Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Keperawatan Gawat Darurat
Dosen Pembimbing : Ns. Noor Faidah, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh

Rusliana Fauzul Muna (2018012079)

PSIK 6B

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS

2021
A. Definisi

Resusitasi jantung paru suatu sistem/metode untuk mengatasi henti jantung dan/atau henti nafas.

Henti jantung adalah berhentinya kontraksi jantung yang ditandai tak terabanya denyut jantung,
denyut nadi dan/atau denyut arteri karotis.

Henti nafas adalah berhentinya gerakan pernafasan dan ditandai dengan tak terasanya hembusan
nafas dari kedua lubang hidung.

B. Tujuan

Agar nyawa penderita henti jantung dan/atau henti paru segera bisa diselamatkan dan tidak
memberikan gejala sisa.

C. Prosedur Pelaksanaan:

1. Petugas IGD RS NAMARS segera memeriksa ada tidaknya cedera dan tentukan ada respon
atau tidak.
2. Tepuk atau guncangkan secara halus, panggil atau tanya.
3. Bila diduga ada trauma kepala atau leher, pasien tak boleh digerakkan kecuali bila benar-
benar diperlukan.
Aktifkan sistem pelayanan emergensi yang ada:
Bila terjadi di luar RS :
a. Panggil bantuan,
b. Sebutkan jenis bantuan yang diperlukan,
c. Lokasi korban,
d. Nomor telpon yang digunakan,
e. Apa yang terjadi,
f. Jumlah orang yang memerlukan pertolongan,
g. Kondisi korban, dan informasi lainnya.

1) AIRWAY (Jalan nafas):


Bila korban tak memberikan respon:
a) Petugas IGD RS NAMARS harus menentukan apakah korban tersebut
bernafas secara adekuat.
b) Letakkan korban pada posisi terlentang dan jalan nafas terbuka.
c) Posisi korban :
d) Tempatkan korban pada posisi terlentang, pada tempat yang keras dan datar.
e) Bila korban telungkup, balikkan korban dalam satu kesatuan sehingga kepala,
bahu dan badan bergerak serentak hingga tak ada yang terputar. Kepala dan
leher harus berada pada satu bidang, lengan berada di samping badan.
f) Posisi petugas/penolong:
g) Penolong harus berada pada sisi korban sehingga memungkinkan melakukan
bantuan nafas dan kompresi dada.
h) Buka jalan nafas:
i. Bila korban tak berrespon/tak sadar lakukan manuver ”head tilt-chin
lift” untuk membuka jalan nafas, dengan syarat pasien tak ada bukti
trauma kepala atau leher.
ii. Bila dicurigai adanya trauma leher lakukan manuver ”jaw- thrust”.
iii. Bila ada benda asing yang terlihat atau muntahan, segera keluarkan
dari dalam mulut dengan jari tangan yang memakai sarung tangan.
Benda yang keras dapat dikeluarkan dengan jari telunjuk, sementara
tangan yang lain tetap mempertahankan lidah dan rahang.
Manuver ”head tilt-chin lift”:
a) Letakkan satu tangan pada dahi korban, tekan dengan telapak tangan hingga
kepala menjungkit ke belakang. Letakkan jari-jari tangan yang sebelah lagi di
bawah tulang rahang bawah dekat dagu. Angkat rahang dan dagu ke depan.
b) Jangan menekan bagian lunak di bawah dagu dan jangan menggunakan ibu
jari untuk mengangkat dagu. Buka mulut sehingga memungkinkan pernafasan
spontan dan memungkinkan bantuan nafas dari mulut ke mulut. Bila gigi
korban goyah atau ada gigi palsu, maka gigi tsb harus lepaskan.
Manuver ”jaw-thrust”:
Letakkan tangan penolong pada masing-masing sisi kepala korban, letakkan siku
penolong pada bidang dimana korban berbaring. Raih sudut rahang bawah korban
dan angkat dengan ke dua tangan. Bila bibir korban terkatup, regangkan atau buka
dengan ibu jari ke dua tangan.
2) BREATHING (Pernafasan):
a) Periksa ada tidaknya nafas:
Tempatkan telinga penolong dekat mulut dan hidung korban sambil tetap
membuka jalan nafas. Sambil memperhatikan dada korban lakukan:
(1) Look: lihat ada tidaknya pergerakan dada;
(2) Listen: dengar ada tidaknya hembusan nafas;
(3) Feel: rasakan adanya hembusan
Prosedur pemeriksaan ini tak boleh lebih dari 10 detik.
b) Tentukan ada/tidaknya dan adekuat/tidaknya pernafasan.
i. Bila korban tak berespon/tak sadar dengan nafas normal, tak ada
cedera tulang belakang, posisikan penderita pada posisi mantap, jaga
jalan nafas terbuka.
ii. Bila korban tak berespon dan tak bernafas, lakukan bantuan nafas 2
kali. Bila tak dapat dilakukan pemberian bantuan nafas awal, atur
ulang posisi kepala dan ulang lagi usaha ventilasi.
iii. Bila tetap tak berhasil memberikan ventilasi hingga dada
mengembang, tenaga terlatih harus melakukan manuver untuk
mengatasi sumbatan jalan karena benda asing (Heimlich manuver atau
abdominal thrust/back thrust).
iv. Pastikan dada korban turun naik pada tiap bantuan nafas yang
diberikan.
v. Periksa ada tidaknya tanda-tanda sirkulasi.

3) CIRCULATION (Sirkulasi)
a) Periksa ada tidaknya tanda-tanda sirkulasi;
i. Setelah pemberian bantuan nafas awal, periksa adanya pernafasan
normal, k atau gerakan dari korban sebagai respon terhadap bantuan
nafas yang diberikan. Sekaligus periksa ada tidaknya nadi karotis
jangan lebih dari 10 detik.
ii. Periksa denyut nadi arteri karotis adalah dengan mempertahankan
posisi kepala (head tilt) dengan satu tangan. Raba trakhea dengan 2
atau 3 jari tangan yang lain, geser jari-jari tersebut ke lateral sisi
penolong hingga celah antara trakhea dan otot.
iii. Gunakan tekanan yang lembut saja sehingga tidak menekan arterinya.
Bila denyut arteri karotis tak teraba lakukan kompresi dada.
b) Kompresi dada:
i. Jari penolong mencari arkus kosta bagian bawah.
ii. Ditelusuri ke atas hingga teraba bagian terbawah sternum.
iii. Taruh salah satu pangkal tangan pada bagian separuh bawah sternum,
dan taruh tangan yang satu lagi di atas punggungn tangan yang
pertama, sehingga tangan dalam keadaan paralel. Pastikan sumbu
pangkal tangan tepat pada sumbu sternum.
iv. Jari-jari tangan dapat dibiarkan terbuka atau saling mengunci satu
sama lain tetapi jangan menekan dada.
v. Usahakan mendapatkan posisi yang tepat di sternum dengan cara
meletakkan pangkal tangan penolong diantara ke dua papilla mammae.
vi. Lakukan kompresi yang efektif dengan memperhatikan hal- hal
sebagai berikut:
(1) Posisi siku tidak menekuk, posisi lengan tegak lurus dengan dada
korban.
(2) Tekan di tengah sternum.
(3) Lepaskan tekanan hingga dada kembali ke posisi normal agar darah
masuk ke dada dan jantung, posisi tangan tetap menempel di sternum.
(4) Lakukan 30 kali kompresi dada, pastikan dada kembali ke posisi
semula diantara dua kompresi. Buka lagi jalan nafas dan berikan lagi 2
kali bantuan nafas, masing- masing 1 detik. Bila sudah dilakukan
intubasi kompresi dada dan ventilasi dapat dilakukan kontinyu dan
tidak perlu sinkron.
4) REASSESSMENT:
a) Evaluasi ulang korban, bila tetap tak ada tanda-tanda sirkulasi ulangi RJP
dengan dimulai dari kompresi dada. Bila tanda-tada sirkulasi sudah tampak,
periksa pernafasan.
b) Bila ada nafas, tempatkan dalam posisi mantap dan awasi nafas dan sirkulasi.
c) Bila tak ada nafas tapi ada tanda-tnda sirkulasi, berikan bantuan nafas 10-12
kali/menit dan awasi adanya tanda-tanda sirkulasi tiap menit.
d) Bila tak ada tanda sirkulasi teruskan kompresi dada dan ventilasi dengan rasio
30 kompresi 2 ventilasi.
e) Berhenti dan periksa tanda-tanda sirkulasi dan adanya pernafasan spontan tiap
menit.
f) Jangan berhenti RJP kecuali karena keadaan khusus.
g) Bila didapatkan adanya pernafasan yang adekuat dan adanya tanda-tanda
sirkulasi, pertahankan jalan nafas tetap terbuka dan posisikan dalam posisi
mantap; dengan cara:
i. Satu lutut difleksikan.
ii. Satu lengan yang sepihak diletakkan dibawah pantat, lengan yang lain
difleksikan didepan dada.
iii. Pelan pelan diguligkan kearah yang sepihak dengan lutut yang fleksi.
iv. Kepala di ekstensikan, lengan yang fleksi didepan dada diletakkan
mengganjal rahang bewah (agar tidak terguling ke depan )

D. Daftar Pustaka

https://snars.web.id/rs/sop-resusitasi-jantung-paru/

10 mar 16

Anda mungkin juga menyukai