Anda di halaman 1dari 3

KONSEP DASAR KURIKULUM

Pengertian  Kurikulum

Untuk mendapatkan rumusan tentang pengertian kurikulum, para ahli mengemukakan pandangan
yang beragam. Dalam pandangan tradisional (klasik), kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran
di suatu sekolah (Hilda Taba, 1962; Zais, 1976; Nana Sudjana, 1996; Nana S. Sukmadinata, 1997).
Pelajaran-pelajaran apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah kurikulum. Sedangkan dalam
pandangan modern, arti kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata
terjadi dalam proses pendidikan (J. Galen Saylor & William M. Alexander,1956; Ronald C. Doll,
1974).
Dalam hal ini, Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa untuk mencari rumusan kurikulum dapat
ditinjau dari empat dimensi, yaitu : (1) kurikulum sebagai suatu ide; (2) kurikulum sebagai suatu
rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; (3) kurikulum sebagai suatu
kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dan (4)
kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.

Dalam konteks pendidikan nasional, secara formal kurikulum lebih diartikan sebagai suatu rencana
atau dokumen tertulis. Hal ini bisa dilihat dari pengertian kurikulum sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, yang berbunyi bahwa “ kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.

Ada banyak sekali para ahli yang berpendapat mengenai pengertian kurikulum, namun yang
disebutkan pada artikel ini hanya ada beberapa, antara lain:

1. Kurikulum adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara
sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah. (Crow and Crow).
2. Kurikulum adalah kelompok pengajaran yang sistematik atau urutan subjek yang
dipersyaratkan untuk lulus atau sertifikasi dalam pelajaran mayor, misalnya kurikulum pelajaran
sosial, kurikulum pendidikan fisika (Carter V. Good dalam Oliva, 191:6).
3. Kurikulum adalah seluruh pengalaman siswa di bawah bimbingan guru (Hollis L. Caswell
and Doak S. Campbell dalam Oliva, 1991:6).
4. Kurikulum adalah sebagai sebuah perencanaan untuk memperbaiki seperangkat pembelajaran
untuk seseorang agar menjadi terdidik (J. Galen Saylor, William M. Alexander, and arthur J.
Lewis dalam Oliva 1991:6).
5. Kurikulum pada umumnya berisi pernyataan tujuan dan tujuan khusus, menunjukkan seleksi
dan organisasi konten, mengimplikasikan dan memanifestasikan pola belajar mengajar tertentu,
karena tujuan menuntut mereka atau karena organisasi konten mempersyaratkannya. Pada
akhirnya, termasuk di dalamnya program evaluasi outcome (Hilda Taba dalam Oliva, 1991:6).
6. Kurikulum sekolah adalah konten dan proses formal maupun non formal di mana pebelajar
memperoleh pengetahuan dan pemahaman, perkembangan skil, perubahan tingkah laku, apresiasi,
dan nilai-nilai di bawah bantuan sekolah (Ronald C. Doll dalam Oliva, 1991:7).
7. Kurikulum adalah rekonstruksi dari pengetahuan dan pengalaman secara sistematik yang
dikembangkan sekolah (atau perguruan tinggi), agar dapat pebelajar meningkatkan pengetahuan
dan pengalamannnya (Danniel Tanner and Laurel N. Tanner dalam Oliva, 1991:7).
8. Kurikulum dalam program pendidikan dibagi menjadi empat elemen yaitu program belajar,
program pengalaman, program pelayanan, dan kurikulum tersembunyi (Abert I. Oliver dalam
Oliva, 1991:7).
9. Kurikulum mengandung konten (subject matter), pernyataan tujuan (terminal objective),
urutan konten, pre-asesmen dari entri skill yang dipersyaratkan pada siswa ketika mulai belajar
konten (Roert M. Gagne dalam Oliva, 1991:7).
10. Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan kebudayaan, sosial, olahraga, dan
kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan di luar sekolah dengan
maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah
laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan (Dr. Addamardasyi dan Dr. Munir Kamil).
Karakteristik Kurikulum

Menurut Schubert dkk (Print,1993), ada lima karakteristik kurikulum, yaitu:

 Kurikulum sebagai mata pelajaran ini menggambarkan kurikulum sebagai pengkombinasian


mata pelajaran untuk membentuk sekumpulan materi yang diajarkan.
 Kurikulum sebagai pengalaman.
 Kurikulum dipandang sebagai sejumlah pengalaman (experience) yang dihadapi siswa dalam
konteks pembelajaran.
 Kurikulum sebagai tujuan.
 Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
 Kurikulum Sebagai Reproduksi Sosial.
 Kurikulum haruslah merefleksikan kultur suatu masyarakat.
 Kurikulum sebagai currere kurikulum diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh.
Fungsi Kurikulum

Pada dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Namun, apabila berbicara fungsi
kurikulum bagi kepala sekolah, guru, orang tua, masyarakat, dan siswa, akan ada perbedaan untuk
fungsi kurikulum itu sendiri.

 Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi
atau pengawasan.
 Bagi guru kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran.
 Bagi orang tua kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anak belajar di
rumah.
 Bagi masyarakat kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggaranya proses pendidikan di sekolah.
 Bagi siswa kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
Peranan Kurikulum

Menurut Oemar Hamalik (1990), kurikulum dalam pendidikan formal memiliki peranan yang sangat
strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan, yaitu peranan konservatif (sebagai sarana
untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya yang masih relevan), peranan kreatif (mampu
mengembangkan sesuatu yang baru), dan peranan kritis/evaluatif (untuk menilai dan memilih nilai
dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan).

Anda mungkin juga menyukai