmuskan teori yang dapat menjelaskan fase-fase
perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasarkan dua sudut
pandang yang disebut sudut pandang aliran struktural (structuralism) dan
aliran konstruktif (constructivism).
Aliran struktural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat dari
pandangannya tentang inteligensi yang berkembang melalui serangkaian
tahap perkembangan yang ditandai oleh perkembangan kualitas struktur
kognitif. Aliran konstruktif terlihat dari pandangan Piaget yang
menyatakan bahwa, anak membangun kemampuan kognitif melalui
interaksinya dengan dunia di sekitarnya.
Dalam hal ini, Piaget menyamakan anak dengan peneliti yang
selalu sibuk membangun teori-teorinya tentang dunia di sekitarnya,
melalui interaksinya dengan lingkungan di sekitarnya. Hasil dari interaksi
ini adalah terbentuknya struktur kognitil, atau skemata (dalam bentuk
tunggal disebut skema) yang dimulai dari terbentuknya struktur berpikir
secara logis, kemudian berkembang meqjadi suatu generalisasi
(kesimpulan umum).
3. Teori Lev Vygotsky (1896-1934)
Melalui teori revolusi sosio kulturnya, Vygotsky mengemukakan
bahwa manusia memiliki alat berpikir (tool of mind) yang dapat
dipergunakan untuk membantu memecahkan masalah, memudahkan dalam
melakukan tindakan, memperluas kemampuan, melakukan sesuatu sesuai
kapasitas alami (Brodova dan Deborah,1996;26). Vygotsky
mengemukakan beberapa kegunaan dari alat berpikir manusia yaitu:
 Membantu memecahkan masalah, seseorang akan mampu mencari
jalan keluar terhadap masalah yang dihadapinya. Anak-anak akan
mencoba memecahkan masalah dalam permainan yang sedang
dikerjakan(mencari jejak).
 Memudahkan dalam melakukan tindakan, dengan alat berpikirnya
setiap individu akan dapat memilih tindakan atau perbuatan seefektif
dan seefisien mungkin dalam mencapai tujuan itu adalah cerminan dari
berfungsinya alat berfikir.
 Memperluas kemampuan,melalui berbagai eksplorasi yang dilakukan
seorang anak melalui panca inderanya, maka akan semakin banyak hal
yang akan ia ketahui.
 Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya, alat berpikir
berkembang secara alami, mengikuti apa yang terjadi di sekitarnya.
Semakin banyak stimulasi yang diperoleh anak saat berinteraksi
dengan lingkungan, maka akan semakin cepat berkembang fungsi
pikirnya.
4. David Ausubel
Menurut Ausubel dalam buku karya Drs. Bambang Warsita bahwa
“belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari diasimilasi secara
nonarbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya”(2008:72). Hal ini berari bahwa pembelajaran bermakna
merupakan suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik.
Dimana Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep
atau fakta-fakta saja, tetapi merupakan kegiatan yang menghubungkan
konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga
konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah
dilupakan. Jadi guru harus menjadi perancang pembelajaran dan
pengembang program pembelajaran dengan berusaha mengetahui dan
menggali konsep-konsep yang dimiliki peserta didik dan membantu
memadukan secara harmonis dengan pengetahuan baru yang dipelajari.
5. Jerome Bruner (1997)
Berdasarkan Drs. Wasty Soemanto (1997:127) dan Drs. Bambang
warsita(2008:71) dimana Jarome Bruner mengusulkana teori yang
disebutnya free discovery learning.Teori ini bertitik tolak pada teori
kognitif, yang menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahan. Maksudnya, teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi
dan sebagainya melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau
mewakili aturan yang menjadi sumbernya.
6. Albert Bandura
Bandura berpendapat tentang teori kognitif sosial. Seperti yang
dijelaskan dalam buku karya John W. Santrock (2007:285) yang
menyatakan bahwa teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory)
merupakan faktor sosial dan kognitif dan juga faktor perilaku, memainkan
peran penting dalam pembelajaran.
Hal ini berarti bahwa faktor kognitif berupa ekspektasi murid
untuk meraih keberhasilan sedangkan faktor sosial mencakup pengamatan
murid terhadap perilaku orang tuanya. Jadi menurut Bandura antara faktor
kognitif/person, faktor lingkungan dan faktor perilaku mempengaruhi satu
sama lain dan faktor-faktor ini bisa saling berinteraksi untuk
mempengaruhi pembelajaran. Faktor kognitif mencakup ekspektasi,
keyakinan, strategi, pemikiran dan kecerdasan.
7. Kurt Lewin(1991)
Merupakan tokoh teori belajar kognitif adalah Kurt Lewin yang
menyatakan tentang teori belajar medan kognitif (cognitive-field learning
theory). Seperti yang di jelaskan oleh Nana Sudjana dalam bukunya yang
menjelaskan bahwa dalam teori belajar medan kognitif, “belajar
didefinisikan sebagaai proses interaksional dimana pribadi menjangkau
wawasan-wawasan baru dan atu merubah sesuatu yang lama”(1991:97).
K. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif
Berdasarkan pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang
menyatakan tentang prinsip- prinsip dasar teori kognitivisme, antara lain:
 Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan
 Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran
 Menekankan pada pola pikir peserta didik
 Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan
menyimpan informasi dalam ingatannya
 Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran
sebagai proses aktif di dalam diri peserta didik
 Menerapkan reward and punishment
 Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang
disampaikan guru, tetapi juga pada cara peserta didik memproses
informasi tersebut.

L. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif


Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan
teori belajar kognitif. Di samping memiliki kelebihan – kelebihannya ada pula
kelemahan – kelemahannya. Berikut adalah beberapa kelebihan belajar
kognitif:
a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena
mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi
memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan
ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa
lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa
mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan
fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan
orang lain dengan.
b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah
karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses
pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat,
memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya. Serta
Menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada
lebih mudah dipahami.

Kelemahan Teori Belajar kognitif


a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
b. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
c. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya
masih belum tuntas.
DAFTAR PUSTAKA

Sugihartono,dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Uny Press


Yogyakarta.

http://www.google.com/#hl=en&output=search&sclient=psy-
ab&q=kemampuan+kognitif&oq=kemampuan+&gs 18:58 20 Maret 2013

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_fis_0606175_chapter1.pdf
18:59 20 maret 2013.

http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/09/makalah-teori-belajar-kognitif-
dan.html.

http://kajianpsikologi.blogspot.com/2011/11/psikologi-kognitif.html.

http://www.e-jurnal.com/konsep-konsep-dasar-psikologi-kognitif/.

Anda mungkin juga menyukai