Anda di halaman 1dari 18

Di perjalanan menuju rumah...

Tidak ada obrolan apapun. Jalanan yang sepi, di tambah tak ada satupun yang mau bersuara.
Iqbaal sibuk menerima telepon. Aisyah sesekali mengibas-ngibaskan tangannya, kepanasan.
Tapi, telinganya tertutup rapat oleh headphone. Ari... Dia juga sibuk. Sibuk memperhatikan
Aisyah dan segala pikirannya tentang anak itu.
Maka keheningan mengerubungi mereka...

"Guys... "
Ari menoleh ke arah Iqbaal yang ada di belakangnya. Dan Aisyah, tanpa sengaja melihat Ari
menoleh. Maka ia pun ikut menoleh.
Iqbaal agak tergesa-gesa memasukan i-Phone nya kedalam kantung celana.
"Apa sih Baa.. "Ari menepuk jidatnya, meralat ucapannya.
"Maksud gue, Fakhri. Apaan sih? Buru - Buru banget. " katanya.
Iqbaal merapikan rambutnya yang menutupi mata. "Gini... Sore ini, gue ada acara dadakan.
Barusan, si Aldi nelpon gue. Katanya, kita di panggil salah satu.. "Iqbaal menghentikan
penjelasannya. Ia berpikir, ga penting juga mereka tau. Lagipula, Iqbaal melihat ekpresi mereka
berdua yang seolah menjelaskan gue-ga-mau-tau... Oke.. Ya sudahlah.
"Ehmm.. Intinya, kayaknya malam ini gue ga bisa nginep di rumah lo deh, Syah. "Aisyah
menaikan sebelah alisnya. Melepas headphonenya dan melipat kedua lengannya di dada.
"Ooh.. Ya udah.Ga apa-apa. Kalau lo mau nginep di rumah gue, pintu rumah kebuka lebar
buat lo dan teman-teman lo itu. "Ada sedikit nada candaan di dalam ucapannya. Ia tersenyum
simpul. Iqbaal menghembuskan nafas beratnya.
"Tapi, malam ini lo jadi sendirian di rumah, Syah. "Iqbaal menampakan wajah sedihnya.
Aisyah mengerutkan keningnya. "Gue kan udah biasa sepi dirumah. Lagian, gue ini yang di
tinggal sendiri. Kenapa lo yang sedih? "
"Tenang aja kali 'Fakhri'.. Kan gue ada disini. Ya nggak?! " Ari dengan PDnya berkata
demikian, sambil merangkul Aisyah.
"Yap.. Bener banget. Ada si Ari ini. "Aisyah menyetujui perkataan Ari. Sekali lagi, Iqbaal
menghembuskan nafasnya. Kali ini, nafas lega.
"Yaudah kalau gitu. Tapi, gue janji. Kalau gue selesainya ga terlalu malem, gue pasti kesini
kok. Oke?” Aisyah mengacungkan jempolnya. Dan merekapun kembali melanjutkan perjalanan.
.
.
Malam hari, di rumah Aisyah...
Aisyah sedang mengobrak abrik meja belajarnya. Mencari sesuatu.
"Dimana ya?! " gumamnya sambil berjongkok, melihat ke kolong meja. Lalu berdiri dan
berkacak pinggang. Berjalan mengelilingi kamar, mencari di setiap sudut, tanpa ada yang
terlewat.

Ketika ia sedang sibuk mencari, pintu kamar diketuk seseorang. Ia pun menghentikan aksinya
dan bergegas membuka pintu. Dan muncullah Bi Inah, yang membawa segelas susu dan kue
kering di atas nampan. Ia tersenyum ramah, menerima nampan yang di sodorkan Bi Inah.
"Makasih Bi.. "Katanya, tulus. Bi Inah tersenyum, lalu pamit. Namun, baru saja pintu akan
di tutup oleh Aisyah, Bi Inah berbalik kembali dan menahan pintu Aisyah.
"Anu, non.. Maaf. "Aisyah membuka kembali pintunya dan tersenyum heran.
"Kenapa, Bi? "
"Tadi, nyonya bilang. Selama tiga hari kedepan, nyonya pergi ke Bali. Katanya, ada rapat
sama kliennya yang di Bali. Kalau tuan, nanti pulang dari Jerman empat hari kemudian.
"Katanya, menyampaikan pesan dari "nyonya" nya itu. Aisyah hanya tersenyum dan
mengangguk. Bi Inah membungkukkan badannya dan pamit, lagi.
Aisyah menutup pintunya dan meletakan nampan di atas nakas. Ia kembali melihat sekeliling
kamarnya. Berantakan.
"Hufth.... Kamar gue berantakan banget. "Katanya sambil berjalan menuju meja belajar dan
melihat jadwal pelajaran. Mengambil buku pelajaran untuk besok, dan duduk di kursi yang ada
di balkon kamarnya. Tapi, ia teringat akan sesuatu. Makanya dia balik lagi masuk kamar, dan
mengambil sesuatu itu. Susu dan kue kering.
"Aah... Sepinya malam ini. "
NYAM..! Satu buah kue kering dimasukan kedalam mulutnya. Ia begitu serius membaca dan
mecatat. Sesekali, tangannya mengambil kue atau segelas susu. Terus begitu sampai susu itu
habis, dan iPhone ya berbunyi. Tanda ada whatsapp..
Syah... Ada dirumah, kan?

DJgue 19:20

*fyi guys.. DJgue itu nama kontak Ari di hpnya Aisyah ya..

Ada kok. Katanya lo mau kesini. (Send)

Iya, ini juga lagi di jalan. Mastiin aja. Takutnya, gue kesitu lo lagi ga ada.
DJgue 19:21

Oke, kesini aja. Gue di balkon. (Send)

Oke,gue sebentar lagi sampai.

Djgue 19:22

*Read*

Aisyah kembali fokus dengan buku yang ada ditangannya.

Ari Pov on

Hari ini, Aisyah ga kaya biasanya. Sebenarnya dia kenapa? Di Buku diarynya juga dia ga
nyeritain apa-apa. Ga ada yang aneh. Paling cuman tentang kita dan Iqbaal and the
genk.Yaudahlah,nanti gue minta penjelasan aja deh sama Aisyah. Yang jelas, sekarang gue harus
nemenin Aisyah dulu. Gue tau, sebenernya Aisyah kesepian banget. Walaupun dia selalu bilang
gak apa-apa dan udah biasa. Cewek emang gitu ya, selalu berkata kebalikannya.

Triing..!
Tunggu. Tumben ada sms. Ada apa ya?
[SMS]

Ka Ai..gimana kabarnya?

From : San

Ooooh..San. Oh iya..kabarnya bapak gimana ya? Udah lama ga ada kabar dari bapak. Gue
telepon aja deh.

Halo...
Halo.. San,ini Ka Ai..
Oooh.. Ka Ai..!! San kangen sama Ka Ai. Ka Ai betah ya disana?

Hehehe..Iya,Ka Ai juga kangen sama San. Bapak gimana kabarnya San?

Oh..um...Ba..bapak Sehat kok Ka Ai..iya. Bapak Sehat kok. Alhamdulillah.

Oh gitu..Alhamdulillah deh. Kakak bisa ngomong sama Bapak ga?


Emm...itu ka..Anu..eeee..Ba.Bapak belum pulang.
Belum pulang? Emang bapak kemana?

Itu,ka..eee..Pergi ke..pasar malem Ka! Sama Sita.Iya, ke Pasar Malem


.
Pasar Malam? Kamu ga bohong kan San? Dari tadi kok kamu ngomongnya kayak orang yang lagi
nyembunyiin sesuatu deh. Kok gugup gitu sih? Ayo,jujur sama kaka. Ada apaan sih?

Ga ada apa-apa kok ka...

Suara San aneh nih. Kayaknya ada yang ga beres deh. Perasaan gue jadi ga enak. Pasti ada apa-apanya
nih. (BatinAri)

Halo..Ka Ai..
Iya, Halo..
Ka Ai...

Tuh Kan, suara dia makin lemah gitu. Ada apaan sih ini? (BatinAri)
Iya San. Ada Apa sih sebenarnya? Jujur sama kaka.
Ga ada apa-apa kok kak...
Kamu Jangan bohong ya, sama kaka. Kaka tau loh kalau kamu bohong.
Hiks..Ka Ai..Sebenarnya...

Ari Pov Off

Aisyah terlalu fokus sama bukunya. Dengan headphone di telinga, membuatnya larut akan dunianya.
Dunia belajar yang penuh musik. Ya, Aisyah tipe orang yang akan konsentrasi menyerap pelajaran
dengan musik. Saking larutnya, dia ga sadar kalau ada seseorang yang sedang duduk di
sampingnya,memperhatikannya. Setelah sekian lama larut dengan dunianya, akhirnya Aisyah sadar. Dia
ga sendirian. Ada yang merhatiin dia dari tadi. Ketika ia menengok ke arah sampingnya, tiba-tiba...

“Astaghfirullah...!!!” Teriak Aisyah kaget.

Jelas Aisyah kaget. Ari yang duduk di kursi samping meja bundar yang penuh buku di balkon itu,
menumpangkan dagunya di kedua telapak tangannya dengan sikut yang menempel di buku-buku
Aisyah. Ketika Aisyah berbalik, ia memeletkan lidahnya. Wajah mereka berdua sangat dekat. Saking
dekatnya, hampir saja lidah Ari mengenai hidung Aisyah.

“Ari, ngagetin aja lo..!!” Sambil menoyor kepala Ari,jauh-jauh dari wajahnya.
Ari terkekeh lalu berkata “ Lagian,lo fokus banget sih. Sampai-sampai gue gedor-gedor pintu kamar juga
ga ada respon dari lo.”
“Ya sorry... lo kan tau,gue kalau belajar harus sambil dengerin musik.” Sambil melepaskan
headphonenya dan menyimpannya di meja.

Ari hanya menanggapinya dengan ber-Oh! ria.

Aisyah kembali melanjutkan aktifitasnya. Ari terus memperhatikan Aisyah belajar. Melihat – lihat kerjaan
Aisyah sebelumnya. Lalu ia mengerutkan alisnya dan merebut buku yang sedang Aisyah pelajari.
Aisyah yang kaget juga kesal, hanya bisa berdecak.
“Tunggu Syah. Ini kok ngerjainnya gini sih?” Heran Ari.
“Ini sih salah Syah..bukan kayak gini caranya...” Sambungnya lagi.

“Iya..iya.gua tau salah. Tadi gue lagi ga fokus. Makanya salah.” Aku Aisyah,sambil mengerucutkan
bibirnya dan menunduk.

Ari mendesah,dan meletakkan bukunya. Lalu ia berbalik menghadap Aisyah dan memegang pundaknya.
“ Lo tuh kenapa sih? Ada apa sebenarnya? Tadi, waktu lo latihan juga lo ga fokus. Padahal tadi itu jurus
yang udah lo kuasai Syah. Dan sekarang, soal yang ini kan udah gue ajarin tadi pagi. Kok masih aja sih
salah? Kenapa?”
Aisyah semakin dalam menunduk. Sekali lagi, Ari menghembuskan nafasnya dan mengangkat dagu
Aisyah dengan jari telunjuk kanannya. Membuat Aisyah terpaksa menatap mata Ari. Jarang mereka bisa
dibilang cukup dekat. Mereka bisa merasakan nafas masing-masing.

“Syah,jujur sama gue. Gue kan sahabat lo. Cerita sama gue. Lo lagi ada masalah apa?” Tanya Ari lembut.

Aisyah memalingkan wajahnya dan melepas tangan kiri Ari yang masih bertengger di bahu kanan Aisyah.
“ Ga ada apa-apa kok Ri. Gue baik-baik aja.” Ujarnya lirih.

“Syah, gue tau lo bohong.” Ari melipat kedua tangannya di dada dan menatap lurus ke langit berbintang.

Aisyah Pov On.

Iya Ri..gue emang bohong. Gue ga bisa cerita sama lo. Gue ga tega. Gue ga mau lo jadi lebih banyak
beban. Gue tau, sekarang lo lagi ada masalah. Keliatan kok Ri dari mata lo,tadi. Gue harus gimana? Disisi
lain,gue pingin cerita tentang masalah gue. Tapi, Ari lagi ada masalah. Gue harus cerita kesiapa?

“Syah..” panggil Ari. Gue nengok dan tersenyum manis. Gue ga mau Ari mikir macem-macem. Gue harus
yakinin Ari kalau gue ga kenapa-napa.

“Iya Ri?”

“Bintangnya banyak banget ya,malam ini.” Katanya sambil tetap melihat ke langit. Gue juga ikut ngeliat
ke langit. Iya, emang bener. Banyak bintang malam ini. Ada dua rasi bintang yang muncul,malam ini.

“Iya,emang.” Kata gue. Terus,gue noleh ke Ari. Natap matanya. Matanya emang negilat ke langit.
Tapi,gue rasa dia ga bener-bener menatap langit. Gue ngerasa kalau dia lagi mikirin sesuatu.
Gue balik ngehadap dia dan megang tangannya. “Ri..lo kenapa?”
Ari noleh ke gue dan senyum. Senyum hambar. Gue tau itu.

“Ga kenapa-napa kok.” Jawabnya sambil berjalan mendekati tembok balkon. Gue samperin dan gue
rangkul dia. Gue sadar kok,kalau Ari itu tinggi. Makanya,rangkulan gue cuman sampai lengannya dia.

“Ri...lo boleh bohong sama gue. Tapi mata lo ga bisa bohong. Jujur sama gue sekarang dan gue bakalan
jujur juga sama lo.” Bujuk gue,biar Ari cerita masalahnya sama gue.
Ari berbalik dan menyenderkan punggungnya di tembok. Tangannya menggenggam tangan gue.
“ Syah...Bapak gue sakit.” Suaranya lirih dan sedikit serak. Tangannya bergetar. Ia menunduk dalam. Gue
paham sekarang. Ari pasti sedih banget.Dan gue kaget banget dengernya.
“Bapak lo sakit? Sakit apa?” tanya gue.
“Gue ga tau Syah. Tadi di jalan waktu gue mau kesini,San nelpon gue. Nanyain kabar gue. Awalnya dia ga
mau ngaku. Sampai gue desak dia dan akhirnya dia mau ngaku kalau Bapak sakit dan lagi di rawat.”
Jelasnya sambil sesekali terisak. Liquid bening mengalir bebas dari sudut mata Ari dan terjun ke lantai
balkon gue. Dia nangis. Gue jadi makin ga tega. Gue peluk Ari dan dia juga bales pelukan gue. Kepala dia
benamkan ke bahu gue. Bahu gue basah.

Aisyah pov off.

Sekitar 5 menit mereka berpelukan. Akhirnya Ari melepaskan pelukannya dan mengusap sudut matanya.
“Thank’s Syah..” katanya sambil mengusap puncak kepala Aisyah.
“Iya...Yaudah Ri, mending sekarang lo balik deh ke Bandung. Temuin Bapak lo dan adik-adik lo.mereka
butuh lo disana.” Ari terkejut mendengar saran Aisyah. Ya, sekarang Ari nge kost di Jakarta. Sudah
hampir 4 tahun dia ngekost. Kostannya juga ga jauh dari rumah Aisyah. Dan sekarang dia harus pulang
ke Bandung.
“Terus, lo gimana?”
“Udah, santai aja. Kan ada bi Inah disini. Anak-anak CJR juga katanya mau kesini.”
“Bukannya tadi mereka bilang ga bisa?”
“Iya..itu kan tadi. Prediksi mereka. Tapi tadi Iqbaal WA gue,katanya bentar lagi acaranya kelar.”
Sekali lagi,mereka berpelukan, Kini, Ari yang memulai. “Thank’s banget Syah... lo emang sahabt yang
paling ngertiin gue.” Aisyah tersenyum simpul. Sahabat?! *Batinnya. Ia membenamkan mukanya lebi
dalam lagi ke dadabidang Ari dan mengeratkan pelukannya.

“Yaudah. Gue balik dulu ya. Siap-siap ke Bandung.” Katanya sambil melepaskan pelukan.
Aisyah hanya mengangguk dan mencoba tersenyum manis. Ari mendekatkan wajahnya ke wajah Aisyah
dan...

CUP..!!

Ari mencium kening Aisyah. Seketika itu juga, semburat warna merah jambu melintas di pipi Aisyah. Ari
menyudahi kecupannya dan melihat wajah Aisyah yang memerah membuatnya terkekeh geli.

“Hehehe..sejak kapan lo suka dandan?” Tanya Ari konyol. Iya, konyol bagi Aisyah.
“Apaan sih Ri. Gue ga dandan juga.” Katanya sambil mengembungkan pipinya.

“Lha ituh..pipinya merah..kaya pake..apa sih namanya...oh iya, Blush on .Hehehe’


‘Apaansih..” Aisyah meninju pelan bahu Ari.
“Hehhe..yaudah,lo jaga diri yah. Hati-hati.”Pesan Ari sambil mengusap puncak kepala Aisyah.
Aisyah tersenyum manis dan berkata “Siap bos!” Sambil hormat kepada Ari. Layaknya Hormat sang
prajurit kepada komandannya.

“Lo juga. Hati-hati di jalan. Banyak dzikir dan do’ain Bapak lo. Semoga, bapak lo ga sakit parah. Nanti
juga di jalan, kalau udah waktunya sholat dan mobil masih belum berhenti,lo sholat aja di mobil. Kan
Bisa. Pokoknya, jangan lupa sama sholat.” Pesan Aisyah ga kalah panjang dari pesan Ari.
“Iya, Nyonya..pastinya.” Kata Air sambil mencubit pipi chubby Aisyah.
“Aduuh..ish. Sakit tauk..!” Ringis Aisyah sambil menggeplak tangan Ari.
“Heheh..yaudah. Gue balik dulu ya. Dagh..!” Pamit Ari sambil melambaikan tangannya dan masuk ke
kamar Aisyah sebelum akhirnya menutup pintu kamar Aisyah,keluar dari sana.
“Dagh..!” Balas Aisyah lemah. Ia menunduk dan membiarkan air mata yang sedari tadi ia tahan. Bahunya
bergetar dan sesekali terisak. Ia mengusap airmatanya yang tidak mau berhenti. Tanpa ia sadari, Ari
masih memperhatikannya dari bawah dan menyebutkan nama “ Aisyah..”dengan lirih, sebleum akhirnya
keluar dari gerbang rumahnya.

(WATTPAD LANJUTAN PART 3 CERBUNG ARSYAH)

Hari-hari berikutnya Aisyah jalani seperti biasa. Terus berlatih,berkumpul bersama teman-temannya.
Seperti sekarang. Ia, Kefan dan Maureen sedang duduk di tengah lapangan basket yang rindang dekat
danau kecil. Seperti biasanya,mereka akan berlatih disini. Tapi, hari ini mereka memasukan kegiatan
bermain basket ke dalam jadwal rutin mereka, tepatnya sebelum mulai latihan.

“Hai Guys..!!” Sapa Rasyifa yang barusaja datang.


“Haai..” Balas Aisyah, Kefan dan Maureen sambil ber high five. Maureen memang ngga ikutan Wushu.
Tapi, akhir-akhir ini dia sering bersama Kefan.
“Eh, Syah. Si Ari kemana sih? Kok ga gabung.” Tanya Kefan kepada Aisyah yang sedang memijat
kepalanya.
“Hah..?” Aisyah ga ngeh.
“ Ari kemana?” Ulang Kefan.

“Oooh..Ari.Balik ke Bandung dia.” Jawab Aisyah sambil berbaring,menatap langit yang cerah berawan.
“Ngapain balik?” Kefan bertanya lagi.
“ Bokapnya Ari sakit dan lagi di rawat.” Rasyifa bantu jawab.
“Tau darimana lo?” Kefan ga percaya.
“Azka laah..dia kan sepupunya Ari. Cuman, Azka waktu itu pulang duluan disuruh Ibunya. “ Jelas Rasyifa
yang di tanggapi Kefan dengan ber- Oh..! saja.

Hening menyerbu. Entah apa yang mereka tunggu. Padahal,personel sudah lengkap. Ajil dan Mawar ga
akan ikutan,hari ini. Katanya ada urusan. Maureen yang dari tadi diam, mulai berbicara.
“ Eh,katanya mau main basket. Ayoo..! gue juga ikutan.” Ajak Maureen.
“Yaudah,yuuk.” Tanggap Kefan sambil berdiri. Begitu juga Rasyifa. Tapi,tidak dengan Aisyah. Aisyah
masih berbaring dan memejamkan matanya.

“Syah..!” Panggil Kefan. Ga ada respon.


“Aisyah” kini Rasyifa yang memanggil. Tetap tidak ada respon. Maureen menatap Kefan. Kefan yang
mengerti akan arti tatapan Maureen segera menghampiri Aisyah. Ketika di samping Aisyah..
Loh..kok bibir Aisyah pucat yah? * Batin Kefan.

“Syaah..” Kefan membangunkan Aisyah sambil menggoyangkan lengan Aisyah, pelan.


“Aisyah” Kini Kefan agak keras memanggil nama Aisyah. Disingkirkannya lengan Aisyah yang menutupi
kedua matanya. Kefan terlonjak kaget, ketika lengan Aisyah terkulai lemas. Wajahnya juga pucat.

“Syif..Reen” Panggil Kefan kepada dua orang yang sedang menatapnya heran.
“Aisyah pingsan.” Lirih Kefan,namun masih cukup terdengar oleh Rasyifa dan Maureen.
“Ah..bercanda lo.” Rasyifa langsung berlari,menghampiri mereka. Begitu sampai ia langsung mengecek
keadaan Aisyah. Dan benar saja,Aisyah pingsan.
“Reen...air minum Reen.”Maureen mengambil sebotol Air minumnya dan memberikan kepada Rasyifa.
“Ada minyak angin ga?” Tanya Rasyifa yang dibalas dengan gelengan.
“Huft...yaudah deh.” Rasyifa menghela napas, lalu menjadikan pahanya sebagai alas kepala Aisyah.
“Fan,Reen..bantu pijitin ujung jari-jari kakinya Aisyah. Instruksi Rasyifa yang langsung dituruti Kefan dan
Maureen. Sementara Rasyifa terus menepuk-nepuk pelan pipi Aisyah sambil memanggil namanya.
“Syaah...Sadar Syah..” Terus begitu.
“Fan,Reen..Agak kerasan coba di bagian ibu jarinya.”Kefan dan Maureen menurut. Dan berhasil,ada
respon dari Aisyah. Matanya mengerjap-ngerjap. Senyum legah menghiasi wajah ketiga temannya itu.

“Akhirnya Syaah...” Aisyah yang baru sadar langsung duduk dan menatap ketiga temannya heran.
“Kenapa sih?” Tanyanya.
“Lo pingsan tadi..”
“Masa sih?”
“Iya. Lo Kenapa sih Syah?” Tanya Maureen,khawatir.
“Gue nggak kenapa-napa kok. Ngaco lo pada..” Aisyah berdiri dan mengambil bola basket.
“Eeeh..lo mau ngapain?” Kefan ikut berdiri.
“Main basket lah. Kita mau main basket kan?” Balas Aisyah sambil mendribel bola basket.
Rasyifa,Maureen dan Kefan saling pandang.

“Lo kan baru sadar dari pingsan Syah.”


“Apaan sih. Gue nggak kenapa-napa.” Tukas Aisyah.
“Udah deeh..ayok ah.” Ajaknya lagi. Kini ia tengah berlari menuju ring dan...

Criing..!!

Ring untuk bola basket ini terbuat dari rantai-rantai. Maka,setiap bola itu masuk bunyinya akan nyaring.
Dan tadi, Aisyah baru saja memasukkan bola kedalam ring.
“Yosh..!!” Teriaknya sambil mengepalkan tangan ke udara. Kefan, Rasyifa dan Maureen yang melihatnya
masih melongo.

“Heh..ayoooo..keburu siang nih. Nanti panas. Kalau panas males latihan wushu nyaa.” Aisyah berteriak
mengajak ketiga temannya yang masih berdiri mematung,heran. Mereka lalu saling pandang dan
mengangkat bahu masing-masing, lalu menghampiri Aisyah.

Malam pun tiba. Sama seperti malam-malam sebelumnya. Rumah besar itu selalu sepi penghuni. Rumah
besar bercat krem dan coklat itu hanya berisikan dua makhluk hidup. Anak pemilik rumah itu dan
ARTnya.

Aisyah..
Dia baru saja selesai mandi. Dia keluar kamar mandi sudah mengenakan T-shirt merah dengan tulisan
Music dan celana jeans pendek selutut. Rambutnya masih digelung handuk.

[LINE]

I-phone Aisyah berbunyi.Tanda ada pesan masuk. Aisyah berjalan menuju meja belajarnya, dan
membuka pesan.

“Iqbaal” Gumamnya.

IqbaalDR
Syah..
Woy..
Aisyah..
Bales kek..
Eh curut..
AisyahAQ
Apa?
Woy juga..
Apasih?
Sorry baru dibales.
IqbaalDR
Lama banget sih
AisyahAQ
Baru beres mandi
IqbaalDR
Ooooh..oke
AisyahAQ
Iya. Kenapa?
IqbaalDR
Gue sama anak-anak main kesitu ya.
Tante udah balik?
AisyahAQ
Iyaaa...dateng aja. Pintu rumah gue terbuka lebar.
Belum. Nggak tau deh. Papah juga ga jadi balik hari ini.
IqbaalDR
Siip dah.
Berarti lo sendirian lagi dong.
AisyahAQ
Menurut ngana??
IqbaalDR
Berarti gue sama anak-anak pas dong ya,waktunya? Hehe
AisyahAQ
Iyain aja dah.
Eh, gue nitip beliin kwetiau sama lumpiah basah ya..pedes dua-duanya.
IqbaalDR
Iyaaa..siip.
Gue sama anak-anak otw nih.
AisyahAQ
*Read*

Aisyah berjalan menuju balkon sambil membawa ponselnya. Tiba-tiba ada panggilan masuk melalui
whatsapp. Di lihatnya nama yang tertera disana. “Djgue”

“Halo”
“Halo Syah..Gimana kabar lo sekarang?”
“Alhamdulillah,baik. Lo? Oh iya,gimana keadaan Ayah lo?”
“Gue juga baik. Ayah udah keluar dari rumah sakit. Tapi,masih belum pulih.”
“Oh gitu. Semoga cepet sembuh ya. Salam dari gue.”
“Iya,aammiiin. Pasti nanti gue salamin.”
”Hmm.. San sama Sita apa kabar?”
“Baiiik...Sita udah tidur. San lagi keluar sama Azka. Oh iya,Syah. Tadi kata Azka lo pingsan?”
“Hah? Pingsan? Enggak ah. Sotoy Azka.” Aisyah mengurtkan alisnya. Lalu ia duduk di kursi yang ada di
balkon itu.
“Azka tau dari Rasyifa.”
“Enggaaa..bohong tuh. Gue gapapa kok.”

Tok..tok..tok..

“Bentar Ri..” Kata Aisyah sambil melihat ke sumber suara.


“Masuk aja Bi.” Katanya lagi,sedikit berteriak. Lalu pintu kamarnya terbuka dan muncullah Bi Inah
dengan membawa segelas susu hangat,menghampiri Aisyah. Aisyah tersenyum manis.
“Terimakasih Bi.”
“Iya, sama-sama Non.” Balas Bi Inah dengan senyuman tak kalah manis dan ramah. Lalu ia membungkuk
hormat,pamit untuk menyiapkan makan malam. Aisyah mengangguk.

“Halo..Syah.”
“Iya Ri..sorry tadi ada Bi Inah.”
“Oke..Bener,tadi lo ga pingsan?” Tanya Ari di sebrang sana.
“Engga Rii...malah tadi gue ngalahin mereka bertiga,main basket. Gue juga yang paling lama latihan
wushunya. Mereka udah loyo duluan.” Ada rasa bangga dengan apa yang ia ucapkan. Namun, ada rasa
takut juga disana. Takut, Kalau Ari bisa mendengar kebohongan dari ucapannya.
“Hahaha..masa sih? Eh iya, Syah. Kalu ada apa-apa tuh cerita sama gue. Oke?” Aisyah tersenyum dan
mengangguk-angguk. Bodohnya dia. Sampai pegalpun ia mengangguk-angguk sekarang, Ari tidak akan
bisa melihatnya.
“Syah..yee malah diem”
“Iyaa Rii..okee.” Telinganya mendengar suara deru mesin mobil,di bawah. Aisyah bangkit dari duduknya
dan melihat ke bawah,halam rumahnya. Terparkir mobil Alpard putih disana. Lalu,keluar tiga makhluk
kece dari dalamnya. Siapa lagi kalau bukan Iqbaal, Aldi dan Kiki.

“Emm..Ri. Udah dulu ya. Ada Iqbaal sama genk nya. Berisik.”
“Okeee..jangan tidur terlalu larut ya. Nggak baik. Apalagi lo atlet.” Nasihat Ari.
“Iyaaa Ariiii...” Ari terkekeh disana.
“Yaudah...selamat malam Ais..” Aisyah blushing seketika, ketika mendengar kata ‘Ais’.
“Iyaa..lo juga. “

Tuuuttt...

Sambungan telepon terputus.


Aisyah bergegas masuk ke dalam kamarnya dan membuka gelungan handuknya, lalu menyampirkannya
di rak handuk kecil dekat pintu ke balkon. Ia buru-buru menyisir rambutnya yang panjang sepunggung
itu. Rambutnya sudah agak kering. Ia pun segera turun menuju ruang tamu. Ada CJR disana yang sedang
disuguhi minuman oleh Bi Inah.

“Iqbaaaal....” Teriak Aisyah,menghampiri sepupunya itu. Iqbaal segera menoleh ke arah sumber suara
dan tersenyum,melihat sepupu cantiknya itu yang sedang berlarikecil menghampirinya. Aldi dan Kikipun
ikut menoleh.

“Hai Ki, Di.” Sapa Aisyah.


“Haiii bocil.” Seketika raut wajah Aisyah berubah garang. Matanya menatap tajam dua pasan mata di
hadapannya.
“Peace..bercanda ah.” Kata Aldi sambil mengangkat jarinya,membentuk huruf V.
Iqbaal terkekeh dan menarik sepupunya itu untuk duduk disampingnya dan merangkulnya.
“Udaaaah..nih. Gue bawain pesenan lo.” Dan wajah Aisyah pun berubah menjadi cerah kembali.
“Yeeaay..Thank’s pangeran Soniq.” Ucapnya. Iqbaal mengangguk.
Lalu tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah Aisyah. Aisyah membukanya dan terlihatlah Rasyifa,
Kefan, Maureen, Ajil dan Mawar . Setelah di persilahkan masuk dan gabung dengan Iqbaal dkk,mereka
beranjak menuju rooftop. Rupanya Kefan dan Ajil membawa beberapa ekor ikan mas,untuk di bakar.

Malam itu, mereka bersenda gurau seperti biasanya. Meramaikan rumah mewah rasa kuburan itu.
Mereka bernyanyi, bakar-bakar ikan di rooftop, dan tertawa lepas.

(WATTPAD PART 4 CERBUNG ARSYAH)

Hari-hari berikutnya,tidak ada kabar sama sekali dari Ari. Seolah-olah dia hilang. Azka sudah kembali
kemarin. Dan dia hanya mengabarkan bahwa Ari fokus merawat Ayahnya, bersama San. Aisyah tau Azka
menyembunyikan sesuatu. Terlihat jelas dari matanya. Hanya saja, Aisyah tidak mau ambil pusing. Ia
fokus terhadap latihannya,untuk tournament yang tinggal beberapa hari lagi.

“Aisyaaah...please. Fokus dong. Jaga keseimbangannya.!” Ini sudah yang ke sepuluh kalinya syifu
memperingatkan Aisyah. Pasalnya, Aisyah berkali-kali salah gerakan dan berkali-kali juga kuda-kudanya
gagal. Dalam artian, dia tidak seimbang. Bahkan sudah tiga kali ia terjatuh. Lutut kanan dan kirinya
sudah baret-baret,berdarah. Sikutnya juga.

“Aisyah..break dulu. Obatin dulu lukanya.” Aisyah pun menurut. Ia berjalan gontai menuju Iqbaal.
Ya,hari ini ia berlatih ditemani Iqbaal. Iqbaal yang cemas dari tadi, segera menghampiri Aisyah dan
membantunya berjalan karena Aisyah berjalan pincang.

“Lo kenapa lagi sih Syah?” Tanya Iqbaal sambil membersihkan luka-luka Aisyah.
“Ga tau nih. Dari tadi kepala gue pusing. Terus ngeliat juga kunang-kunang gitu.” Jawabnya dambil
memijat-mijat dahinya.
“ Jangan dipijat-pijat. Nanti kena syaraf mata.” Ujar Iqbaal sambil menarik lengan Aisyah, Lalu fokus
pada luka-luka Aisyah. Sesekali Aisyah meringis ketika Iqbaal mengusap lukanya dengan kapas yang
sudah dilumuri revanol.
“Aw..! Perih Baal..pelan-pelan.”
“Diem..atau mau gue siram pake alkohol?” Ancam Iqbaal.
“Yee jangan. Kan ga boleh Baaal.”
“Yaudah diem.” Aisyah nurut. Nggak lama kemudian, lukanay selesai di obati.
“Baal...lo ga ada jadwal sekarang?” Iqbaal menggeleng mantap.
“Eh iya, lo udah liat belum di website,pengumuman lulus atau enggaknya gue masuk universitas?”
“Belum..Nanti deh. Yakin, gue. Lo Pasti lolos Syah.”
“Aammmiin...Eh iya. Ngomong-ngomong, lo jadi kuliah di Amrik?”
“ Enggak. Gue ga jadi kuliah disana. Gue maunya disini aja lah. Indonesia tercinta.” Ucapnya manta.
Matanya berbinar ketika berkata ‘Indonesia tercinta’. Aisyah manggut-manggut. Heran, orang mah
berbondong-bondong kuliah keluar negri. Lah dia pingin di Indonesia aja. Ah, paling jawaban dia “
Kenapa harus luar negri, kalau Indonesia juga masih punya universitas unggulan,yang lebih terjamin dan
menjanjikan?”. Sama seperti ketika Steffi, pacarnya mengajak Iqbaal liburan ke Paris setahunyang lalu.
Jawaban Iqbaal ketika itu adalah “Ngapain sih jauh-jauh ke Paris. Luar negri? Indonesia aja belum kita
jelajahin semua. Lagian,di Indonesai juga ada Paris. PARIS VAN JAVA. Udah diakui dunia juga. Indonesia
dulu khatamin, baru luar negri.”

“Aisyah..!” Panggil Syifu. Aisyah menoleh dan mengangguk. Seolah mengerti apa yang dimaksud Syifu.
“Good luck Syah. Fokus..!!” Ujar Iqbaal setelah menyuruh Aisyah minum terlebih dahulu. Aisyah
mengacungkan jempolnya, lalu berjalan menuju Syifunya.
“Ayo..sekali lagi. Fokus Syah.!” Sambil menepuk-nepuk bahu Aisyah.

Aisyah berjalan ke tengah lapangan dan bersiap. Ia menunduk, dengan tangan berada di samping
badannya. Cukup lama ia menunduk. Lalu, seketika kepalanya terangkat dengan menghentak.
Tatapannya tajam dan garang. Detik-detik berikutnya ia melakukan gerakan-gerakan dengan mulus
tanpa cacat. Dari speed, kuda-kuda dan powernya,semua pas dan mantap. Meskipun terlihat sedikit ragu
ketika akan melakukan gerakan baling-baling tanpa tangan, namun gerakan itu sukses ia lakukan dengan
pendaratan yang pas. Syifu tersenyum bangga.Ketika Aisyah meberi hormat, tanda jurus selesai. Syifu
dan semua yang ada disitu bertepuk tangan,riuh. Aisyah nyengir dan menghampiri Syifunya dengan
napas tersenggal-senggal.

“Naah...gitu dong dari tadi. Pertahankan oke?” Sambil menepuk-nepuk bahu Aisyah,lalu mengacak-acak
rambutnya. Aisyah berjalan menghampiri teman-temannya setelah pamit dan ber tos ria.

“Keren lo pas di bagian baling-baling tanpa tanga itu sama split.” Puji Kefan.
“Iya, bener. Berani juga lo baling-baling tanpa tangan.” Timpal Ajil.
“Apalagi pas bagian over slah/ salto kedepan. Ajiiiiiiiiiibbb...” Mawar meberikan dua jempolnya,sambil
geleng-gelng.Takjub. Yang lain mengangguk-angguk.

“Lebay ah lo pada. Gue tadi grogi tau. Takut gagal.” Elak Aisyah.
“Yeee elo. Orang dipuji,bukannya bilang terimakasih malah begitu.”
“Iyaa thank’s pujiannya. Tapi jangan berlebihan dong. Kalian juga kan lebih hebat dari gue.”
“He-em...” Jawab mereka,kompak.
“Kompak beut..” Ucap Aisyah sambil mengelap keringatnya dengan handuk kecil.

[LINE]

I-phone Aisyah berbunyi.Tanda ada pesan masuk. Ia buru-buru menghapus air matanya dan berjalan
menuju meja untuk mengecek pesan.

IqbaalDR
Syah..
Woy..
Aisyah..
Bales kek..
Eh curut..
AisyahAQ
Apa?
Woy juga..
Apasih?
Sorry baru dibales.
IqbaalDR
Lama banget sih
AisyahAQ
Sorry..tadi ada Ari.
IqbaalDR
Tadi? Berarti sekarang enggak dong?
AisyahAQ
Ga..Ari baru aja pergi
IqbaalDR
Yeee..tu bocah. Katanya mau nemenin lo. Kok malah pergi sih.
Pergi kemana tu bocah?
AisyahAQ
Ke Bandung....

IqbaalDR
Bandung? Pulang dong dia.
Kenapa?
AisyahAQ
Bapaknya sakit...
Dan sekarang lagi dirawat di rumah sakit
IqbaalDR
Innalillahi...
AisyahAQ
*Read*
IqbaalDR
Lo sendirian dong Syah.
Gimana dong? Gue sama anak-anak belum kelar nih..

Ya,tadi Aisyah bohong ke Ari kalau Iqbaal dan kawan-kawan sudah di perjalanan menuju
rumahnya,karena acara sudah selesai. Kalau ga kaya gitu,Ari pasti ga mau pergi.

AisyahAQ
*Read*
IqbaalDR
Yeee..curut. cuman di read doang.
Lo ga kenapa-kenapa kan?
AisyahAQ
Iya, gue gpp.
Iqbaal POV On

“Apaan nih.bohong ni pasti.” Gue ngomong sendiri di backstage. Tiba-tiba ada yang neplak bahu gue.
“Kenapa lu? Ngoceh sendirian.” Udah gue duga. Aldi yang neplak.
“Kita acara kelar jam berapa sih?” Tanya gue.
“Ga tau.. jam 10an paling. Kenapa?”
“Ini,si Aisyah sendirian di rumah.”
“lah? Si Ari kemana?” Tanya Aldi
“Dia ke Bandung. Bapaknya sakit dan lagi di rawat.”
“Siapa yang sakit?” Tanya Bang Kiki tiba-tiba yang baru dateng.
“Bapaknya Ari” Jawab Aldi sekilas.
“Bang,kita acara beres jam berapa sih?” Pertanyaan yang sama gue tanyain ke Bang Kiki.
“Malem lah,pasti. Emang kenapa?”
“Aisyah sendirian.” Kata gue sambil nyenderin punggung. Gue ngusap wajah,bingung.
‘Yaudah laah..santai aja. Si Aisyah kan jago beladiri. Kalau ada apa-apa, pasti dia lawan.” Ujar Bang Kiki
sambil mengambil toples berisi keripik singkong.Aldi ngangguk dan ikut melahap keripik. Beruntung ga
ada ka Patrick disini. Kalau ada,kena semprot kita. Pasalnya, keripik itu asin dan kita ga boleh makan
yang asin-asin apalagi pedes kalau mau manggung. Bisa-bisa tenggorokan kita gatel dan nafas kita ga
kuat. Sepele memang,tapi pengaruhnya gede.
“Bukan gitu masalahnya Bang..” Gue nutup muka gue sama telapak tangan.
“Kenapa sih?” Tanya Aldi.
“Aisyah itu lagi sakit...”
“Sakit??” Bang Kiki sama Aldi teriak. Kaget tuh pasti.
“Iya, Aisyah itu lagi sakit Bang. Dia ga bisa terlalu lama kena udara malam dan kurang tidur. Kalau dia
sendirian, ga ada yang maksa dia buat minum obat dan istirahat.” Terang gue.
“ Harus ya, di paksa?”
“Iya..karena Aisyah paling anti sama obat.”
“Emang dia sakit apa sih?” Bang Kiki antusia.
“Glioma Batang otak.” Ucap gue jujur.
“Ah, yang serius lo Baal. Ga lucu lo.” Si Aldi nyenggol bahu gue, ga percaya.
Gue kesel sama si Aldi. Tapi,gue maklumin kok. Gue juga waktu pertama tau ya gitu ekspresinya. Ga
percaya. Sampai akhirnya gue nemuin obat di semak-semak dan kertas keterangan dari dokter di bawah
bantal Aisyah. Beberapa waktu yang lalu.
“Gue serius Di. Gue yakin, dia sekarang lagi sedih karena Ari pulang.”
“Ah, masa Aisyah ga ngerti sih? Masa dia sedih cuman gara-gara itu. Pasti ada yang lain nih.”
“Iya, gue juga mikir gitu. Ga mungkin dia sedih cuman karena Ari. Makanya gue harus nge cek dia.”
Lagi serius-serius ngobrol, tiba-tiba Ka Patrick dateng. Aldi sama Kiki yang dari tadi ngunyah, cepet-cepet
minum dan menyembunyikan toples berisi keripik itu.

“Ya Ampun Guys..! kenapa belum siap-siaap... bentar lagi kalian manggung.” Ka Patrick panik. Soalnya
gue sama anak-anak masih pake kostum sebelumnya. Harusnya sekarang udah ganti dan siap-siap ke
panggung.

“Kenapa sih? Muka kalian kaya jemuran. Kusut banget.” Kata Ka Patrick sambil duduk mendekat ke kita.
“Ini masalah Aisyah Ka. Sepupunya Iqbaal.” Aldi jujur.
“Aisyah? Yang atlet wushu itu,kan?” Tanya ka Patrick,memastikan.
“Iya..” Jawab Bang Kiki. Gue ga bisa ngomong apa-apa. Yang ada di pikiran gue sekarang, Gue harus
cepet balik. Perasaan gue udah ga enak dari tadi. Gue takut Aisyah kenapa-kenapa.

Iqbaal POV Off

“Baal..” Iqbaal masih tetep diam.


“Iqbaal...” Panggil ka Patrick lagi.
“Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan..!!” Kali ini kaPatrick menyebutkan nama lengkap Iqbaal agak keras dan
berhasil membuyarkan lamunan Iqbaal.

“Baal. Kaka Tau apa yang lo rasain. Tapi sekarang, please. Fokus. Puluhan bahkan ratusan
Comate,Soniq,Alovers dan Kivers di depan panggung sana lagi nunggu kalian. Kalian tega bikin kecewa
mereka?” Semua diam.
“Yasudah.. kaka kasih waktu 10 menit lagi buat kalian siap-siap. Kaka bakalan ngomong sama MC buat
bikin comate tenang.” Ka Patrick keluar dan Iqbaal menghembuskan napas berat.

“Sabar Bro.. be Positive Thingking.” Kata Bang Kiki sambil ngusap-ngusap bahu Iqbaal. Iqbaal tersenyum
kecut.
“ Udaah..ayo. Kita siap-siap. Kasian comate.”
Dan mereka pun siap-siap.

10 menit kemudian, CJR Keluar dari backstage dan naik ke Panggung. Setelah berdo’a menurut
keyakinan masing-masing, mereka naik dengan wajah ceria. Meskipun hati dan pikiran mereka terutama
Iqbaal, kalut.
“ Halo Comate semuaaaaa...” Sapa mereka bertiga kepada ratusan orang yang mereka sebut comate.
Riuh tepuk tangan dan jeritan-jeritan para fans menjadi irama yang unik di telingan mereka bertiga.

“Iqbaaal..!!!”
“Kiki..!!!”
“Aldii..!!!”

Begitulah teriakan-teriakan mereka, menyebutkan nama idolanya.

“Hai Soniq..!!! Apa kabar semuanya?” Tanya Iqbaal yang di jawab dengan jeritan para fans girl nya. Ada
yang menjawab “ Baiiik..!!” Ada yang jawab “Selalu baik doong,demi Iqbaal” Ada yang cuman teriak
“Iqbaaal..”

Hal itu terjadi pada Kiki dan juga Aldi.

“Oke,guys..kita disini bakalan nyanyiin lagu terbaru kita. Yang hapal sama lagunya,ikutan nyanyi yang
keras yo..!!” Ajak Aldi dan musik pun dimulai.

Sementara di tempat lain...

Aisyah POV on
Gue berdiri menatap langit penuh bintang itu. Malam ini gue sendirian lagi. Bi Inah pasti udah pulang.
Iqbaal pasti belum beres. Mama sama papa ga tau deh.. Ya Allaah..hidup gue kok gini banget ya.
Mah,Pah...aku cuman mau kita kumpul kaya dulu kok. Aku ga perlu uang banyak. Cukup Mama sama
Papa yang ada di samping aku dan mensupport kegiatanku.
“Eh..itu kok kaya BD?”
“BD..!!” gue lambaiin tangan gue.Eh dia respon. Tuh kan, bener. Dia BD. Gue samperin ah..
Eh tapi tunggu..kok kepala gue pusing banget sih. Aaduuuh....kenapa lagi sih ini?
“Aaaarrgh..!!” kepala gue pusing banget. Ya Allaaah..saaakiiit..

BRUGH..!!

Kaki gue mati rasa. Ya Allaah... Aku mohon.Beri aku kekuatan Ya Allah...
Gue udah ga kuat. Gue ga bisa ngerasain apa-apa lagi. Semua...

Gelap..

Aisyah POV off.

BD sedang berjalan-jalan di sekitar komplek. Ia baru saja membeli martabak depan komplek. Tiba-tiba
ada yang memanggilnya. Dan ternyata itu Aisyah.
“BD..!!” teriaknya sambil melambaikan tangan. BD membalas lambaian tangan Aisyah. Aisyah berbalik.
Ketika BD ingin meneruskan langkahnya,tiba-tiba ada suara jeritan..
“Aaaarrgh..!!” BD mengurungkan niatnya untuk pergi. Ia kembali mendongak,melihat ke arah sumber
suara. Balkon Aisyah. BD buru-buru masuk ketika melihat Aisyah...yang...sepertinya terjatuh. Terdengar
suara berdebum.
Saat BD hendak memasuki rumah,ia berpapasan dengan Bi Inah yang hendak keluar rumah.
“Maaf, bu. Boleh saya ketemu Aisyah?” Ijin BD yang mendapat tatapan bingung dari Bi Inah.
“Maaf..Aden ini siapa?” Tahan Bi Inah.
“Saya BD. Temannya Aisyah. Ijinkan saya masuk Bu.” Mohon BD.
“Aden mau apa ke Non Aisyah?”
“Tadi,saya liat Aisyah jatuh di balkon Bu. Kita harus cek dia.” BD langsung masuk dan menuju lantai dua.
Diikuti Bi Inah yang masih panik. Dia mencari-cari kamar Aisyah. Matanya berhenti mencari ketika
melihat sebuah pintu berposter lambang perguruan beladirinya. Tanpa babibu lagi,dia membuka pintu
dan mendapati Aisyah tergeletak tak sadarkan diri di pintu yang menghubungkan Balkon dan kamarnya.
BD menggendong Aisyah dan memindahkannya ke kasur.
Bi Inah langsung menjerit melihat muka pucat Aisyah lalu berlari memeluk anak majikannya itu,yang
sudah ia asuh sejak bayi.
BD Bingung,apa yang harus ia lakukan sekarang. Dirinya tidak membawa kendaraan. Di rumah Aisyah
hanya ada motor Ninja milik Aisyah saja.Tidak ada mobil. Jika dibwa ke Rumah Sakit,tidak mungkin
dengan motor. Akhirnya,ia harus menghubungi seseorang.
.
.
.
Riuh tepuk tangan menggema. Menyemangati idolanya yang sedang kalut di atas panggung. Pasalnya,
ketika mereka bernyanyi tadi,tiba-tiba listrik mati. Lagu harus terhenti di tengah-tengah. Meskipun para
comate kecewa,tapi mereka terus menyemangati idolanya. Ga sedikit yang ngeluh, tapi yang
nyemangatin juga ga kalah banyak.
Semua crew panik. Termasuk CJR.
“Aduh..kok bisa gini sih?” Keluh salah satu kru.
“Iya..kenapa ya? Padahal tadi oke-oke aja deh.” Kata yang satunya lagi.
“Cek..cek..cek..cepet..!” Perintah salah satu kru, yang diduga adalah ketua.
Suasana kacau balau. MC terus menenangkan comate yang mengeluh dan meminta comate terus
menyemangati CJR.
Tak lama kemudian,semua kepanikan ini selesai. Listrik kembali menyala dan CJR melanjutkan kembali
performnya setelah meminta maaf kepada para comate yang di tanggapi dengan teriakan semangat
yang lebih kencang.
Setelah lagu selesai, Iqbaal yang sejak awal kurang fokus langsung berlari meninggalkan panggung
menuju banckstage tanpa mengucapkan sepatah katapun. Semua yang ada disana menatap Iqbaal
bingung.

“Oke,Thank you guys..!!!” Teriak Kiki memecah keheningan sesaat tadi. Dan di sambung dengan
beberapa kata oleh Aldi. Setelah selesai, mereka berdua segera turun dan berlari menyusul Iqbaal.

Iqbaal langsung mengecek ponselnya. Ada 10 panggilan tak terjawab dari Aisyah.
“APA?!” bentak Iqbaal kepada seseorang di sebrang telepon sana.
“....”
“Lo serius kan?”
“...”
“Oke..Gue kesana sekarang..” Ketika hendak keluar dari backstage, Iqbaal di tahan oleh ka Patrick,Kiki
dan Aldi. Iqbaal berdecak kesal.
.
.
.
SKIP Rumah Sakit..
Para member CJR, Ka Patrick, BD dan Bi Inah tengah menunggu di depan ruang ICU. BD sudah
menceritakan apa yang terjadi pada Iqbaal. Iqbaal hanya menatap sendu BD,saat itu.
Bi Inah terus terisak dan sedang ditenangkan oleh Rasyifa. Ya, Iqbaal yang menelpon Rasyifa. Selain
karena Rasyifa sahabat perempuan Aisyah yang paling dekat, juga karena hanya Rasyifa teman Aisyah
yang bisa datang.
Kiki dan Aldi serta ka Patrick terus berdo’a dalam hati.
BD mencoba untuk menenangkan Iqbaal yang dari tadi terus mondar-mandir di depan pintu ICU.
“Baal...duduk dulu Baal.” Iqbaal menggeleng. BD hanya menghela napas,pasrah. Sudah puluhan kali ia
menyarankan Iqbaal untuk duduk tenang.

Tiba-tiba,pintu ruangan itu terbuka,dan muncullah Pria yang memakai jas putih dengan stetoskop
menggantuk di lehernya. Semua berdiri,menatap penuh harap dokter tersebut. Bi Inah berhenti terisak.

“Dok, gimana keadaan Aisyah?” Tanya Iqbaal tidak sabar sambil memegang bahu dokter dan menatap
penuh harapan.

“Apa saya bisa bicara dengan keluarga pasien?”


“Saya keluarganya Dok.”
“Anda siapanya pasien?”
“Saya Kakaknya Dok.” Yakin Iqbaal.
“Baik, mari ikuti saya.” Iqbaal langsung pergi darisana,mengikuti langkah dokter.
.
.
.
SKIP Ruang rawat Aisyah..

“Syaaah....” sudah sepekan ia terbaring di rumah sakit. Sudah sepekan juga Iqbaal menunggu Aisyah
sadar. Ibu Aisyah belum juga pulang. Ayahnya,yang berjanji akan pulang tiga hari yang lalu,tidak jadi
datang.Katanya, ada kepentingan mendadak. Dan kedua orang tua mereka belum Iqbaal beri tau
keadaan Aisyah.

Belum ada tanda-tanda Aisyah akan sadar. Iqbaal dengan sabar terus berada di samping Aisyah.
Ari...laki-laki itu masih berada di Bandung,dan tidak Iqbaal kabari tentang Aisyah. Biarkan ia fokus
merawat Ayahnya itu. Beberapa jadwal manggung harus ia batalkan,demi menjaga Aisyah.

“Baal...” Kefan membuyarkan lamunan Iqbaal. Iqbaal menatap sekelilingnya. Sudah ada Kefan,
Mawar,Ajil, Rasyifa, Aldi dan juga Kiki.
“ Baal...dari kemaren lo belum makan. Lo makan dulu ya?” Mawar dengan lembut membujuk Iqbaal. Ajil
yang melihatnya sempat cemburu,namun ia sadar bahwa ini bukan waktunya cemburu.
Iqbaal menggeleng mantap..

“Iya Baal. Mending lo balik dulu deh. Bersih-bersih, makan, baru kesini lagi. Supaya nanti ketika Aisyah
sadar, dia lihat lo seger. Ga ancur kek gini.” Sambung Kiki sambil memegang bahu Iqbaal. Iqbaal belum
merespon. Ia terus menggenggam jari-jari Aisyah yang dingin dan lemas dengan selang infusan di
punggung tangannya.

“Baal...” Kini Rasyifa yang memanggilnya sambil mengusap bahu Iqbaal. Iqbaal menghela napas dan
melepaskan genggaman tangannya. Ia beranjak dari kursi yang ia dudukisejak sepekan yang lalu.
“Gue balik ke rumah Aisyah. Kalian jaga dulu Aisyah. Kalau ada apa-apa,hubungi gue langsung.” Ujar
Iqbaal dengan suara serak. Baru saja Iqbaal akan membuka pintu, tiba-tiba dirinya limbun ke kanan.
Beruntuk ada Aldi disana yang langsung menyangga Iqbaal.
“Tuh kaan..efek nih. Udah, sini gue yang anter. Lo harus istirahat dulu.” Omel Aldi sambil merangkul
Iqbaal,keluar ruangan.

*Rumah Aisyah*

Iqbaal langsung masuk setelah mengucapkan salam dan dijawab oleh Bi Inah. Ia langsung menaiki
tangga,masih di bopong Aldi menuju kamar Aisyah. Bi Inah menatap mereka sendu dan kembali
melanjutkan aktifitasnya.Membersihkan rumah.
Kamar Aisyah terlihat berantakan. Iqbaal yakin, Bi Inah belum mebereskannya sejak Aisyah di rawat.
Karena sejak malam itu, Bi Inah jatuh sakit. Dan baru kemarin ia kembali ke rumah ini.
Iqbaal langsung membaringkan tubuhnya di kasur Aisyah. Ia memejamkan matanya. Aldi yang
melihatnya hanya menggelengkan kepala. Ia membereskan buku-buku yang berserakan dan beberapa
barang lainnya.
Iqbaal tak menghiraukannya. Ia membalikan badan menjadi telungkup dan tangannya di sisipkan ke
bawah bantal. Namun,tiba-tiba ia teerduduk. Aldi yang melihatnya terkejut dan menghampiri Iqbaal
yang sedang memegang map berwarna biru.

“Itu apaan Baal?” Tanya Aldi.


“Ga tau. Ada di bawah bantal Aisyah.” Iqbaal melotot tidak percaya ketika map biru itu terbuka. Disana
tertera dengan jelas tulisan

“SURAT PERCERAIAN”
“Surat cerai?” Aldi heran.
Iqbaal menggelengkan kepalanya. “ Apasih yang ada dipikiran Tante dan om gue? Bener-bener ya.”
Iqbaal melemparkan map itu ke lantai dan mengusap wajahnya.
“Pantesan Aisyah langsung drop,kalau gini kejadiannya.”

“Aldimenatap Iqbaal,bingung.”
Aldi menatap Iqbaal bingung.
“Maksudnya gimana?”
“Kayaknya,malam sebelumnya itu dia udah baca map ini. Dia kepikiran sampai-sampai dia tidur di atas
meja belajar.Waktu latihan juga dia jadi ga fokus,karena mikirin nyokap sama bokapnya mau cerai. Dia
pasti sedih banget waktu itu. Lo bisa bayangin kan Di,gimana perasaan dia waktu itu? Di tambah
malamnya kita ga bisa nginep di rumah dia dan Ari yang pulang ke Bandung.”
Aldi membayangkan itu semua dan berkata “Ancur banget pasti”
Iqbaal mengangguk.
“yaudah,sekarang lo bersih-bersih sana. Biar gue yang beresin kamar Aisyah. Nanti gue bilangin Bi Inah
buat bikinin lo sarapan. Muka lo jelek banget sumpah.” Iqbaal melempar Aldi dengan bantal kemudia
beranjak menuju kamar mandi.

10 menit telah berlalu.Kamar sudah rapih,Iqbaal sudah bersih. Makanan hangat sudah tersedia di meja.
Baru saja Bi Inah meletakannya disana. Aldi sedang membuka-buka album foto Aisyah.

Anda mungkin juga menyukai