Anda di halaman 1dari 11

Praktikum ke- 5 Hari/Tanggal : Kamis/14 Oktober 2010

m.k. Fisiologi Reproduksi Shift/Kelompok : II/1


Organisme Akuatik Asisten : Poppy Dea Bertha

PENGAMBILAN, PENGAWETAN DAN PENGAMATAN


SPERMA IKAN

Disusun Oleh:
Hidayatullah
C14080020

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Salah satu permasalahan fertilisasi pada budidaya ikan air tawar adalah
rendahnya tingkat fertilisasi dari spermatozoa di dalam air. Hal ini mengakibatkan
banyaknya sel telur yang tidak terbuahi secara sempurna. Kelangsungan hidup
sperma diluar tubuh ikan umumnya sangat singkat, mulai dari beberapa puluh
detik hingga beberapa puluh menit. Hal ini merupakan salah satu penyebab
menurunnya produktivitas ikan dalam kegiatan budidaya. Dalam proses
pembuahan (fertilisasi) sel telur (ovum) oleh sperma, kualitas sperma sangat
menentukan keberhasilan proses pembuahan tersebut. Daya tahan hidup sperma di
media air dan daya gerak (mortilitas) perlu diketahui dalam upaya meningkatkan
derajat pembuahan pada kegiatan pengembangbiakan ikan (breeding). Pada
kenyataanya sering terjadi tenggang waktu antara ketersediaan sperma dengan
keberadaan sel telur (kematangan gonad antara ikan jantan dan ikan betina yang
tidak sinkron) atau ada perbedaan jarak antara keberadaan sperma dengan
keberadaan telur sehingga untuk mengatasinya sperma perlu diawetkan.
Pengawetan sperma perlu dilakukan untuk menjamin ketersediaan sperma
jika dibutuhkan, sehingga memungkinkan terjadinya pembuahan meskipun
kematangan gonad jantan dan betina tidak bersamaan, sediaan genetik, dan
memudahkan melakukan pemuliaan ikan, memudahkan distribusi, transportasi
sperma ikan dalam jumlah besar ke daerah lain, serta memungkinkan ketersediaan
benih sepanjang tahun. Oleh karena itu mengapa praktikum ini sangat penting
untuk dilakukan.

I.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu menerapkan prinsip-
prinsip pengambilan, pengawetan, dan pengamatan sperma, serta mengetahui
pergerakan dan umur sperma.

II. METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis pukul 15.00 s.d 18.00 WIB
tanggal 7 Oktober 2010 yang bertempat di Laboratorium Lingkungan,
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.

2.2 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara syringe 3 ml, gelas
objek, gelas penutup, mikroskop, stopwatch, cold box, kertas label, kain lap, dan
micro tube. Sedangkan bahan yang digunakan meliputi air, sperma induk jantan
ikan mas, larutan fisiologis.

2.3 Prosedur Kerja


2.3.1 Prosedur pengambilan sperma ikan
Pertama-tama ikan mas jantan diambil dan dibersihkan serta dilap dengan
lap kering agar tidak terkena air. Lubang genital dibersihkan dengan tisu hingga
kering agar sperma yang diambil tidak terkena air. Kemudian ikan distripping
secara perlahan dan sperma yang keluar diambil atau disedot dengan syringe 3 ml
tanpa jarum.

2.3.2 Prosedur pengamatan dengan masing-masing bahan yang diujikan


Untuk perlakuan tanpa larutan NaCl dengan suhu ruang sperma yang telah
diambil dengan syringe ditetesi ke atas gelas objek dan selanjutnya secara
bersamaan ditetesi air diatasnya dan stopwatch dinyalakan, setelah itu diamati.
Begitu juga dengan suhu dingin, namun sebelumnya sperma dari syringe
dipindahkan ke dalam micro tube dan disimpan didalam ice box dengan lama
waktu 0, 30, dan 60 menit. Untuk perlakuan dengan NaCl, sperma yang telah
diambil dengan syringe ditambahkan larutan NaCl dengan perbandingan 1:3
antara sperma dan larutan NaCl. Selanjutnya ditetesi diatas gelas objek dan
diwaktu yang bersamaan air ditetesi diatas sperma, stopwatch dinyalakan dan
diamati pergerakan dan umur sperma. Untuk perlakuan suhu dingin dengan
larutan NaCl sebelum diamati dengan mikroskop, sperma dari dalam syringe
dipindahkan kedalam micro tube dan disimpan didalam ice box dengan lama
waktu 0, 30, dan 60 menit. Selanjutnya diamati pergerakan dan umur sperma.
III.HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Perbandingan Sperma Pada Setiap Perlakuan Setelah 1
jam Perlakuan
Perlakuan Ulangan Umur sperma Indeks Kriteria
Pengencer Suhu (detik) Motalitas
NaCl Dingin 1 - 0 Semua sperma tidak bergerak
dan bergetar
2 2’45’’ 5 Semua sperma bergerak sangat
cepat dengan pergerakan ekor
bervariasi
Ruang 1 - 0 Semua sperma tidak bergerak
dan bergetar
2 3’48’’ 3 Banyak sperma bergerak cepat
dan yang lain bergetar di
tempat
Tanpa Dingin 1 10’ 0.25 Banyak sperma tidak bergerak,
NaCl kadang-kadang terlihat
bergetar lemah
2 1’15’’ 2 Banyak sperma bergetar
dengan sedikit memperlihatkan
pergerakan sperma
Ruang 1 2’41’’ 3 Banyak sperma bergerak cepat
dan yang lain bergetar di
tempat

Grafik 1. Lama Hidup Sperma

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa umur sperma terlama


terdapat pada perlakuan tanpa NaCl dengan suhu dingin pada ulangan 1 yaitu 600
detik. Sedangkan untuk waktu tersingkat terdapat pada perlakuan NaCl suhu
dingin dan NaCl suhu ruang pada ulangan 1 yaitu 0 detik.

Grafik 2. Motilitas Sperma


Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa indeks motilitas tertinggi
terdapat pada perlakuan NaCl dengan suhu dingin pada ulangan 2 dan perlakuan
tanpa NaCl dengan suhu dingin pada ulangan 1 yaitu sebesar 5. Sedangkan indeks
motilitas terendah terdapat pada perlakuan NaCl dengan suhu dingin dan ruang
pada ulangan 1 yaitu 0.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Sperma Perlakuan Suhu Dingin Dengan Pengenceran
NaCl
Waktu Pengamatan Umur Sperma Indeks Kriteria
(detik) Motalitas
0 jam 1’07’’ 3 Banyak sperma bergerak cepat dan
yang lain bergetar di tempat
½ jam 2’30’’ 3 Banyak sperma bergerak cepat dan
yang lain bergetar di tempat
1 jam 0 0 Semua sperma tidak bergerak dan
bergetar

Grafik 3. Lama Hidup Sperma


Berdasarkan Grafik di atas, dapat diketahui bahwa umur sperma
terpanjang terdapat pada waktu pengamatan 0.5 jam yaitu 150 detik. Sedangkan
umur terpendek terdapat pada waktu pengamatan 1 jam yaitu 0 detik.

Grafik 4. Motilitas Sperma


Berdasarkan Grafik di atas, dapat diketahui bahwa indeks motilitas
tertinggi terdapat pada waktu pengamatan 0 jam dan 0.5 jam yaitu dengan indeks
motilitas 3. Sedangkan pada waktu pengamatan 1 jam indeks yang didapatkan
yaitu 0.

3.2 Pembahasan
Sperma merupakan gamet jantan yang dihasilkan oleh testis. Sperma dari
beberapa spesies ikan famili cyprinidae berwarna kekuning-kuningan menyerupai
susu. Sperma meliputi dua bagian, yaitu zat cair dan sel. Cairan merupakan tempat
hidup sperma. Sel-sel yang hidup dan bergerak disebut spermatozoa, dan zat cair
dimana sel-sel tersebut berenang disebut plasma seminal (Hoar, 1979).
Spermatozoa merupakan sel padat dan sangat khas, tidak tumbuh atau membagi
diri serta tidak mempunyai peranan fisiologis apapun pada hewan yang
menghasilkannya, semata-mata hanya untuk membuahi telur pada jenis yang sama
(Pangestuningtias 1993).
Pengaruh perlakuan larutan fisiologis NaCl yang diberikan terhadap
sperma dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa. Hal ini seperti yang
diungkapkan (Rustidja 1985 dalam Hidayaturrahmah 2007) yang menyatakan
arutan fisiologis yang digunakan sebagai pengencer organik pada suatu percobaan
dapat mempertahankan daya hidup sperma sekitar 20-25 menit, hal ini
dikarenakan larutan fisiologis mengandung unsur elektrolit yang dapat
mempertahankan daya hidup spermatozoa secara in vitro. Larutan garam
fisiologis diperlukan karena natrium (Na) merupakan kation utama dalam cairan
ekstraseluler yang memegang peranan penting pada regulasi tekanan osmotisnya,
juga pada pembentukan potensial listrik yang perlu bagi kontraksi otot dan
penerusan impuls saraf. Sehingga untuk tujuan preservasi larutan fisiologis adalah
bahan pengencer yang baik.
Motilitas adalah gerak maju ke depan dari spermatozoa secara progresif.
Kecepatan serta lamanya sperma bergerak bergantung kepada berbagai faktor,
antara lain jenis serta konsentrasi unsur yang terkandung di dalamnya, suhu, pH,
dan metabolisme sel, serta konsentrasi spermatozoa dalam cairan sperma
menerangkan bahwa semakin pendek umurnya kerena kecepatan pergerakan
spermatozoa erat hubungannya dengan derajat pergerakan. Menurut Hoar (1979),
mengemukakan bahwa sperma ikan air tawar kebanyakan masih dapat bergerak
selama 2 – 3 menit setelah lepas dari media hidup aslinya. Sperma ikan mas hanya
hidup selama 30–60 detik dalam air. Pergerakan aktif spermatozoa ikan mas
dalam air tawar dengan suhu 20oC kira-kira 106,6 detik. Penyimpanan sperma
dalam larutan pengencer NaCl fisiologis sebaiknya digunakan tidak lebih dari 60
menit setelah penampungan, untuk memperpanjang waktu simpan semen
diperlukan substitusi bahan pengencer lain yang mengandung protein atau bahan-
bahan yang dapat mempertahankan motilitas spermatozoa. Menurut Soehartojo
(1995) bahan utama yang dipakai spermatozoa sebagai sumber energi dari luar
testis adalah fruktosa yang diubah menjadi asam laktat dan energi dengan enzim
fruktolisin. Faktor kedua diduga terjadinya peningkatan waktu motilitas dan
viabilitas spermatozoa tersebut, adalah bahwa fruktosa dapat meningkatkan
aktifitas protein yang terdapat pada ekor spermatozoa.
Effendie (1979) menyatakan bahwa kemampuan spermatozoa hidup secara
normal setelah keluar dari testis hanya berkisar antara 1-2 menit. Durasi motilitas
terjadi dalam periode yang sangat pendek pada ikan air tawar. Motilitas
spermatozoa ikan dibatasi pada periode detik dan menit karena adanya osmotic
injury. Testis sel spermatozoa mampu memakai sumber energi dari luar untuk
melanjutkan hidupnya.
Prinsip penyimpanan sperma adalah mengurangi pergerakan spermatozoa,
tetapi tetap dapat memperlihatkan aktivitasnya untuk membuahi telur dengan cara
mempertahankan kapasitas pergerakannya Hoar (1979). Hal yang sama juga
dikemukakan oleh (Toelihere, 1985 dalam Pangestuningtias, 1993). bahwa
pendinginan sperma dari suhu tubuh ke suhu lemari es, menyebabkan sperma
kehilangan motilitas secara bertahap sampai pergerakannya terhenti. Menurut
(Lgler et al.,1972 dalam Pangestuningtias, 1993) ketahanan hidup sperma
dipengaruhi oleh temperatur dan pada umumnya dapat hidup lebih lama pada
temperatur rendah. (Taurin, 1977 dalam Pangestuningtias, 1993) menyatakan
bahwa sebagai pertimbangan utama dalam penyimpanan sperma, yaitu terletak
pada suhu tempat penyimpanan. Penyimpanan sperma dalam temteratur rendah
memegang peranan penting dalam reproduksi sel. Peningkatan suhu akan
meningkatkan kadar metabolisme sehingga dapat menurangi daya tahan hidup
sperma, sehingga pada suhu dingin energi yang dibutuhkan akan menjadi lebih
sedikit dan sperma dapat bergerak dengan dengan cepat. Hal ini sesuai dengan
grafik 1 yang memperlihatkan bahwa pada perlakuan suhu dingin kemampuan
hidup sperma dapat mencapai 600 detik. Begitu juga dengan motilitas sperma
pada suhu dingin dapat mencapai indeks tertinggi yaitu 5.
Penurunan kualitas spermatozoa selama penyimpanan, baik persentase
motilitas maupun keutuhan membran plasma diduga akibat banyaknya
spermatozoa yang mati dan menjadi toksik terhadap spermatozoa lain yang masih
hidup, sehingga secara umum kualitasnya menjadi menurun. Keberadaan zat yang
bersifat toksik baik yang berasal dari spermatozoa yang telah mati maupun yang
berasal dari zat yang terkandung dari pengencer yang telah mengalami oksidasi
akibat penyimpanan dapat menyebabkan tingginya kadar radikal bebas yang dapat
merusak keutuhan membran plasma spermatozoa. Apabila membran plasma
spematozoa sudah mengalami kerusakan, maka metabolisme spermatozoa akan
terganggu dan mulai kehilangan motilitasnya sehingga mengakibatkan kematian
spermatozoa. Dari hasil percobaan diketahui bahwa lama hidup sperma paling
optimal terdapat pada perlakuan tanpa NaCl suhu dingin yaitu selama 600 detik
dan indeks motilitas paling optimal terdapat pada perlakuan tanpa dan adanya
NaCl pada suhu dingin dengan indeks motilitas 5.
Larutan NaCl fisiologis sering digunakan sebagai bahan pengencer semen
yang memberikan sifat buffer dan mampu mempertahankan pH semen dalam suhu
kamar, selain itu NaCl fisiologis dapat memperpanjang umur sperma karena
bersifat isotonis dengan cairan sel. Didalam larutan elektrolit terdapat ion-ion
yang dapat memenuhi kebutuhan sperma untuk mempertahankan motilitas dan
umur sperma. Dalam pengawetan sperma dapat dilakukan dengan menggunakan
air kelapa, seperti yang diungkapkan oleh (Wolf dan Quimby, 1969 dalam
Darlina, 1996) yang menyatakan bahwa air kelapa berpotensi sebagai pelarut
sperma karena mengandung nitrogen, phosphoric acid, potassium, calcium oxide,
magnesium oxide, besi, gula tereduksi, dan abu. Larutan fisiologi sangat potensial
sebagai pelarut sperma karena larutan ini berfungsi mempertahankan pH, tekanan
osmotik, menyediakan ion-ion esensial dan glukosa sebagai sumber dan glukosa
sebagai sumber energi. Selain itu dapat dilakukan dengan metode Cryopreservasi
sperma. Prinsip yang berlaku bahwa pendinginan dengan suhu di bawah 0 ˚C,
akan menimbulkan dampak pembentukan kristal-kristal es (Ice formation). Jika
hal itu terjadi maka struktur dari kristal-kristal es itu akan merusak sel sperma
ikan. Oleh karena itu diperlukan penambahan suatu bahan yang bisa menghambat
pembentukan kristal es. Bahan itu disebut sebagai cryoprotectant agent
(Pangestuningtias, 1993).

IV.KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
praktikan telah mampu melakukan pengawetan sperma dan mengamati tingkat
indeks motilitas dan daya tahan hidup sperma. Berdasarkan hasil percobaan dapat
diketahui bahwa tingkat indeks motilitas tertinggi diperoleh dari hasil perlakuan
tanpa dan ada NaCl dengan suhu dingin yaitu dengan indeks motilitas 5 dan daya
tahan sperma paling lama diperoleh dari perlakuan tanpa NaCl dengan suhu
dingin yaitu sperma dapat bertahan selama 600 detik.

4.2. Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya dapat digunakan jenis ikan yang
berbeda serta habitat yang berbeda-beda pula dan metode pengawetan yang
dipraktikumkan lebih banyak sehingga dapat diketahui metode yang terbaik untuk
diaplikasikan.

DAFTAR PUSTAKA
Darlina, Lina. 1996. Pengaruh Lama Waktu Penyimpanan Telur Dalam Larutan
Fisiologis NaCl dan Finger Terhadap Derajat Pembuahan Telur,
Kelangsungan Hidup Embrio, dan Penetasan Telur Ikan Mas (Cyprinus
carpio L). Skripsi. Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Effendie, M.I. 1979. Biologi Perikanan Cetakan I. Yayasan Dewi Sri, Bogor.

Hidayaturrahmah. 2007. Waktu Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Ikan Mas


(Cyprinus carpio L) pada Beberapa Konsentrasi Larutan Fruktosa.
Bioscientiae. 4(1): 9-18

Hoar. 1971. Fish Physiology Volume III. Academic Press : New York.

Pangestuningtias, J.W. (1993). Study tentang Pengaruh Radiasi Sinar Ultra Violet
dan Waktu Penyimpanan Sperma Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Terhadap
Persentase Pembuahan dan Persentase Penetasan Telur. Fakultas
Peternakan, Universitas Dipenogoro, Semarang.

Soehartojo H. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University Press.


Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai