Anda di halaman 1dari 28

PENETRANT TEST

NON DESTRUCTIVE TEST


Disusun dan dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teknologi Material yang
diampu oleh :

Mulki Rezka B.P., MT.

Oleh :

Salsabilla Rizki Amelia 191711025

PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI


JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
BANDUNG
2020
NON DESTRUCTIVE TEST (NDT)
Non Destructive Test (NDT) adalah teknik analisis yang dilakukan untuk mengevaluasi
suatu material tanpa merusak fungsi dari benda uji tersebut. Beberapa jenis NDT antara lain:
Ultrasonic Test (UT), Radiography, Penetrant Test, Magnethic Particle Test dan sebagainya.

Pengujian NDT ini biasanya dilakukan paling sedikit 2 kali. Pertama, pada saat akhir proses
fabrikasi untuk menentukan komponen yang dapat diterima setelah melalui proses fabrikasi, hasil
dari pengujian ini akan dijadikan bagian kendali mutu komponen atau material. Kedua, NDT
dilakukan saat komponen telah digunakan pada jangka waktu tertentu, untuk menemukan
kesalahan sistem atau kegagalan pada komponen untuk mendeteksi kerusakan. .Tujuannya adalah
menemukan kegagalan parsial sebelum melampaui damage tolerance-nya.

Berdasarkan dari kerusakan atau cacat pada material, NDT dapat membedakan menjadi 2
macam, yaitu surface crack dan inside crack. Sebaiknya, saat pengujian berlangsung harus sudah
di tentukan target pengujian kesalahan seperti inside crack atau surface crack, setelah ditentukan
baru dimulai pengujian NDT tersebut.

PENETRANT TEST

Penetrant Test (PT) atau dapat


disebut juga dengan istilah Dye Penetrant
Check adalah teknik Non Destructive
Testing yang berfungsi untuk mencari
keretakan pada sebuah material yang diuji.
Ada dua metode yang bisa digunakan pada
Penetrant Test yaitu menggunakan
perbedaan warna atau menggunakan
fluoresensi. Metode yang paling umum
digunakan adalah Penetrant Test
mengguakan metode perbedaan warna.

Metode ini bisa dibilang sangat sederhana karena saat melakukan pengujian hanya dengan
menyemprotkan cairan berwarna terang dengan tujuan untuk mengetahui keretakan atau kerusakan
pada material solid seperti logam maupun non-logam. Dengan catatan cairan ini harus memiliki
tingkat penetrasi yang bagus dan viskositas rendah agar dapat masuk pada permukaan material.
Setelah itu, cairan yang tersisa akan di bersihkan. Cacat akan Nampak jelas dari perbedaan warna
dengan latar belakang cukup kontras.

Pengujian ini biasanya


mempunyai 4 tahap yaitu
permbersihan awal, pemberian
penetrant, pembersihan
penetrant, dan pemberian
developer.

Dalam pengujian
menggunakan metode liquid
penetrant, objek atau material
dilapisi dengan suatu cairan
pewarna yang gampang dilihat
sebagai penetrant. Kemudian
penetrant yang berlebih
dibersihkan dari permukaan dan developer diberikan pada permukaan material. Developer ini yang
akan mengangkat penetrant yang masuk masuk ke dalam celah atau cacat untuk bergerak ke
permukaan. Prinsip developer dan penetrant ini menggunakan perbedaan densitas antara developer
dan penetrant. Kemudian pada permukaan material akan terlihat jelas dimana posisi cacat yaitu
pada bagian yang terdapat penetrant.

Pengevaluasian atau inspeksi terhadap suatu diskontinyuitas pada konstruksi yang


menggunakan material logam, sebaiknya dilakukan secara rutin, untuk mengurangi resiko
terjadinya kecelakaan kerja, dan juga akan mempermudah perawatannya. Untuk melakukan
pengevaluasian atau inspeksi tersebut diperlukan suatu metoda pengujian yang sekiranya mampu
mendeteksi keberadaan diskontinyuitas pada suatu logam material.

Uji liquid penetrant merupakan salah satu metoda pengujian jenis NDT (Non–Destructive
Test) yang relatif mudah dan praktis untuk dilakukan. Uji liquid penetrant ini dapat digunakan
untuk mengetahui diskontinyuitas halus pada permukaan seperti retak, berlubang atau kebocoran.
Pada prinsipnya metoda pengujian dengan liquid penetrant memanfaatkan daya kapilaritas.

Liquid penetrant dengan warna


tertentu (merah) meresap masuk kedalam
diskontinyuitas, kemudian liquid penetrant
tersebut dikeluarkan dari dalam
diskontinyuitas dengan menggunakan
cairan pengembang (developer) yang
warnanya kontras dengan liquid penetrant
(putih). Terdeteksinya diskontinyuitas
adalah dengan timbulnya bercak-bercak
merah (liquid penetrant) yang keluar dari
dalam diskontinyuitas

Diskontinyuitas yang mampu dideteksi dengan pengujian ini adalah diskontinyuitas yang
bersifat terbuka dengan prinsip kapilaritas seperti pada gambar dibawah (Proses kapilaritas pada
specimen uji). Deteksi diskontinyuitas dengan cara ini tidak terbatas pada ukuran, bentuk arah
diskontinyuitas, struktur bahan maupun komposisinya. Liquid penetrant dapat meresap kedalam
celah diskontinyuitas yang sangat kecil. Cacat yang mampu dideteksi dengan uji ini adalah
keretakan yang bersifat mikro. Yaitu keretakan yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
Pengujian penetrant tidak dapat mendeteksi kedalaman dari diskontinyuitas. Proses ini banyak
digunakan untuk menyelidiki keretakan permukaan (surface cracks), kekeroposan (porosity),
lapisan-lapisan bahan, dll. Penggunaan uji liquid penetrant tidak terbatas pada logam ferrous dan
non ferrous saja tetapi juga pada ceramics, plastic, gelas, dan benda-benda hasil powder
metalurgi.
Proses kapilaritas pada specimen uji

Penggunaan uji liquid penetrant ini sangat terbatas, misalnya:

1. Keretakan atau kekeroposan yang ada dapat dideteksi jika keretakan tersebut merembat
hingga ke permukaan benda. Sedangkan keretakan yang ada dibawah permukaan benda,
tidak akan terdeteksi dengan menggunakan metoda pengujian ini.
2. Pada permukaan yang terlalu kasar atau berpori-pori juga dapat mengakibatkan indikasi
palsu.
3. Metoda pengujian ini tidak dianjurkan untuk menyelidiki benda-benda hasil hasil
metallurgy yang kurang padat.

Perhitungan Daya Penetrasi


Daya penetrasi dikendalikan oleh:
1. Tengan permukaan
2. Suduk kotak

SPP: γ Cos θ
Dimana:
SPP : Static penetration parameter
γ : Tekanan permukaan (antara cairan dengan udara)
Coes : Sudut kotak (antara cairan dengan udara)
Perhitungan Laju Penetrasi
Laju penetrasi, dikendalikan oleh:
1. Tegangan permukaan
2. Suduk kontak
3. Viskositas

KPP: γ Cos θ/η


Dimana:
KPP : kinetic penetration parameter
η : viskositas (kekentalan)
Viskositas rendah : laju penetrasi tinggi
Viskositas tinggi : laju penetrasi rendah

Laju Penetrasi

1. Sudut Kontak Tinggi

Mampu basah rendah dan daya penetrasi rendah.

Gambar Sudut Kontak Tinggi


sumber: Modul ajar pengenalan NDT Pak Mulki
2. Sudut Kontak Rendah
Mampu basahnya baik, dan daya penetrasinya baik

Gambar Sudut Kontak Rendah


sumber: Modul ajar pengenalan NDT Pa Mulki

KLASIFIKASI TIPE DAN SISTEM LIQUID PENETRANT

1. Klasifikasi liquid penetrant sesuai cara inspeksinya

Ada dua tipe cairan penetrant yakni :


a. Cairan penetran flouresen

Inspeksi cairan penetran


dengan cara ini dilakukan dengan
bantuan sinar ultraviolet. Cairan ini
mengandung zat warna yang akan
berflouresen bila disinari dengan
sinar ultraviolet.

(Inspeksi cairan penetran


dengan bantuan sinar
ultraviolet)
SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

b. Cairan penetran non flouresen

Inspeksi pada uji penetran


dengan cairan ini dilakukan
secara visual tanpa bantuan sinar
ultraviolet. Cairan mengandung
zat warna yang memiliki kontras yang
tinggi pada ruangan terang.

2. Klasifikasi liquid penetrant sesuai cara


pembersihannya:

Liquid penetrant bila dilihat dari cara pembersihannya dapat


diklasifikasikan menjadi tiga macam metoda dan ketiganya memiliki perbedaan yang
mencolok. Masing-masing sistem dan tipe memiliki kelebihan dan keterbatasan.
Umumnya pembersihan dilakukan dengan menyemprot, menlap atau mencuci hingga
permukaan benda uji bersih dari sisa-sisa penetran yang tidak terpakai.Pemilihan
salah satu sistem bergantung pada faktor-faktor berikut ini :
SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

 Kondisi permukaan benda kerja yang diselidiki


 Karakteristik umum discuntinuity/ keretakan logam
 Waktu dan tempat penyelidikan
 Ukuran benda kerja

Metoda pengujian liquid penetrant ini diklasifikasikan sesuai dengan cara


pembersihannya, yaitu:

a. Water Washable Penetrant System


Sistem liquid penetrant
ini dapat berupa fluorescent
dan non fluorescent. Proses
pengerjaannya cepat dan
efisien. Pembilasan harus
dilakukan secara hati-hati,
karena liquid penetran dapat
terhapus habis dari
permukaan diskontinyuitas.
Direncanakan agar liquid penetrant dapat dibersihkan dari sistem serupa. Sistem
ini dapat berupa flucreacont atau fisibledye. Prosesnya cepat dan efisien.
Pembasuhan harus dilakukan secara hati-hati, karena liquid penetrant dapat terhapus
habis dari permukaan yang retak. Derajat dan kecepatan pembasuh untuk proses ini
tergantung pada karakteristik dari spray nozzle, tekanan, temperatur air selama
pembasuhan, kondisi permukaan benda kerja, dan karakteristik liquid penetrant
sendiri.

Keuntungan sistem “Water washable” fluoresen :


 Indikasi mudah terlihat dan terang sekali
 Mudah dan ekonomis, karena sekali dilapisi kemudian langsung
dapat dicuci.
 Cepat terutama untuk benda uji kecil.
 Baik digunakan untuk permukaan yang kasar.
SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

Keterbatasan dari metode ini adalah


o Kurang baik digunakan untuk mendeteksi cacat yang dangkal,
o Tidak baik bila dilakukan pencucian berlebihan.
o Mudah berubah oleh kontaminan seperti air.
o Sensitivitas dipengaruhi oleh asam terutama asam dan senyawa
kromat.
o Bila benda uji tidak boleh kena air sistem ini tidak dapat dipakai.
o Pemeriksaan harus menggunakan sinar ultraviolet diruangan gelap.

Sistematika proses fluoresen water washable ditunjukkan dalam diagram alir berikut

Sedangkan untuk cairan penetran Non-Fluoresen nya, Sistem ”water


washable” non-fluoresen nya pada sistem ini digunakan pada benda uji yang besar
SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

untuk sensitivitas rendah, dan dapat dilakukan di ruangan terang karena tidak
membutuhkan lampu ultraviolet.

b. Post Emulsifible System


Sistem ini cocok untuk
mendeteksi jenis retak yang ukurannya
sangat kecil, untuk jenis cairan
penetrannya yang tidak dapat hilang
ketika dibasuh menggunakan air
melainkan menggunakan jenis yang
dilarutkan dengan oli dan membutuhkan
langkah tambahan pada saat penyelidikan
yaitu pembubuhan emulsifier yang dibiarkan pada permukaan speen, Penetrant jenis
ini dilarutkan dengan oli dan dibiarkan di permukaan benda uji .Biasa digunakan
untuk menyelidiki keretakan yang sangat kecil, menggunakan penetrant yang tidak
dapat dibasuh dengan air.

Keuntungan metode ini adalah :

 Dapat dipengunakan untuk mendeteksi cacat terbuka yang dangkal,


 Sensitivitas tinggi meskipun cacatnya halus,
 Konsentrasi zat warna tinggi sehingga indikasi menjadi lebih jelas,
 Waktu penetrasi singkat,
 Asam dan senyawa kromat tidak mempengaruhi sensitivitasnya,
 Cairan penetran yang tertinggal di dalam cacat tidak ikut terkunci.

Kerugian metode ini adalah :


SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

o Sistem dilakukan dalam dua tahap sebelum pembersihan akhir


sehingga lebih lama.
o Selisih waktu antara pelapisan penetran dan pelapisan emulsifier
sangat kritis.
o Benda uji seperti ulir sukar dicuci kerenaemulsifiertidak dapat
mencapai celah
yang sempit.
o Lebih
mahal.

Pre Clean

Apply Penetrant

Sistematika proses Post Emulsified” Fluoresen ditunjukkan dalam diagram alir


berikut :
SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

Sedangkan, pada sistem ”Post Emulsified” non-fluoresen, Sistem ini


sensitivitasnya lebaih baik daripada sistem water washable non fluoresen.

c. Solvent Removable System

Solvent removable sistem digunakan pada saat pre cleaning dan


pembasuhan penetrant. Penetrant jenis ini larut dalam oli. Pembersihan penetrant
secara optimum dapat dicapai dengan cara mengelap permukaan benda kerja dengan
lap yang telah dilembabkan dengan solvent. Tahap akhir dari pengelapan dilakukan
dengan menggunakan kain kering.
Sistem ini sebaiknya dipakai bila metodewater washabletidak dapat
digunakan. Metode penetran dilakukan dalam dua tahap yakni, benda uji dilap
dengan lap bersih dan kering, kemudian baru dilakukan pemakaian solven.
Pemakaian solven secara berlebihan akan menyedot penetran ke luar dari cacat.
Sistemsolven removablesangat menguntungkan untukspot test. Aplikasi
sistemsolvent removable ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

Penetrant juga dapat dihilangkan dengan cara membanjiri permukaan


benda kerja dengan solvent. Kadang-kadang dibutuhkan penyelidikan pada daerah
yang sempit pada permukaan benda kerja yang penyelidikannya dilakukan di
lapangan. Biasanya benda kerjanya besar atau ongkos pemindahan benda kerja ini
dari lapangan ke tempat penyelidikan adalah relatif mahal.
Untuk situasi seperti ini solvent removable
system digunakan pada saat pembersihan
pendahuluan (pracianing) dan pembasuhan
penetrant. Proses seperti ini sesuai dan sangat luas
digunakan untuk inspeksi lapangan. Penetrant jenis
ini larut dalam oli. Pembersihan pelarut secara
optimum dapat dicapai dengan cara mengelap
permukaan benda kerja dari penetrant dengan lap
yang dibasuhi solvent. Tahap akhir dari pengelapan
dilakukan dengan kain kering. Penetrant dapat pula dibasuh dengan cara membanjiri
permukaan benda kerja dengan solvent. Cara ini diterapkan pada benda kerja yang
besar. Tetapi pelaksanaannya harus berada dalam keretakan tidak ikut tebasuh.
Proses seperti ini biasanya dilakukan untuk aplikasi yang khusus, karena prosesnya
memakan tenaga yang relatif banyak dan tidak praktis untuk diterapkan sebagai
inspeksi pada hasil produksi. Proses ini merupakan proses liquid penetrant
inspection yang paling sensitive bila dilakukan dengan cara yang baik.
Sedangkan untuk Sistem ”Solvent Removable” non-fluoresen, Sistem ini
sebaiknya digunakan untuk spot inspection bilamana pembersihan dengan air tidak
memungkinkan.
SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

Ada tiga jenis solvent removable :

a. Titik nyala rendah, biasanya lebih mudah terbakar


b. Titik nyala tinggi, lebih sukar terbakar
c. Tidak dapat terbakar (nonfluoresenable/noncombustible)

3. Klasifikasi Liquid Penetrant Berdasarkan Pengamatannya

Berdasarkan pengamatannya ada tiga jenis liquid penetrant, yaitu:

a. Visible penetrant
Visible penetrant adalah
zat pewarna merah yang tampak
jelas di bawah kondisi
pencahayaan normal. Pada
umumnya visible penetrant
berwarna merah. Hal ini
ditunjukkan pada penampilannya
uang contrast terhadap latar belakang warna developernya. Proses ini tidak
membutuhkan pencahayaan ultra violet, tetapi membutuhkan cahaya putih minimal
1000 lux untuk pengamatan.

b. Fluorescent penetrant
Liquid penetrant ini adalah
yang dapat berkilau bila disinar UV
Fluorescent penetrant bergantung
pada kemampuannya untuk
menampilkan diri terhadap cahaya
ultra violet yang lemah pada
ruangan yang gelap.
SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

ada tiga tingkatan sensitivitas, yaitu:


1. Sensitivtas normal (cahaya normal)
2. Sensitivitas tinggi (cahaya gelap)
3. Sensitivitas ultra tinggi (infra merah)
Pemilihan penggunaan sensitivitas penetrant bergantung pada kekritisan
inspeksi, kondisi permukaan yang diselidiki, jenis proses (system), dan tingkat
sensitivitas yang diinginkan.

c. Dual Sensitivity Penetran.

Pada jenis ini spesimen uji akan mengalami 2 kali proses pengujian yaitu
visible dan Fluorescent penetran, dengan 2 kali pengujian ini maka hasil pengamatan
akan lebih akurat.

METODE PENGUJIAN PENETRANT


SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

1. Persiapan Permukaan.

Permukaan benda uji harus bersih dari berbagai jenis pengotor seperti
minyak, karat dan pengotor lainnya dengan lebar dari daerah uji minimal 25 mm.
Anda dapat membersihkannya dengan sikat baja, hal ini bertujuan agar tidak
mengganggu proses aplikasi penetran dan saat mengamati hasil pengujian.

2. Pre-Cleaning.
Setelah pembersihan dengan sikat baja, maka selanjutnya adalah pembersihan
menggunakan cleaner. Semprotkan langsung cleaner/remover ke permukaan benda
uji, setelah itu bersihkan dengan menggunakan kain yang bersih. Biarkan sekitar 1
menit supaya cairan cleaner yang berada di diskontinuitas menguap dan bersih. Pre-
cleaningdapat dilakukan dengan menggunakan :

a. Detergen
Detergen yang digunakan dapat bersifat asam, basa atau netral asal tidak
menimbulkan korosi atau kontaminasi.Pre-cleaningdilaksanakan antara 10-15
menit pada 75oC ~ 95oC dengan kosentrasi 35~50 kg/m3 atau sesuai dengan
rekomendasi pembuatnya.
SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

b. Solven
Solven harus bebas residu dengan titik nyala mulai 90 oC baik untuk pre
cleaning cara lap atau pencelupan.Solvenini cocok untuk membersihkan oli atau
grease tetapi tidak cukup baik untuk membersihkan permukaan yang tertutup
kotoran tanah.

c. Vapour degreasing
Vapour degreasingdigunakan untuk pembersihan minyak berat,greaseatau
senyawa organik lainnya. Kotoran inorganik umumnya paling baik dibersihkan
dengan detergen.

d. Larutan pembuang kerak


Pembersihan kerak dilakukan secarapicklingdengan larutan asam atau basa
panas yang tidak bersifat korosif. Setelahpickling, benda uji harus dicuci bersih.
Larutan denganinhibitorasam biasanya digunakan pada suhu dengan kosentrasi
2~3%.

e. Pembuang/pengupas cat
Lapisan cat dapat dibuang/dibersihkan secara efektif dengan larutan
pembuang cat atau dengan striper basa. Laisan cat harus dibuang atau dikupas
sehingga tidak menutupi benda uji yang akan diperiksa. Pembuang cat
tipesolvenberviskositas tinggi dipakai dengan cara disemprotkan atau dipoleskan,
sedangkan yang viskositasnya rendah dipakai untuk perendaman. Kedua tipe ini
digunakan pada temperatur ruang.
Pembuang cat tipestriperbasa adalah senyawa berupa serbuk yang
dilarutkan dalam air. Massa jenisya antara 50~100 kg/cm3 dengan temperatur
pemakaian 80~90oC.
Setelah cat terkupas, benda ui harus dicuci bersih untuk menghilangkan
kontaminan yang mungkin tertinggal kemudian dikeringkan.

f. Pembersih ultrasonik
Getaran ultrasonik dapat melepas kotoran pada benda uji dengan cepat.
SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

g. Blasting
Proses blasting dapat menggunakan pasir,metal lignocellulose pelletatau
oksida aluminium. Kotoran yang dapat dibersihkan dengan cara ini adalah tanah
regas, karat, kerak atau arang. Cara ini diperkenankan asal tidak menyebabkan
luka atau terkelupas atau tidak akan menutupi celah.

h. Pembakaran
Pembakaran benda uji dalam atmosfir yang bersih dan bersifat pengoksidasi
adalah cara pembersihan yang efektif untuk menghilangkan uap air dan zat
organik. Benda uji keramik dapat dipanaskan sampai 980oC tanpa merusak benda
uji tersebut.

i. Pengeringan setelah pembersihan


Sesudah dibersihkan, benda ui perlu dikeringkan sehingga tidak ada air atau
solven yang tertinggal di dalam cacat/celah atau menutup celah karena bila celah
tertutup oleh atau berisi air atau solven, maka zat tersebut akan menghalangi
masuknya cairan penetran ke dalam celah/cacat.

3. Pengaplikasian Liquid Penetrant.


Saat aplikasi cairan penetran material
harus dalam temperature 20-50 derajat
celcius. Pengaplikasiannya dapat
disemprotkan atau dioleskan dengan
kuas secara merata. Setelah itu biarkan
cairan masuk, untuk waktunya minimal 5 menit (dwell time).
SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

Tabel Minimum Dwell Times

Pengaplikasian Liquid Penetrant


SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

4. Pembersihan Sisa Liquid Penetrant di Permukaan.

Bersihkan cairan penetran


yang ada di permukaan dengan
kain bersih dan kering, lakukan
beberapa kali dan searah. Setelah
itu bersihkan lagi menggunakan
kain yang dilembabkan dengan
cleaner, namun jangan terlalu
lembab karena dapat
membersihkan cairan yang
berada di dalam diskontinuitas.
Jangan pernah membersihkan cairan penetran dengan menyemprot permukaan secara
langsung dengan cleaner. Setelah bersih tunggu minimal selama 1 menit dan maksimalnya
selama 10 menit sebelum aplikasi cairan developer.

5. Aplikasi Cairan Developer.

Semprotkan developer pada permukaan


spesimen uji setelah selesai dibersihkan.
Jarak penyemprotan 15-20 cm terhadap
permukaan benda. Namun sebelum
disemprotkan pastikan Anda sudah
mengocoknya agar mixing atau
pencampuran developer sempurna. Developer berfungsi menyedot cairan penetran yang
terdapat dalam celah sehingga akan menimbulkan indikasi pada lapisan developer. Indikasi
ini akan menunjukkan adanya cacat. Ada tiga macam developer.

a. Developer basah (aqueous developer)

Developer jenis ini harus diaplikasikan segera setelah sisa/kelebihan zat


peresap dibersihkan dari permukaan yang diinspeksi tanpa menunggu keringnya
SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

permukaan. Hati-hati menggunakan aqueous developer pada zat peresap jenis water
washable karena mungkin akan menghapus indikasi.

Jenis developer ini harus disiapkan dan diaplikasikan sesuai rekomendasi


pabrik pembuat untuk menjamin ratanya lapisan developer. Pengeringan dapat
menggunakan pada prosedur sebagai berikut :

Pengeringan dapat dilaksanakan dengan menggunakan semprotan udara panas atau


dingin, atau dibiarkan mengering sendiri pada suhu kamar asalkan suhu bagian yang
akan diinspeksi tersebut berkisar antara 50 hingga 100oF untuk penetran flouresen
atau antara 50 hingga 125oF untukpenetrant visible. Jika dikeringkan menggunakan
oven, suhu tidak boleh melebihi 160oF (71oC). Pengeringan melebihi 30 menit di
dalam oven pengering akan menggagalkan fungsi zat pewarna (dye).

Developer basah berupa serbuk kering yang dilarutkan dalam air sehingga
membentuk cairan suspensi. Setiap kali akan digunakan developer perlu diaduk dan
diperiksa kosentrasinya sesuai dengan petunjuk pembuatnya. Pelapisan developer
pada benda uji harus dilakukan segera setelah dibersihkan/dicuci dan dikeringkan dan
juga agar tidak terlalu tebal. Bila terlalu tebal, pemunculan indikasi akan terganggu
sehingga menjadi kurang jelas.

b. Developer kering (dry powder developer)

Developer jenis ini harus segera diaplikasikan setelah permukaan


mengering (setelah pembasuhan/rinsing). Aplikasi harus merata di seluruh
pemukaan yang akan diinspeksi. Kelebihan bubuk developer dapat dihembus
dengan udara bersih dan kering serta bertekanan antara 5 hingga 10 psi.
Disarankan untuk terlebih dahulu diadakan percobaan akan tekanan angin
penghembus yang akan digunakan, agar tidak mengehmbus keseluruhan bubuk
developer.
SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

Developer kering dilapiskan pada permukaan benda uji setelah benda uji
kering. Serbuk kering yang terlalu tebal dapat diindarkan dengan cara meniupkan
permukaan benda uji perlahan-lahan atau benda uji di ketok-ketok.

c. Developer Wet Nonaquaeos (tidak larut air)

Developer nonaquaeos berupa serbuk kering yang dilarutkan dalam solven.


Developer ini paling sensitif dibandingkan dengan kedua developer di atas.

Penyemprotan dilakukan setelah permukaan kering dari bahan pembasuh.


Penyomprotan harus merata diseluruh permukaan yang akan diinspeksi. Karena
sifatnya yang mudah menguap, tidak diperlukan pengering. Jenis ini biasanya jika
dihisap (inhaled) terlalu banyak dapat membahayakan kesehatan, karenanya tempat
penyomprotan harus terbuka dan diberi ventilasi yang memadai. Penyomprotan
berlebihan atau pencelupan benda uji dalam developer jenis ini dapat menghapus
indikasi. Lapisan developer harus merata diseluruh permukaan benda uji dan tidak
perlu terlalu tebal (evenly thin film).

o Waktu developing

Waktu developing tidak boleh kurang dari 10 menit. Untuk jenis developer
bubuk kering, waktu developing mulai segera setelah developer diaplikasikan,
sedangkan tipe wet developer (aqueous ataunonaqueous), waktu developing
dihitung setelah developer mengering. Waktu developing maksimum yang
diizinkan adalah 2 jam untuk tipe aqueous dan 1 jam untuk tipenon aqueous.
SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

Pemberian Cairan Developer

6. Pengamatan dan Inspeksi Indikasi.


Setelah aplikasi developer selesai langkah selanjutnya adalah pengamatan
indikasi yang muncul. Saat mengamati tunggu waktunya minimal 10 menit dan
maksimal 30 menit setelah aplikasi developer. Untuk proses ini harus dengan
pencahayaan yang intensitasnya minimal 100 fc (1000 Lux), Anda dapat
mengukurnya menggunakan lux meter dan pastikan hasilnya dicatat.
Ukur dan Catat Indikasi yang keluar baik indikasi relevan yang memanjang
maupun melingkar. Setelah pengamatan selesai sesuaikan hasilnya dengan syarat
keberterimaan pengujian penetran sesuai dengan standar atau code yang digunakan.

7. Pembersihan Setelah Pengujian.


Lakukan pembersihan developer dan penetran setelah proses pengujian selesai.
Anda dapat menggunakan sikat baja, setelah itu semprot dengan remover agar benar
benar bersih spesimen Anda.
SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

EVALUASI INDIKASI
Indikasi akan dinyatakan oleh retensi penetrant partikel. Semua indikasi seperti itu
tidak selalu sempurna, tetapi bila permukaan yang kasar sangat banyak, penetrant akan
merembes ke HAZ, dll. Hal tersebut dapat menghasilkan indikasi yang serupa. Indikasi
yang tidak sempurna mungkin akan menjadi lebih besar. Namun ukuran indikasi
merupakan dasar untuk penerimaan evaluasi. Hanya indikasi yang memiliki dimensi yang
lebih besar dari 1/16 inchi akan dianggap relevan. Indikasi apapun yang di pertanyakan
atau meragukan akan dikaji ulang untuk menentukan apakah relevan atau tidak relevan.

KRITERIA PENERIMAAN DAN PENOLAKAN LIQUID PENETRAN

Standar penolakan dan penerimaan dalam penetran biasanya disusun oleh pihak designer
untuk pekerjaan/proyek tertentu secara individual.

Biasanya satandar ini didasarkan atas pengalaman yang serupa pada waktu
lampau, dengan kesamaan prinsip yakni tingkat integritas yang dipersyaratkan.

Sebagai contoh misalnya untuk suatu jenis konstruksi yang tidak kritis, kadang-
kadang standar penerimaan mengizinkan keberadaan indikasi/dicontinuities dengan
SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

ukuran tertentu di seluruh permukaan benda uji atau di lokasi tertentu saja. Kerap kali
inspeksi dilaksanakan hanya pada beberapa lokasi secara acak.

Sebaliknya pada kondisi konstruksi tertentu yang snagat kritis, persyaratan penetran
sedemikian ketatnya sehingga standar penerimaan tergantung pada bagian-bagian
konstruksi secara individual.

Hasil pengujian penetran ini akan menunjukkan beberapa tanda discontinuity yang
dinamakan indikasi dalam spesimen uji. Indikasi yang muncul digolongkan menjadi
indikasi non-relevan dan indikasi relevan. Indikasi non-relevan adalah apabila ukuran
indikasi ≤ 1,6 mm. Sedangkan indikasi relevan adalah apabila ukuran indikasi > 1,6 mm.
Yang termasuk indikasi relevan diantaranya :

a. Relevant linier indication


Suatu cacat dikatakan memiliki indikasi linier dan akan direject apabila pada
cacat tersebut memiliki panjang lebih dari 3 kali lebarnya dan yang besarnya lebih
dari 1/16 in. (1,6 mm).

b. Relevant rounded indication


Rounded Indication adalah indikasi yang mempunyai panjang kurang atau
sama dengan ukuran lebarnya (L ≤ 3W), sedangkan Linier Indication adalah sebuah
indikasi yang mempunyai panjang lebih dari tiga kali lebarnya (L > 3W). Hasil uji
penetran dinyatakan ditolak jika dimensinya tidak sesuai dengan syarat
keberterimaan yang di atur dalam ASME berikut ini :

1. Ukuran indikasi memanjang lebih dari 1,5 mm (Linier Relevant Indication).


2. Ukuran indikasi melingkar dimensinya lebih dari 5 mm (Rounded Relevant
Indication).

3. Indikasi melingkar yang berjumlah 4 atau lebih dan berada dalam satu baris
dengan jarak antar indikasi dari tepi ke tepi kurang dari 1,5 mm.
SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

Suatu cacat dikatakan memiliki indikasi lingkaran apabila pada cacat


tersebut memiliki panjang kurang dari 3 kali lebarnya.

1. Material tersebut akan direject apabila memiliki panjang atau lebar indikasi
lingkaran lebih dari 3/16 (4,8 mm).
2. Material tersebut akan direject apabila memiliki 4 atau lebih indikasi
lingkaran yang tersusun dalam satu baris, dengan jarak antara indikasi
lingkaran kurang dari 1,6 mm.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN LIQUID PENETRANT TEST

Kelebihan :

 Persiapan pengujian baik peralatan maupun benda uji relatif mudah


 Murah dalam pembiayaan
 Tidak dipengaruhi oleh sifat kemagnetan material dan komposisi kimianya
 Jangkauan pemeriksaan cukup luas
 Dapat menginspeksi bentuk cacat yang rumit

Kekurangan :

 Tidak dapat dilakukan pada benda berpori atau material produk powder metallurgy.
Hal tersebut akan menyebabkan terserapnya cairan penetrant secara berlebihan
sehingga dapat mengindikasikan cacat palsu.
 Hanya mendeteksi cacat pada bagian permukaan
 Permukaan material tidak boleh berpori dan harus halus
 Membuat kotor baik pada benda uji maupun sekitar
SALSABILLA RIZKI AMELIA 191711025 D3 TEN 2A

DAFTAR PUSTAKA

o Modul ajar Pa Mulki, Pengenalan NDT


o Syukran. (2009). UJI CAIRAN PENETRAN. Lhokseumawe. Jurusan Teknik Mesin :
Politeknik Negeri Lhokseumawe.
o Wikipedia. (2019). Nondestructive testing. Retrieved from
https://en.wikipedia.org/wiki/Nondestructive_testing
o Rachman, F. (2013). PENETRANT TESTING. Retrieved January 6, 2021, from
https://nondestes.blogspot.com/2013/08/penetrant-testing.html
o Admin. (2015). Penetrant Test. Retrieved January 6 , 2021, from
http://himatl.ppns.ac.id/penetrant-test/
o Hull, B., & John, V. (1988). Non-Destructive Testing. London: Macmillan Educatian.
o Al Akrim, H. (2019). ANALISA KEBUTUHAN CAIRAN PENETRANT METODE
BRUSHING TERHADAP POSISI PENGUJIAN DAN SENSITIVITAS ARTIFICIAL
DEFECT.
o PT.Robutech. (2015). Liquid Penetrant Examination Procedure. Surabaya.
o ASME Section V Article 6. Liquid Penetrant Examination, 2010 Edition.
o ASME Section VIII Division 1. Mandatory Appendix 8 Methods for Liquid Penetrant
o Examination (PT), 2010 Edition.Liquid Penetrant Test, B4T, Bandung 2003.
o Petunjuk Uji Cairan Penetran, PT. Surveyor Indonesia, Jakarta, 2004
o Nurhaya, Iis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Non Destructive
Testing (NDT). Retrieved January 6, 2021, from
http://digilib.polban.ac.id/files/disk1/165/jbptppolban-gdl-iisnurhaya-8225-3-bab2--6.pdf
o Rusmana, Arie Indra. (2018). Modul : Melakukan Penetrant Test (PT).
o M.M. Munir, Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan Kapal,
PPNS, 2000.

Anda mungkin juga menyukai