Anda di halaman 1dari 11

Nama : Muhammad Sulthan Zaka

Npm : 1810631070036

UPAYA PENGEMBANGAN / PERBAIKAN INOVASI PENDIDIKAN

A. Pengertian Inovasi Pendidikan


Di kutip dari buku (Tarigan, 2013) Inovasi secara etimologi berasal dari Kata Latin
innovation yang berarti pembaharuan atau perubahan. Kata kerjanya innovo yang
artinya memperbaharui dan mengubah, inovasi ialah suatu perubahan yang baru menuju
kearah perbaikan, yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang dilakukan
dengan sengaja dan berencana (tidak secara kebetulan). Istilah perubahan dan
pembaharuan ada pebedaan dan persamaanya. Perbedaannya, kalau pada pembaharuan
ada unsur kesengajaan. Persamaannya. Yakni sama sama memilki unsur yang baru atau
lain dari yang sebelumnya. Kata “Baru” dapat juga diartikan apa saja yang baru
dipahami, diterima, atau dilaksanakan oleh si penerima inovasi, meskipun bukan baru
lagi bagi orang lain. Nemun, setiap yang baru itu belum tentu baik setiap situasi, kondisi
dan tempat.

Inovasi pendidikan menurut Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan


adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah
pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan
atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat),
baik berupa hasil intervensi (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang),
yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau memecahkan masalah
pendidikan nasional.

Inovasi (pembaharuan) terkait dengan invention dan discovery. Invention adalah suatu
penemuan sesuatu yang benar benar baru, artinya hasil kreasi manusia. Penemuan
sesuatu (benda) itu sebelumnya belum pernah ada, kemudian diadakan dengan bentuk
kreasi baru. Discovery adalah suatu penemuan (benda), yang benda itu sebenarnya telah
ada sebelumnya, tetapi semua belum diketahui orang. Jadi, inovasi adalah usaha
menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) baik invention
dan discovery.

B. Model-Model Inovasi Pendidikan


Dalam buku (Dasar & Pendidikan, n.d.) Model-model Inovasi Pendidikan Diskursus
tentang pendidikan, stidaknya akan mencakup dua elemen yang cukup pendasar, yaitu
elemen teori dan elemen praktek. Termasuk juga Inovasi pendidikan. Pembaharuan
dalam hal ini menunjukkan suatu proses yang membuat suatu objek, ide, atau praktek
baru yang muncul untuk kemudian diserap oleh seseorang, kelompok, organisasi
pendidikan. Proses ini mempunyai beberapa tahapan yang akan jelas terlihat bila
digambarkan dengan suatu kontinum sebagai berikut:
1. Invention (Penemuan) Invention meliputi penemuan atau penciptaan tentang suatu hal
yang baru. Akan tetapi pembaharuan yang terjadi dalam pendidikan terkadang
menggambarkaan suatu hasil yang sangat berbeda dengan yang terjadi sebelumnya.
Tempat terjadinya invention biasanya di dalam maupun diluar sekolah kebanyakan
pembaharuan dari tipe hardware berasal dari luar sekolah sebaliknya, banyak
“invention” terjadi di dalam sekolah ketika para guru berupaya untuk mengubah situasi
atau menciptakan cara baru untuk memecahkan cara lama.
2. Development (Pengembangan) Pembaharuan biasanya harus mengalami suatu
pengembangan, dan belum bisa masuk ke dalam dimensi skala besar. “Development”
sering sekali bergandengan dengan riset sehingga prosedur “research dan development
meliputi berbagai aktivitas, antara lain riset dasar, seperti pencarian dan pengujian teori-
teori belajar. Riset ini mengetengahkan proses pengembangan kurikulum oleh para tim
ahli penulis program kurikulum, sekolah percobaan tempat bahan disiapkan untuk diuji
cobakan, dan desain riset valuatif dibuat untuk menilai keefektifan berbagai
pembaharuan kurikulum.
3. Diffusion (Penyebaran) Konsep diffusion seringkali digunakan secara sinonim dengan
konsep dissemination, akan tetapi disini diberikan dengan konotasi yang juga berbeda.
Definisi diffusion menurut Roger adalah “persebaran suatu ide baru dari sumber
inventationnya kepada pemakai atau penyerap yang terakhir”. Kalau istilah diffusion
adalah netral dan betul memaksudkan persebaran suatu pembaharuan, dissemination
digunakan disini untuk menunjukkan suatu pola difusi yang terencana, yang didalamnya
beberapa biro (agency) mengambil langkah khusus untuk menjamin agar suatu
pembaharuan akan mencapai jumlah paling banyak.
Disamping ketiga model yang umum tersebut di atas, ada hal lain yang muncul tatkala
membicarakan inovasi pendidikan yaitu:

a) Kendala-kendala, termasuk resistensi dari pihak pelaksana inovasi seperti guru,


siswa, masyarakat dan sebagainya.
b) faktor-faktor seperti guru, siswa, kurikulum, fasilitas dan dana
c) lingkup sosial masyarakat. Pelaksanaaan inovasi pendidikan seperti inovasi
kurikulum tidak dapat dipisahkan dari inovator dan pelaksana inovasi itu sendiri.

C. Tujuan Inovasi Pendidikan


Menurut Santoso (1974), dalam buku (Tarigan, 2013) tujuan utama inovasi, yakni
meningkatkan sumber-sumber tenaga, uang, dan sarana, termasuk struktur dan prosedur
organisasi.

Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas, dan


efektivitas; sarana serta jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya, dengan hasil
pendidikan sebesar-besarnya (menurut kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan
pembangunan), dengan menggunakan sumber, tenaga, uang, alat, dan waktu dalam
jumlah yang sekecil-kecilnya.

Apabila dikaji, arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia tahap demi tahap, yaitu :

1. Mengejar ketertinggalan-ketertinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu


dan teknologi sehingga makin lama pendidikan di Indonesia makin berjalan sejajar
dengan kemajuan-kemajuan tersebut.
2. Mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah bagi setiap
warga negara. Misalnya meningkatkan daya tampung usia sekolah SD, SMP, SMA, dan
Perguruan Tinggi
Di samping itu, akan diusahakan peningkatan mutu yang dirasakan makin menurun.
Dengan sistem penyampaian yang baru, diharapkan peserta didik menjadi manusia yang
aktif, kreatif, dan terampil dalam memecahkan masalahnya sendiri.
Tujuan jangka panjang yang hendak dicapai ialah terwujudnya manusia Indonesia
seutuhnya. Pendidika dewasa ini menghadapi berbagai tantangan dan persoalan.
Adapun masalah-masalah yang menuntut diadakan inovasi di Indonesia, yaitu :

1. Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat dan sekaligus bertambahnya


keinginan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang secara kumulatif menuntut
tersedianya sarana pendidikan yang memadai.
2. Berkembangnya ilmu pengetahuan yang modern menghendaki dasar-dasar pendidikan
yang kokoh dan penguasaan kemampuan terus menerus dan dengan demikian menuntut
pendidikan yang lebih lama sesuai dengan konsep pendidikan seumur hidup (long
education)
3. Berkembangnya tekhnologi yang mempermudah manusia dalam menguasai dan
memanfaatkan alam dan lingkungannya, tetapi yang sering kali ditangani sebagai suatu
ancaman terhadap kelestarian peranan manusiawi.

Tantangan-tantangan di atas lebih berat lagi dirasakan karena berbagai persoalan datang
baik dari luar maupun dari dalam system pendidikan itu sendiri, yaitu di antaranya :

a) Sumber-Sumber yang makin terbatas dan belum dimanfaatkannya sumber yang ada
secara efektif dan efisien.
b) Sistem pendidikan yang masih lemah dengan tujuan yang masih kabur, kurikulumnya
belum serasi, relevan, suasana belum menarik dan sebagainya.
c) Pengelolaan pendidikan yang belum mekar dan mantap dan belum peka terhadap
perubahan dan tuntutan keadaan, baik masa kini maupun masa akan datang.

D. Karakteristik Inovasi Pendidikan


Dalam jurnal (Kadi & Awwaliyah, 2017) Vanterpool mengatakan bahwa karakteristik
inovasi pendidikan yang memprediksikan kemungkinan besar akan sukses adalah
berikut:

a) Relative advantage, artinya relatif berguna dibandingkan dengan yang telah ada
sebelumnya.
b) Compatibility, artinya apakah inovasi tersebut akan konsisten terhadap nilainilai,
pengalaman dan kebutuhan para adopter.
c) Testability, artinya seberapa jauh inovasi tersebut bisa diujicobakan di sekolah-sekolah
atau di lembaga pendidikan.
d) Observability, artinya apakah inovasi tersebut dapat diperlihatkan secara nyata
hasilnya kepada para peserta didik dan Apakah kita bisa melihat variasi-variasi saat
mengaplikasikan inovasi tersebut.
e) Complexity, artinya apakah guru-guru memerlukan pelatihan untuk mengaplikasikan
inovasi tersebut dan apakah akan menambah tugas kerja guru.

Sedangkan menurut Everett M. Rogers mengemukakan bahwa karakteristik inovasi


yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan suatu inovasi adalah
sebagai berikut:

a) Keunggulan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dapat memberikan manfaat atau
keuntungan, bagi penerimanya, yang dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya,
prestise sosial, kenyamanan, kepuasaan dan lainnya.
b) Konfirmanilitas atau Kompatibel (Compatibility), yaitu tingkat kesesuaian inovasi
dengan nilai (value), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima.
c) Kompleksitas (complexity), yaitu tingkat kesukaran atau kerumitan untuk memahami
dan menggunakan inovasi bagi penerima.
d) Trialabilitas (Trialability), yaitu dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh
penerima.
e) Dapat diamati (Observability) yaitu mudah atau tidaknya diamati suatu hasil inovasi.
Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh
masyarakat.
Adapun beberapa kemampuan bidang yang dapat diamati, diantaranya: manajemen
pendidikan, metodologi pengajaran, media pembelajaran, sumber belajar, pelatihan
guru, implementasi kurikulum,dll.

E. Strategi Inovasi Pendidikan


Dalam buku (Rusdiana, 2014) Salah satu faktor yang ikut menentukan efektivitas
pelaksanaan program perubahan sosial adalah ketepatan penggunaan strategi. Akan
tetapi, memilih strategi yang tepat bukan pekerjaan yang mudah. Sukar untuk memilih
satu strategi tertentu guna mencapai tujuan atau target perubahan sosial tertentu.
1. Strategi Fasilitatif

Strategi fasilitatif digunakan untuk memperbaharui bidang pendidikan. Adanya


kurikulum baru dengan pendekatan keterampilan proses misalnya, memerlukan
perubahan atau pembaharuan kegiatan belajar mengajar. Jika untuk keperluan tersebut
digunakan pendekatan fasilitatif, program pembaharuan yang dilaksanakan
menyediakan berbagai macam fasilitas dan sarana yang diperlukan.

2. Strategi Pendidikan

Perubahan sosial didefinisikan sebagai pendidikan atau pengajaran kembali (re-


education) (Zaltman, Duncan, 1977: 111). Pendidikan juga dipakai sebagai strategi
untuk mencapai tujuan perubahan sosial. Dengan menggunakan strategi pendidikan,
perubahan sosial dilakukan dengan cara menyampaikan fakta dengan maksud
penggunaan fakta atau informasi untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan.
Agar penggunaan strategi pendidikan dapat berlangsung secara efektif, ada beberapa hal
yang harus dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.

a. Strategi pendidikan dapat digunakan secara tepat dalam kondisi dan situasi:
 Apabila perubahan sosial yang diinginkan, tidak harus terjadi dalam waktu yang
singkat (tidak ingin segera cepat berubah).
 Apabila sasaran perubahan (guru) belum memiliki keterampilan atau pengetahuan
tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan program perubahan social.
 Apabila menurut perkiraan akan terjadi penolakan yang kuat oleh guru terhadap
perubahan yang diharapkan.
 Apabila dikehendaki perubahan yang sifatnya mendasar dari pola tingkah laku
yang sudah ada ke tingkah laku yang baru.
 Apabila alasan atau latar belakang perlunya perubahan telah diketahui dan
dimengerti atas dasar sudut pandang guru sendiri, serta diperlukan adanya kontrol
dari guru.

b. Strategi pendidikan untuk melaksanakan program perubahan akan efektif jika:


 Digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai untuk
digunakan sebagai dasar tindakan selanjutnya, sesuai dengan tujuan perubahan
sosial yang akan dicapai
 Disertai dengan keterlibatan berbagai pihak, misalnya dengan donatur dan
berbagai penunjang yang lain

 Digunakan untuk menjaga agar guru tidak menolak perubahan atau kembali ke
keadaan sebelumnya

 Digunakan untuk menanamkan pengertian tentang hubungan antara gejala dengan


masalah, menyadarkan adanya masalah dan memantapkan bahwa masalah yang
dihadapi dapat dipecahkan dengan adanya perubahan.

c. Strategi pendidikan akan kurang efektif jika:


 Tidak tersedia sumber yang cukup untuk menunjang kegiatan pendidikan
 Digunakan tanpa dilengkapi dengan strategi lain

3. Strategi Bujukan

Program perubahan sosial dengan menggunakan strategi bujukan, artinya tujuan


perubahan sosial dicapai dengan cara membujuk (merayu) agar sasaran perubahan
(guru) mau mengikuti perubahan sosial yang direncanakan. Sasaran perubahan diajak
untuk mengikuti perubahan dengan cara memberikan alasan, mendorong, atau mengajak
untuk mengikuti contoh yang diberikan. Strategi bujukan dapat berhasil apabila
berdasarkan alasan yang rasional, pemberian fakta yang akurat.

4. Strategi Paksaan

Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakan strategi paksaan, artinya


dengan cara memaksa guru (sasaran perubahan) untuk mencapai tujuan perubahan. Hal-
hal yang dipaksa merupakan bentuk dari hasil target yang diharapkan. Kemampuan
untuk melaksanakan paksaan bergantung pada hubungan kontrol antara pelaksana
perubahan dengan sasaran. Jadi, ukuran hasil target perubahan bergantung dari
kepuasan pelaksanaan perubahan. Kekuatan paksaan artinya sejauh mana pelaksana
perubahan dapat memaksa guru bergantung pada tingkat ketergantungan guru dengan
pelaksana perubahan. Kekuatan paksaan juga dipengaruhi berbagai faktor, antara lain
ketatnya pengawasan yang dilakukan pelaksana perubahan terhadap guru.
F. Faktor yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pelaksanaan inovasi
pendidikan.
Sedikitnya terdapat beberapa faktor yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
pelaksanaan suatu Inovasi pendidikan, bahka menurut Zaltam dan Holbek dalam
(Munib, n.d.) Untuk memperjelas inovasi dengan cepat lambatnya proses penerimaan
diantaranya adalah:
a) Pembiyaan, Pembiayaan menentukan cepat lambatnya penerimaan masyarakat atas
program inovasi. Biaya itu sendiri tergantung pada kualitas inovasi yang diajukan.
b) Balik modal, Di dalam inovasi pendidikan atribut ini sukar dipertimbangkan, karena
pada intinya pendidikan merupakan investasi jangka panjang melalui pengorbanan
langsung dan tidak langsung sebagaimana terdapat dalam teori pembiayaan
pendidikan. Balik modal hanya berlaku pada inovasi perusahaan.
c) Efesiensi, Inovasi pendidikan harus mencerminkan efisiensi, baik waktu maupun
biaya.
d) Resiko dari ketidak pastian, jika resiko yang ditimbulkan kecil, maka program akan
cepat diterima.
e) Mudah di komunikasikan, Inovasi akan cepat diterima jika mudah dikomunikasikan.
f) Kompatibilitas, artinya konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
g) Kompleksitas, artinya mudah untuk dipelajari dan dipahami.
h) Status ilmiah, Kadar ilmiah yang dimiliki sebuah inovasi akan cepat diterima dari pada
yang tidak memiliki kadar ilmiah.
i) Kadar keaslian, Ini artinya inovasi diluncurkan dalam bentuknya sebagai sesuatu yang
asli, tidak meniru, bukan jiplakan.
j) Dapat dilihat kemanfaatannya, artinya manfaat dari inovasi itu jelas, mudah dilihat,
dan mudah dipahami, sehingga mudak pula untuk dilaksanakan.
k) Dapat dilihat batas sebelumnya, inovasi akan dapat diterima jika batas-batas
sebelumnya jelas terlihat.
l) Keterlibatan sasaran perubahan, Inovasi akan mudah diterima jika warga masyarakat
diikutsertakan dalam proses yang dijalankan.
m) Hubungan interpersonal, inovasi membutuhkan adanya hubungan antar semua persenil
yang terlibat. Saling memberitahu dan saling mempengaruhi.
n) Kepentingan umum atau pribadi,
o) Penyuluhan inovasi.
Dengan atribut tersebut para pendidik dapat menganalisis inovasi pendidikan yang
sedang disebarluaskan, sehingga dapat memanfaatkan hasil analisisnya untuk
membantu mempercepat proses penerimaan inovasi tersebut.

G. Sifat Perubahan Inovasi


Dalam kaitannya dengan konstribusi inovasi pendidikan,Huberman seperti dikutip Ishak
Abdulhak (2000) dalam (Pendidikan, n.d.) membagi sifat perubahan dalam inovasi
kedalam enam kelompok, yaitu:
a) Penggantian (substitution)
Sifat perubahan dalam Inovasi yang pertama adalah penggantian. Jadi penggantian
yang dimaksud adalah adanya perubahan dari satu sisi ke sisi lainnya (bukan berarti
upgrade).
Contoh : Inovasi dalam penggantian jenis sekolah, penggantian bentuk perabotan, alat-
alat atau sistem ujian yang lama diganti dengan yang baru.
b) Perubahan (alternation)
Sifat perubahan dalam Inovasi yang kedua adalah Perubahan. Yang dimaksud dengan
perubahan adalah mengganti suatu posisi dengan komposisi yang sama.
Contoh : Mengubah tugas guru yang tadinya hanya bertugas mengajar, ditambah
dengan tugas menjadi guru pembimbing dan penyuluhan / mengubah kurikulum
sekolah yang semula bercorak teoretis akademis menjadi kurikulum dan mata
pelajaran yang berorientasi bernuansa keterampilan hidup praktis.
c) Penambahan (addition)
Sifat perubahan dalam Inovasi yang ketiga adalah Penambahan. Berbeda dengan
perubahan, penambahan disini adalah menambah komposisi tanpa merubah sistem
yang ada.
Contoh : Adanya pengenalan cara penyusunan dan analisis item tes objektif di
kalangan guru sekolah dasar dengan tidak mengganti atau mengubah cara-cara
penilaian yang sudah ada.
d) Penyusunan kembali (restructturing)
Sifat perubahan dalam Inovasi yang keempat adalah Penyusunan kembali. Iyalah
menyusun kembali struktur tersebut tanpa menambahkan atau mengurangi komposisi
di dalamnya.
Contoh : Upaya menyusun kembali susunan peralatan, menyusun kembali komposisi
serta ukuran dan daya tampung kelas, menyusun kembali urutan mata-mata pelajaran /
keseluruhan sistem pengajaran, sistem kepangkatan, sistem pembinaan karier baik
untuk tenaga edukatif maupun tenaga administratif, teknisi, dalam upaya
perkembangan keseluruhan sumber daya manusia dalam sistem pendidikan.
e) Penghapusan (elimination)
Sifat perubahan dalam Inovasi SI yang kelima adalah Penghapusan. Berbeda dengan
penyusunan kembali tadi, penghapusan adalah mengilangkan salah satu komponen
dalam suatu komposisi.
Contoh : Upaya menghapus mata-mata pelajaran tertentu seperti mata pelajaran
menulis halus, atau menghapus kebiasaan untuk senantiasa berpakaian seragam.
f) Penguatan (reinforcement)
Sifat Perubahan SI yang keenam adalah Penguatan. Yang dimaksudn dengan
penguatan disini adalah bagaimana suatu sistem yang ada diperkuat dengan komponen
lainnya.
Contoh : Upaya peningkatan atau pemantapan kemampuan tenaga dan fasilitas
sehingga berfungsi secara optimal dalam permudahan tercapainya tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien. Dengan cara memberikan sejumlah pelatihan kepada tenaga
pengajar yang ada, sehingga para tenaga pengajar memiliki tambahan ilmu guna
tercapainya tujuan pendidikan secara efektif. 
Daftar Pustaka

Dasar, K., & Pendidikan, I. (n.d.). Konsep Dasar Inovasi Peniik. 1–255.

Kadi, T., & Awwaliyah, R. (2017). Inovasi Pendidikan : Upaya Penyelesaian Problematika
Pendidikan Di Indonesia. Jurnal Islam Nusantara, 1(2), 144–155.
https://doi.org/10.33852/jurnalin.v1i2.32

Munib, A. (n.d.). Tinggi Keagamaan Islam.

Pendidikan, I. (n.d.). I n o v a s i p e n d i d i k a n d a n p e m b e l a j a r a n. 1–45.

Rusdiana. (2014). Konsep inovasi pendidikan. 43.

Tarigan, P. B. (2013). Buku inovasi pendidikan.pdf. Journal of Chemical Information and


Modeling, 53(9), 1689–1699.

Anda mungkin juga menyukai